Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Sistem Pencernaan :


Gastritis”

Dosen Pengajar :
1. Fatimah, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom
2. Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh
Kelompok 5
1. Amani Nur Solehah (1032181041)
2. Arvella Fatharani (1032181029)
3. Nur Aisah (1032181004)
4. Olandina M. B. Da Cruz (1032181014)
5. Tantry Rismayanti (1032181043)
6. Tri Septi Hameliyah (1032181016)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan : Gastritis” Alhamdulillah akhirnya kami sebagai penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Bencana III dalam waktu yang tepat.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini.
Maka dari itu dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dan bantuan dari
berbagai pihak, maka penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Penulis tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 17 November 2021

Kelompok 5

DAFTAR ISI

I
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Manifestasi Klinis
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan, akibat proses lansia
mengalami kemunduran, kelemahan manusiawi dan sosial. Gastritis merupakan
masalah kesehatan yang masih sangat banyak ditemukan di lingkungan masyarakat.
Penyakit gastritis biasa dikenal dengan penyakit maag, gastritis merupakan suatu
peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor
iritasi, infeksi dan tidak teratur dalam pola makan, misalnya telat makan, makan
terlalu banyak atau sedikit, kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas dan minum kopi
terlalu berlebihan (AHMAD FAJAR M, n.d.)
Berdasarkan penelitian WHO (2012) menyatakan bahwa prevelensi penyakit
gastritis di Indonesia sebanyak 40,8%. Penyakit gastritis di Indonesia menurut Profil
Kesehatan tahun 2011 masuk ke dalam 10 penyakit rawat inap di rumah sakit
sebanyak 30.154 pasien (4,9%). Menurut Arikah dan Muniroh (2015) menemukan
bahwa, di Indonesia angka kejadian gastritis pada masyarakat masih sangat tinggi
yaitu sebesar 40,8% dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia
masih cukup tinggi dengan angka kejadian 274.396 kasus dari 238.452.952
penduduk.
Adapun peran perawat dalam hal penanganan masalah gastritis ini mencakup 4
peranan yaitu upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang dilaksanakan secara menyeluruh, hal-hal yang bisa dilakukan adalah seperti
memberikan penyuluhan mengenai masalah gastritis, memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien maupun masyarakat seperti memberikan informasi
bagaimana melakukan pencegahan secara dini terhadap masalah gastritis dan upaya
penyembuhannya, serta peran kita yang terakhir yaitu bagaimana cara kita

1
memberikan pelayanan yang baik sebagai seorang perawat dalam pemulihan
kesehatan pasien atau masyarakat (AHMAD FAJAR M, n.d.)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimana Asuhan
Keperawatan dengan kasus Gangguan Sistem Pencernaan : Gastritis?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu mampu melakukan Asuhan Keperawatan
dengan Kasus Gangguan Sistem Pencernaan : Gastritis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi
Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi
jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal
dengan maag berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung (Beyer, 2011).
Gastritis merupakan suatu proses peradangan pada lapisan mukosa
dan submukosa lambung. Ditandai dengan nyeri pada daerah perut dan
kadang disertai dengan mual dan muntah, yang dapat berujung pada
perdarahan saluran cerna yang berupa ulkus peptikum bahkan dapat
menyebabkan perporasi pada lambung apabila tidak segera dilakukan
tindakan keperawatan (Syam, 2014)
Sistem gastrointestinal (GI) berfungsi dalam proses menelan,
pencernaan, dan penyerapan nutrisi serta dalam ekskresi limbah padat dari
tubuh. Organ aksesori pencernaan, kelenjar ludah, hati, pankreas, dan kantong
empedu, membantu dalam penyerapan nutrisi dengan mensekresikan enzim
yang terlibat dalam proses pencernaan. Gejala dan keluhan terkait sistem
GIumum terjadi seiring bertambahnya usia, dan perawat sering kali menjadi
yang pertama penyedia layanan kesehatan untuk mengidentifikasi dan
mengakui mereka. Oleh karena itu, pengetahuan tentang perubahan normal
dan terkait usia dalam Sistem GI sangat penting dalam memberikan asuhan
keperawatan yang tepat (Sue E. Meiner, EdD & APRN, 2011)

3
1.2 Klasifikasi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya
bersifat jinak dan sembuh sempurna. Gastritis akut terjadi akibat respons
mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Inflamasi akut mukosa
lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan
(Prince, 2005). Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh
mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi
yang mengakibatkan obstruksi pylorus (Brunner, 2015). Salah satu bentuk
gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang
berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis
hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi drosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi
pada mukosa lambung tersebut (Suyono, 2001).
a. Gastritis Akut Erosif
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001), gastritis akut erosif
adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan
yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis.
Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat efek samping dari
pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau
karena sebab yang tidak diketahui. Perjalanan penyakitnya
biasanya ringan, walaupun demikian kadangkadang dapat
menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna
bagian atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami
pendarahan sering diagnosisnya tidak tercapai (Suyono, 2001).
Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemerisaan

4
khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan
penderita yang ringan saja. Diagnosis gastritis akut erosif,
ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung (Suyono, 2001).
b. Gastritis Akut Hemoragik
Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik ; Pertama
diperkirakan karena minum alkohol atau obat lain yang
menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan (aspirin
atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan mungkin cukup berat,
tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan berhenti sendiri
secara spontan dan mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress
gastritis yang dialami pasien di Rumah Sakit, stres gastritis dialami
pasien yang mengalami trauma berat berkepanjangan atau penyakit
berat lainnya (Suyono, 2001). Pengikisan mukosa lambung akibat
stres merupakan lesi hemoragik majemuk pada lambung proksimal
yang timbul dalam keadaan stress fisiologi parah dan tak
berkurang. Berbeda dengan ulserasi menahun yang lebih biasa
pada traktus gastrointestinalis atas, ia jarang menembus profunda
ke dalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang
menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan
bersatu dalam 20% kasus untuk membentuk beberapa ulserasi yang
menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atas dari keparahan
yang mengancam nyawa. Keadaan ini dikenal sebagai gastritis
hemoragik akut (Suyono, 2001).
2. Gastritis Kronis
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi
pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel
radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan
secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada

5
mukosa lambung. Derajat paling ringan gastritis kronis adalah gastritis
superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan
lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada
mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi
kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal (Chandrasoma,
2005). Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua
tipe, yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama
mengenai tubuh dan berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang
terutama meliputi antrum dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter
pylori. Terdapat beberapa kasus gastritis kronis yang tidak tergolong
dalam kedua tipe tersebut dan penyebabnya tidak diketahui
(Chandrasoma, 2005).
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001), klasifikasi histologi yang
sering digunakan membagi gastritis kronik menjadi :
a. Gastritis kronik superficial
Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada
lamina propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan
kelenjarkelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh.
Sering dikatakan gastritis kronik superfisialis merupakan
permulaan gastritis kronik.
b. Gastritis kronik atrofik
Sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai
dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata.
Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik
superfisialis.
1.3 Etiologi
Penyebab utama dari gastritis adalah makanan dan minuman yang
panas yang merusak mukosa lambung, misalnya : alkohol, salisilat, keracunan
makanan yang mengandung toksin (Suyono, 2009). Penyebab lain dari

6
penyakit gastritis adalah Infeksi bakteri Helycobacter Pylori, virus (termasuk
herpes simpleks), jamur dan parasit : sebagian besar penyebab gastritis atau
gastritis adalah akibat infeksi bakteri Helycobacter Pylori yang hidup di
bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Hingga
sekarang tidak dapat dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan,
namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi Helycobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Selain
itu,pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik
Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) seperti antalgin, asam mefenamat, aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Penggunaan alkohol secara berlebihan, alkohol dapat mengiritasi
dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal. Kelainan
autoimmune, sistem kekebalan yang menyerang sel – sel normal lambung
yang menyebabkan kerusakan dinding lambung (Suyono, 2009).

1.4 Manifestasi Klinis


Menurut Inayah (2004), manifestasi klinik pada penderita gastritis
adalah sebagai berikut :
1. Tanda dan gejala gastritis akut
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan abdomen yang
tidak jelas seperti mual, muntah dan anoreksia sehingga menyebabkan
pemenuhan kebutuhan nutrisi harian berkurang, intake nutrisi tidak
adekuat, kehilangan cairan dan elektrolit. Pada beberapa orang
didapat keluhan yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah,

7
perdarahan dan hematemesis yang menimbulkan manifestasi
kecemasan secara individu (Muttaqin, 2011).
2. Tanda dan gejala gastritis kronis
a. Gastritis sel plasma
b. Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium
c. Nausea sampai muntah ampedu
d. Dyspepsia
e. Anoreksia
f. Berat badan menurun
g. Keluhan yang berhubungan dengan anemia

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual
dan gejalanya menetap maka dokter akan menduganya gastritis. Bila
seseorang didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya anti bakteri
Helycobacter pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan
untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat gastritis.

2. Pemeriksaan Pernapasan

8
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi
Helycobacter pylori atau tidak.
3. Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat Helycobacter pylori dalam
feces atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.
4. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil
yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes
ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu lebih kurang 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, lebih kurang satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko
akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.
5. Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi

9
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen (Beyer,
2011).
1.6 Komplikasi
Menurut Ali (2011), komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita
gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
Terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagian atas berupa
hematomesis dan melena dapat berakhir sebagai syok hemoragik.
Khusus untuk perdarahan saluran cerna bagian atas, perlu dibedakan
dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang diperhatikan hampir
sama, namun pada tukak peptic penyebab utamanya adalah infeksi
Helicobater pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60 –
90% pada tukak lambung. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
endoskopi.
2. Gastritis Kronik
Komplikasi yang muncul pada gastritis kronik adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan
pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. Pada penderita gastritis
kronik dapat terjadi atrofi lambung menyebabkan gangguan
penyerapan terutama vitamin B12 selanjutnya dapat menyebabkan
anemia perniosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa
antibody terhadap faktor intrinsik. Penderita anemia perniosa
biasanya mempunyai antibody terhadap faktor intrinsik dalam serum
atau cairan gasternya. Selain vitamin B12, penyerapan besi juga
dapat terganggu. Gastritis kronik antrum pylorus dapat
menyebabkan penyempitan daerah antrum pylorus.

1.7 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

10
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistemtis yang
mengidenfikasi respon manusia atau individu terhadap masalah-masalah
kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengataasi
dan menyelesaikan masalah kesehatan tersebut dan keperawatan seorang
individu. Adapun proses keperawatan ini terdiri dari lima atahapan yaitu :
1. Pengkajian
a. Pengkajian Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalanan
penyakit pasien, awal dari gejala yang dirasakan kalien.
Keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau
betahap, faktor pencetus, untuk mengatasi masalah
tersebut.
 Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang
berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
dirumah saki dan riwayat pemakaian obat.
 Riwayat penyakit keluarga : Terdapat keluarga
menderita penyakit yang behubungan dengan penyakit
yang diderita penyakit yang diderita oleh pasien.
b. Pengkajian pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL)
 Aktivitas / Istirahat
 Biasanya klien mengalami kelelahan, kelemahan, dan
hiperventilasi.
 Sirkulasi
 Biasanya klien mengaami kelemahan, berkeringat,
warna kulit pucat, nadi perifer lemah, pengisian kapiler
lambat, warna kulit pucat dan kelemaan pada kulit.
 Integritas ego

11
 Apakah ada faktor stressakut atau kronis (kehilangan,
hubungan kerja) dan perasaan tak berdaya.
 Eliminasi
 Adanya riwayat perawatan rumah sakit sebelumnya
karena perdarahan atau masalah yang berhubungan
dengan gastritis.
 Makanan atau cairan
 Anoreksia, mual, muntah( muntah yangmemenjang
diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan
dengan luka duodenal).
 Neurosensori
Rasa berdenyut, pusing/ sakit kepala karena sinar,
kelemahan.
c. Pengkajian Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak kesakitan dari pemeriksaan fisik
terdapat nyeri tekan dikuadran epigastrik:
 B1 (breath) = takhipnea
 B2 (blood) = takikardi, hipotensi, distrinia, nadiperiver
lemah, pengisian perifer, warna kulit pucat.
 B3 (brain) = Sakit kepala, kelemahan, tingkat
kesadaran terganggu, bisorientasi, nyeri epigastrum.
 B4 (bladder) = Oliguria ( gangguan keseimbangan
cairan)
 B5 (bowel) = Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri
ulu hati, tidak toleran makanan pedas.
 B6 (bone ) = Kelelahan, kelemahan.
d. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan darah:

12
 Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H.
Pylori.
 Uji nafas urea :
 Suatu metode diagnostik berprinsip bahwa urea diubah
oleh ureaseha.
 Pemeriksaan Feces.
 Suatu metode yang dapat membuktikan apakah ada
bahteri H. Pylori dalam veses atau tidak
 Pemeriksaan Endoskopi saluran cerna bagian atas:
 Tes ini dapat terlihat adanya ketidak normalanpada
saluran cerna baian atas yang mungkin tidak terlihat
dari sinar-X.
 Rontgen saluran cerna bagian atas:
 Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya.
 Analisis lambung : Tes ini untuk mengetahui sekresi
asam dan merupakan teknik penting untuk menegakan
diaknosis penyakit lambung.
 Analisis Stimulasi
 Tes ini untuk mengetahui terjadinya aklorhidria atau
tidah.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan
cairan yang tidak cukup dan kehilangan cairan yang berlebih.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
berhubungan dengan nyeri

13
3. Intervensi Keperawatan
n Diagnosa Kep. Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi
o
1. Kekurangan NOC NIC
volume cairan  Fluid balance Fluid management
berhubungan  Hydration  Pertahankan catatn intake dan
dengan  Nutritional status: Food and output yang akurat. Monitor
masukan cairan fluid status hidrasi.
yang tidak  Intake Kriteria hasil  Monitor vital sign.
cukup dan  Mempertahankan urin  Monitor masukan makanan/
kehilangan output sesuai dengan usia cairan dan hitung intake
cairan yang dan berat badan cairan.
berlebih.
 Tekanan darah, nadi,suhu,  Dorong masukan oral.
dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi.
 Elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab
tidakada rasa haus yang
berlebihan
2. Gangguan NOC NIC
pemenuhan Anxiety reduction Sleep Enhancement
kebutuhan  Comfort level  Determinasi efek-efek
istirahat dan  Pain level medikasi terhadap pola tidur
tidur  Rest : Extent and Pattern  Jelaskan pentingnya tidur
berhubungan  Sleep : Extent an Pattern yang adekuat
dengan nyeri Kriteria Hasil :  Fasilitas untuk
 Jumlah jam tidur dalam mempertahankan aktivitas
sebelum tidur (membaca)

14
batas normal 6-8 jam/hari  Ciptakan lingkungan yang
 Pola tidur, kualitas dalam nyaman
batas normal  Kolaborasikan pemberian
 Perasaan segar sesudah obat tidur
tidur atau istirahat  Diskusikan dengan pasien
 Mampu dan keluarga tentang teknik
mengidentifikasikan hal-hal tidur pasien
yang meningkatkan tidur  Instruksikan untuk
memonitor tidur pasien
 Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
 Monitor/catat kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan jam

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
di sesuaikan dengan prioritas masalah yang telah disusun. Yang
paling penting pelaksanaan mengacu pada intervensi yang telah
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara
optimal.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria
yang telah ditetapkan.

1.8 Terapi Komplementer terkait penyakit gastritis pada lansia


Menurut munadi 2017, Indonesia merupakan negara yang mempunyai
kekayaan keragaman hayati nomor 2 terbesar di dunia setelah Brazil. Diantaranya
adalah biofarmaka yang bermanfaat dalam aspek medis (kesehatan) secara langsung

15
maupun tidak langsung. Sekarang ini ada kecenderungan masyarakat untuk
mengkonsumsi obat tradisional karena adanya perubahan gaya hidup (back to mature)
dan mahalnya obat obatan modern yang membuat permintaan tanaman obat semakin
tinggi, tidak hanya Indonesia tetapi juga di dunia (Safitri & Nurman, 2020).

Untuk menetralisir asam lambung karena penyakit gastritis beberapa usaha yang bisa
dilakukan diantaranyamengkonsumsi OAINS dengan indikasi yang tepat, hindari
penggunaan jangka panjang, dan dosis yang digunakan disesuaikan dengan tingkat
nyeri pada gastritis salah satunya antasida. Strategi yang digunakan selalu ada
kekurangan dan kelebihan, karena efek samping tidak bisa dihindari, sehingga
muncul usaha untuk mengurangi efek samping yang lebih aman yaitu dengan
menggunakan obat tradisonal atau bahan alam. Obat taradisional yang telah diteliti
terbukti khasiat dalam menurangi rasa nyerilambung adalah mengunakan kunyit
(Simbolon, 2018).
Menurut penelitian ocha 2013, dalam jurnal safitri. Kunyit memiliki
kandungan senyawa zat aktif utama berupa kurkuminoid dan minyak atsir.Kandungan
kurkuminoid terdiri dari kurkumin,desmetoksikumin, dan bisdesmetoksikurkumin,
sedangkan minyak atsiri terdiri dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon,
zingiberen, flandren, sabinen, borneol, dan sineil. Kandungan kunyit lainnya berupa
lemak, karbohidrat, protein, vitamin C , karoten, garam gaeram mineral (Safitri &
Nurman, 2020).
Pada penelitian yang dilakukan Chofizah Hikmah (2019) membuktikan
bahwa pemberian kunyit pada penderita gastritis untuk peningkatan nafsu makan dari
penyakit gastritis dengan metode yang dilakukan adalah eksprimen dan uji aktivitas
katalitik secara langsung terhadap tanaman kunyit. Tahapan pertama dilakukan
dengan pembuatan ekstrak dari tanaman kunyit. Uji aktivitas langsung dilakukan
dengan variasi yang sama selama jangka satu 1 bulan, ekstrak kunyit dibuat dengan
cara memarut kunyit dengan parutan yang telah disiapkan sebanyak 5 rimpang kunyit

16
dengan berat 250 mg dan menambahkan 60 ml air. Ekstrak perasan air kunyit
dikonsumsi setiap pagi dan malam hari (Safitri & Nurman, 2020).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akibat dari proses penuaan seluruh sistem tubuh pada lansia akan mengalami
penrunan fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem pencernaan. Akibat dari
penurunan peristaltik usus dan kemampuan indera pengecap melemah. Hal ini akan
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan
yang ditimbulkan dari gangguan sistem pencernaan adalah gastritis. Sebagian besar
lansia akan mengalami gastritis. Gastritis adalah suatu penyakit pada sistem
pencernaan yang berbentuk peradangan pada lapisan mukosa lambung.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. AHMAD FAJAR M. (n.d.). asuhan keperawatn gerontik. Universitas Airlangga.
Safitri, D., & Nurman, M. (2020). Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap
Rasa Nyeri Pada Penderita Gastritis Akut Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung
Pinang Wilayah Kerja Puskesmas Perhentian Raja. Jurnal Ners, 4(2), 130–138.
Sue E. Meiner, EdD, & APRN, G.-B. (2011). gerontologic nursing mosby (fifth).
elsevier,inc.

18

Anda mungkin juga menyukai