DOSEN PEMBIMBING :
Disusun Oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat Taufiq Hidayah dan Karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada saya
sebagai penulis kususnya dan dapan memberikan tambahan informasi dan ilmu
kepada pembaca .
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, luka bakar harus dirawat secara terpadu dan ditempat
yang mempunyai fasilitas tempat perawatan, laboratorium, kamar operasi yang
mamadai. Dan tentunya SDM yang kemampuan dan jumlahnya memadai.
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi luka bakar.
2. Mengetahui penyebab terjadinya luka bakar,
3. Mengetahui klasifikasi luka bakar.
4. Mengetahui patofisiologi luka bakar.
5. Mengetahui fase-fase luka bakar.
6. Mengetahui efek patofisiologi luka bakar.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang klien luka bakar.
8. Mengetahui penatalaksanaan luka bakar.
9. Mengetahui rehidrasi cairan pada klien luka bakar.
10. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada klien luka bakar.
11. Mengetahui posisi/rehabilitasi pada klien luka bakar.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang
dapat dipicu atau dipaparkan dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti
bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung pematik api, yang akan
menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Penyebab lain
3
luka bakar adalah pajanan suhu tinggi dan matahari, listrik, maupun bahan kimia.
Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat.
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
7. Obesitas
A. Berdasarkan Penyebab
1. Luka bakar karena api dan atau benda panas lainnya (disebut dengan
istilah “burn”)
2. Luka bakar karena minyak panas
3. Luka bakar karena air panas (scald)
4. Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat atau basa kuat
(chemical burn)
5. Luka bakar karena listrik dan petir (electric burn atau electrocution dan
lightning)
6. Luka bakar karena radiasi
7. Luka bakar karena ledakan (perlu disebutkan penyebab ledakan; missal
ledakan bom, ledakan tabung gas, dsb)
8. Trauma akibat suhu sangat rendah (frost bite)
4
B. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan (luka)
1. Luka bakar derajat I
a) Kerap diberi symbol 1º
b) Kerusakan jaringan terbatas pada bagian permukaan ( supersial)
yaitu epidermis
c) Pelekatan epidermis dengan dermis (dermal- epidermal junction)
tetap terpelihara baik
d) Kulit kering, hiperemik memberikan efloresesnsi berupa eritema
e) Nyeri karena ujung- ujung saraf sensorik teriritasi
f) Penyembuhan (regenerasi epithel) terjadi secara spontan dalam
waktu 5-7 hari
g) Contoh : Luka bakar akibat serangan matahari (sun-burn)
h) Karena derajat kerusakan yang ditimbulkannya tidak merupakan
masalah klinik yang berarti dalam kajian terapetik, luka bakar derajat
satu tidak divcantumkan dalam perhitungan luas luka bakar
5
2. Luka bakar derajat II (partial thickness burn)
a) Kerap diberi simbolº
b) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian
superficial dermis
c) Respons yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai proses
eksudasi
d) Nyeri karena ujung- ujung saraf sensorik teriritasi
e) Luka derajat II ini dibedakan menjadi dua, yaitu: derajat dua dangkal
dan derajat dua dalam; diuraikan berikut ini
1) Derajat II dangkal (Superficial partial thickness burn)
i. Kerusakan menegenai epidermis dan sebagian (sepertiga
bagian superfisial) dermis
ii. Demal- epidermal junction mengalami kerusakan sehingga
terjadi epidermolisis yang diikuti terbentuknya lepuh (bula,
blister). Lepuh ini merupakan karakteristik luka bakar
derajat II dangkal. Bila epidermis terlepas (terkelupas).,
terlihat dasar luka berwarna kemerahan- kadang pucat-
edematous dan eksudatif
iii. Apendises kulit (integument, adneksa kulit) seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjarsebasea utuh
iv. Penyembuhan terjadi secara spontan umumnya
memerlukan waktu antara 10-14 hari, hal ini dimungkinkan
karena membrana basalis dan apendises kulit tetap utuh;
diketahui keduanya merupakan sumber proses
ephitelialisisasi
2) Derajat II dalam (Deep partial thickness burn)
i. Kerusakan mengenai hamper seluruh (dua per tiga bagian
superfisial) dermis
ii. Apendises kulit (integument) seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian utuh
iii. Kerap dijumpai eskar tipis di permukaan; harus dibedakan
dengan eskar pada luka bakar derajat tiga
6
iv. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit
yang tersisa. Biasanya penyembuhan memerlukan waktu
lebih dari 2 minggu
7
permeabilitas kapiler di seluruh tubuh. Syok luka bakar adalah syok
hipovolemik dan syok seluler. (Amelia, Yanny, Siwi, 2018)
8
2.6 Efek Patofisiologi Luka Bakar
1. Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah
luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk
luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat
lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan
pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total
permukaan tubuh (TBSA: Total Body Surface Area) atau lebih
besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik
dan sesuai dengan luasnya injuri.
2. Sistem Kardiovaskuler
Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan
lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung
mengenai membran sel menyebabkan sodium masuk dan
potasium keluar dari sel. Luka bakar yang luas menyebabkan
edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka
maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi
penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung
meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine
dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya
kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan
hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler.
Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka
terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran
cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh
normal perhari adalah 350 ml. Keadaan ini dapat mengakibatkan
penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak
diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik
dan ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas
dapat terjadi. Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar,
permeabilitas kapiler menurun. Kardiac output kembali normal
9
dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan
hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar.
Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume
sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya
terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di
bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena
kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada
waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan
diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.
3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke
ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang
menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang,
yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi
gastrointestinal pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25
%.
4. Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada
aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi
immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage
dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas.
Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi
dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.
5. Sistem Resspiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan
penurunan kadar oksigen arteri dan “lung compliance”.
10
3. Jika curiga trauma inhalasi: rontgen toraks, gas darah arteri, perkiraan
CO2.
4. Golongan darah dan cross match
5. EKG/enzim jantung dengan luka bakar listrik
(Pierce,2007)
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat
pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara
lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit
gawat darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang
dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka
bakar memerlukan obat-obatan topikah karena eschar tidak dapat ditembus
dengan pemberian obat antibiotik sistemis. Pemberian obatobatantopikah anti
mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian
obat-obatan topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi
luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab kematian
pasien.
Prinsip penanganan :
11
1) hentikan proses yang menyebabkan luka bakar
2) Universal precaution, hiv, hepatitis
3) Fluid resuscitation : 2-4 cc rl x bb x luas lb.
4) Tanda Vital pasien
5) Pemasangan nasogastric tube
6) Pemasangan urine kateter
7) Assessment perfusi ekstrimitas
8) Continued ventilatory assessment
9) Manajemen Nyeri
10) Psychosocial assessment
11) Pemberian tetanus toksoid
12) Timbang berat badan
13) Pencucian luka di kamar operasi (bius total)
12
1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang
hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat
kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water
losses.
1) Cara Evans
13
50% untuk 16 jam kedua
2) Cara baxter
1. Status gizi penderita, masa bebas lemak, umur, jenis kelamin dan luas
permukaan tubuh
2. Riwayat penyakit sebelumnya sepertidiabetes mellitus, penyakit hati berat,
penyakit ginjal dan lain- lain
14
3. Luas dan kedalaman luka bakar
4. Suhu dan kelembaban ruangan (mempengaruhi kehilangan panas melalui
evaporasi)
5. Nyeri dan kecemasan
1.Mencegah kecacatan
a. Streching (Peregangan)
Latihan peregangan di lakukan untuk mencegah terjadinya kontraktur
atau penarikan anggota gerak. Latihan peregangan ini bisa sangat
efektif ika di lakukan secara perlahan lahan.
b. Strengthening (Penguatan)
16
Latihan penguatan dilakukan untuk mencegah terjadinya kelemahan
pada anggota gerak akibat imobilisasi yang lama. Latihan ini
dilakukan dengan memberikan gerakan aktif secara rutin kepada
pasien untuk melatih otot otot ektermitas misalnya jalan biasa jalan
cepat sit up ringan .
c. Endurance (Ketahanan)
Latihan ketahanan bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi dan
penurunan daya tahan pada otot akibat dari perawatan yang lama di
rumasakit. Latihan ketahanan dilakukan dengan bersepeda sit up dan
naik turun tangga.
d. Latihan gerak kordinasi
1. Latihan kerja dalam kehidupan sehari hari
Latihan ini dilakukan dengan melatih kemandirian pasien luka
bakar , seperti mandi, makan , minum dan bangun tidur.
2. Latihan peningkatan keterampilan
Latihan peningkatan keterampilan di lakukan untuk mencegah
terjadinya atrofi pada otot otot kecil pada tangan.
Rehabilitasi pada pasien luka bakar fase kritis (akut dan sub akut)
17
kontraktur .Kontraktur adduksi pada daerah aksila dapat di cegah
dengan memasang splint aksila dengan posisi pasien abduksi pada
sendi bahu.
Beberapa posisi yang dapat di lakukan untuk mencegah deformitas
Rehabilitasi pada pasien luka bakar menjadi lebih sulit pada fase
penyembuhan . Hal ini desebabkan karena pasien lebih peduli dan hati
hati terhadap apa yang terjadi pada dirinya dan sering timbul rasa segan
pada ahli terapinya.
18
Perinsip utama yang harus dilakukan dalam fase penyembuhan pasien luka
bakar adalah sebagai berikut :
19
1. Sensori motor sesuai dengan kondisi dan tahap penyembuhan
2. Evaluasi dan latuhan fungsional
3. Leisure activity
4. Penerapan lingkungan yang ergonomis di sesuaikan dengan
lingkungan luka bakar
5. Evaluasi dan evaluasi produktifitas kerja
6. Jika di perlukan dapat dilakukan split dan adaptasi aktivitas
7. Latihan melakukan aktivitas Hidup sehari hari
20
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas
Meliputi nama , alamat , jenis kelamin , umur ,status , agama ,suku ,
tingkat pendidikan , pekerjaan, tanggal MRS, dan informan apabila dalam
melakukan pengkajian kita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang
tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah
umur 2 tahun dan dewasa diatas 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap
jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). Data pekerjaan perlu karena
jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan
pendidikan menentukan intervensi yang tepat dalam pendekatan.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
a. Fase Akut
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar fase
akut adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi
terhadap saraf. Sesak nafas yang timbul beberapa jam setelah klien
mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
b. Fase Sub Akut
Biasanya pasien dengan luka bakar pada fase sub-akut
mengeluh adanya nyeri, suhu badan meningkat, kemerahan dan
pembengkakan pada area luka bakar dan mulai muncul bulae.
c. Fase Lanjut
Pada fase lanjut timbul penyulit seperti jaringan parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya
kontraktur.
21
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Fase Akut
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar,
penyebab lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta
keluhan klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan
pengkajian. Perawatan yang dilakukan meliputi beberapa fase : fase
emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola BAK), fase akut
(48 jam pertama beberapa hari/bulan). Pada fase akut biasanya
masalahnya ada pada ABCDE dan hypovolemia.
b. Fase Sub Akut
Pada fase ini berlangsung setelah syok teratasi.
Permasalahan pada fase ini adalah proses inflamasi atau infeksi pada
luka bakar, problem penutupan luka, dan keadaan hipermetabolisme.
Saat dikaji pasien mengeluh nyeri pada daerah yang terkena luka
bakar, daerah sekitar luka bakar kemungkinan mengalami
kemerahan dan pembengkakan, merasa panas dan sering merasa
haus.
c. Fase Lanjut
Pada fase ini kondisi klien semakin membaik, tetap
dilakukan pemantaun. Keadaan kulit membaik dan sembuh
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh
klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat
jika klien mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM,
neurologis, atau penyalahgunaan obat dan alkohol.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
22
5. Riwayat psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri
body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik
mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga
membutuhkan perawatan yang lama , sehingga mengganggu klien dalam
melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
23
Gangguan pengenalan terhadap rasa posisi ,sikap tubuh
,mengekspresikan keraguan terhadap penampilan peran.
8. Pola Peran dan Hubungan
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
9. Pola Reproduksi Seksual
Terjadi pengurangan karena kerja dan fungsi hormon berkurang ,
adanya bagian genital yang terbakar menyebabkan ketidakpuasan
dalam seks.
10. Pola Koping Stress
Perasaan tidak berdaya atau tidak ada harapan , menyangkal ,
ansietas ,ketakutan , mudah tersinggung , gelisah , kesedihan yang
mendalam ,dan perasaan tidak mampu.
11. Pola Nilai Dan Keyakinan
Meningkatkan dalam beribadah supaya diberi kesembuhan.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas
sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran jika
luka bakar mencapai derajat cukup berat.
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah menurun , nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam
pertama.
3. Head To Toe
a. Kepala
Bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setelah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan
luas luka bakar.
b. Mata
24
Kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok terkena air panas, bahan kimia akibat luka bakar.
c. Hidung
Adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
d. Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering
karena intake cairan kurang.
e. Telinga
f. Leher
25
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka
baru pada muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karena nyeri.
k. Integumen
Merupakan pemeriksaan pada daerah yang mengalami luka bakar
(luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran presentase luas uka
bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai
berikut :
Bagian Tubuh 1 Tahun 2 Tahun Dewasa
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas 18% 18% 18%
(kanan dan kiri)
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah 27% 31% 30%
(kanan dan kiri)
Genetalia 1% 1% 1%
26
c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya
kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2)
atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin
terlihat pada retensi karbon monoksida.
d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal,
natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan,
hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis.
e. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
g. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan
respon stress.
h. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein
pada edema cairan.
i. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena
cedera jaringan.
j. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
3. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan
luka bakar.
F. Penatalaksanaan
27
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan
pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan serta
disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat
kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan
diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain
adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar
memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti
microbial bertujuan untuk mensterilkan luka akan tetapi akan
menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi,
dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat
mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering
kali masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999).
A. Fase Akut
2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d nadi teraba lemah, tekanan
nadi menyempit, membrane mukosa kering, hematocrit meningkat
3. Nyeri akut b.d luka bakar d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah
C. Fase Lanjut
1. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iriatif, factor elektris d.d
kerusakan jaringan dan lapisan kulit
28
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh d.d
mengungkapkan kekhawatiran reaksi orang lain
3. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, anoreksia.
2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d nadi teraba lemah, tekanan
nadi menyempit, membrane mukosa kering, hematocrit meningkat
29
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan hipovolemia dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1. Output urine meningkat
2. Intake cairan membaik
Intervensi :
a. Monitor status kardiopulmonal
Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan
mengkaji respon kardiovaskuler
b. Monitor status cairan
Rasional : untuk meyakinkan rata rata pengeluaran urin. Urin
bewarna merah pada kerusakan otot massif karena adanya darah dan
keluarnya myoglobin
c. Pasang jalur IV berukuran besar
Rasional : memungkinkan infus cairan cepat
d. Ambil sempel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
Rasional : mengidentifikasi kehilangan darah dan kebutuhan
penggantian elektrolit
3. Nyeri akut b.d luka bakar d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri akut dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
nyeri
Rasional : Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
30
b. Control likungan yang memperberat rasa nyeri
Rasional : Tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut untuk memberi
kehangatan
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional : Membantu meminimalkan ketidaknyamanan
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Analgetik diperlukan untuk memblok rasa nyeri
Kriteria Hasil :
3. Kemerahan Menurun
Intervensi :
31
Rasional : meningkatkan asupan dari kebutuhan untuk pertumbuhan
jaringan
Kriteria Hasil :
1. demam menurun
2. kemerahan menurun
3. nyeri menurun
4. bengkak menurun
Intervensi :
c. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
32
C. Fase Lanjut
1. Gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iriatif, factor elektris d.d
kerusakan jaringan dan lapisan kulit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan gangguan integritas kulit dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1. Nyeri menurun
2. Peradangan luka menurun
3. Jaringan granulasi meningkat
Intervensi :
a. Monitor kondisi luka
Rasional : Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman
kulit
b. Jadwalkan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada atau tidaknya
infeksi, jumlah eksudat dan jenis balutan yang digunakan
Rasional : Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan
resiko infeksi
c. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Rasional : Mengembalikan energy yang hilang dan membantu
memperbaiki kerusakan jaringan
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh d.d
mengungkapkan kekhawatiran reaksi orang lain
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan gangguan citra tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
1. Verbalisasi kecacatan bagian tubuh meningkat
2. Hubungan sosial membaik
Intervensi :
a. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
Rasional : mengurangi rasa cemas klien
33
b. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh
Rasional : mengurangi stres pada klien
c. Latih peningkatan penampilan diri
Rasional : membantu klien untuk lebih percaya diri atas citra dirinya
3. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, anoreksia.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan kondisi emosi akibat antisipasi pasien menurun.
Kriteria Hasil :
1. verbalisasi kebingungan menurun
2. perilaku gelisah menurun
3. anoreksia menurun
Intervensi :
a. monitor tanda ansietas
Rasional : mengetahui tanda ansietas klien
b. gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Rasional : meyakinkan klien
c. latih teknik relaksasi
Rasional : membantu klien untuk santai dan relax
Kolaborasi pemberian obat
d. Rasional : membantu mengurangi cemas secara farmakologis
3.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997)
34
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai.
Dari evaluasi keperawatan yang telah di lakukan akan muncul
kesimpulan, masalah teratasi , masalah ter atasi sebagian atau masalah
tidak teratasi
3.6 Pathway
35
BAB 4
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi
electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002).
36
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan
api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas.
4.2 Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar rehidrasi cairan
dan rehabilisasi pada pasien luka bakar agar dapat dimanfaatkan ilmunya
untuk menolong sesama
37
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2016 . Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda , NIC , NOC Dalam Berbagai Kasus .
Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction
Moenadjat , Yeta . 2009. Masalah Dan Tatalaksana Luka Bakar. Edisi Keempat.
Jakarta : Universitas Indonesia
38
PEMBAGIAN TUGAS
39