Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA

SISWA KELAS X DI SMPN 1 MUARA BULIAN

Oleh :

SRI MARYANI
201922009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER-B SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja adalah suatu tahap antara masa kanak – kanak dengan masa dewasa.
Masa ini biasanya diawali pada usia 14 tahun pada laki – laki dan 10 tahun pada
perempuan. Pada masa ini remaja mengalami banyak perubahan antaranya perubahan
fisik, menyangkut pertumbuhan dan kematangan organ produksi, perubahan
intelektual, perubahan saat bersosialisasi, dan perubahan kematangan kepribadian
termasuk emos
( Ayu, 2016 ).

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus, atau lokal. Karakteristik dari peradangan ini antara lain anoreksia. Rasa penuh
atau tidak nyaman pada epigastrium, mual dan muntah. Peradangan lokal pada
mukosa lambung ini akan berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lainnya. ( Ida, 2017 ). Penyakit gastritis atau sering
dikenal sebagai penyakit maag merupakan penyakit yang sangat mengganggu.
Biasanya penyakit gastritis terjadi pada orang – orang yang mempunyai pola makan
yang tidak teratur. Dan memakan makanan yang merangsang produksi asam
lambung. Beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat menyebabkan terjadinya
gastritis.

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit

(Depkes RI 2010). Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi


gambaran macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi tiap hari, yang
meliputi frekunsi makan, jenis makanan dan porsi makan (Possion,2009). Pola makan
atau food pattern adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan
pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadaap tekanan ekonomi dan sosial budaya
yang dialaminya berkaitan dengan pola makan (Almatsier,2010)

WHO (2017), insiden gastritis didunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah
penduduk setiap tahunnya, diinggris (22%), China (31%), Jepang (14,5),
kanada(35%) dan perancis (29,5). Diasia tenggara sekitar 586.635 dari jumlah
penduduk setiap
tahunnya.Presentase dari angka kejadian gastritis di indonesia menurut (WHO 2017)
adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis di indonesia cukup tinggi dengan prevalensi
274,396 kasus (Budiana dalam syamsu 2017).

Berdasarkan bahaya komplikasi yang ditimbulkan dan prevalensi dari gastritis


peneliti ingin mengetahui “HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN
GASTRITIS”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : Apakah ada hubungan pola makan dengan kejadian
gastritis pada remaja kelas X

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengidentifikasi pola makan (frekuensi makan, jenis makan, dan porsi
makan) pada remaja kelas X
2. Mengidentifikasi kejadian gastritis pada remaja kelas X
3. Menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja
kelas X
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Gastritis


2.1.1 Defenisi Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersikap akut, kronik
difus, atau lokal. Karakteristik peradangan ini antara lain anoreksia, rasa penuh atau tidak
nyaman pada epigastrium, mual dan muntah. Peradangan lokal pada mukosa lambung ini
akan berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lainnya. (Suratan dalam ida, 2017). Penyakit gastritis atau dikenal sebagai penyakit
maag merupakan penyakit yang sangat mengganggu. Biasanya penyakit gastritisterjadi
pada orang – orang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan memakan
makanan yang merangsang produksi asam lambung. Beberapa infeksi mikroorganisme
juga dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Gejala - gejala sakit gastritis selain nyeri ulu
hati juga menimbulkan gejala seperti mual, muntah, lemas, kembung, terasa sesak, nafsu
makanmenurun,wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing, selalu
bersendawa dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah darah (wijayanto dalam
sysmsu, 2017)

2.1.2 Etiologi

Ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang menderita gastritis


antara lain mengkonsumsi obat – obatan kimia seperti asetaminofen, aspirin dan steroid
kartikosteroid (Suratan dalam ida, 2017). Asetaminofen dan kartikosteroid dapat
mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung, sedangkan NSAIDS (Nonsteroid Anti
Inflamation Drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga
sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung meenjadi sangat asam.
Kondisi asam ini menimbulkan iritasi mukosa lambung.

Penyebab lain adalah konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan


gaster. Terapi radiasi, refluk empedu, zat – zat korosif (cuka, lada) dapat menyebabkan
kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan. Kondisi yang stresful
seperti trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan lambung menjadi sangat
asam. Kondisi asam ini menimbulkan iritasi mukosa lambung.
2.1.3 Tanda dan Gejala Gastritis
Gejala yang sering muncul Widjadja (2009) seperti bersendawa atau cegukan,
tenggorokan panas, mual, perut terasa diremas – remas, muntah, tidak nafsu makan,
sering keluar keringat dingin, penurunan berat badan, perut bagian atas terasa tidak
nyaman, lambung terasa penuh, kembung, cepat kenyang dan perut sering bunyi. Gejala
lainnya yang jarang terjadi, tetapi terasa berat adalah nyeri di ulu hati disertai mual, gejala
anemia, yaitu pusing dan lemas, keseimbangantumbuh berkuran, seolah – olah mau
pingsan, muntah darah, atau cairan berwarna kuning kecoklatan dan buang air besar
berdarah. Gejala tersebut bisa akut, berulang dan bisa menjadi kronis, disebut kronis jika
gejala tersebut berlangsung lebih dari satu bulan terus menerus. Kebanyakan gastritis
tanpa gejala.

2.1.4 Faktor Resiko Gastritis


Menurut (smetzer dalam Bagas, 2016) faktor – faktor resiko yang sering
menyebabkan gastritis diantaranya :
1. Pola Makan
Orang yang memiliki pola makan yang tidak teratur mudah terserang penyakit
ini. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong atau ditunda pengisiannya,
asam lambung akan mencerna lapian mukosa lambung sehingga timbul rasa
nyeri.
2. Helicobacter Pylory
Helicobacter Pylory adalah kuman garam negatif, hasil yang berbentuk kurva dan
batang Helicobacter Pylory adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan
lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia Helicobacter Pylory ini
sering di ketahui sebagai penyebab utama terjadi ulkus peptikum dan penyebab
terserang terjadinya gastritis.

3. Terlambat Makan
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu
dalam jumlah yang kecil, setelah 4 – 6 jam sesudah makan biasannnya kadar
glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila
seorang telat makan sampai 2 – 3 jam, maka asam lambung yang diproduksi
semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambungserta
menimbulkanrasa nyeri disekitar epigastrium.

4. Makanan pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang system
pencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi.Hal ini akan mengakibatkan
rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala
tersebut membuat penderita semakin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan
mengkonsumsi makanan pedas dalam 1 minggu selama minimal 6 bulan
dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang di sebut
dengan gastritis.

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi dalam gastritis akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas yang
berupa hematemesis dan melena. Perdarahan yang banyak dapat menyebabkan syok
hemoragik yang bisa mengakibat kematian dan dapat terjadi ulkus. Komplikasi yang
timbul pada gastritis kronis yaitu atrofi lambung yang dapat menyebabkan gangguan
penyerapan vitamin B12, akibat kurangnya penyerapan B12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan zat besi terganggu dan penyempitan daerah atrum pylorus
(Masjoer, 2011).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau
visualisasi hubungan yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep
dengan konsep lainnya atau variabel satu dengan variabel lainnya untuk
melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Hastono
& Sabri, 2011). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan
variabel terikat (dependen). Variabel independen (variabel bebas) adalah
variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabel terikat
(dependen), sedangkan variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel
yang dipengaruhi, akibat dari adanya variabel bebas.
Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah pola
makan. Sedangkan variabel dependen (variabel terikat) adalah kejadian
gastritis pada siswa kelas x
Berdasarkan penjelasan di atas maka kerangka konsep penelitian dapat
dilihat pada bagan di bawah ini :
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

kejadian gastritis pada siswa


pola makan.
kelas x
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Alat Skala Hasil
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Ukur Ukur
No Ukur
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Dependen
kejadian gastritis Anak anak pada masa Melakukan Lembar Ordinal 1. Ada hubungan
sekolah sangat rentan untuk Observasi Observasi jika skor ≥
pada siswa kelas x
mengalami gastritis ada mean/median
beberapa faktor yang 2. Tidak ada
menyebabkannya salah satu (SNARS, hubungan
nya adalah pola makan yang 2018) jika skor <
tidak teratur mean/median)

(Hastono & Sabri,


2011)
2 Independen
pola makan. Pola makan adalah Pengisian Kuesioner Ordinal 1. Baik jika skor
kebiasaan seseorang untuk Kuesioner ≥
mengkonsumsi mean/median
makanan.setiap orang 2. tidak baik
mempunyai poa makan dan pengaruhjika
jadwal makan yang berbeda skor <
beda. Tergantung dengan mean/median
kebiasanya
(Hastono &
Sabri, 2011)

3.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis yang ditetapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada siswa kelas X
di SMPN 1 Muara Bulian
2. Tidak Ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada siswa
kelas X di SMPN 1 Muara Bulian
3.4 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain atau
pendekatan cross sectional. Menurut Sugiyono (2013), penelitian cross
sectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam satu bulan dan 4 kali
pertemuan , untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor
resiko) dengan variabel dependen (efek). Faktor risiko dan dampak atau
efeknya diukur pada saat yang sama, artinya setiap subyek penelitian ditemui
sebanyak 4 kali atau selama masa pasien di rawat di ruangan picu rsud raden
mataher dan faktor risiko serta dampak (efek) diukur menurut keadaan atau
status pada saat pertemuan terakhir atau selesai interaksi antara peneliti dan
responden

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Desember 2020 di SMPN
1 Muara Bulian
3.6 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran, objek atau
individu yang sedang dikaji (Nazir, 2011). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X yang bersekolah di SMPN 1 Muara Bulian

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti
dan secara representative/dapat mewakili populasinya (Riyanto, 2009).
Tehnik pengambilan sampel total sampling. Total sampling. adalah
metode pengambilan sampel dengan menggunakan seluruh populasi
menjadi sampel penelitian (Hastono & Sabri, 2011).

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi
1) Pasien merupakan siswa kelas X
2) Bersekolah di SMPN1 Muara Bulian
3) Bersedia menjadi responden.
b. Kriteria Eksklusi
1. Siswa kelas XI XII
2. Tidak bersedia menjadi menjadi responden

3.7 Alat Pengumpul Data


Peneliti menggunakan alat pengumpulan data untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Adapun alat pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah :
1. Studi Dokumen (Eksternal dan Internal)
Studi dokumen eksternal yaitu jurnal-jurnal yang berhubungan dengan
penelitian ini. Sedangkan studi dokumen internal adalah dokumen yang
diperoleh dari pihak SMPN 1 Muara Bulian
2. Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang berwenang untuk
memberikan informasi dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian
yang dilakukan.
3. Instrumen Penelitian
a. Pelaksanaan pengumpulan data pola makan siswa kelas X di SMPN 1
Muara Bulian
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui pola makan siswa
kelas X. apakah ia menerapkan pola makan yang baik dans sesuai
jadwal atau tidak.
Peneliti Akan mencatat dan melakukan ceklis sehingga ada
pendokumentasian yang membuktikan bahwa siswa tersebut
melakukan pola makan yang baik dan telah ditentukan, dalam hal ini
penulis akan melibat kan orang tua dari responden untuk memantau
pola makan responden selama dirumah
Responden dikategorikan telah menerapkan pola makan dengan
“Baik” jika memiliki skor > mean/median dan dikategorikan “Tidak
Baik” jika skor < mean/median (Hastono & Sabri, 2011).
b. Hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada siswa kelas X di
SMPN 1 Muara Bulian
Instrumen ini bertujuan untuk mengukur Hubungan pola makan
dengan kejadian gastritis pada siswa kelas X di SMPN 1 Muara Bulian
Responden akan dilakukan pemantauan selama satu bulan untuk
mengetahui apakah ia telah menerapkan pola makan yang telah
ditetapkan dan apakah ia mengalami indikasi gastritis atau tidak
Rekapitulasi hasil penelitian akan dilakukan pada akhir
pertemuan (minggu ke – 4) atau pada hari akhir interaksi anatara
peneliti dan responden selain menggunakan hasil rekapitulasi di atas
maka penulis juga akan menarik kesimpulan berdasarkan kuisioner
yang disebarkan. Dalam hal ini peneliti telah membuat pertanyaan
yang berkaitan dengan kondisi responden selama menjadi sampel
penelitian . responden tinggal memilih jawaban ya atau tidak sesuai
dengan kondisi yang ia rasakan.
Pernyataan dalam kuesioner ini menggunakan instrumen baku
dari Dewi (2017). Terdiri dari 10 pernyataan dengan 2 kolom alternatif
jawaban (Benar dan Salah). Apabila responden menjawab “ya”, diberi
nilai 1. Namun jika responden menjaawab “tidak”, maka diberi nilai 0.
Responden dikategorikan memiliki “pengaruh” jika skor ≥
mean/median dan dikategorikan “tidak ada pengaruh ” jika skor <
mean/median) (Hastono & Sabri, 2011).

3.8 Prosedur Pengumpulan Data


Peneliti menyusun beberapa tahapan dalam melaksanakan kegiatan
penelitian meliputi :
1. Tahap Persiapan
Sebelum penelitian dilakukan, tahapan persiapan yang dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
a. Peneliti memilih bahan penelitian (jurnal dan buku).
Peneliti mengajukan surat permohonan pengambilan data ke
SMPN 1 Muara Bulian
Peneliti melakukan studi dokumentasi dan wawancara pada
pihak-pihak yang terkait dengan penelitian di ruang SMPN 1 Muara
Bulian
b. Peneliti melakukan studi pendahuluan di SMPN 1 Muara Bulian
c. Peneliti melakukan studi kepustakaan (buku, jurnal dan hasil
penelitian terdahulu) mengenai hal-hal yang akan diteliti sesuai
dengan masalah yang ditemui.
d. Menyusun proposal penelitian (melalui proses bimbingan).
e. Seminar proposal.
2. Tahap Pra Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti akan mengurus surat izin penelitian dari Prodi S1 Keperawatan
ke lokasi penelitian (SMPN 1 Muara Bulian)
b. Setelah izin penelitian didapatkan, peneliti akan menuju ke kelas X
SMPN 1 Muara Bulian untuk menemui responden
3. Tahap Pelaksanaan
a. Informed consent terhadap Responden
Setelah peneliti menemui responden, peneliti akan
memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan serta meminta
kesediaan responden untuk dijadikan sebagai responden dengan cara
menandatangani lembar persetujuan.
b. Pengumpulan Data dari Responden
Setelah responden mendapatkan penjelasan maksud dan tujuan
penelitian serta menandatangani Informed consent, maka peneliti akan
membacakan kuesioner pengetahuan dan sikap. Peneliti membacakan
kuesioner, responden menjawab dan peneliti yang mengisi pada
kuesioner. Selanjutnya peneliti akan melakukan observasi pelaksanaan
penelitian pada siswa kelas X SMPN 1 Muara Bulian
Alokasi waktu untuk setiap pelaksanaan adalah ± 40-60 menit.
4. Tahap Akhir
Tahapan pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut :
a. Editing
Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul melalui daftar
pertanyaan (kuesioner) ataupun pada wawancara perlu dibaca kembali
untuk melihat apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban
responden. Jadi, editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dan
menghilangkan keraguan data.
b. Scoring
Pada kegiatan ini, peneliti memberikan nilai dengan memberikan
skor pada setiap jawaban responden yang berkaitan dengan seluruh
variabel dalam penelitian.
c. Coding
Setelah tahap editing selesai, maka data yang berupa jawaban
responden perlu akan kode untuk memudahkan dalam menganalisis
data. Hal ini sangat penting artinya, apalagi jika proses pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer. Pemberian kode
pada data dapat dilakukan dengan melihat jawaban dari jenis
pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner (pengkodean dilakukan
sesuai dengan kebutuhan penelitian).
d. Processing
Data yang sudah terkumpul dimasukkan ke dalam program
analisis data melalui komputer sesuai dengan jenis analisis yang
digunakan dalam penelitian.
e. Cleaning
Kegiatan ini merupakan kegiatan pembersihan data dengan cara
pemeriksaan kembali data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan
atau tidak. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan ulang terhadap data,
coding dan scoring.
3.9 Analisis Data
Menurut Sugiyono (2013), analisis data adalah proses mencari dan
menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain secara sistematis sehingga mudah dipahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis univariat, bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menyederhanakan dan untuk
memudahkan interprestasi data kedalam bentuk penyajian baik textuler
maupun bentuk tabular dari tampilan distribusi frekuensi responden
menurut variabel yang diteliti. Selain itu analisis univariat juga bertujuan
untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel
yang diteliti meliputi variabel dependen dan variabel independen (Hastono
& Sabri, 2011).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat menilai hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen dengan uji statistik chi-square, dan untuk
melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan
95% dan alpa 5% (0,05). Apabila hasil perhitungan nilai p- value ≤ Alpha
(0,05) maka secara statistik berarti terdapat hubungan yang bermakna
(Hastono & Sabri, 2011).

3.10 Etika Penelitian


Yurisa (2018) di dalam bukunya menjelaskan prinsip utama etika
penelitian yang harus diperhatikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human
Dignity)
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasiyang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta
memiliki kebebasanmenentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatanpenelitian (autonomy).
2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subyek Penelitian (Respect
for Privacy and Confidentiality)
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi
dankebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat
terbukanyainformasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi.
Tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain,
sehinggapeneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.
Dalam aplikasinya,peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai
identitas baik nama maupunalamat asal subyek dalam kuesioner dan alat
ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek.
Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification number)
sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan Inklusivitas (Respect for Justice and Inclusiveness)
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-
hati, profesional, berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor
ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan
religius subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisikan agar
memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian.
Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun yang terpenting adalah
bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan. Sebagai
contoh dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek
keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama
baik sebelum, selama maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan
(Balancing Harms and Benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi
subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi
(beneficence).

Anda mungkin juga menyukai