Anda di halaman 1dari 55

MANAJEMEN MUAL DAN MUNTAH MELALUI ORAL HYGIENE DALAM

MENURUNKAN KEPARAHAN MUAL DAN MUNTAH PADA ASUHAN

KEPERAWATAN GASTRITIS

STUDI KASUS

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Untuk Memenuhi persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Di Akademi Keperawatan Yappi Sragen

Oleh :

YUNITA AYU PRATIWI

16056

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPISRAGEN JAWA TENGAH 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini merupakan penyakit

saluran pencernaan seperti gastritis. Masyarakat umumnya mengenal gastritis

dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu

masalah yang besar, misalnya jika mereka merasakan nyeri perut maka mereka akan

langsung mengatasinya dengan makan nasi dan istirahat, kemudian nyerinya hilang.

Gastritis adalan proses inflamasi mukosa dan sub mukosa pada lambung. Pada orang

awam penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat maka dapat

menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis) maka banyak darah yang keluar dan

berkumpul di lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker

lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Hastuti, 2011).

Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas factor internal yaitu adanya

kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat eksternal

yang menyebabkan iritasi dan infeksi (Purnomo, 2009). Gastritis merupakan suau

peradangan local atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila

mekanisme proktetif mukosa di penuhi dengan bakteri atau bahan iritan,gastritis

disbut adang lambung dapat menyerang setiap orang dengan segala usia. Ada

sejumlah gejala yang biasa dirasakan penderita gastritis seperti perut terasa nyeri,

mual, muntah, perih (kembung dan sesak) pada bagian atas perut (ulu hati).
Biasanya, nafsu makan menurun secara drastits, wajah pucat, suhu badan naik,

keluar keringat dingin, dan sering bersendawa terutama dalam keadaan lapar (Nian,

2015).

Badan kesehatan dunia (World Health Organization) WH0 2013, mengadakan

tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil presentase dari

angka kejadin gastritis di dunia, antaranya, Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%,

Kanada 25%, dan Prancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,821 juta dari

jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar

583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunya. Prevenlasi gastritis yang di

konfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara

substantial lebih tinggi dari populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat

asimptomatik. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup

tinggi dengan prevelansi 274,369 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.Didapatkan

bahawa di kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2% , Denpasar 46%,

sedangkan di Jawa Tengah angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 79,6%

(Riskedas, 2013).

Dinas kesehatan Jawa Tengah tahun 2013 menempati urutan besar penyakit di

provinsi Jawa Tengah, gastritis menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita

sebesar 38.075 orang (Dinkes Jawa Tengah). Laporan data kesakitan Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 tercatat sebanyak 7.446 jumlah kasus,

dan pada tahun 2014 tercatat sebanyak 6.321 jumlah kasus. Data terakhir

menunjukan bahwa penyakit gastritis tidak masuk dalam daftar 10 penyakit di Jawa
Tengah, namun demikan penyakit ini merupakan penyakit yang hampir semua

masyarakat pernah rasakan.Penderita gastritis berdasarkan presentase provinsi Jawa

Tengah data pasien inap pada tahun 2015 dari bulan Januari sampai Desember

sebanyak 148 kasus /pasien, pada tahun 2016 dari bulan Januari sampai Desember

berjumlah 200 kasus/pasien, dan pada tahun 2017 dari bulan Januari sampai

Desember berjumlah 94 kasus/pasien (Dinkes Jawa Tengah 2017).

Ada beberapa kasus yang menyebabkan terjadinya gastritis yaitu pemakaian

obat anti inflamasi nonsteroid, konsumsi alcohol berlebihan, banyak merokok,

pemberian obat kemoterapi, uremia, infeksi siskemik, stress berat, iskemia dan syok,

konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam/basa , trauma mekanik, dan infeksi

mikroorganisme (Sukarmin, 2013). Pada sebagian besar kasus gastritis, gejalanya

sangat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan-keluhan itu misalnnya mual dan

muntah, nyeri yang terasa panas dan perih di perut bagian ulu hati, hilang nafsu

makan, cepat merasa kenyang saat makan, buang air besar dengan tinja berwarna

hitam, diare (adanya infeksi di usus), bahkan anemia. Salah satu masalah yang

muncul pada gastritis yaitu mual dan mutah. Upaya dalam menurunkan keparahan

mual dan muntah yaitu dengan melalui oral hygiene. Oral hygiene merupakan suatu

tindakan yang dilakukan untuk mengurangi resiko penyakit gigi dan mulut,

memperbaiki kondisi mulut untuk meningkatkan nafsu makan, serta mencegah

penyakit yang penularanya melalui mulut (Amin, 2013).


Oral hygiene yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya dapat

menurunkan keparahan mual dan muntah sehingga meningkatkan nafsu makan.

Tujuan oral hygiene pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut yang utuh

yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebarab penyakit yang ditularkan

melalui mulut (misalkan tifus, hepatitis), mencegah penyakit melalui mulut dan gigi,

meningkatkan daya tahan tubuh, memahami praktik hygiene mulut, mampu

melakukan sendiri perawatan oral hygiene dengan benar dan mencapai rasa nyaman

yang berdampak menurunkan keparahan mual dan muntah (Amin,2013).

Dari uraian diatas penulis tertarik membuat studi kasus berjudul “Manajemen

Mual Dan Muntah Melalui Oral Hygiene Dalam Menurunkan Keparahan Mual Dan

Muntah Pada Asuhan Keperawatan Gastritis”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Manajemen Mual

Dan Muntah Melalui Oral Hygiene Dalam Menurunkan Keparahan Mual Dan

Muntah Pada Asuhan Keperawatan Gastritis ?”.

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum Penulisan

Untuk menganalisis Manajemen Mual Dan Muntah Melalui Oral

Hygiene Dalam Menurunkan Keparahan Mual Dan Muntah Pada Asuhan

Keperawatan Gastritis.
2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengkajian status nutrisi mual dan muntah pada asuhan

keperawatan gastritis.

b. Menganalisis diagnose keperawatan pada asuhan keperawatan gastritis.

c. Menganalisis rencana keperawatan manajemen mual dan muntah melalui

oral hygiene dalam menurunkan keparahan mual dan muntah pada asuhan

keperawatan gastritis.

d. Menganalisis implementasi manajemen mual dan muntah melalui oral

hygiene dalam menurunkan keparahan mual dan muntah pada asuhan

keperawatan gastritis.

e. Menganalisis evaluasi manajemen mual dan muntah melalui oral hygiene

dalam menurunkan keparahan mual dan muntah pada asuhan keperawatan

gastritis.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah pustaka tentang hubungan upaya menurunkan keparahan

mual dan muntah pada asuhan keperawatan gastritis dan hasil penelitian ini

dapat di jadikan refrensi ilmiah tentang manajemen mual dan muntah melalui

oral hygiene dalam menurunkan keparahan mual dan muntah dan dapat juga

menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian

sejenis.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman tersendiri bagi penulis

dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan khususnya studi kasus

tentang pemenuhan kebutuhan oral hygiene pada asuhan keperawatan

gastritis.

b. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai tambahan refrensi tentang penerapan pasien dengan gastritis dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan oral hygiene, agar dapat menjadi perbaikan

di masa yang akan datang.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan refrensi tentang penerapan pasien dengan gastritis dengan

gangguan pemenuhan oral hygiene sebagai proses belajar mengajar untuk

mahasiswa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan

1. Gastritis

a. Definisi

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung

sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadikan penyebab

terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan

merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2012).

Gastritis adalah peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput

lender lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui

di klinik karena diagnosisnyan hanya berdasarkan gejala klinis. Penyakit ini

sering dijumpai timbul secara mendadak biasanya di tandai dengan rasa

mual dan muntah, nyeri, pendarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun

atau sakit kepala (Rahmi Kurni,2011). Gastritis merupakan peradangan

(inflamasi) dari mukosa lambung yang disebabkan oleh factor iritasi dan

infeksi (Saydam,2011).
b. Etiologi

Menurut Sukarmin (2012), etiologi gastritis sebagai berikut :

1) Makan tidak teratur atau terlambat makan. Biasanya menunggu lapar

dulu baru makan dan saat makan langsung makan terlalu banyak.

2) Bisa juga disebabkan oleh bakteri bernama Helicobacter pylori.

Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput lender dinding bagian

dalam lambung. Fungsi lapisan lender sendiri adalah untuk melindungi

kerusakan dinding lambung akibat produksi asam lambung. Infeksi

yang diakibatkan bakteri Helicobacter menyebabkan peradangan pada

dinding lambung yang di sebut gastritis.

3) Merokok akan merusak lapisan lambung. Oleh karena itu, orang yang

merokok lebih sensitive terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga

akan meningkatkan asam lambung melambatkan kesembuhan dan

meningkatkan resiko kanker lambung.

4) Stress. Hal ini dimungkinkan karena system pernafasan di otak

berhubungan dengan lambung, sehingga jika seseorang mengalami

stress, bias muncul kelainan pada lambungnya. Stress bias

menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh. Perubahan

ini akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian

memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini

membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung. Lama-kelamaan

hal ini menimbulkan luka di dinding lambung.


5) Efek samping obat-obatan tertentu. Konsumsi obat penghilang rasa

nyeri, seperti obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin,

ibuproven (Advil, Motrin dll), juga naproxen (Aleve), yang terlalu

sering dapat menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut

maupun kronis.

6) Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum minuman

yang mengandung alcohol dan kafein seperti kopi. Hal itu dapat

meningkatkan produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya

terjadi iritasi dan menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung.

7) Alkohol, mengkonsumsi alcohol dapat mengiritasi (merangsang) dan

mengikis permukaan lambung.

8) Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka dan lada)

menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan

perdarahan.

9) Kondisi yang stress full (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan

susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCI lambung.

10) Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan lemak.

Cairan ini di produksi di hati dan dialirkan ke kantong empedu. Ketika

keluar dari kantong empedu dan dialirkan ke usus kecil (duodenum).

Secara normal, cincin pylorus (pada bagian bawah lambung) akan

mencegah aliran asam empedu ke dalam lambung setelah dilepaskan

ke duodenum. Namun apabila cincin tersebut rusak dan tidak bias


menjalankan fungsinya dengan baik atau dikeluarkan karena

pembedahan maka asam empedu akan mengalir ke lambung sehingga

mengakibatkan peradangan dan gastritis kronis.

11) Serangan terhadap lambung. Sel yang dihasilkan oleh tubuh dapat

menyerang lambung. Kejadian ini dinamakan autoimun gastritis.

Kejadian ini memang jarang terjadi, tetapi bias terjadi. Autoimun

gastritis sering terjadi pada orang yang terserang penyakit Hashimoto’s

disease, Addison’s disease dan tipe I. Autoimun gastritis juga berkaitan

defisiensi B12 membahayakan tubuh.

12) Pemberian obat kemoterapi. Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar

merusak sel yang pertumbuhanya abnormal, perusakan ini ternyata

dapat juga mengenai sel inang pada tubuh manusia. Pemberian dapat

juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa lambung.

13) Uremia. Urema pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme

di dalam tubuh terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremic).

Perubahan ini dapat memicu kerusakan pada epitel mukosa lambung.

14) Infeksi siskemik. Pada infeksi siskemik toksik yang dihasilkan oleh

mikroba akan merangsang peningkatan laju metabolic yang berdampak

pada peningkatan aktivitas lambung dalam mencerna makanan.

Peningkatan HCI dapat di rangsang oleh meditor kimia yang

dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinefrin.


15) Iskemia dan syok. Kondisi iskemia dan sok hipoolemia mengancam

mukosa lambung karena penurunan perfusi jaringan lambung yang

dapat mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.

16) Konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam/basa. Konsumsi asam

maupun basa yang kuat seperti etanol, thinner, obat-obatan serangga

dan hama tanaman. Jenis kimia ini dpata merusak lapisan mukosa

dengan cepat sehingga dapat beresiko terjadi perdarahan.

17) Infeksi mikroorganisme. Koloni bakteri yang menghasilkan toksik

dapat merangsang pelepasan gastrin dan peningkatan sekresi asam

lambung seperti Helicobater pylori.

c. Manifestasi Klinis

Menurut Sukarmin (2012), Manifestasi dari gastritis yaitu:

1) Tanda dan Gejala Gastritis Akut

Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan

asistomatik sampai yang berat dan dapat menimbulkan kematian.

Penyebab kematian yang sangat penting adalah adanya perdarahan

gaster. Gejala yang sangat mencolok adalah Hematemesis dan melena

yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena

kehilangan darah.

a) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahakan

asimtomatis. Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada ulu


hati, biasanya ringan dan tidak dapat di tunjuk dengan tepat

lokasinya.

b) Mual-mual dan muntah.

c) Perdarahan saluran cerna.

d) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai

darah samar pada tinja dan secar fisik akan di jumpai tanda-tanda

anemia defisiensi dengan etiologic yang tidak jelas.

e) Pada pemerikasaan fisikbiasanya tidak ditemukan kelainan kecuali

mereka yang engalami perdarahan yang hebatsehingga

menimbulkan tanda dan gejala gangguanhemodinamik yang nyata

seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai

gangguan kesadaran. Hipotensi diakibatkan oleh penurunan cairan

dalam darah yang mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan

darah terhadap dinding pembuluh. Perdarahan juga mengakibatkan

penuruna sel darah merah dan haemoglobin yang menurunkan

ikatan oksigen yang sampai ke jaringan. Proses metabolisme tubuh

yang sebagian besar berlangsung secara aerobic untuk proses

kalorigenik menjadi menurun karena penurunan ikatan oksigen.

Sebagai kompensasi pemenuhan kebutan jaringan jantung akan

berdenyut lebih cepat (takikardi).


2) Tanda dan Gejala Gastritis Kronis

a) Gejalanya bervariasi anatara satu orang dengan yang lain dan

kadang tidak jelas.

b) Perasaan penuh, anoreksia . Perasaan cepat penuh diakibatkan

sekresi yang berlebihan pada lambung ketika ada makanan yang

masuk. Sehingga kapasitas makanan menjadi menurun karena

sebagian besar telah di isi oleh mucus dan cairan hasil sekresi.

c) Distres epigastrik yang tidak nyata. Distrek epigastrik yang tidak

nyata sering berkaitan dengan perasaan gaster seperti penuh

padahal dilakukan pengecekan secara detail lambung tidak

mengalami peningkatan intralumenya. Respon ini terkait dengan

adaptasi psikologi yang berlangsung lama, jadi penderita seolah-

olah terbawa emosi lambungnya tersa penuh terus.

d) Nyeri epigastri. Rusaknya mukosa oleh enzim atau garam empedu

dapat menurunkan ambang nyeri. Penderita menjadi sensitive

terhadap nyeri.

e) Mual dan muntah

f) Anemia pernisiosa. Penurunan ikatan terhadap kobalamin pada

intestinum dapat mengakibatkan anemia pernisiosa sebagai

dampak penurunan factor intrinsic dari lambung.


d. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Sukarmin (2012) sebagai berikut :

Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alcohol,

obat-obatan anti inflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori.

Pengikisan ini dapat menimbulkan reaksi peradangan. Inflamasi pada

lambung juga dapat di picu oleh peningkatan sekresi asam lambung. Ion

H+ yang merupakan susunan utama asam lambung di produksi oleh sel

pariental lambung dengan bantuan enzim Na+/K+ ATPesa. Peningkatan

sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan persarafan,

misalnya dalam kondisi cemas, stress, marah, melalui serabut

parasimpatikvagus akam terjadi peningkatan transmitter asetilkolin,

histamine, gastrin releasing peptide yang dapat meningkatkan sekresi

lambung. Peningkatan ion H+ yang tidak di ikuti peningkatan penawarnya

seperti prostaglandin, HCO3+ , mucus akan menjadikan lapisan mukosa

lambung tergerus terjadi reaksi inflamasi.

Peningkatan sekresi lambung dapat memicu rangsangan serabut

aferennervus vagus yang menuju medulla oblongata melalui kemoreseptor

yang terdapat pasa zona pencetus kemoreseptor yang banyak mengandung

neurotransmitter epinafrin, serotonin, GABA sehingga lambung teraktivasi

oleh rasa mual dan muntah.

Mual dan muntah mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi.

Sedangkan muntah selain mengakibatkan penurunan asupan nutrisi juga


mengakibatkan penurunan cairan tubuh dan cairan darah. Kekurangan

cairan merangsang pusat muntah untuk meningkatkan sekresi antidiuretic

hormone (ADH) sehingga terjadi retensi cairan, kehilangan NaCi dan

NaHCO3 berlebiha ditambahkan dengan kehilangan natrium lewat muntah

maka penderita dapat jatuh hipontremia. Muntah juga mengakibatakan

penderita kehilangan K+ (hipokalemia) dan penderita dapat jatuh pada

kondisi alkalosis yang di perburuk oleh hipokalemia. Muntah yang tidak

terkontrol juga dapat mengancam saluran pernapasan melalui

aspirasimuntahan.

Perbaiakan sel epitel dapat di capai apabila penyebab yang menggerus

dihilangkan. Penutupan celah yang luka dilakukan melalui migrasi sel

epitel dan pembelahan sel yang di ransang oleh insulin like growth factored

an gastrin.
f. Klasifikasi gastritis :

Menurut Suratum (2010) klasifikasi gastritis yaitu :

1) Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang

menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar

zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Gastritis akut

suatu penyakit yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan

sembuh sempurna. Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian

besar kasus merupakan penyakit yang ringan. Penyebab terberat dari

gastritis akut adalah makanan yang besifat asam atau alkali kuat, yang

dapat menyebabkan mukosa lambung menjadi ganggren atau perforasi.

Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat obstruksi pyloru.

Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat

berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosive atau gastritis

hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan

dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan

terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambng pada

beberapa tempat, menyertai inflamasi paa mukosa lambung tersebut.

Gastritis dapat terjadi pada kondisi reluks garam empedu (komponen

penting alakali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus

kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respons peradangan

mukosa. Terjadinya iskemia, akibat penurunan aliran darah ke


lambung, trauma langsung lambung, berhungan dengan keseimbangan

antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas

mukosa, yag dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa

lambung.

2) Gastritis Kronik

Gastritis kronik merupakan perdangan bagian mukosa lambung yang

menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptic

dankarsinoma lambung tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya

belum diketahui. Penyakit gastritis kronik menimpakepada orang yang

mempunyai penyakit gastritis yang tidak disembuhkan. Awalnya sudah

mempunyai penyakit gastritis dan tidak disembuhkan, maka penyakit

gastritis menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan. Gastritis kronik

terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria dan daerah intra

epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik yaitu limfosit dan sel

plasma. Gastritis kronis didefinisikan secara histologis sebagai

pningkatan jumlah limfosit dalam sel plasma pada mukosa lambung.

Derajat ringan pada gastritis kronik adalah gastritis supefisial krosnis,

yang mengenai bagian sub epital disekutar cekungan lambung. Kasus

yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang

lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar

(gastritis atrofi kronis)dan metlapasia intestinal. Sebagian besar

gastritis kronis merupakan salah satu dari 2 tipe, yaitu: tipe A yang
merupakan gastritis autoimun adanya antibody terhadap sel parietal

yang pada akhirnya menimbulkan atropi mukosa lambung, 95% pasien

dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik

kronik. Biasanya kondisi ini merupakan tendasi terjadinya Ca lambung

pada fundus atau korpus dan tipe B merupakan gastritis yang terjadi

akibat helicobacter pylory terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan

mukosa sampai mulkularis, sehingga sering menyebabkan perdarahan

dan erosi.

g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaa penunjang menurut Sukarmin (2012) sebagai berikut :

1) EGD (Esofagogastriduodenoskopi)

Tes diagnosik kuci untuk perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat

sisi perdarahan/derajat ulkus jaringan/cidera.

2) Analisa Gaster

Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas

sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan

pembentukan asam nocturnalpenyebab ulkus duodenal. Penurunan atau

jumlah normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat dan asiditas

menunjukan sindrom Zallinger-Elison.

3) Amylase Serum

Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah di duga gastritis.

4) Pemeriksaan Darah
Tes ini di gunakan untuk memeriksa adanya antibody H.pylori dalam

darah. Hasil tes yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak

dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tdak

menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat

juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat

perdarahan lambung akibat gastritis.

5) Laboratorium

Tes ini untuk mengetahui kadar asam hidroklorida.

6) Pemeriksaan Histopatologi

Tes ini bertujuan untuk mengetahuikerusakan mukosa karena erosi

tidak pernah melewati erosi mukosa hidroklorida.

7) Pemeriksaan Pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri

H.pylori atau tidak.

8) Pemeriksaan Feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feses atau tidak.

Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.

9) Pemeriksaan endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran

cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.

10) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas


Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit

pencernaan lainya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium

terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen . Cairan ini akan melapisi

saluran cerna dan akan terlihat lebih ketika di ronsen.

h. Penatalaksanaan

Menurut Sukarmin (2012) penatalaksanaan untuk gastritis yaitu :

1) Berikan Antisida

Obat yang digunakan untuk menetralkan asam lambung atau mengikat

cairan asam lambung. Sehingga dapat digunakan untuk mengatasi

nyeri ulu hati, rasa panas pada perut kiri atas, mulas, mual-mual dan

kembung.

2) Berikan Histamin (H2) Blocker

Seperti famotidine dan ranitidine. H2 blocker mempunyai dampak

penurunan produksi asam dengan mempengaruhi langsung pada

lapisan epitel lambung dengan cara menghambat rangsangan sekresi

oleh saraf otonom pada nervus vagus.

3) Oral Hygiene

Membersihkan rongga mulut, lidah, dan gigidari semua kotoran/sisa

makanan dengan menggunakan kain kassa, kapas atau menggunakan

sikat gigi. Dalam menjaga oral hygiene yang efektif adalah dengan

sikat gigi. Pengenalan teknik sikat gigi secara teratur dan pemilihan

pasta gigi dengan tepat. Mengajarkan teknik sikat gigi yang benar.
Setelah sikat gigi anjurkan kumur-kumur antiseptic, dental flos atau

benang gigi, dan pembersih lidah. Oral hygiene mencegah penyakit

gigi dan mulut, mencegah penyakit yang penularanya melalui mulut,

mencegah infeksi gusi dan gigi, serta mempertahankan kenyamanan

rongga mulut. Oral hygene membantu menurunkan keparahan mual

dan muntah.

4) Diet Lambung dengan Porsi Kecil Tapi Sering

Diet lambung diberikan dengan syarat mudah di cerna, porsi kecil dan

sering diberikan, energi dan protein cukup,sesuai kemampuan pasien

untuk menerimanya, lemak rendah (10-15%), rendah serat, tidak

mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, serta rendah

luktosa. Tujuan diet lambung dengan porsi kecil tapi sering adalah

untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak

memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam

lambung yang berlebihan.

5) Pemberian Makanan Yang Tidak Merangsang

Walaupun tidak mempengaruhi langsung pada peningkatan asam

lambung tetapi makanan yang merangsang seperti pedas, kecut dapat

meningkatkan suasana asam pada lambung sehingga dapat enaikan

resiko inflamasi pada lambung. Selain tidak merangsang makanan juga

dianjurkan yang tidak memperberat kerja lambung seperti makanan

yang keras seperti nasi keras.


6) Berikan Latihan Untuk Manajemen Stress

Sebab stress dapat mempengaruhi sekresi asam lambung melalui

nervus vagus. Latihan mengendalikan stress bisa juga di ikuti dengan

peningkatan spiritual sehingga penderita dapat lebih pasrah ketika

menghadapi stress.

2. Asuhan keperawatan pasien gastritis

Menurut Sukarmin (2012) asuhan keperawatan pasien gastritis yaitu :

a. Pengkajian

Hal-hal yang menjadi orientasi pengkajian pada penderita gastritis anatara

lain :

1) Keluhan Utama

Penderita dating ke rumah sakit dengan keluhan nyeri epigestrum.

Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium diakibatkan iritasi mukosa

lambung yang merangsang nociseptor nyeri pada lapisan otot lambung

pada bagian pleksus saraf meinterikus (Auerbach).

2) Riwayat Kesehatan

Penderita dengan riwayat alkoholik, pola makan yang tidak teratur,

makan makanan yang merangsang pengikisan asam seperti, pedas, asam

dan konsumsi obat-obatan seperti aspilet, aspirin, merupakan factor

predisposisi terjadinya gastritis. Alkohol, aspilet maupun aspirin yang

dikonsumi dalm jangka panjang (>3 bulan) dapat mengikis mukosa

lambung sehingga mudah mengalami iritasi. Makanan yang bersifat


iritatif seperti pedas, asam dalam kurun waktu yang lama juga dapat

mengikis mukosa lambung. Mengonsumsi makanan yang tidak teratur

akan mengakibatkan asam lambung meningkat, tetapi tidak makanna

yang dicerna sehingga asam lambung justru merusak mukosa lambung.

Keluarga dengan kebiasaan sering mengkonsumsi makanan yang pedas

juga bisa andil dalam memengaruhi jumlah anggota keluarga yang

mengalami gastritis dari faktor usia 40% sampai 50% penderita gastritis

karena infeksi mempuanyai umur> 50 tahun, Negara berkembang angka

kejadiannya mencapai 90% dari rata-rata kasus diseluruh dunia

3) Pengkajian pola kebutuhan

Pola kebutuhan yang sangat menonjol mengalami gngguan adalah:

a) Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Keluhan yang menonjol pada penderia gastritis adalh rasa perih (

nyeri) epigastrium. Nyeri terutama pada saat lambung kosong

secara siklus kurang lebih 3 jam asam lambung akan mengalami

peningkatan), stress(terjadi peningkatan rangsangan simpati yang

menaikan kadar HCI). Data terkait nyeri epigastrik sering

dilaporkan oleh pasien dengan tipe macam-macam seperti disayat

piau, diremas atau mungkin ada yang terasa panas terbakar. Kondisi

ini kondisi ketidaknyamanan penderita ketegangan mimic muka

selama serangan. Skala nyeri tergantung pada luas dan dalamnya

ulkus, volume asam lambung. Semakin dalam ancaman iritasi dapat


mengenai anacaman persyarafan sehingga memicu sensasi nyeri

yang cukup kuat ( skala 6-8).

b) Kebutuhan nutrisi dan cairan

Peningkatan asam lambung pada penderita gastritis dapat

menurunkan nafsu makan, karena produksi sekretorit lambung akan

leih banyak mengisi lumen lambung. Penurunan nfsu makan

menyebabkan menurunya julah nutrisi yang masuk kekurangan

intek dan bahan energy utama seperti karbohiidrat akan terjadi

mekanisme pembokaran lemak, protein untuk dijadikan bahan

energi. Pemebtukan masa otot dan masa tubuh menjadi menurun

sehingga penderita lambat laun mengalami penurunan berat badan,

kulit kering dan asar (menurunnya roduksi kelenjar sebaca yang

bahan dasanya dari lemak), rambut mudah rontok( menurunnya

asam amin dar bahan penguat rambut dan penggantinya sel baru).

c) Kebutuhan mobilisasi

Energy diperoleh dari pemecahan karbohidrat, protein/lemak.

Bahan-bahan tersebut akan diubah menjadi ATP yang dapat

dipergunakan otot dan sel tubuh lain untuk memproduksi kalori.

Jumlahkalori yang menurun dapat memengaruhi fase depolarisasi

obat dan persyarafan sehingga otot menjadi menurun kekuatannya.

Penderita gastritis emah dengan skor keuatan otot pada masing-

masing ekstremitas <5. Penderita juga tampak malas untuk


beraktifitas, banyak tiduran. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-

hari seperti makan,BAB< BAK banyak dibanu oleh keluarga

dengan skor butuh bantuan butuh banuan dari 1.

d) Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh

Gastritis non infeksius dapat mempertahan kan suhu tubuh gastritis

dapat memunculkan gejal klinis sub hipotermi (suhu dari normal

mendekati hipotermi) akibat penutunan produksi kaloro tubuh

melalui pemecahan bahn nutrisi. Pada gastritis infeksius suh tubuh

kemungkinan tinggi (hipertermi dengan suhu>38 celcius).

Peningkatan suhu tubunh diakibatkan oleh zat pirogen yang dapat

dari toksik yang berasal dari toksik mikroorganisme yang

mengaktifasi hipotalamus untuk menaikan ambang suhu tubuh yang

kemudian diikuti oleh peningkatan aliran darah, vasodilatasi

pembuluh dan peningkatan produksikalori tubuh. Tanda lain yang

menunjang natar lain wajah terlihat kemerahan, kluti meraba panas

pada bagian vascular besar seperti muka, abdomen akan tetapi

dingin pada bagian perifer seperti ujung jari kaki akibat penurunan

perfusi.

e) Kebutuhan oksigenasi dan pernafasan

Pernapasan penderita gastritis mungkin mengalami peningkatan

karena peningkatandesakan gaster yang dapat menghambat

pengembangan paru. Pernapasan mungkin cepat, frekuensi antara


24-30 kali per menit. Kemungkinan terjadi ancaman oksigen kecil

kecuali pada penderita gastritis erosive dengan perdarahan. Gastritis

dengan perdarahan cepat menurunkan volume darah dan

menurunkan ikatan terhadap oksigen. Oksigen jaringan mengalami

penurunan di mulai dari tanda kulit dingin, pucat sampai yang

terberat adalah kebiruan. Penumpukan Co2 pada pembuluh dapat

memicu fase kontriksi pembuluh darah sehingga memperparah

perfusi jaringan.

f) Pemeriksaan fisik

(1) Keadaan umum; kemungkinan lemah akibat penurunan oksigen

jaringan,cairan cairan tubuh dan nutrisi. Tingkat kesadaran

mungkin masih composmentis sampai apatis kalau disertai

penurunan perfusi dan elektrolit (kalium, natrium, kalsium).

(2) Kondisi fisik :

(a) Mata : kemungkinankelihatan cekung (akibat penurunan

cairan tubuh), anemis (penurunan oksigen jaringan), anemia

(pernisiosa, anemia defisiensi besi).

(b) Mulut : kemungkinan mukosa mulut kering (penurunan

cairan intrasel mukosa), bibir pecah-pecah bau mulut tidak

sedap (penurunan hidrasi bibir dan personal hygiene).


(c) Pernapasan : respiratory rate 20-30 x per menit, mungkin

irama cepat akibat pembesaran gaster yng menghambat

pengembangan paru. Suara paru vesculer.

(d) Kardiovaskuler : kemungkinan terjadi peningkatan denyut

jantung, nadi teraba lemas (takikardi akibat hipovalemia dan

penurunan oksigen tubuh), penyempitan pembuluh perifer,

CRT >2 menit (penumpukan CO2 pada vascular). Pada

gastritis erosive(kronis) dengan perdarahan. Kalau gastritis

non erosive mungkin dijumpai penurunan kekuatan nadi

akibat penurunan metobolik.

(e) Genitourinaria : penurunan produksi urine, kurang dari 500

ml/hari sebagai kategori oligouria (akibat penurunan GFR

ginjal) pada gastritis erosive.

(f) Ekstremitas : penurunan massa otot ekstremitas atas pdan

bawah, lingkar lengan otot bisep dan trisep <10 cm. Kulit

menurun keelastisanya, terlihat kering.

b. Diagnosis Keperawatan

1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang.

2) Defisit cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan mual dan

muntah.

3) Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis.


c. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan Nanda, NIC & NOC ( 2015 )

No. Diagnosa Tujuan& Kriteria NIC


Keperawatan Hasil
NOC
1. Ketidakseibangan Setelah dilakukan 1. Jelaskan pentingnya
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan nutrisi bagi
kebuthan tubuh 3x24 jam kesembuhan penyakit
berhubungan diharapakan pasien (tentang
dengan intake yang manajemen nutrisi manfaat protein,
kurang dapat terpenuhi karbohidrat, lemak).
dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan dab pantau
1. Nafsu makan pasien untuk
mulai mengonsumsi
membaik makanan lunak,
2. Berat badan porsisedikit dan
mulai naik sering, tidak pedas
0,25 kg dan masam.
dalam kurun 3. Anjurkan pasien tidak
waktu 3 hari mengonsumsi alcohol
3. Pasien tidak atau minuman
terlihat bersoda.
lemah 4. Kolborasi dengan
4. Tekstur kulit dokter untuk
elastis, tidak pengobatan penyebab
kasar yang bisa
menimbulkan nyeri
saat makan.
5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
antisida.
2. Defisit cairan dan Setelah dilakukan 1. Monitor dan catat
elektrolit tindakan keperawatan intake output cairan
berhubungan selama 3x24 jam selam 24 jam.
dengan mual dan kebutuhan cairan 2. Monitor status hidrasi
muntah terpenuhi dengan pasien (kelembapan
kriteria hasil : mukosa mulut, nadi
1. Pasien tidak teraba kuat, tekanan
ada keluhan darah normal, kulit
haus dan tidak kring).
lemah 3. Monitor tanda-tanda
2. Turgor kulit vital.
baik (pada 4. Dorong pasien untuk
saat tetap mengonsumsi
dilakukan cairan sesuai toleransi
pencubitan (cairan berupa air puti,
cepat minuman yang manis
kembali) yang tidak
3. Membran merangsang seperti
mukosa alcohol atau minuman
mulut tidak bersoda).
kering 5. Kolaborasi pemberian
4. Denyut nadi cairan intravena.
terba kuat
dan dalam
batas normal
5. Tekanan
darah dalam
ambang
normal
6. Pengisian
pembuluh
darah baik
(pada saat
vena di
bending
kemudian
dilepas vena
cepat terisi
kembali
7. Volum urine
normal
(dalam 24
jam kurang
lebih
dihasilkan
1500 ml air
kencing
apabila
seseorang
minum
dengan rata-
rata 1500-
2000 ml)
8. Intake dan
outpun cairan
seimbang
3. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
dengan agen injuri tindakan keperawatan nyeri secara
biologis 3x24 jam diharapkan komprehensif meliputi
nyeri berkurang lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil : skala, intensitas
1. Pasien tidak durasi, kualitas dan
terliht pemberat nyeri.
meringis 2. Observasi reaksi
kesakitan nonverbaldari nyeri.
2. Tidak 3. Gunakan komunikasi
terdapat terapeutik untuk
diaphoresis mengetahui
(keringat pengalaman nyeri
dingin) pasien.
3. Nadi tidak 4. Kontrol lingkungan
teraba cepat yang dapat
(frekuensi > mempengaruhi nyeri
100x/menit). epigastrik seperti
4. Skal nyeri suara berisik yang
menurun mempengaruhi stress
(misalnya dan tidur.
menjadi 3 5. Kurangi faktor
dari yang presipitasi nyeri
kemarin 6) dengan anjurakan dan
pantau pasien untuk
mengonsumsi diet
yang lunak sedikit dan
sering serta konsumsi
minuman yang
bertahap sedikit demi
sedikit tidak
mengandung alcohol,
bersoda, terlalu asam
atau kafein.
6. Demonstrasikan cara
mengurangi nyeri
dengan teknik
relaksasi, imajinasi,
atau distraksi.
3. Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia Nutrisi

a. Pengertian

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yangberhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk kesehatan proses dalam tubuh manusia

untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan

menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam

tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu

tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aki reaksi dan

keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit

(Wartonah, 2010).

Pemenuhan nutrisi merupakan hasil kerja system pencernaan yang tak

terlepas dari system lainya sebagai suatu proses yang saling berkaitan,

system yang di maksud antaranya kardiovaskuler, pernafasan, persyarafan,

endokrin dll (Atoilah&Kusnadi 2013).

b. Fisiologi

Menurut wartonah Tarwoto dan Wartonah (2011) :

Zat giai dapat di peroleh tubuh melalui proses pencernaan. Saluran

pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), esophagus, lmbung

(gaster), usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga

meliputi organ-organ yang terletakdiluar saluran pencernaan, yaitu

prankeas, hati, dan kandung empedu. Yang memecah zat gizi secara

mekanis dengan mengunyah dan gerak halus, dan secara kimiawi dengan
kelenjar mulut dan usus halus zat-zat tersebut dapat di serap kedalam darah

dan getah bening. Makan akan di proses tubuh melalui tahap-tahap :

ingesti, dingesti, absorbs, metabolisme dan sekresi.

1) Ingesti

Adalah proses masuknya makanan kedalam tbuh yang tedriri dari :

a) Dimulai dari koordinasi otot-otot lengan dan tangan untuk

membawa makanan ke mulut.

b) Proses mengunyah, proses pemecahan, penyerdahanaan makanan

ukuran besar menjadi lebih kecil. Proses mengunyah melibatkan

gigi dan komtrol volunteer otot-otot mulut. Bila makanan berada

pada gigi, gusi, palatum keras dan lidah, maka akan terjadi reflex

mengunyah volunteer (disadari), yang diatur oleh system pusat.

c) Proses menelah merupakan tahap terakhir dari peristiwa ingesti,

yaitu bergeraknya makanan dari mulut ke esophagus, dan masuk

ke lambung. Proses terjadi secara reflex sebagai akibat adanya

penekanan pada bagian faring dan mulai sejak makanan sudah di

kunyak secara adekyat, serta reflex ini akan menahan proses

respirasi.
2) Dingesti

a) Merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang

di bawa kedalam tubuh.

b) Terjadi penyederhanaan zat makanan sehingga dapat di absorbs

oleh saluran intestinal.

c) Saluran yang berperan antara lain : mulut, faring, esophagus,

lambung, usus halus, usus besar.

Proses kimiawi pada ingesti :

a) Karbohidrat

Amilum dipecah menjadi maltose/somaltosa oleh enzim ptyalin

yang dihasilkan kelenjar ludah, yang di bantu oleh enzim amylase

dari pancreas, sehingga karbohidrat sampai pada usus halus sudah

menjadi maltose/disakarida lainya (laktosa&sukrosa). Disakarida

akan dirubah menjadi monosakarida pada permukaan dinding usus

halus dengan bantuan enzim lactase, sakrose dan maltose.

b) Protein

Terjadi perubahan secara kimiawi mulai dari lambung, dimana

protein dirubah menjadi pepton oleh enzim pepsin masuk ke

duodenum dirubah menjadi peptide oleh enzim tripsin (dihasilkan

prankeas) berubah menjadi asam amino pleh enzim dipermukaan

usus halus.
c) Lemak

Dilambung hanya diemulsikan saja dirubah menjadi asam lemak

dan gliserol dengan bantuan enzimlipase prankeas.

3) Absorbsi

a) Adalah proses dimana nutrisi yang telah terbentuk paling sederhana

diserah oleh usus halus.

b) Nutri diserap berupa : (glukosa, karbohidrat), asam amino

(protein), asam lemak dan gliserol (lemak), tanpa kecuali vitamin,

mineral dan air.

c) Setelah diserap oleh usus nutrisi akan dilanjutkan kesaluran darah

dan getah bening masuk ke hati melewati vena porta.

d) Tempat-tempat absorbs nutrisi :

(1) Vitamin yang larut dalam air, asam lemak/gliserol, natrium.

Kalsium, besi dan klorida di usus halus bagian atas.

(2) Monosakarida, asam amino, dan zat lain di usus halus bagian

tengah.

(3) Air, hidogen dan natrium di colon.

4) Metabolisme

Merupakan bagian akhir dalam penggunaanmakanan di tubuh. Proses

ini meliputi semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak

diserap oleh usus hingga di keluarkan oleh tubuh sebagai sampah.


a) Karbohidrat, zat utama penunjang tubuh dalam penyediaan

energiyang berbentuk glukosa. Dalam sel glukosa dirubah menjadi

energy dengan perubahan proses oksidasi yang menghasilkan ATP,

kalori dan zat buangan (air dan CO2).

b) Lemak, merupakan sumber energy yang paling produktif, 1 gram

lemak menghasilkan 9 kalori. Lemak merupakan kelengkapan

makanan yang penting sebagai wahana berbagai vitamin yang larut

dalam lemak, dan pemegang andil penting yang membuat makanan

terasa enek.

c) Vitamin, merupakan bahan makanan pelengkap yang penting.

Vitamin tidak menghaslkan kalori dalam jumlah yang berarti tapi

memegang peranan penting dalam berbagai proses yang diperlukan

guna menjaga kesehatan. Vitamin bersifat organic, dan tidak dapat

dihasilkan oleh tubuh.

d) Mineral, mudah larut dalam air yang fungsi utamanya menjaga

keseimbangan asam dan basa ciran tubuh.

e) Air, merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh, walau tidak

menghasilkan energy bagi tubuh. Kandungan air dalam tubuh 60-

70% dan merupakan bahan terpenting prose sekresi dan ekskresi.

f) Kalori, merupakan panas yang dihasilkan tubuh dari hasil

pembakaran zat gizi (nutrisi).


5) Ekskresi

Ekskresi atau eliminasi merupakan pekerjaan tubuh untuk membuat zat

sisa dari metabolisme yang tidak akan terpakai lagi untuk keperluan

tubuh.Proses ini terjadi dalam bermacam-macam bentuk, antara lain :

defekasi (zat sisa dari saluran cerna), miksi (zat sisa dari dari saluran

kemih), diaphoresis (pengeluaran keringat), dan ekspirasi (pengeluaran

C02).

c. Faktor yang mempengaruhi nutrisi

Menurut Atoilag dan Kusnadi (2013), faktor yang mempengaruhi

kebutuhan nutrisi pada manusia adalah umur, jenis kelamin, jenis

pekerjaan, iklim, tinggi dan berat badan serta status kesehatan.

1) Umur

Kebutuhan nutrisi pada anak-anak lebih tinggi dibandingkan

dibangdingkan dengan ukuran tubuh orang dewasa. Hal ini dapat

dimengerti karena pada usia tersebut sangat dibutuhkan untuk

dibutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan nutrisi

pada seseorang akan semakin naik sesuai umur sampai saat

kematangan, lalu akan menurun lagi.

Umur 1-3 tahun : 1.200 kal

Umur 4-6 tahun : 1.600 kal

Umur 7-9 tahun : 1.900 kal

Umur 10-12 tahun : 2.300 kal


Dewasa : 2.800 kal

2) Jenis Kelamin

Pada laki-laki membutuhkan kalori lebih banyak dari pada perempuan.

Hal ini disebabkan laki-laki mempunyai lebih banayak tot-otot dan

aktivitas sehingga BMR nyapun lebih tinggi.

Laki-laki remaja 13-15 tahun : 2.800 kal

16-19 tahun : 3.000 kal

Wanita remaja 13-16 tahun : 2.400 kal

16-19 tahun : 2.500 kal

3) Jenis Pekerjaan

Kebutuhan nutrisi dipengaruhi juga oleh aktivitas, terutama

penggunaan otot untuk memproduksi energy. Wanitabhamil dan

menyusui membutuhkan tambahan nutrisi untuk pertumbuhan janin

dan produksi ASI. Kebutuhan kalori Juru tulis (L) 1.700 kal, perawat

(L) 2.000 kal, pembantu rumah tangga 2.400 kal, wanita hamil 2.300

kal, menyusui 2.600 kal, dan petani 3.000 kal.

4) Iklim

Pada lingkungan (negara) yang beriklim panas kebutuhan kalorinya

lebih rendah dibandingkan Negara yang beriklim dingin, ini

disebabkan lingkungan dingin lebih banyak kebutuhan produksi panas

untuk keseimbangan tubuh. Sedangkan pada ikli panas di bantu dengan

suhu lingkungan.
5) Tinggi dn Berat Badan

Seseorang dengan TB dan BB yang besar lebih dari lainyaakan

membutuhkan energy yang lebih pula untuk menjaklankan

aktivitasnya.

6) Status Kesehatan

Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang

nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek obat.

Sedangka menurut Hidayat (2009), faktor yang mempengaruhi

kebutuhan nutri pada manusia adalah pengetahuan, prasangka,

kebiasaan, kesukaan dan ekonomi.

a) Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi

kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.

b) Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi

tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di

beberapa daerah tempe yang merupakan sumber protein yang

paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk di

makan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi

makanan tersebut dapat merendahkan derajat meraka.


c) Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang mungkin atau pantangan terhadap

makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizinya.

Mialnya, di beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan

papaya bagi para gadisremaja. Padahal, makanan tersebut sumber

vitamin yang sangat baik. Adapula larangan makan ikan bagi

anak-anak jarena ikan dianggap dapat menyebabkan cacingan,

padahal hal ini merupakan sumber protein yang sangat baik bagi

anak-anak.

d) Kesukaan

Kesukaan yang berkebihan terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak

memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan

dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai

gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, pra remaja

di kot-kota besar di negara kita memiliki kecenderungan

menyenangi makanan tertentu secara berlebihan, seperti makanan

cepat saji (junkfood), bakso, dll. Makanan-makanan ini tentu saja

berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika di konsumsi teralalu

sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.
e) Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena

penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak

sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian

yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi

keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi

perekonomian rendah.

d. Pengkajian

Menurut Sunarsih (2016), pengkajian pada kebutuhan dasar manusia nutrisi

yaitu :

Pengkajian status nutrisi meliputi : anthropometric measurement (A),

biochemical data (B), clinical sign (C), dan dietary history (D).

1) Anthropometric measurement (A)

Antropemetrik adalah suatu sitem pengukurun ukuran dan susunan

tubuh dan bagian khusu tubuh. Pengukuran antropemetrik yang

membantu dalam mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk :

a) Tinggi badan dan berat badan

Pengukuran tinggi badan dan berat badan harus diperoleh ketika

masuk rumah sakit atau lingkunan pelayanan kesehatan. Apabila

kemungkinan, klien harus ditimbang dengan waktu yang sama

setiap hari, pada skala yang sama, dan dengan pakaian atau linen

yang sama.
b) Lingkar pergelangan tangan

(1) Dipergunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh klien

(2) Ukuran kerangka adalah tinggi badan di bagi lingkar

pergelangan tangan, hasilnya di hitung nilai r

(3) R = (tinggi badan (cm) : lingkar pergelangan tangan (cm))

(4) Wanita : nilai r > 11,0 (kecil), nilai r 10,1sampai 11,0

(sedang), dan nilai r < 10,1 (besar)

(5) Laki-laki : nilai r > 10,4 (kecil), nilai r 9,6 (sedang), dan < 9,6

(besar).

c) Lingkar lengan bagian tengah

(1) Memperkirakan massa otot skelet

(2) Lengan non dominan klien direlaksasikan, dan lingkarnya di

ukur pada titik tengah, antara ujung dari prosesusakromial

scapula dan prosesus olecranon ulna

d) Lipatan kulit trisep

(1) Digunakan untuk memperkirakan isi lemak dari jaringan

subkutan

(2) TSF adalah pengukuran yang paling umum.


2) Biochemical Data (B)

a) Tes laboratorium

Tes laboratorium biasanya diguanakan untuk memelajari status

nutrisi termasuk ukuran protein plasma, seperti albumin,

transferrin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat

besi, dan hemoglobin.

b) Tes lain

Tes lain digunakan untuk menentukan status nutrisi termasuk

ukuran imunitas, seperti penundaan sensitivitas, kutneus, dan

ukuran metabolismeprotein, seperti studi 24 jam nitrogen urea

urine dan keseimbngan nitrogen.

3) Clinical Sign

Klien dengan masalah nutrisi akan memperlihatkan tanda-tanda klinik

yang jelas. Tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-

organ fisiknya, tetapi juga fungsi fisiologinya.

Organ/system Tanda nutri baik Tanda nutri buruk


tubuh
Berat badan Sadar, responsif Lesu, apatis, koheksia

Postur Normal untuk tinggi Obesitas atau kurus


badan, usia, bentuk
tubuh
Otot Tegak,lengan dan Tidak/atau kurang
tungkai urus berkembang, lemah, tonus
buruk, edema, tidak mampu
berjalan dengan baik
Kontrol system Perhatian baik,reflex Kurang perhtian,
saraf normal, psikologis iritabalitas,bingung, tangan
stabil dan kaki terasa terbakar atau
kesemutan, kehilangan posisi,
kelemahan dan nyeri otot,
penurunan atau kehilangan
refluks lutut dan tumit
Fungsi Nafsu makan dan Anoreksia,tidak dapat
gastrointestinal pencernaan baik, mencerna, kostipasi atau diare,
eliminasi teratur dan pembesaran hati atau limfa
normal, tidak ada
organ/massa yang
teraba
Fungsi Denyut dan Irma Takikardi, pembesaran
kardiovaskuler jantung normal, tidak jantung, irama tidak normal,
ada mur-mur, tensi tensi meningkat
normal
Vitalitas umum Ketahanan, bertenaga, Mudah lelah, kurang energy,
kebiasaan tidur baik, mudah tertidur dan apatis
kut
Rambut Bersinar, berkilau, Rambut berserabut, kusam,
kuat, tidak mudah kusut, kering, tipis dan kasar,
dicabut, kulit kepala depigmintasi, mudah rontok
sehat
Kulit Halus, sedikit lembab, Kasar, kering, bersisik, pucat
warna baik, turgor berpigmen, iritasi,
baik ruam,kehilangan lemak
subkutan
Wajah dan leher Merah muda, warna Berminyak, diskolorasi,
merata, tidak ada bersisik, bengkak, kulit
bengkak tampak gelap, dipipi dan
bawah mata, kulit sekitar
hidung dan mulut kasar
Bibir Halus, warna baik, Kering, bersisik, kemerahan
lembab (tidak atau bengkak (keilosis), lesi
pecah/bengkak) sudut mulut, fisura/skar
(stomatitis)
Mulut, Membran mukosa Membran mukosa mulut
membrane rongga mulut warna lembut dan bengkak
mukosa muda sampai
kemerahan
Gusi Warna merah muda, Gusi bengkak dan mudah
tidak bengkak atau berdarah, margin kemerahan,
berdarah inflamasi, gusi tertarik ke
belakang
Lidah Waran merah muda Bengkak, scarlet dan kasar,
atau kemerahan gelap, warna magenta, seperti daging
tidak bengkak, halus, (glositis), papilla hiperemia
terdapat papilla di dan hipertofi
pemukaan,tidak ada
lesi
Gigi Tidak berlubang dan Karies tidak terisi, gigi tidak
nyeri, terang dan ada, permukaan terpakai,
halus, bersih dan tidak burik, salah posisi
ada diskolorasi
Mata Terang, jernih, Konjungtiva pucat &
bersinar, tidak ada membrane kemerahan, kering
luka di sudut tanda infeksi, bintik bitot,
membrane, bulu mata fisura sudut kelopak mata,
lembab, pembulug membrane mata kering, korne
darah terlihat atau buram
tidak ada benjolan di
sclera, tidak ada
lingkaran kelelahan di
bawah mata
Leher (kelenjar) Tidak ada pembesaran Pembesaran tiroid
kelenjar
Kuku Keras, merah muda Bentuk seperti sendok, mudah
patah, berpunggung
Kaki, tungkai Tidak nyeri, lemah, Edema, nyeri betis,
atau bengkak, warna kesemutan, lemah
baik
Kerangka Tidak ada Kaki bengkok, lutut menyatu,
malformasi deformitas dada pada
diagfragma, scapula dan rusak
menonjol
4) Dietary History (D)

a) Kebiasaan asupan makanan dan cairan : pilihan, alergi, masalah,

dan area yang berhubungan lainya, seperti kemampuan klien untuk

memperoleh makanan

b) Tingkat aktivitas : untuk menentukan kebutahan energy dan

membangdingkanya dengan asupan makanan

c) Faktor yang mempengaruhi pola diet dan status nutrisi :

(1) Statu kesehatan : nafsu makan, anoreksia, dukungan nutrisi

(2) Kultur dan agama : jenis makanan dan diet, jumlah, kebiasaan

makanan etnik
(3) Status social ekonomi : kecukupan ekonomi untuk menunjang

harga makanan

(4) Pilihan Pribadi : Kesukaan terhadap diet, makanan favorit

atau yang dihindari, makanan mewah (symbol satus)

e. Diagnosis Nutrisi

1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang

2) Mual berhubungan dengan iritasi system GI


f. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan&Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakseibangan Setalh dilakukan tindakan 1. Kaji adanya
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 alergi makanan
kebutuhan tubuh jam diharapakan 2. Jeaskan
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi pentingnya
intake yang kurang terpenuhi dengan kriteria nutrisi bagi
hasil : kesembuhan
1. Perbaikan penyakit klien
pemenuhan 3. Anjurkan klien
nutrisi tidak
2. Berat badan naik mengomsumsi
3. Pasien tidak alcohol atau
terlihat lemah minuman
4. Tekstur kulit bersoda
elastis dan tidak 4. Monitor jumlah
kasar nutrisi dan
5. Tidak ada tanda- kandungan
tanda malnutrisi kalori
6. Tidak terjadi 5. Kolaborasi
penurunan berat dengan ahli
badan yang gizi untuk
berarti menentukan
jumlah nutrisi
dan kalori yang
dibutuhkan
pasien
6. Kolaborasi
dengan dokter
pemberian obat
antasida
7. Kolaborasi
dengan dokter
pemberian
multivitamin B
kompleks
2. Mual berhubungan Setelah dilakukan 1. Observasi
dengan iritasi GI tindakan keperawatan asupan cairan
selama 3x24 jam dan makanan
diharapkan Mual klien dan
berukurang dengan dokumentasi
kriteria hasil : temuan
1. Mual berkurang 2. Anjurkan klien
2. Kebutuhan zat untuk makan
gizi yang adekuat makanan yang
3. Mengalihkan kering dan
perhatian dari lunak
mual 3. Anjurkan klien
4. Meningkatkan untuk
nafsu makan klien menghindari
makanan yang
menusuk
hidung dan
berbau tidak
sedap
4. Ajarkan teknik
relaksasi dan
bantu pasien
untuk
menggunakan
teknik tersebut
selama waktu
makan
5. Kolaborasi
dengan dokter
pemberian obat
anti mual
6. Anjurka klien
membuat daftar
makanan yang
paling dapat di
toleransi dan
yang paling
sedikit dapat
ditoleransi
7. Anjurkan klien
untuj makan
makanan dalam
jumlah besar
saat mual
mereda
g. Penatalaksanaan Nutrisi

Menurut Sukarmin (2012), penatalaksanaan kebutuhan dasar manusia

nutrisi yaitu :

1) Oral Hygiene

Membersihkan rongga mulut, lidah, dan gigidari semua kotoran/sisa

makanan dengan menggunakan kain kassa, kapas atau menggunakan

sikat gigi. Dalam menjaga oral hygiene yang efektif adalah dengan

sikat gigi. Pengenalan teknik sikat gigi secara teratur dan pemilihan

pasta gigi dengan tepat. Mengajarkan teknik sikat gigi yang benar.

Setelah sikat gigi anjurkan kumur-kumur antiseptic, dental flos atau

benang gigi, dan pembersih lidah. Oral hygiene mencegah penyakit

gigi dan mulut, mencegah penyakit yang penularanya melalui mulut,

mencegah infeksi gusi dan gigi, serta mempertahankan kenyamanan

rongga mulut. Oral hygene membantu menurunkan keparahan mual

dan muntah.

2) Diet Lambung dengan Porsi Kecil Tapi Sering

Diet lambung diberikan dengan syarat mudah di cerna, porsi kecil dan

sering diberikan, energi dan protein cukup,sesuai kemampuan pasien

untuk menerimanya, lemak rendah (10-15%), rendah serat, tidak

mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, serta rendah

luktosa. Tujuan diet lambung dengan porsi kecil tapi sering adalah

untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak


memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam

lambung yang berlebihan.

3) Pemberian Makanan Yang Tidak Merangsang

Walaupun tidak mempengaruhi langsung pada peningkatan asam

lambung tetapi makanan yang merangsang seperti pedas, kecut dapat

meningkatkan suasana asam pada lambung sehingga dapat enaikan

resiko inflamasi pada lambung. Selain tidak merangsang makanan juga

dianjurkan yang tidak memperberat kerja lambung seperti makanan

yang keras seperti nasi keras.

4) Berikan Latihan Untuk Manajemen Stress

Sebab stress dapat mempengaruhi sekresi asam lambung melalui

nervus vagus. Latihan mengendalikan stress bisa juga di ikuti dengan

peningkatan spiritual sehingga penderita dapat lebih pasrah ketika

menghadapi strss.

4. Intervensi/Tindakan Keperawatan

a. Pengertian

Oral hygiene adalah membersihkan mulut, lidah, dan gigi dari semua

kotoran/sisa makanan dengan menggunakan kain kassa, kapas atau

menggunakan sikat gigi.

b. Macam dan Indikasi

1) Oral hygiene dengan sikat gigi

Dilakukan untuk pasien yang sadar


2) Oral hygiene tanpa sikat gigi

a) Pada pasien yang tidak dapat menggunakan sikat gigi, stomatitis

berat, pada penyakit darah tertentu.

b) Pasien yang sakit parah atau tidak sadar.

c) Pasien sesudah operasi mulut/patah tulang rahang.

c. Manfaat

1) Mencegah infeksi baik setempat maupun penularan melalui mulut.

2) Melaksanakan kebersihan perorangan.

3) Mempertahankan kenyamanan rongga mulut.

4) Menurunkan keparahan mual dan muntah.


d. Prosedur/SOP

No. Aspek yang diniali/Tindakan Bobot Nilai


Ya Tidak
A Tahap Orientasi
1. Memberi salam/menyapa pasien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan 2
4. Menjelaskan langkah prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2

B Tahap Kerja
1. Mencuci tangan 2
2. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar 2
3. Menjaga privacy 2
4. Memasang perlak dan alasnya/handuk di bawah 2
dagu pasien
5. Memakai sarung tangan 2
6. Membantu pasien untuk berkumur sambil 8
menyiapkan bengkok
7. Membantu menyiapkan sikat gigi dan pastanya 8
8. Membantu pasien menyikat gigi bagian depan, 9
samping dan dalam
9. Membantu pasien untuk berkumur sambil 8
menyiapkan bengkok
10. Mengulangi membantu pasien menyikat gigi 9
bagian depan, samping dan dalam
11. Membantu pasien untuk berkumur sambil 8
menyiapkan bengkok
12. Mengeringkan bibir menggunakan tissue 2
13. Merapikan alat dan memberikan posisi 2
senyaman mungkin
14. Membereskan peralatan 2
15. Melepas sarung tangan 2
16. Mencuci tangan 2

C Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menjelaskan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan dengan pasien 2

D Penampilan Selama Tindakan


1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 4
3. Menjaga keamanan pasien 4
TOTAL
B. Kerangka Teori
Tanda dan gejala
1. Resiko infeksi b.d traua pada
jaringan, proses penyakit 1. Kadar gula puasa tidak normal
2. Ketidakseimbangan nutrisi 2. Poliuria
kurang dari kebutuhan tubuh b.d 3. Polidipsia
gangguan keseimbangan insulin 4. Polifagia
5. Kesemutan, gatal
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan keseimbangan insulin,
makanan dan aktivitas jasmani
Diabetes mellitus
4. Kerusakan Intergritas Jaringan
b.d nekrosis kerusakan jaringan

Non farmakologis

Farmakologis

Perwaatan Kaki

Keterangan
Meningkatkan intergritas
jaringan perifer
; Diteliti

: Tidak Di Teliti

Perfusi jaringan
normal

Gambar 2.2 kerangka teori


Sumber : Nurarif & Kusuma (2015), NANDA, NIC, NOC (2015)
C. Kerangka Konsep

Perawatan kaki

Tissue integrity : Skin and


Meningkatkan mucous Perfusi Jaringan
intergritas jaringen Normal
perifer

Comfoonding. Faktor

1. Genetic
2. Imunologi
3. Lingkungan
4. Obesitas
5. Usia
6. Riwayat keluarga

Keterangan
: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 2.2 kerangka konsep

Sumber : Nurarif & Kusuma (2015), NANDA, NIC, NOC (2015)

Anda mungkin juga menyukai