Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau pendarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus atau local. Dua jenis gastritis yang

sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrotik kronis (Price, 2005).

Gastritis bukanlah penyakit tunggal, tetapi beberapa kondisi yang mengacu pada

peradangan lambung yang merupakan akibat dari infeksi bakteri yaitu Helicobacter

Pylory (Santoso, 2015). Gastritis merupakan suatu proses peradangan pada lapisan

mukosa dan sub-mukosa lambung. Ditandai dengan nyeri pada daerah perut dan kadang

disertai dengan mual dan muntah, yang dapat berujung pada perdarahan saluran cerna

yang berupa ulkus peptikum bahkan dapat menyebabkan perforasi pada lambung apabila

tidak segera dilakukan tindakan keperawatan(Syam, 2014).

Menurut World Health Organisation(WHO) yang dikutip oleh Kurnia (2010)

angka kejadian gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap

tahun. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis

merupakan awal dari sebuah penyakit yang membahayakan. Sementara itu angka

kejadian penyakit gastritis di Indonesia adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada

beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari

238,452,952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2013,

gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien

rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah penderita penyakit gastritis 30.154

kasus (4,9%). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah (2012),

pada pasien rawat inap yang menderita penyakit gastritis di Rumah Sakit Umum

Pemerintah ada 172 kasus. Sedangkan penderita gastritis di Rumah Sakit Kota dari
tahun2014, jumlah penderita penyakit gastritis ada 220 kasus dengan 4 kematian,

sedangkan tahun 2015 sampai dengan bulan Agustus ada 124 kasus dengan 8

kematian (Data Rekam Medik RSUD Dr. Doris Sylvanus).

Masalah Keperawatan yang muncul adalah nyeri karena adanya mukosa

lambung yang teriritasi, kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas,

kurang pengetahuan tentang penyakit, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan

asuhan keperawatan (Doenges, 2014).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada

Anak . P dengan gastritis”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada Anak P dengan gastritis di

Puskesmas Kasongan I

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji Anak P dengan Gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kasongan

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak P dengan Gastritis di

wilayah kerja Puskesmas Kasongan I

c. Merencanakan asuhan keperawatan pada Anak P dengan Gastritis di

wilayah kerja Puskesmas Kasongan I

d. Mengevaluasi anak P dengan Gastritis di wilayah kerja Puskesmas

Kasongan I

e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan anak P dengan Gastritis di

wilayah kerja Puskesmas Kasongan I


D. Manfaat Penulisan

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Bagi Akademis

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal asuhan keperawatan Anak dengan Gastritis.

2. Bagi Pelayanan keperawatan di puskesmas

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan dan tambahan bagi pelayanan

di Rumah Sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan

Gastritis dengan baik.

3. Bagi Profesi keperawatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan anak dengan

Gastritis.

4. Bagi Penulis

Studi Kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis berikutnya,

yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan anak dengan

Gastritis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gastritis

1. Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai

di klinik penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses

inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan

yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat

dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut

(Hirlan, 2009). Gastritis merupakan suatu proses inflamasi pada lapisan

mukosa dan sub-mukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan

dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut(Syam, 2014).

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus,atau local(Price, 2006).

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung klinis yang ditemukan

berupa dispepsia atau indigesti berdasarkan pemeriksaan endoskopi

ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan

iregularitas mukosa (Brunner & Suddarth, 2015).

2. Etiologi

a. Gastritis akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis

obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau

7
intoksitasi dari bahan makanan dan minuman, garam empedu, iskemia

dan trauma langsung (Muttaqin, 2011).

b. Gastritis kronik

Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada

dua predisposisi penting yng bisa meningkatkan kejadian gastritis

kronik, yaitu infeksi dan non infeksi (Muttaqin, 2011).

3. Patofisiologi Gastritis

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya

bersifat jinak dan merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai

iritan lokal. Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila

terdapat ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor

pertahanan (defensif) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan

faktor ofensif dan atau penurunan kapasitas defensif mukosa. Faktor ofensif

tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas,

infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif, OAINS, alkohol dan

radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau faktor defensif mukosa

gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen preepitelial, epitelial, dan

subepitelial (Pangestu, 2003).

Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan

mucus bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai

bahan kimia termasuk ion hidrogen (Kumar, 2005). Lapis pertahanan kedua

adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas pertahanannya meliputi produksi mukus,

bikarbonat, transportasi ion untuk mempertahankan pH, dan membuat ikatan

antar sel (Kumar, 2005). Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran darah dan

8
lekosit. Komponen terpenting lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial

yang adekuat (Pangestu, 2003).

Endotoksin bakteri setelah menelan makanan terkontaminasi, kafein, alkohol

dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering

dianggap sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada

epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan

daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya OAINS (indomestasin,

ibuprofen, naproksen), sulfonamid, steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim

pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila

alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak

dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara

terpisah (Price dan Wilson, 2005). Kemudian masalah keperawatan yang

muncul adalah gangguan rasa nyaman nyeri karena adanya mukosa lambung

yang teriritasi, kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas,

kurang pengetahuan tentang penyakit, oleh karena itu perlu dilakukan

tindakan asuhan keperawatan (Doenges, 2014).

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis

kronik (Mansjoer,2001):

a. Gastritis akut

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula

perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian

disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika

9
dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-

obatan atau bahan kimia tertentu.

b. Gastritis kronik

Bagi sebagian orang gastritis kronis tidak menyebabkan gejala apapun

(Jackson, 2006). Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,

anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.

Gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya

menimbulkan gejala seperti sakit yang tumpul atau ringan (dull pain)

pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera setelah

makan beberapa gigitan.

5. Diagnosis

Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Keluhan yang sering dihubungkan

dengan gastritis yaitu nyeri panas atau pedih pada ulu hati disertai mual dan

muntah. Keluhan tersebut tidak bisa digunakan sebagai indikator dalam

evaluasi keberhasilan terapi dari gastritis. Pemeriksaan fisik juga tidak

memberikan informasi yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis

gastritis (Hirlan, 2009). Diagnosis ditegakan berdasarkan pemeriksaan

endoskopi dan histopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan secara sistematis

yang mengharuskan menampilkan topografi. Gambaran endoskopi yang

ditemukan adalah eritema, eksudatif, flat erosison, raised erosion,

perdarahan, edematous rugae. Perubahan histopatologi selain

menggambarkan perubahan morfologi, sering juga menggambarkan proses

yang mendasari misalnya autoimun, atau respon adaptif mukosa lambung.

Perubahan yang terjadi yaitu degradasi epitel, hiperplasia foveolar, infiltrasi

netrofil, inflamasi sel mononuklear, folikel limfoid, atropi, intestinal


10
metaplasia, hiperplasia sel endokrin, dan kerusakan sel epitel. Pemeriksaan

histopatologi juga menyertakan pemeriksaan Helicobacter pylori (Hirlan,

2009).

6. Penatalaksanaan

a. Pengobatan pada gastritis meliputi:

1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena

untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,

untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.

3) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam

lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.

4) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara

menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang

menyebabkan iritasi.

5) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,

Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.

(Dermawan, 2010)

b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:

Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari

alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan

melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan

perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka

penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk

hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna

makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan

penetralisasian agen penyebab.

11
1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium

hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka

encer

2) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya

perforasi.

terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta

cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan

darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan

perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk

mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet

pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai

farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin

atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis

12
A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B yang disebabkan oleh adanya

antibody terhadap faktor instrinsik(Smeltzer, 2001)

c. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:

1) Tirah baring

2) Mengurangi stress

3) Diet

Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada

interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-

agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian

makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan

gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga

harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak.

(Dermawan, 2010).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

13
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Doengoes, 2014).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi,2012).

Pengumpulan data dasar dilakukan menunjuk pada klasifikasi pengumpulan

data oleh Dongoes, dkk dalam rencana asuhan keperawatan, yaitu :

a. Data dasar

1) Aktivitas/ istirahat

Ds : kelemahan/kelelahan

Do : takikardia

2) Sirkulasi

Ds : -

Do : hipotensi, kelemahan/nadi perifer lemah, warna kulit: pucat,

sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelembaban

kulit/membrane mukosa: berkeringat (menunjukan status syok, nyeri

akut, respon psikologic), takikardia, disritmia.

3) Integritas ego

Ds : factor stress akut/kronis, perasaan tidak berdaya.

Do: tanda ansietas, misalnya: gelisah, pucat, berkeringat.

4) Eliminasi

Ds : riwayat perawatan dirumah sakit karena Gastritis.

Do : nyeri tekan abdomen.


14
5) Makanan/cairan

Ds: anoreksia, mual, masalh menelan: nyeri ulu hati, tidak toleran

terhadap makanan: makanan pedas, diet, penurunan berat badan.

Do: muntah, membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa,

berat jenis urin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung

yang teriritasi.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

c. Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan perubahan statuskesehatan,

ancaman kematian.

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya rasa nyeri.

e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaan

berhubungan dengan informasi yang kurang.

3. Perencanaan

Rencana asuhan keperawatan yaitu pengkajian yang sistematis dan

identifikasi masalah, penentuan tujuan, pelaksanaan serta cara atau strategi

yang disusun dengan tujuan untuk menanggulangi masalah keperawatan

dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan berdasarkan prioritas

masalah pasien ( Nasrul, 2012), yaitu:

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung

yang teriritasi (Doenges, 2014). Tujuan : setelah dilakukan tindakan

15
keperawatan diharapkan masalah gangguan rasa nyaman : nyeri

teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Rasa nyeri berkurang

2) Keadaan klien tampak rileks

3) Skala nyeri : 0- 3

4) TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR :

16-20 x/mnt, S : 36-37 °C)

5) Tidak ada perilaku distraksi

Rencana tindakan :

1) Catat lokasi, lama, intensitas nyeri.

Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang

berhubungan untuk memilih intervensi.

2) Kompres hangat pada daerah nyeri.

Rasional : meningkatkan relaksasi otot.

3) Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.

4) Berikan posisi yang nyaman.

Rasional : menurunkan rasa nyeri.

5) Ajarkan teknik manajemen nyeri.

Rasional : menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat

mengurangi rasa nyeri.

6) Kolaborasi dalam pemberian analgetik

16
Rasional : menghilangkan nyeri sedang sampai berat.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan anoreksia.

1) Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan

nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil :

a) Nafsu makan bertambah

b) Mual dan muntah berkurang

c) Makan habis 1 porsi

d) Berat badan bertambah secara bertahap

Rencana tindakan :

a) Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan

Rasional : menentukan intervensi selanjutnya.

b) Berikan makanan yang hangat dalam porsi sedikit tapi sering.

Rasional : dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan

terlalu cepat.

c) Hindari pemberian makanan yang dapat merangsang peningkatan

asam lambung.

Rasional : mengurangi pemberian asam lambung yang dapat

menyebabkan mual dan muntah.

d) Hilangkan bau-bau yang menusuk dari lingkungan.

Rasional : menurunkan stimulasi gejala mual dan muntah.

17
e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetic dan

antibiotik.

Rasional : menghilangkan mual.

f) Kolaborasi dengan dokter ahli gizi.

Rasional : Menentukan diit makanan yang tepat.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya rasa nyeri (Doenges,

2001).

1) Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jm diharapkan

Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.

Kriteria hasil :

a) Melaporkan peningkatan rasa sehat dan merasa dapat istirahat

b) Tidur tidak mengalami gangguan/ terbangun dini

Rencana tindakan:

a) Observasi dan diskusikan kemungkinan penyebab gangguan tidur.

Rasional : Mengekspresikan apa yang sedang dipikirkan.

b) Berikan lingkungan yang nyaman bagi pasien untuk meningkatkan tidur

dan istirahat.

Rasional : Lingkungan yang nyaman mempengaruhi kualitas tidur

pasien.

c) Bandingkan pola tidur pasien saat ini dengan kebiasaan tidur sebelum

dirawat.

Rasional : Sebagai acuan tindakan asuhan keperawatan yang tepat bagi

pasien.

18
d) Tingkatkan relaksasi pada waktu tidur : pilih tindakan yang disetujui

pasien misalnya memberikan musik yang lembut.

Rasional : Dengan relaksasi dapat menuntun pasien untuk terlelap.

d. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan,

ancaman kematian

1) Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan

ansietas berkurang atau teratasi.

Kriteria hasil :

a) Klien tampak rileks

b) TTV dalam batas normal

c) Tidak ada perilaku gelisah

Rencana tindakan :

a) Awasi respons fisiologi misal : takipnea, palpitasi, pusing, sakit

kepala, sensasi kesemutan.

Rasional : dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien

tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik / status syok. 

b) Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.

Rasional : membuat hubungan terapeutik.

c) Berikan informasi akurat.

Rasional : melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan

menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.

d) Berikan lingkungan tenang untuk istirahat

Rasional : memindahkan pasien dari stresor luar meningkatkan

relaksasi, dapat meningkatkan ketrampilan koping.


19
e) Dorong orang terekat tinggal dengan pasien

Rasional: membantu menurunkan takut melalui pengalaman

menakutkan menjadi seorang diri.

e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaan

berhubungan dengan informasi yang kurang (Doenges, 2014).

1) Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 24 jam

diharapkan pengetahuan pasien bertambah.

Kriteria hasil :

a) Menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola hidup

untuk mempertahankan berat badan normal.

b) Menyatakan tanggung jawab untuk belajar sendiri.

c) Mencari sumber untuk membantu membuat identifikasi

perubahan.

Rencana tindakan :

a) Kaji tingkat pengertian mengenai proses penyakit dan

penatalaksanaan.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari klien.

b) Instruksikan pasien untuk tidak makan-makanan yang

mengandung asam.

Rasional :Makanan yang mengandung asam dapat

meningkatkan asam lambung.

c) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

penatalaksanaan.

Rasional : Membatu sebagai pengigat dan penguat belajar.


20
d) Evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam proses

pembelajaran.

Rasional : Untuk mengetahui kemampuan klien dalam

mengingat.

4. Implementasi

Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan

yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Tindakan yang diberikan tergantung pada situasi dan kodisi klien saat ini

(Debora, 2011). Menurut Doengoes (2014), implementasi adalah tindakan

pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai

tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap

tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan

keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi

terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada

pasien.Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap

pendekatan, yaitu independen, dependen, interdependen.Tindakan

keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan

oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan

lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan

suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan

lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen

adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan

medis. Keterampilan yang hams dipunyai perawat dalam melaksanakan

tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap dan psikomotor. Dalam

melakukan tindakan khususnya pada klien dengan gastritis yang harus


21
diperhatikan adalah pola nutrisi, skala nyeri klien, serta melakukan

pendidikan kesehatan pada klien.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus

pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau formatif

dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan, evaluasi

hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada

tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan (Nursalam, 2011). Pada

bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dan

dapat juga timbul masalah baru dan setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan nyeri berkurang/hilang, kecemasan pasien

berkurang, resiko infeksi tidak terjadi, kebutuhan nutrisi seimbang dan

tercukupi.

6. Dischange Planning

Dischange planning ( perencanaan pulang ) merupakan proses yang

dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang

dilakukan tim kesehatan untuk memberikan kemudahan pengawasan

pelayanan kesehatan dan sosial sebelum dan sesudah pulang. Tujuan

perencanaan pulang salah satunya meningkatkan kemandirian pasien dan

kelurga dalam memahami permasalahan,pencegahan yg harus ditempuh

sehingga dapat mengurangi angka kambuh dan penerimaan kembali di

rumah sakit (Nursalam, 2015).

22
Tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien sebelum diperbolehkan

pulang antara lain:

a. Pendidikan kesehatan untuk mengurangi angka kambuh atau

komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien Program pulang

bertahap bertujuan melatih pasien agar bisa kembali di lingkungan

masyarakat dan keluarganya.

b. Rujukan integritas pelayanan kesehatan harus saling berhubungan

antara keperawatan komunitas dengan rumah sakit,untuk mengetahui

perkembangan pasien di rumah.

C. Konsep Anak

1. Pengertian anak

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari

perkawinan anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan

tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun

tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak

Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang

merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia

bagi pembangunan Nasional.Anak adalah asset bangsa.Masa depan bangsa

dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak

sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula

kehidupan masa depan bangsa.Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian

anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan

datang.

2. Definisi Pertumbuhan dan perkembanagna Anak


23
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang

bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang

(cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen tubuh). Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan

dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap

organ tubuh.

Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada

individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan

secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara

kognitif, psikososial maupun spiritual (Supartini, 2000).

Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-

angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan

meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau

kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan

manusia berjalan secara progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan

perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam

bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan

emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan

bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan

dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara,

bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku

sosial lingkungan anak.

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di

seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan


24
perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang

dapat dicapai melalui kematangan dan belajar (Wong, 2000).

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang

bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang

(cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah

bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil

dari proses pematanga(Soetjiningsih, 1998 ).

Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh

bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan

perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh.

Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap

aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara

sinkron paada setiap individu.

3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa

prinsip dalam prosesnya. Prinsip tersebut dapat menentukan ciri atau pola

dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Prinsip-prinsip tersebut

antara lain adalah sebagi berikut  :

a. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada aspek

kematangan susunan syaraf pada manusia, di mana semakin sempurna


25
atau kompleks kematangan saraf maka semakin sempurna pula proses

pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dari proses konsepsi

sampai dengan dewasa.

b. Proses perkembangan dan pertumbuhan setiap individu adalah sama,

yaitu mencapai proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian

tersebut tidak memiliki kecepatan yang sama antara individu yang satu

dengan yang lain.

c. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas yang dapat

terjadi mulai dari kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau juga mulai

dari kemampuan yang sederhana hingga mencapai kemampuan yang

lebih kompleks sampai mencapai kesempurnaan dari tahap pertumbuhan

dan perkembangan (Narendra, 2002).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal

yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak.Faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Adriana, 2013 anak antara

lain:

a. Faktor Dalam (Internal)

1) Ras/etnik atau bangsa : Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa

Amerika, maka iatidak memilki faktor herediter ras/bangsa Indonesia

atau sebaliknya.

2) Keluarga: Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh

tinggi, pendek,gemuk atau kurus.

26
3) Umur : Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal,

tahun pertamakehidupan dan masa remaja.

4) Jenis kelamin : fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang

lebih cepatdaripada laki-laki.. Tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

5) Genetik : adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi

ciri khasnya.Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada

tumbuh kembang anak seperti kerdil.

6) Kelainan kromosom : Kelainan kromosom umumnya disertai dengan

kegagalanpertumbuhanseperti pada sindroma Down’s dan sindroma

Turner’s.

b. Faktor Luar (Eksternal)

1) Faktor prenatal :

a) Gizi : Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan

akanmempengaruhipertumbuhan janin.

b) Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital

seperti clubfoot.

c) Toksi/zat kimia :beberapa obat-obatan dapat menyebabkan

kelainan kongenital.

d) Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada

janin sepertideformitas anggota gerak.

e) Infeksi : Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus

TORCH dapatmenyebabkan kalainan pada janin, katarak, bisu tuli,

retasdasi mental dam kelainan jantung.

27
f) Kelainan imunologi : Adanya perbedaan golongan darah antara

janin dan ibusehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah

merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran

darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya

mengakibatkan kerusakan jaringan otak.

g) Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakukan

salah/kekerasanmental pada ibu hamil dan lain-lain.

2) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan keruskaan jaringan otak.

3) Faktor Pascasalin

a) Gizi : untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat.

b) Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkolosis, anemia,

kelainan jantungbawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan

jasmani.

c) Lingkukan fisis dan kimia : Lingkungan sebagai tempat anak hidup

berfungsisebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Sanitasi

lingkungan yang kurang baik, kurangnnya sinar matahari, paparan

sinar radioaktif, zat kimia tertentu mempunya dampak yang negatif

terhadap pertumbuhan anak.

4) Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak

dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertetkan,

28
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

5) Sosio-Ekonomi

Kemisikinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan

lingkungan yang

6) Lingkungan Pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi

tumbuh kembang anak .

7) Stimulasi

Pertumbuhan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam

keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,

keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

8) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghamba

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

hormon pertumbuhan.

29
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tinjauan Kasus
Tempat Praktik : Puskesmas 1 kasongan
Tanggal Pengkajian : 02-07-2018
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga
Yang melakukan pengkajian : Lore
A. PENGKAJIAN

I. Identitas

1. Identitas Diri Klien

a. Nama /Nama panggilan :P

b. Tempat tanggal lahir/Usia : Tumbang Liting, 11-09-2008/10 tahun

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Agama : Kristen Protestan

e. Pendidikan : SD

f. Alamat : Tumbang Liting

g. Tanggal Pengkajian : 2 Juli 2018

h. Diagnosa Medis : Gastritis

i. Rencana therapi :

2. Identitas Orang Tua

a. Ayah

a) Nama : Tn. H

b) Usia : 50 Tahun

c) Pendidikan : SD

d) Pekerjaan : Swasta
31
e) Agama : Kristen Protestan

f) Alamat : Tumbang Liting

b. Ibu

a) Nama : Tn. H

b) Usia : 50 Tahun

c) Pendidikan : SLTA

d) Pekerjaan : Ibu rumah tangga

e) Agama : Kristen Protestan

f) Alamat : Tumbang Liting

3. Saudara Kandung

N NAMA USIA HUBUNGAN KETERANGAN

1. An. K 8 Adik Kandung

2. An. T 6 Adik Kandung

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS

Klien sakit kepala dan perut ± 2 hari.

III. Riwayat Sekarang

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Sakit kepala dan nyeri di bagian ulu hati ± 2 hari dengan skala nyeri

sedang, bila dikasih obat anti nyeri sakitnya hilang.

B. Riwayat Kesehatan lalu

32
1. Pre Natal Care

a. Pemeriksaan kehamilan : -

b. Keluhan selama hamil : -

c. Perawatan selama hamil : -

d. Riwayat : -

e. Kenaikan berat badan selama hamil : -

f. Imunisasi TT: 2 kali

2. Natal

a. Tempat melahirkan : -

b. Lama dan jenis persalinan : -

c. Penolong persalinan : -

d. Cara untuk memudahkan persalinan : -.

e. Komplikasi waktu lahir : -

3. Post Natal

a. Infeksi Napas : -

b. Kondisi bayi : -

c. Apakah anak mengalami : -

C. Riwayat Sakit

1. Penyakit yang pernah dialami : batuk dan diare

2. Kecelakaan yang dialami : jatuh saat masih belajar jalan

3. Pernah : tidak pernah operasi

4. Alergi : tidak ada alergi obat dan makanan

33
5. Konsumsi oba-obatan bebas : saat flu biasanya minm obat dari

warung

6. Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya : sama dengan

teman sebaya

7. Riwayat Kesehatan keluarga

Penyakit anggota keluarga : tidak ada penyakit menular maupun

turunan

ii. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

X : Meninggal

34
: Mengalami masalah kesehatan

: Ada status keluarga

: Ada status pernikahan

: Ada masalah kesehatan

: Tinggal Satu Rumah

IV. Riwayat imunisasi

Jenis
NO Waktu Pemberian Reaksi setelah pemberian
Imunisasi

1 BCG Lengkap Muncul benjolan bekas suntik


pada kulit

2 DPT Lengkap Demam ringan

3 Polio Lengkap Demam ringan

4 Campak Lengkap Demam flu dan batuk

5 Hepatitis Lengkap Demam dan kehilangan nafsu


makan

V. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1) Berat Badan : BB lahir : 3.5 Kg masuk RS : 11 kg.

2) Tinggi Badan : PB: 47 cm, PB masuk RS: 110 cm

3) Waktu tumbuh gigi : 5 bulan

B. Perkembangan Tiap tahap


1) Usia anak saat ini : 10 tahun

35
2) Berguling : 3-4 bulan
3) Duduk : saat usia 7 bulan
4) Merangkak : saat usia 10 bulan
5) Berdiri : 13 bulan
6) Berjalan : 16 bulan
7) Senyum kepada orang lain : 7 bulan
8) Bicara pertama kali : 26 bulan
9) Berpakaian tanpa bantuan : 40 bulan
VI. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI

1. Pertama kali disusui : Menyusui dini satu jam setelah lahir

2. Cara pemberian : Setiap kali menangis, dan terjadwal pagi

3. Lama pemberian : 2 tahun

B. Pemberian susu tambahan

1. Alasan pemberian : Menambah nutrisi Asi

2. Jumlah pemberian : 250cc/hari

3. Cara pemberian : dengan menggunakan dot

C. Pemberian makanan tambahan

1. Pertama kali diberi usia : 7 bulan

2. Jenis : bubur dan susu

D. Pola perubahan Nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi

0-3 bulan ASI

3-12 bulan ASI

Saat ini Pakanan pokok, sayur,

36
lauk

VII. Riwayat Psichososial

1. Apakah anak tinggal di rumah sendiri : ikut orang tua

2. Lingkungan berada di : desa

3. Apakah rumah dekat : sekolah Ya, ada tempat bermain Ya, punya kamar

tidur sendiri

4. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya: tidak ada, apakah anak punya

ruangan bermain : ada di ruang tamu

5. Hubungan antar anggota keluarga: Harmonis

6. Pengasuh anak : orang tua

VIII. Riwayat Spiritual

1. Support sistem dalam keluarga:orang tua menemani saat belajar dan juga

saat makan, saat anak saki orang tua mengantar ke puskesmas

2. Kegiatan keagamaan: ke gereja pada hari minggu

IX. Reaksi Hospitalisasi

A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

1. Mengapa ibu membawa anaknya ke RS: karena anak menegluh nyeri

pada perutnya sudah dua hari

2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anaknya : iya, dokter

menceritakan sakit abnaknya yaitu peradangan pada lambung,

sehingga menyebabkan nyeri pada perut nya.

3. Bagimana perasaan orang tua saat ini : cemas dan takut serta kuwatir

tentang keluhan anaknya

37
4. Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya

5. Siapa yang akan tinggal dengan anak : ayah dan ibu

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

1. Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke rumah sakit: anak di

bawa ke puskesmas karena mengeluh nyeri perut sudah dua hari

2. Menurutmu apa penyebab kamu sakit: karena salah makan

3. Apakah dokter menceritakan keadaanmu: ya

4. Bagaimana rasanya dirawat di Puskesmas : sedikit tajut saat di periksa

dokter

X. Aktivitas sehari-hari

A. Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Selera makan 1. Baik 1. Kurang/sedikit


2.Menu makanan 2. Nasi, sayur, 2. Tidak mau makan,
daging, lauk pauk hanya makan
dan buah-buahan sedikit
3.Frekuensi makan 3. 3x sehari 3. 2x sehari
4. Minum es
4.Makanan yang 4. Mie instan dan
disuka makanan ringan
5.Makanan pantangan 5. Tidak ada

1. Selera makan 1.baik 1. berkurang


2. Nasi, sayur,
2. Menu makanan daging, lauk pauk dan 2. nasi dan lauk, sayur
buah-buahan
3. Frekuensi makan 3. 3x sehari
4. Makanan yang 3. sehari 3 x
disukai 4. mie
5. tidak suka pedas
5. Makanan 6. orang tua klien
pantangan mengatakan agar

38
6. Pembatasan pola tidak makan mie dan
makan snack
7. Cara makan 7.menggunakan
sendokdan kadang
8. Ritual saat makan
langsung pakai
/tangan
8.Berdoa

B. Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jenis minuman 1. Air putih, susu, teh 1. Air putih, teh


hamngat
2. Frekuensi minum 2. 6 gelas/hari 2. 5 gelas sehari
3. Kebutuhan cairan 3. 2000 cc/ hari
4. Cara pemenuhan 4. Minum

C. Eliminasi (bab/bak)

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1.Tempat pembuangan 1. WC 1. WC
2.Frekuensi (waktu) 2. 1x/hari 2. 1x sehari
3. Konsistensi 3. Lunak 3. Lembek
4. Kesulitan 4. Tidak 4. Tidak ada
5. Obat pencahar 5. Tidak 5. Tidak ada

D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jam tidur

39
Siang <1 jam <1 jam

Malam 20.00-06.00(10 jam) 20.00-06.00(10 jam)


2. Pola tidur
2. siang, malam 2. siang, malam
3. Kebiasaan sebelum
tidur 3. Berdoa dan 3. Berdoa dan mraya
membaca nyeri ang di
4. Kesulitan tidur rasaembaca
Tidak ada

E. Olah Raga

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Program olah raga Main lari lari di sekolah Tidak ada melakukan
olahraga
2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah
olah raga

F. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Cara mandi a. di kamar mandi


a. di kamar mandi b. 2x/hari
1. Cara b. 2x/hari c. gayung
c. gayung
2. Frekuensi
3. Alat mandi a. 2x/hari
2. Cuci rambut a. 2x/hari
b. keramas
a. frekuensi b. keramas
b. cara
3. Gunting kuku
a. 1x/minggu
a. Frekuensi a. 1x/minggu
b. Cara b. dengan gunting
b. dengan gunting kuku kuku
4. Gosok gigi

a. Cara
a. menggunakan sikat a. menggunakan sikat
b. Frekuensi gigi dan odol gigi dan odol
b. 2x/hari b. 2x/hari

40
G. Aktivitas/mobilitas fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Kegiatan sehari- 1. Berangkat sekolah 1. Klien tidak bisa


hari dan bermain di sore turun ke sekolah
hari dan bermain
2. Pengaturan jadwal
harian 2. Tidak ada 2. Tidak ada
3. Penggunaan alat 3. Tidak ada 3. Tidak ada
bantu aktivitas
4. Tidak ada 4. Tidak ada
4. Kesulitan
pergerakan tubuh

H. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Perasaan saat 1.Senang 1. Tidak sekolah


sekolah
2. Hari Minggu 2. Saat sakit beberapa
2. Waktu luang hari
3. Senang
3. Perasaan setelah
3. Senang
rekseasi/bermain 4. Nonton tv
4. Waktu senggang 4. Tidak dilakukan
keluarga saat sakit
5. Main dengan teman 5. Tidak ada
5. Kegiatan hari libur

XI. Pemerikasaan Fisik

A. Keadaan Umum Klien

Klien tampak lemah, meringis dan tidak bersemangat, kesadaran compos

menti.

41
B. Tanda - tanda vital

1. Suhu : 350C

2. Nadi : 80x/menit

3. Respirasi : 22x/menit

4. Tekanan darah : -

C. Antropometri

1. Panjang badan : 136 cm


2. Berat Badan : 30 kg
3. Lingkar lengan atas : 12 cm
4. Lingkar kepala: 29 cm
5. Lingkar dada: 32 cm
6. Lingkar perut:30 cm

D. Sistem Pernafasan
1. Hidung : Simetris
2. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3. Dada : Simetris, suara nafas vesikuler, tidak ada clubbing finger
E. Sistem Kardiovaskuler
1. Konjungtiva : tidak anemis, tidak ada cyanosis
2. Capillary refilling time <2 detik
F. Sistem Pencernaan
1. Skelera : tidak ikterik
2. Anus : tidak ada hemoroid
G. System indra
1. Mata : simetris
2. Hidung : tidak ada sekret
3. Telinga : simetris, fungsi pendengaran baik
H. Sistem syaraf
1. Fungsi cerebral : tidak di kaji
I. Sistem Muskulo Skeletal

42
1. Kepala: bentuk kepala oval
2. Tangan : tidak ada bengkak
3. Kaki : tidak ada bengkak
J. Sistem Integumen
1. Rambut : warna rambut hitam, tidak mudah dicabut
2. Kulit : warna kulit kuning langsat
3. Kuku : bersih
K. Sistem Endokrin
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
L. Sistem Perkemihan
Tidak ada distensi pada kandung kemih
M. Sistem Imun
Tidak ada alergi

XII. Pemeriksaan tingkat perkembangan


A. 0-6 tahun
Dengan menggunakan KPSP
1. Motorik kasar
o Anak dapat melompat
o Anak dapat mengayuh sepeda
o Anak dapat berjalan dengan jari kaki
2. Motorik halus
o Anak dapat menggambar segitiga dan segiempat

o Anak dapat manaruh satu persatu kubus di atas yang lain tanpa
menjatuhkannya
3. Bahasa
o Anak dapat bicara dengan baik, dapat menyebutkan kata dengan
jelas
4. Personal sosial
o Anak dapat bermain dengan orang anak lain

o Anak berminat terhadap aktivitas orang dewasa

o Anak dapat mengenakan pakaiannya sendiri

B. 6 tahun ke atas
1. Perkembangan kognitif : baik
2. Perkembangan psikoseksual : baik

43
3. Perkembangan psikososial : baik
XIII. Pemeriksaan Penunjang ( tidak ada)

ANALISA DATA

Data Kemungkinan penyebab Masalah

DS : Klien mengatakan iritasi pada lambung Nyeri akut


sakit kepala dan nyeri di
bagian ulu hati

P: Penyakit

Q: seperti ditusuk-tusuk

R: Nyeri ulu hati

S: Skala 6

T: saaat terlambat makan

DO : -. Klien terlihat
menahan sakit

- Wajah Meringis

-Nyeri Tekan

-.Tanda-tanda Vital

N :118X/M

S ;36,40C

R : 28 x/mnt

DS : klien mengeluh ulit Nyeri Gangguan istirahat tidur


tidur karena nyeri

44
DO : kklien tampak
lemah

DS : Orang tua Nyeri Resiko nutrisi kurang dari


mengatakan makan kebutuhan
anaknya berkurang saat
sakit

DO : BB : 30 Kg

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung

2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri

3. Rsiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri

D. PERENCANAAN

Hari/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


Tgl/ Keperawatan
Jam

Senin, Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji lokasi, lama, 1. menentukan


2 Juli berhubungan tindakan intensitas nyeri. intervensi
2018 dengan iritasi pada keperawatan 2. Kompres hangat selanjutnya.
18.00 lambung diharapkan masalah pada daerah nyeri. 2. meningkatkan
wib gangguan rasa 3. Observasi tanda- relaksasi otot.
DS : Klien nyaman : nyeri tanda vital.
3. indikator
mengatakan sakit teratasi. dibuktikan 4. Berikan posisi yang
keadekuatan
nyaman.
kepala dan nyeri di dengan Kriteria volume sirkulasi.
hasil: 5. Ajarkan teknik
bagian ulu hati manajemen nyeri. 4. menurunkan rasa
P: Penyakit 6. Kolaborasi nyeri.
a. Rasa nyeri 5. menurunkan
Q: seperti ditusuk- berkurang dalam
stimulasi yang
tusuk pemberian
berlebihan yang
R: Nyeri ulu hati b. Keadaan klien analgetik dapat mengurangi
tampak rileks rasa nyeri.
S: Skala 6
c. Skala nyeri : 0- 3 6. menghilangkan nyeri
sedang sampai berat.
T: saat mau tidur
dan setelah d. TTV dalam
aktivitas batas normal
(TD : 120/80
mmHg, N : 60-

45
DO : 80 x/mnt, RR :
-. Klien terlihat 16-20 x/mnt, S :
menahan sakit 36-37 °C)
- Wajah e. Tidak ada
Meringis perilaku distraksi
-Nyeri
Tekan

-. Tanda-tanda
Vital :
N: 118x/m
S: 36,4ºC
Rr: 28x/m

46
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnos
Hari/Tanggal/Jam Implementasi
. a

1. Selasa, DX-1 1. Mengkaji lokasi,


lama, intensitas
03-07-2018 nyeri.
2. Memberikan
07.00 Wib kompres hangat
pada daerah nyeri.
Hari-1 3. Mengobservasi
tanda-tanda vital.
4. Menganjurkan ibu
pasien untuk
memberikan posisi
yang nyaman.
5. Mengajarkan
teknik
manajemen
nyeri: relaksasi
dan napas dalam
6. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetik

47
F. EVALUASI

Hari /tgl Nomor Evaluasi Paraf


/jam Diagnosa

Selasa ,
1 S : Klien mengatakan nyeri agak berkurang setelah
O3-07- dikompres hangat
2018
P: Penyakit
Jam 16.30
WIB Q: seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri ulu hati
S: Skala 2
T : saat terlambat makan
O:
R : 20x/m
N: 82x/m
S :36ºC
A: Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Rabu, 04- S : Klien mengatakan tidak merasakan nyeri


07-2018 1
Klien tidak tampak meringis
Jam 15.00 O : K/u klien baik
WIB
klien tidak tampak meringis
R : 18x/m
N : 80x/m
S : 35.8ºC
A : Masalah teratasi
P Hentikan Intervensi

48
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan asuhan keperawatan pada An. P dengan diagnosa medis Gastritis di

Puskesmas Kasongan I Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan, pada tanggal

2 Juli 2018 melalui pendekatan kesengajaan secara teori dan kenyataan di lapangan,

pembahasan dibahas melalui langkah – langkah keperawatan sebagai berikut :

A. PENGKAJIAN

Berdasarkan hasil pengkajian Klien mengalami sakit kepala dan perut ± 2

hari, sebelum di bawa ke puskesmas kasongan klien di berikan obat dirumah

terlebih dahulu oleh ibu klien, namun belum sembuh juga sehingga di bawa ke

puskesmas kasongan I dan di berikan pengobatan terapi obat yaitu antasida.

Keadaan umum klien tampak lemah, meringis memegangi perut akibat

nyeri dan tidak bersemangat, kesadaran compos mentis. Tanda – tanda vital

Suhu : 350C, Nadi : 80x/menit Respirasi : 22x/menit. Klien kehilangan nafsu

makan. Hal ini sesuai dengan teori yang mana Gastritis merupakan suatu proses

peradangan pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung. Ditandai dengan

nyeri pada daerah perut dan kadang disertai dengan mual dan muntah, yang dapat

berujung pada perdarahan saluran cerna yang berupa ulkus peptikum bahkan dapat

menyebabkan perforasi pada lambung apabila tidak segera dilakukan tindakan

keperawatan(Syam, 2014).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul di dalam teori serta muncul dalam

kasus nyata Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

49
C. INTERVENSI dan IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Intervensi keperawatan yang terdapat dalam teori serta intervensi yang


dirumuskan dalam kasus klien, rumusan intervensi dalam kasus nyata sudah
sesuai dengan intervensi dalam teori yaitu kaji lokasi, lama, intensitas nyeri,
kompres hangat pada daerah nyeri, observasi tanda-tanda vital, berikan posisi
yang nyaman, ajarkan teknik manajemen nyeri, kolaborasi dalam pemberian
analgetik. Implementasi yang telah dilakukan adalah mengkaji lokasi, lama,
intensitas nyeri, memberikan kompres hangat pada daerah nyeri, mengobservasi
tanda-tanda vital, menganjurkan ibu pasien untuk memberikan posisi yang
nyaman, mengajarkan teknik manajemen nyeri: relaksasi dan napas dalam,
kolaborasi dalam pemberian analgetik. Penatalaksanaan implementasi pada
diagnosa sepenuhnya telah dilakukan sesuai dengan teori.
D. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilakukan satu kali sehari, dan dalam hal ini tidak semua masalah
keperawatan teratasi akan tetapi dari hasil evaluasi menunjukkan peningkatan
yang signifikan dalam klien. Evaluasi dilaksanakan mulai hari Selasa tanggal 3-
07-2018 pkl 16.30 WIB hingga 2 hari, hasil evaluasi pada hari ke 2 yaitu S :
Klien mengatakan tidak merasakan nyeri O : K/u klien baik, klien tidak tampak
meringis R : 18x/m N : 80x/m S : 35.8ºC A : Masalah teratasi P : Hentikan
intervensi.
E. DOKUMENTASI
Dilakukan dokumentasi keperawatan

50
Data tersebut berasal dan pasien (data primer), dan keluarga (data sekunder) dan data

dan catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses

keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis,

adapun data yang diperlukan pada klien Gastritis adalah sebagai berikut :

Keadaan Umum Klien. Klien tampak lemah dan tidak bersemangat. Tanda - tanda

vital Suhu : 350C, Nadi : 80x/menit Respirasi : 22x/menit. Dan di temukan masalah.

Diagnosa keperawatan pada klien dengan gastritis adalah :

Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan perubahan statuskesehatan, ancaman

kematian.Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya rasa nyeri.

Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaan berhubungan dengan

informasi yang kurang. Pada studi kasus ini di dapatkan diagnosa keperawatan

sebagai berikut :

Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada lambung, diagnosa ini

diprioritaskan menjadi diagnosa utama karena kebutuhan dasar rasa aman dan

nyaman manusia menurut Maslow yang paling utama yang harus segera diatasi

adalah oksigenasi. Setelah dilakukan pengkajian pada Anak P. Diagnosa ini

muncul dengan mempertimbangkan tanda dan gejala yang muncul saat pengkajian

langsung pada pasien. Rencana asuhan keperawatan yaitu pengkajian yang

sistematis dan identifikasi masalah, penentuan tujuan, pelaksanaan serta cara atau

strategi yang disusun dengan tujuan untuk menanggulangi masalah keperawatan

dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan berdasarkan prioritas masalah

pasien ( Nasrul, 2012), yaitu:


51
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi

(Doenges, 2014).

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah gangguan rasa nyaman : nyeri

teratasi. Kriteria Hasil. Rasa nyeri berkurang Keadaan klien tampak rileks. Skala nyeri : 0-

3. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt, S : 36-37

°C). Tidak ada perilaku distraksi. Evaluasi hasil yang diharapkan diakhir tindakan adalah

skala nyeri berkurang dan pasien tampak tenang. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam pada An. P didapatkan masala teratasi sebagian ,

rencana tindakan dilanjutkan..

52
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari asuhan keperawatan pada An. P penulis melakukan tindakan 2 x 24 jam dan

penulis menemukan satu diagnosa keperawatan yang muncul pada An. P yaitu : Nyeri

akut berhubungan dengan iritasi pada lambung Dan setelah dilakukan tindakan sesuai

dengan intervensi keperawatan dan kemudian di peroleh hasil sebagian masalah teratasi

sehingga ada intervensi yang dilanjutkan.

B. Saran

1. Bagi Instansi Rumah sakit

Perlunya mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara

komprehensif, tepat dan cermat.

2. Bagi Tenaga Perawat

Untuk lebih memberikan informasi dan memberikan pelayanan kesehatan secara

optimal.

3. Bagi tenaga kesehatan yang lain

Untuk lebih memberikan informasi dan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal

untuk kesembuhan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba medika.
Black, M. Joyce. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan Edisi 8. Singapura : Elsevier.
Dermawan, Deden. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Goysen Publishing.

Doenges, Marilynn. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ed. 3. Jakarta: EGC.
Evelyn, Pearce. (2002). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : EGC.

Ganong. W. F. (2008). Buku Ajar Fisisologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta;
Salemba Mesika. Hal : 8-23
Kurnia, Rahmi. (2011). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis Pada
Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukit Tinggi Tahun 2011.
Diakses 01 Desember 2015 Pukul 12:47 WIB. repository.unand.ac.id/17045/1/17-
JURNAL_PENELITIAN.pdf
Mansjoer, Arief, dkk. (2003). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Mubarak dan Chayatin. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba medika.
Nasir, dkk. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan: Konsep Pembuatankarya Tulis dan
Thesis Untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter, dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume 1 dan 2 : Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta : Graha Ilmu
Price, dan Wilson.(2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Trans
Info Media. Hal : 106-123
Sangadji, dan Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian : Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta : CV Andi Offset.
Santoso, Djoko, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya :
Airlangga University Press.
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soetjiningsing, dr. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta; EGC. Hal:  1-13

Syam, Ari, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 6. Jakarta :
Interna Publishing.
Wijaya, Andra. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai