Anda di halaman 1dari 15

GASTRITIS PADA LANSIA

Dosen Pebimbing : Ns. M. Muzakir, S.Kep, MKM


NIDN : 1017029401

Disusun oleh :
1. ANDRY ANANDA 1814201102
2. LILI SAFRIANI 1814201144
3. NURHASANAH 1814201117
4. MELATY SAFITRI 1814201216

5. RAMA WAHYUDI 1714201084

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWANTUANKU TAMBUSAI
RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-nya
sehinggah makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca,
bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari- hari,
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 24 September 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut (Muhith,nasir,2011). Lansia merupakan fase menurunnya


kemampuan akal fisik yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam
hidup. Pemenuhan gizi pada lansia dasarnya sangat penting untuk mencegah
masalah kekurangan dan kelebihan gizi bagi lansia dan berbagai penyakit pada
lansia oleh karena itu dapat dilakukan dengan pengaturan jumlah makanan
sebagai sumber energi hendaknya harus mengandung semua unsur gizi, seperti
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, air dan serat dalam jumlah yang
cukup sesuai dengan kebutuhan lansia serta harus seimbang dalam komposisinya.
Jumlah kebutuhan energi perhari disesuaikan dengan berat badan dan tingkat
aktivitas fisik yang dilakukan. Pola makan pada lansia menurut adalah makanan
yang disajikan harus memenuhi kebutuhan gizi, dan waktu yang teratur serta
dalam porsi yang kecil,waktu makan secara bertahap setiap 3-4 jam sekali dan
bervariasi. Secara biologis masa lanjut usia yaitu masa yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian.

Penyakit yang sering terjadi pada lansia adalah hiperkolestrol, jantung,


hipertensi, sembelit, osteoporosis, gastritis. Pola makan pada lansia sering tidak
teratur dikarenakan kemampuan daya ingat terhadap waktu makan sangat terbatas
dan biasanya juga dalam kondisi terlalu lapar namum terkadang terlalu kenyang,
sehingga kondisi lambung dan pencernaan menjadi terganggu (Muhith,Siyoto,
2016).

Oleh sebab itu kelompok menuliskan beberapa terapi komplementer yang


dapat diterapkan bagi lansia penderita gastritis.
1.2. Tujuan Makalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalalah dapat mengetahui terapi
komplementer yang dapat digunakan pada Gastritis pada lansia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Gastritis
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang
ditemukan berupa dyspepsia atau indegesti (Mansjoer,2001; Hartono 2012).
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri
atau bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau
local.
Menurut (Muhith, Siyoto, 2016), Gastritis merupakan gangguan kesehatan
terkait dengan proses pencernaan terutama lambung. Lambung bisa mengalami
kerusakankarena proses peremasan yang terjadi terus- menerus selama hidup.
Selain itu, lambung bisa mengalami kerusakan jika sering kosong karena
lambung meremas hingga dinding lambung lecet atau luka. Pada lansia
dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur – sayuran dan buah – buahan, Hal ini
perlu dilakukan untuk menghindari konstipasi (susah buang air besar) yang
sering dikeluhkan oleh para lansia,mengkonsumsi buah dan sayur yang kaya
akan serat, maka hal itu akan menjadikan buang air besar semakin mudah. Untuk
buah- buahan, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena
seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi buah dan sayuran, sebenarnya
lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan .
2.2. Penyebab
Sedangkan penyebab gastritis menurut (Nuari, N. A. 2015) adalah sebagai
berikut :
 Infeksi bakteri
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang
hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada msa kanak- kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. Pylori ini
sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan
penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang akan
menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
 Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgetik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemakaian obat- obat tersebut hanya sekali maka
kemungkinann terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dadpat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
 Penggunaan alcohol secara berlebihan
Alcohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pasa dinding lambung
dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun
pada kondisi normal.
 Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis.
 Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan
pada lambung.
 Kelainan autoimmune
Autoimmune atruopic gastritis terjadi ketika system kekebalan tubuh
menyerang sel- sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar- kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu
produksi factor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B-12, akhirnya dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi
seluruh system dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama
pada orang tua.
 Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada
dinding saluran cerna, namun kadang- kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini,
gejala – gejala dari Crohn’s disease ( yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk
cairan) tampak lebih menyolok dari pada gejala- gejala gastritis.
 Radiasi dan kemoterapi
Perawatan terhadap canker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah
kecil radiasi, kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis
dinding lambung serta merusak kelenjar- kelenjar penghasil asam lambung.
 Penyakit bile reflux
Bila (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi
normal, sebuah otot spincter yang terbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan
mecegah empedu mengalir balik ke dalam lambung dan mengakibatkan
peradangan gastritis.
 Factor- factor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya
seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasite dan gagal hati dan ginjal.
2.3. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut (Muttaqin & Sari,2011) antara lain :
1. Pendarahan saluran cerna bagian atass yang merupakan kedaruratan
medis.
2. Ulkus peptikukm, jika prosesnya hebat.
3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
4. Anemia permisiosa, keganasan lambung.
2.4. Penatalaksanaa
Penatalaksanaan menurut Abidin dkk (2014)
Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: H2 Bloker 2x/hari
(Ranitidin150 mg/kali, Famotidin 20 mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali), PPI
2x/ hari (Omeprazol 20 mg/kali, Lansoprazol 30 mg/kali), serta Antasida dosis
3x 500-1000 mg/hari.
BAB 3
LITERTUR JURNAL TERKAIT GASTRITIS PADA LANSIA

Terapi komplementer yang dapat diberikan kepada pasien gastritis untuk meredakan
rasa nyeri kronis

1. Aloe Vera Efektif Sebagai Terapi Pendamping Nyeri Gastritis

Menurut penelitian yang dilakukan Alini bahwa perlu diperhatikan,


mengingat penyakit gastritis adalah penyakit yang dapat terus menerus mengalami
kekambuhan, maka penderita gastritis mungkin akan menggunakan obat-obatan
secara terus menerus (Alini.2015).
Terapi pendamping aloe vera dapat digunakan mendampingi pengobatan
yang telah dilakukan dengan farmakologi.Konsentrat aloe vera mempunyai
manfaat untuk memelihara systempencernaan, membersihkan dan melancarkan
sistem pencernaan serta memiliki manfaat pendingin. Kandungan saponin dan
tenin dalam aloe vera dapat memperbaiki peradangansehingga tidak menjadi lebih
buruk.Kemudian zat bradykinase, karbiksipeptidase sertasalisilatnya dapat
mengurangikitidaknyamanan yang berupa mual, kembung, muntah, sakit ataunyeri
pada lambung yang disebabkan oleh peradangan tersebut.
Terapi pendamping aloe vera dengan menggunakan produk ini yaitu aloe
vera konsentrat dariHerbalife, ternyata kandungan yang terdapat didalammnya
dapat membantu mempercepatpenurunan sekresi asam lambung (produksi HCl
turun) dan membantu pH lambung normal yaituantara 1-2 hingga 4-5.Menurunnya
HCl dalam lambung dan pH lambung normal menyebabkannyeri gastritis
berkurang.Aloe vera konsentrat ini juga digunakan tidak hanya
sebagaipendamping obat medis tetapi dapat dilanjutkan setelah pengobatan ini
yaitu dapat dikonsumsisetiap hari untuk menjaga kesehatan pencernaan
Kesimpulan
Aloe vera efektif sebagai terapi pendamping nyeri gastritis
Saran
Konsentrat aloe vera ini bisa dijadikan salah satu alternatif atau anjuran secara
herbal untuk terapi pendamping dalam pengobatan pasien gastritis.

2. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya (Carica Papaya) Terhadap Tingkat


Nyeri Kronis pada Penderita Gastritis di Wilayah Puskesmas Mungkid

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada kesesuaian antara teori dengan
fakta yang ada, dimana buah pepaya memiliki kandungan mineral basa lemah yang
dapat
digunakan untuk menetralisir asam lambung, sehingga nyeri yang dirasakan akibat
peningkatan asam lambung dapat berkurang. Hal ini sejalan dengan penelitian
Jihan (2011) yang menjelaskan buah pepaya kaya akan nutrisi seperti betakaroten,
vitaminC, vitamin B, mineral, serat, lycopene dan flavonoid, sehingga dapat
berfungsisebagai zat antikanker. Buah pepaya mengandung sejumlah mineral basa
lemahseperti kalium, kalsium dan magnesium, yang sangat dibutuhkan tubuh,
terutama untukmenetralisir asam lambung
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jihan 2011 menunjukkan
bahwa adanya pengaruh jus buah pepaya (Carica papaya) terhadap tingkat
kerusakan histologis lambung mencit yang diinduksi aspirin. Analisa peneliti, jus
buah papaya mengandung mineral basa lemah meliputi magnesium, kalium dan
kalsium yangmampu menetralkan asam lambung yang meningkat. Kemudian jus
buah pepayajuga mengandung enzim papain (sejenis enzim proteolitik) yang
mampu mempercepatperombakan protein sehingga mempercepat regenerasi
kerusakan sel-sel lambung.Dengan demikian jus buah pepaya dapat memperbaiki
kerusakan histologislambung mencit yang diinduksi oleh aspirin baik kerusakan
yang berat maupunringan. Sehingga hal ini juga dapat dilakukan untuk mengatasi
nyeri gastritis yang disebabkan oleh adanya peningkatan asam lambung.
3. Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada
Penderita Gastritis Akut Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung Pinang
Wilayah Kerja Puskesmasperhentian Raja
Penelitian mengenai perasan air kunyit ini, khususnya gangguan pencernaan
seperti gastritis harus diteliti lebih lanjut, karena sampai saat ini belum ditemukan
adanya efek samping dari penggunaan kunyit pada dosis yang ditentukan.
Kandungan zat kurkuminoid dalam kunyit yang berperan sebagai obat herbal yang
dibuat dalam bentuk perasan untuk menghilangkan rasa nyeri pada mukosa
lambung yang terluka dan dapat menurunkan kadar asam lambung yang terdapat
pada lambung. Dan tidak hanya menurunkan kadar asam lambung, perasan kunyit
ini dapat mencegah kenaikan asam lambung.

Pengaruh perlindungan ekstrak kunyit terhadap mukosa lambung dari efek


parasetamol. Pengujian statistik menunjukkan perbedaan bermakna dengan
kelompok P1(parasetamol). Potensi perlindungan tersebut dikarenakan efek
gastroprotektif dan antiulkus, dengan beberapa mekanisme, antara lain karena
ekstrak kunyit dapat memblok reseptor histamin H2 (RH2) secara langsung dan
menghambat reseptor gastrin sehingga sekresi asam lambung menurun.17,18 Di
samping itu ekstrak kunyit dapat memproteksi mukosa asam lambung dengan
meningkatkan sekresi mukus dan mempunyai efek vasodilatator.19,20 Dengan
mekanisme-mekanisme di atas, kunyit berpengaruh meningkatkan pertahanan
mukosa lambung

Menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terjadinya penurunan


skala nyeri setelah diberikan perasan air kunyit disebabkan karena kandungan
kurkumine di dalam kunyit dapat meningkatkan seksresi mukus dan mempunyai
efek vasodilator sehingga dapat meningkatkan pertahanan mukosa lambung dan
melindungi mukosa lambung. Kandungan kurkumine pada kunyit juga berfungsi
untuk melapisi dinding didalam lambung akibat luka serta berfungsi dalam
menurunkan kadar asam lambung.
4. Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Pasien Dengan Nyeri Gastritis Di Klinik Perawat Latu Husadha Abiansemal
Badung
Penelitian ini menunjukkan bahwa pembekaman di kulit akan menstimulasi
kuat saraf permukaan kulit yang akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla
spinalis melalui saraf A-delta dan C, serta traktus spina thalamikus ke arah
thalamus yang akan menghasilkan endorphin. Sedangkan sebagian rangsangan
lainnya akan diteruskan melalui serabut aferen simpatik menuju ke motor neuron
dan menimbulkan reflek intubasi nyeri (Umar, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi bekam kering terhadap skala
nyeri pada pasien dengan nyeri gastritis (z = - 8,205, p=0,000)α=0,05), dimana
pemberian terapi bekam kering memiliki kecenderungan untuk menurunkan nyeri
pada gastritis. Nyeri yang tidak tertangani, apalagi nyeri gastritis yang tergolong
nyeri sedang akan menyebabkan gangguan pada pasien seperti gangguan tidur,
rasa nyaman dan nantinya dapatmenganggu kualitas hidup pasien karena rasa
tidak nyaman yang diakibatkan karena nyeri gastritis.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada responden setelah dilakukannya terapi
bekam kering menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dari nyeri sedang
menjadi nyeri ringan. Didapatkan besar persentase responden yang mengalami
nyeri ringan setelah diberikan terapi bekam kering adalah sebesar 93,2%.

5. Penerapan Kompres Hangat Terhadap Nyeri Pada Pasien Gastritis


Berdasarkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa salah satu penanganan
nyeri yaitu pemberian kompres hangat. Pemberian kompres hangat dapat
menyebabkan pelepasan endorfin tubuh sehingga menghambat transmisi stimulasi
nyeri. Menurut Teori gate contolmengungkapkan bahwa nyerimemiliki kompon
emosional dan kognitif serta sensasi secara fisik. Mekanisme gerbang yang
berlokasi disepanjang sistem saraf pusat dapat mengatur bahkan menghambat
impuls-impuls nyeriTransmisi nyeri oleh serat berdiameter kecil dihambat ketika
serat berdiameter besar membawa impuls sentuhan yang mendominasikan untuk
menutup gerbang dalam kornu dorsalis pada medula spinalis. Penutupan gerbang
merupakan dasar terhadap intervensi non farmakologis dalam penanganan nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa kompres hangat efektifitas
untuk menurunkan nyeri, tindakan kompres hangat yan menunjukkan penurunan
nyeri secara signifikan.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah selesai penulisan makalah ini kelompok dapat banyak mengetahui ilmu
baru yaitu terapi komplementer pada pasien gastritis lansia. Penerapan terapi
komplementer mudah dijangkau dan praktis, sehingga penangan gastritis lebih
efektif.
2. Saran
Diharapkan bagi pembaca dapat menerap kan ilmu terapi komplementer pada
gastritis agar meringankan penderitaan pasien untuk mengurangi ras nyeri yang
dialami.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muhith, Abd Nasir (2011). Metodologi Penelitihan Kesehatan. Yogjakarta


Nuha Medika.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). Gangguan gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Abdul Muhith, Sandu Siyoto (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik.Yogjakarta
Cv. Andi offside.
Manjoer, A., dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: FKUI.
Nuari, N. A. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Abidin, Z, dkk. (2014). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta: IDI (Ikatan Dokter Indonesia).

Anda mungkin juga menyukai