Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang

kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda

penyakit, yaitu disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang

harus ditangani, dilain pihak semakin meningkatnya penyakit tidak

menular. Pengobatan penyakit tidak menular seringkali memakan waktu

lama dan memerlukan biaya besar. Penyakit tidak menular dikaitkan

dengan berbagai faktor risiko seperti kurang aktivitas fisik, pola makan

yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak sehat, gangguan mental emosional

(stres), serta perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera.

Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan penyakit maag

merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering kita dengar

dalam kehidupan seharihari. Gastritis merupakan suatu keadaan

peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan

kronis. Gejala gastritis antara lain adalah rasa terbakar diperut bagian atas,

kembung, sering bersendawa, mual-mual dan muntah.

Penyakit gastritis yang merupakan penyakit pencernaan sehingga

pengaturan zat makan yang masuk merupakan faktor utama untuk

menghindari gastritis. Penyakit gastritis dapat disebabkan antara lain:

kurang memperhatikan pola makan, obat-obatan, alkohol, infeksi bakteri,

kondisi stres, penyakit. Selain itu beban kerja yang tinggi ditambah

berbagai persoalan hidup yang tak kunjung selesai membuat orang


1
cenderung dihinggapi penyakit gastritis. Pencegahan gastritis dilakukan

dengan memperhatikan pola makan dan zat-zat makanan yang dikonsumsi

seperti mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung

dan kurangi stres. Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi

maupun mental yang merupakan salah satu pemicu munculnya

gastritiskarena dapat menyebabkan aliran darah ke mukosa dinding

lambung berkurang sehingga terjadi peningkatan permeabilitas dinding

lambung. Stres menyebabkan sistem saraf diotak yang berhubungan

dengan lambung mengalami kelainan karena ketidakseimbangan. Stres

juga mengakibatkan perubahan hormonal didalam tubuh yang bisa

merangsang produksi asam lambung secara berlebihan. Selain itu stres

dapat menimbulkan dampak negatif lain bagi individuyaitu pada fisiologis

berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat

tegang pada tengkuk,tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit perut, maag,

berubah selera makan, susah tidur dan kehilangan semangat.

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO

didapatkan mencapai angka 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan

Indonesia tahun 2010, gastritis merupakan peringkat ke lima dari 10 besar

penyakit terbanyak pasien rawat inap yaitu 24,716 kasus dan peringkat ke

enam dari 10 besar penyakit terbanyak rawat jalan di Rumah Sakit di

Indonesia yaitu 88,599 kasus. Angka 3 kejadian gastritis pada beberapa

daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari.

Gastritis merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat.

2
Penyakit ini dianggap remeh dan sering dianggap penyakit yang

sederhana, sehingga penderita cenderung mengobati sendiri. Akibat

pengobatan yang salah ataupun tidak tuntas penyakit ini kerap kambuh dan

mengganggu aktivitas sehari-hari. Dampak gastritis dalam jangka waktu

yang lama akan menyebabkan terjadinya suatu luka dalam perut yang

dapat menimbulkan nyeri ulu hati yang sangat perih. Luka pada dinding

lambung seringkali karena peningkatan pengeluaran asam lambung

selanjutnya akan meningkatkan motilitas lambung dan jika dibiarkan lebih

lanjut dapat menyebabkan tukak lambung, pendarahan hebat, dan kanker.

Kanker lambung masih menjadi penyebab kematian akibat kanker nomor

dua di dunia. Terjadinya kanker lambung pada dasarnya di dahului

terjadinya tukak lambung atau gastritis. Apabila pertolongan terlambat

dilakukan maka hal yang fatal dapat terjadi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah peneliti ingin mengkaji “Kejadian Gastritis Di

Puskesmas Pandere, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran atau

kejadian penyakit Gastritis Di Puskesmas Pandere, Kecamatan Gumbasa,

Kabupaten Sigi.

3
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pihak Puskesmas Pandere Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi

Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas untuk

merencanakan program kesehatan dalam rangka pencegahan dan

pemberantasan Gastritis.

2. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu

Dapat di jadikan referensi bagi mahasiswa maupun kampus

STIK-IJ PALU sebagai bahan dari karya ilmiah.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan tentang pengetahuan dan sikap

masyarakat tentang gastritis di Puskesmas Pandere Kecamatan

Gumbasa Kabupaten Sigi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Penyakit Gastritis

1. Pengertian Penyakit Gastritis

Gastritis atau maag atau sakit ulu hati adalah peradangan pada

dinding lambung.Gastritis merupakan gangguan yang paling sering

ditemui dalam praktek sehari-hari karena diagnosis penyakit ini hanya

berdasarkan gejala klinis. Penyakit ini sering dijumpai timbul secara

mendadak yang biasanya ditandai dengan rasa mual atau muntah,

nyeri, pendarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau sakit kepala

(Selviana, 2015).

Penyakit gastritis atau maag merupakan penyakit yang sangat

kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit ini sering ditandai

dengan nyeri ulu hati, mual, muntah, cepat kenyang, nyeri perut dan

lain sebagainya. Penyakit maag sangat mengganggu karena sering

kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas (Wahyu & Supono,

2015).

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis

yang berarti inflamasi/peradangan. Sedangkan, menurut lindseth

dalam price dkk (2009), Gastritis adalah suatu keadaan peradangan

atau pendarahan mukosa lambung yang dapat bersifat aku, kronis,

difus, atau lokal. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung

5
paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan

terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbuh

atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin,

refluks empedu atau terapi radiasi (brunner, 2000) dalam suparyanto

(2012).

2. Klasifikasi Penyakit Gastritis

Menurut Misnadearly (2009), penyakit gastritis di

klasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yaitu:

a. Gastritis gastropatih

b. Gastritis spesifik

c. Gastritis kronis

Gastritis gastropati memiliki keluhan umum seperti nyeri pada

ulu hati, mual, muntah dan diare. Penyebabnya antara lain obat-obatan

seperti aspirin, alkohol, trauma pada lambung (seperti pengobatan

dengan laser), kelainan pembuluh darah pada lambung dan luka akibat

operasi/bedah lambung. Gastritis spesifik memiliki keluahan umum

seperti nyeri pada ulu hati (androksia), mual dan muntah. Penyakit ini

dapat disebabkan karena infeksi dari bakteri, virus, jamur, parasit,

nematoda dan adanya penyakit pada saluran pencernaan. Bila

disebabkan oleh infeksi atau toksin, biasanya sering disertai diare,

nyeri perut, badan menjadi panas, menggigil dan kejang otot.

Sedangkan gastritis kronis memiliki keluahan umum yang tidak

spesifik seperti perasaan tidak enak pada ulu hati yang terkadang

6
disertai mual dan muntah atau perasaan penuh diulu hati. Gastritis

kronis dapat disebabkan antara lain infeksi (khususnya oleh H. pylori),

gastropati reakti, autoimun (pada anemia perniciosa), adanya tumor

pada lambung dan faktor kejiwaan atau stress juga berperan terhadap

timbulnya serangan ulang penyakit tersebut. Gejalah lainnya yang

sering terjadi pada penyakit gastritis antara lain timbulnya luka pada

dinding lambung dan penyakit jantung.

3. Penyebab Penyakit Gastritis

Penyebab utama penyakit gastritis adalah infeksi, iritasi dan

reaksi autoimun. Infeksi pada gastritis disebabkan oleh bakteri H.

pylori, bakteri lainnya atau mykobakteria dan virus. Iritasi pada

gastritis dapat disebabkan oleh banyak hal seperti obat-obatan,

minuman beralkohol, sekresi asam lambung yang berlebihan, muntah

kronis/menahun dan menelan racun (Misnadearly 2009).

Menurut Baliwati (2004) dalam Superyanto (2012). Terjadinya

gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik. Yaitu

frekuensi makanan, jenis dan jumlah makanan, sehingga lambung

menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Frekuensi makan

adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kauntitatif.

Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat

pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam

lambung tergantung sifat dan jenis makan. Jika rata-rata, umumnya

lambung kosong antara 3 sampai 4 jam. Maka jadwal makan ini pun

7
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011) dalam

Superyanto (2012). Orang yang memiliki pola makan tidak teratur

mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus di isi, tapi

dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan

mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri (ester,

2001) dalam Superyanto (2012). Kebiasaan makan tidak teratur ini

akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal ini

berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehinggah

dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut

menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan

mual. Gejalah tersebut bisa naik kekerongkongan yang menimbulkan

rasa panas terbakar (Nadesul, 2005) dalam suparyanto (2012).

Jenis makan adalah variasi bahan makanan yang kalau

dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit

susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan

bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan

gangguan pencernaan, seperti halnya makan pedas (okviani, 2011)

dalam suparyanto (2012). Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil

makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat

menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah,

daging mentah, kari, dan makan yang banyak mengandung krim atau

mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan

karena lambung membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

8
mencerna makanan tadi dan lambat meneruskan kebagian usus

selebihnya. Akibanya, isi lambung dan asam lambung tinggal didalam

lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan kedalam

duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas diulu

hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).

4. Pato Fisiologi Penyakit Gastritis

Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis di akibatkan oleh

ketidakseimbangan antara factor-faktor pencernaan seperti asam

lambung, pepsin dengan produksi mucus, bikarbonat dan aliran darah

(Misnadialy, 2009). Gastritis terjadi akibat peradangan pada mukosa

lambung yang menimbulkan rasa nyeri yang dialihkan ke epigastrium

bagian atas. Reflek-reflek pada mukosa lambung menyebabkan

kelenjar saliva mengeluarkan saliva dalam jumlah besar. Dan sering

menelan saliva menyebabkan banyak udara yang berkumpul

dilambung. Penggunaan aspirin, alkohol, memakan makanan yang

berbumbuh secara berlebihan atau dalam jumlah yang besar dapat

mengurangi daya tahan mukosa, ditambah dengan keadaan stress yang

dapat menyebabkan sekresi asam lambung berlebihan dan ini akan

menimbulkan komplikasi yaitu tukak lambung (Guyton, 1998) dalam

Nurhayati (2010).

5. Diagnosis Penyakit Gastritis

Dalam Superyanto (2012), untuk menegakkan diagnosa

gastritis, dilakukan dengan berbagai macam tes, diantaranya:

9
a. Tes Darah

Tes darah untuk melihat adanya anti bodi terhadap serangan

Helicobacteri pylori. Hasil tes yang positif menunjukan bahwa

seseorang pernah mengalami kontak dengan bakteri helicobakter

pylori dalam hidupnya tetapi keadaan tersebut bukan berarti seseorang

telah terinfeksi helicobater pylori. Tes darah juga dapat digunakan

untuk mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja di sebabkan

oleh pendarahan karena gastritis.

b. Breath Tes

Tes ini menggunakan tinja sebagai sampel dan di tunjukan

untuk mengetahui apakah ada infeksi helicobacter pylori dalam tubuh

seseorang.

c. Stool Tes

Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya helicobacter

pylori dalam sampel tinja seseorang. Hasil tes yang positif

menunjukan orang tersebut terinfeksi helicobacter pylori. Biasanya

dokter juga menguji adanya darah dalam tinja yang menandakan

adanya pendarahan dalam lambung karena gastritis.

d. Rontgen

Tes ini di maksudkan untuk melihat adanya kelainan pada

lambung yabg dapat diliahat dengan sinar X. biasanya akan diminta

menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen.

10
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas

ketika di rontgen.

e. Endoskopi

Tes ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada

lambung yang mungkin tidak dapat dilihat dengan sinar X. tes ini

dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang

fleksibel (Endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam esofagus,

lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih

dahulu dimati rasakan (Anastesi).

Sebelum endoskop di masukkan untuk memastikan pasien

merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran

cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit

sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan

dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu

kurang lebih 20-30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh

pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari

anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hamper tidak

ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa

tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

Menurut Misnadiarly (2009), gastritis didiagnosa melalui satu

atau lebih tes kesehatan yaitu endoskopi gastrointestinal bagian atas,

tes darah dan tes tool.

a. Endoskopi gastrointestinal bagian atas

11
Dokter melihat melalui kamera khusus, alatnya dimasukkan

melalui mulut sampai lambung untuk melihat kerusakan lambung

dan mengecek ada tidaknya inflamasi. Selanjutnya melakukan

biopsy mengambil sampe untuk dites.

b. Test Darah

Tes darah dilakukan untuk keperluan dokter guna mengecek

sel darah merah pasien apakah menderita anemia. Anemia dapat

sebagai sebab dari adanya pendarahan pada lambung.

c. Test Tool

Tes ini untuk mengecek apakah ada darah pada stol/tinja.

Stool juga dapat untuk mengecek keberadaan H. pylori pada

saluran alat pencernaan.

6. Pencegahan Penyakit gastritis

Walaupun kita tidak bisa menghilangkan H. pylori, tetapi

timbulnya gastritis dapat dicegah dengan hal-hal berikut:

a. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tetapi

sering serta memperbanyak makan makanan yang mengandung

tepung, seperti nasi, jagung dan roti akan menormalkan produksi

asam lambung. Kurangilah makanan yang mengiritasi lambung,

misalkan makanan yang pedas, asam, digoreng dan berlemak.

b. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol, tingginya konsumsi

alkohol dapat mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan

12
menyebabkan lapisan dalam lambung terkelupas sehingga

menyebabkan peradangan dan pendarahan lambung.

c. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung

lambung. Oleh karena itu, orang yang merokok lebih sensitive

terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga akan meningkatkan

asam lambung, melambatkan kesembuhan dan meningkatkan

resiko kanker lambung. Anda dapat membaca buku-buku yang

dapat menolong anda berhenti merokok atau mintalah tolong pada

dokter yang merawat anda agar mengajarkan cara berhenti

merokok.

d. Ganti obat penghilang rasa sakit. Jika memungkinkan, jangan

gunakan obat penghilang rasa sakit dari golongan NSAIDs, seperti

aspirin, ibuprofen dan naproxen. Obat-obatan tersebut dapat

mengiritasi lambung.

e. Berkonsultasi dengan dokter. Jika anda menemui gejala sakit maag

maka sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter untuk

mendapatkan solusi terbaik.

f. Peliharalah berat badan. Problem saluran pencernaan seperti rasa

terbakar dilambung, kembung dan konstipasi lebih umum terjadi

pada orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas). Oleh

karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal dapat mencegah

terjadinya sakit maag.

13
g. Memperbanyak olahraga. Olahraga aerobik dapat meningkatkan

detak jantung yang dapat menstimulus aktivitas otot usus sehingga

mendorong isi perut dilepaskan dengan lebih cepat. Disarankan

aerobik dilakukan setidaknya selama 30 menit setiap harinya.

Sebelum anda menyusun program olahraga sebaiknya mintalah

nasihat dari dokter anda.

h. Manajemen Stress. Stress dapat meningkatkan serangan jantung

dan stroke. Kejadian ini akan menekan respon imun dan akan

meningkatkan produksi asam lambung dan menekan pencernaan.

Tingkat stress seseorang berbeda-beda untuk tiap orang. Untuk

menurunkan tingkat stress anda disarankan banyak mengkonsumsi

makanan bergizi, cukup istrahat, berolahraga secara teratur, serta

selalu menenangkan pikiran.

Anda dapat menenagkan pikiran dengan melakukan meditasi atau

yoga untuk menurunkan tekanan darah, kelelahan dan rasa letih

(Nurheti Y 2009).

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif yang mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat

terhadap suatu fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Kejadian Gastritis Pada Masyarakat Di Puskesmas Pandere

Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada 4 Januari 2021- 6 januari 2021,

Lokasi penelitian di Puskesmas Pandere Kecamatan Sigi Kabupaten Sigi.

C. Variabel

Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah Kejadian Gastritis

Pada Masyarakat Di Puskesmas Pandere Kecamatan Gumbasa Kabupaten

Sigi.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia di instansi

terkait untuk menunjang latar belakang yaitu data yang diperoleh

melalui catatan dan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi dan

Puskesmas Pandere

15
2. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini, data sekunder

dikumpulkan atau di peroleh dari data Puskesmas Pandere Kecamatan

Gumbasa Kabupaten Sigi.

E. Pengolahan Data

Agar data-data yang dikumpulkan menjadi data yang bermakna

atau berarti maka data tersebut perlu diolah terlebih dahulu. Adapun tahap-

tahap pengolahan data yaitu:

1. Tabulating : menghitung dan mentabulasi data.

2. Describing: memberikan atau menjelaskan data yang sudah dikumpul.

F. Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa

deskriptif untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data-data yang

sudah dikumpulkan kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi dari

variabel yang diteliti yaitu meliputi penyakit Gastritis.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian

Puskesmas pandere merupakan salah satu puskesmas rawat jalan

dan rawat inap yang terletak di Desa Pandere, Kecamatan Gumbasa,

Kabupaten Sigi dengan wilayah kerja terdapat 7 yaitu :

1) Desa Kalawara

2) Desa Pandere

3) Desa Pakuli

4) Desa Simoro

5) Desa Omu

6) Desa Tuva

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Dolo adalah sebagai

berikut:

a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Kalawara

b) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Pakuli

c) Sebeleh Timur : Bertbatasan Dengan Kecamatan Palolo

d) Sebelah Barat : Berbatasan Dengan Desa Bangga

17
B. Hasil Penelitian

Dari data sekunder yang kami dapatkan dalam penelitian ini

terdapat 10 penyakit terbesar, dari Januari-september 2020 Di Puskesmas

Pandere, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi.

NO PENYAKIT JUMLAH
1 Gastritis 1072
2 Hipertensi 1051
3 Febris 560
4 Alergi 403

Sumber: data sekunder puskesmas pandere

C. Pembahasan

18
Dari hasil penelitian dengan kejadian penyakit gastritis di

puskesmas menunjukan bahwa gastritis adalah penyakit terbesar urutan

kedua dari bulan januari-september 2020 dengan jumlah kasus

1072.Sedangkan jumlah kasus gastritis yang tercatat di dinas kesehatan

kabupaten sigi tahun 2019 sebesar 12.539.Ini menunjukan bahwa kasus

penayit gastritis sangatalah besar di kabupaten sigi khususnya di wilaya

kerja puskesmas pandere,kecamayan gumbasa,kabupaten sigi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan bahwa kejadian kasus gastritis di puskesmas pandere

kecamatan gumbasa kabupaten sigi sangatlah tinggi.

B. Saran

Adapun saran yang di harapkan dari hasil penelitian ini antara lain

adalah:

1. Bagi pihak Puskesmas Pandere

Diharapkan pihak Puskesmas Pandere dapat bekerja sama

dengan pihak Pemerintah Kelurahan/Desa untuk mensosialisasikan

dan mengadakan penyuluhan tentang kesehatan, terlebih khusus

19
terkait dengan penyakit Gastritis agar masyarakat semakin

meningkatkan pencegahan terhadap penyakit Gastritis.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah lagi pengetahuan tentang

pencegahan gastritis melalui media elektronik maupun media cetak,

dan mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di

Puskesmas.

3. Bagi Peneliti Lain

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan

penelitian ini dan di jadikan bahwa referensi kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Puskesmas pandere kecamatan gumbasa kabupaten sigi tahun 2020
Dinas kesehatan kabupaten sigi tahun 2019

21

Anda mungkin juga menyukai