Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan saluran pencernaan merupakan salah satu gangguan yang sering


dikeluhkan. Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa
lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene, 2001). Gastritis
disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylory dan pada awal infeksi
mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi akut dan jika diabaikan akan
menjadi kronik (Irfan irianto, 2019). Gastritis bukan berarti penyakit tunggal,
tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung (Rizema, 2013). Gastritis adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh infeksi pada mukosa lambung sehingga terjadi
peradangan,jika di abaikan akan bertambah parah.

Timbulnya penyakit gastritis dipengaruhi oleh beberapa faktor salah


satunya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan (Sri hartati, 2014).
Gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan jumlah penderita gastritis
(Iwan Shalahudin, 2018). Pola makan yang tidak baik seperti mengkonsumsi
makananan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung seperti asinan,
cuka, sambal, makanan cepat saji, minum minuman beralkohol, makan yang
tidak teratur dan sering jajan sembarangan. (Widya, 2017) Hal ini
Menyebabkan mekanisme pelindung dalam lambung mulai berkurang
sehingga mengakibatkan kerusakan dinding lambung (Hidayah 2012 dalam
fista juliani, 2018). Salah satu penyebab Gastritis adalah pola makan atau gaya
hidup yang tidak baik.

Gastritis memiliki tingkatan yaitu secara garis besar dibagi menjadi dua
1
jenis yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. (Andi megawati,2014). Gastritis
akut suatu penyakit yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan
sembuh sempurna (Suratun, 2010). Gastritis kronik merupakan peradangan

2
bagian mukosa lambung yang menahun (Misnadiarly, 2009).Kondisi ini
diklasifikasikan berdasarkan waktu perjalanan (baik akut maupun
kronik).Tingkat keparahan gastritis bisa dilihat dari klasifikasi gastritis
terebut.

Gastritis akut terjadi secara tiba-tiba dan gejalanya lebih terlihat.Adanya


rasa terbakar di lambung dan akan menjadi semakin parah ketika sedang
makan, adanya rasa mual-mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan
(Yuliarti, 2009).Pengkajian khususnya pada ketidaknyamanan epigastrium
biasanya difigurkan dengan rasa terbakar atau sakit, nyeri abdominal, kram,
refluks, mual parah dan muntah, serta kadang-kadang hematemesis (Joyce
M.Black&Jane, 2014).Hematesis dan melena yang dapat berlangsung sangat
hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah (Hadi,
1999).Manifestasi klinis gastritis sangat bervariasi, mulai dari yang sangat
ringan sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.Manifestasi klinis
yang terjadi pada pasien tergantung dari tingkat keparahan gastritis tersebut.

Penatalaksaan pada pasien gastritis dapat dilakukan dengan melakukan


asuhan keperawatan seperti menjaga pola makan dan menghindari makan-
makanan yang dapat merangsang asam lambung, (Nurarif dan Kusuma' 2015)
mengatasi kedaruratan medis yang terjadi, mengatasi atau menghindari
penyebab apabila dapat dijumpai, dan pemberian obat-obatan antacid atau
obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman, 1999, hal 96).
Penatalaksanaan pada pasien gastritis akut dilakukan : instruksikan pasien
untuk menghindari alcohol, bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan
untuk hemoragi saluran gastromfestinal. Sedangkan penatalaksanaan pada
pasien gastritis kronik dapat diatasi dengan memofisikasi diet pasien, diet
makan lunak diberikan sedikit tapi lebih sering ( Wisnu Dwi
Darmawan.2014 ).Penatalaksanaan dilakukan agar asam lambung tidak
kambuh. Pengaturan pola makan juga merupakan penatalaksanaan penyakit
2
Gastritis.

Banyak metode yang telah ditemukan untuk membantu mengatasi

2
gastritis, baik dengan cara pengobatan medis maupun tradisional. Pengobatan
untuk mengatasi gangguan lambung dapat dilakukan secara farmakologi
dengan pemberian obat-obat sintetik golongan PPI, H2-Blocker, antasida dan
sukralfat (Dipiro, J,T. et al. 2008). Sedangkan pengobatan non farmakologi
yang kini berkembang diantaranya adalah cara pengobatan dengan tanaman
tradisional yaitu diberikan obat-obat herbal atau jamu yang berasal dari
tanaman keluarga zingiberaceae seperti jahe, kunyit, temulawak dan pijat
refleksi (Wahyu Widayat,2018..). Umumnya pengobatan dilakukan dengan
mengkombinasikan dua jenis obat yakni antibiotic dan proton pump inhibitor
dimana antibiotik akan menyerang bakteri, sedangkan proton pump inhibitor
akan meringankan rasa sakit dan mencegah muntah. Umumnya pengobatan
dilakukan dengan obat-obatan yang dapat menetralkan asam lambung.
Walaupun gastritis masih sering mengalami kekambuhan, tetapi timbulnya
gastritis bisa dicegah. Manajemen gaya hidup merupakan cara agar tidak
merangsang peningkatan terjadinya asam lambung seseorang (Iwan
Shalahudin, 2018).Salah satunya dengan mengontrol semua Faktor risiko
yang menyebabkan terjadinya gastritis seperti : Hindari minuman
beralkohol,tidak merokok, tidak stress,makan-makanan yang kaya buah dan
sayur,olahraga teratur,makan-makanan yang tinggi serat,makan tepat waktu
dan tidak berbaring setelah mkan (Hardi & Huda Amin, 2015). Pola makan
sangat berpengaruh terhadap kesehatan alat pencernaan kita. Makanan sering
kali menimbulkan masalah bagi kesehatan (Chasana Risdiyani. 2010).Menurut
sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tetapi sering serta
memperbanyak makan makanan yang mengandung tepung seperti nasi,
jagung, dan roti akan menormalkan produksi asam lambung. Sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter jika menemui gejala gastritis yang tidak dapat
ditangani.
Pola makan diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara
tuntutan,keadaan dan sumber daya yang dimiliki individu. Pola Makan adalah
suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan
3
informasi gambaran dengan meliputi,mempertahankan kesehatan,status
nutrisi,mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.(Depkes RI.2012.)

2
Menurut Almatsier (2010) Pola makan adalah cara memanfaatkan pangan
yang tersedia sebagai reaksi terhdap tekanan ekonomidan sosial-budaya yang
dialaminya yang berkaitan dengan pola makan. Pola makan adalah cara yang
di tempuh seseorang atau kelompok dalam memilih,menggunakan bahan
makanan dalam konsumsi pangan dalam setiap hari yang meliputi : Frekuensi
makanan,Porsi makan, dan jenis makan yang didasarkan faktor-faktor sosial
budaya dimana mereka hidup.( Bagas 2016 )

Pola makan memiliki beberapa komponen yang mempengaruhinya.Pola


makan memberikan gambaran macam dan model bahan makanan yang
dikonsumsi setiap hari yaitu : frekuensi makan,porsi makan dan jenis makanan
(Widjadja R.2009).Perubahan pola makan meliputi tidak teraturnya waktu
makan, frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makanan yang dikonsumsi
dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis.(Andi Megawati & HJ.Hasna
Nosi.2014.) pola makan juga mempengaruhi kejadian penyakit gastritis karena
pola makan yang tidak sesuai dalam waktu relative lama, akibatnya, kadar
asam lambung terkikis hingga menimbulkan semacam tukak.(Sopyan 2015)

Gastritis disebabkan oleh pola makan yang tidak baik didasarkan oleh
ketidak teraturan responden untuk makan yang di pengaruhi oleh beberapa
faktor.(Laurensius Fua uwa,dkk.2019). Santoso & Rani (2010) Menyatakan
bahwa kebiasaan makan individu,keluarga, dan masyarakat di pengaruhi
oleh : Gen,psikologi,perkembangan, kesehatan, psikis, keluarga, aktifitas dan
pendapatan keluarga. Dan menurut Fista Juliani,dkk (2018) Jenis kelamin juga
merupakan faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang.

Selain faktor pola makan,Pengetahuan bahan makanan juga berpengaruh


terhadap apa yang akan di konsumsi. Menurut Almatsier (2009) dalam
menyusun menu seimbang diperlukan pengetahuan makan, karena nilai gizi
setiap bahan makanan tiap kelompok tidak sama. Dan Menurut
Sulistyoningsih ( 2010 ) Nilai gizi setiap bahan makanan berbeda,maka dari
4 yang dianjurkan bagi remaja
itu perlu diketahui porsi makanan sesuai jenis
atau Mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti

2
tentang “Hubungan Antara Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada
Mahasiswa angakatan 2018 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara Pola Makan dengan kejadian gastritis?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Pola Makan dengan
kejadian gastritis.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat kekambuhan gastritis.
2. Untuk mengetahui gambaran Pola Makan Mahasiswa angakatan 2018
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
3. Untuk mengetahui hubungan antara Pola Makan dengan kejadian
gastritis pada Mahasiswa angakatan 2018 Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Untuk menerapkan metode atau ilmu yang diperoleh selama perkuliahan
dan melatih untuk menganalisis permasalahan yang ada serta mencari cara
penyelesaiannya.
2. Bagi pembaca
Menambah informasi dan pengetahuan tentang Pola Makan yang
berhubungan dengan kejadian kekambuhan gastritis dan bahayanya supaya
kekambuhan dapat dilakukan pencegahan.

BAB II

2
TINJAUAN TEORITIS

A. Gastritis
1. Definisi Gastritis
Gastritis atau tukak lambung yang sering kita kenal dengan
penyakit maag merupakan sekumpulan keluhan atau gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak atau sakit perut bagian atas yang menetap
atau mengalami kekambuhan karena adanya inflamasi dari mukosa
lambung (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pylory dan
pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi
akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik (Irfan irianto, 2019).
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut,kronik,difus dan lokl yang disebabkan oleh makanan,obat-
obatan,zat kimia,stress dan bakteri (Nuari.2015)

2. Faktor Pemicu Gastritis

Gastritis umumnya terjadi akibat asam lambung yang tinggi atau


terlalu banyak makan makanan yang bersifat merangsang di antaranya
makanan yang pedas dan asam.Selain itu juga di akibatkan oleh
gangguan fungsional dari lambung yang tidak baik dan gangguan
struktur anatomi. (Sukarmin, 2011).

Gastritis bisa menyerang semua jenis kelamin. Gaya hidup yang


tidak sehat seperti mengkonsumsi makan yang dapat merangsang
peningkatan asam lambung seperti asinan, cuka, sambal dapat
meningkatkan jumlah penderita gastritis, kejadian penyakit gastritis
terjadi karena pola hidup yang bebas sehingga berdampak pada
kesehatan tubuh (Iwan Shalahudin, 2018). Gastritis dapat mengalami
kekambuhan diamana kekambuhan yang terjadi pada penderita
gastritis dapat dipengaruhi oleh pengaturan
6 pola makan yang tidak
baik (Widya, 2017)

2
3. Klasifikasi Gastritis
Berdasarkan Andi Megawati (2014) pada umumnya klasifikasi
gastritis diklasifikasikan menjadi akut dan kronik Gastritis akut
merupakan kelainan klinis akut yang jelas khas, biasanya ditemukan
inflamasi akut yang jelas, sering bersifat multifaktor dengan perjalanan
klinik yang bervariasi. Gastritis Kronis berkaitan erat dengan infeksi
Helicobacteri pylori.
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan,biasanya
bersifat jinak dan sembuh sempurna.Gastritis akut terjadi akibatrespon
mukosa lambungterhadap berbagai iritan lokal.Inflamasi akut mukosa
pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan.
Sedangkan Gastritis Kronik didefenisikan sebagai peningkatan jumlah
limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung.Derajat yang paling
ringan Gastritis Kronis adalah gastritis superfisial kronis,yang
mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung.
( Waspaji.dkk.2010 )

3.1 Klasifikasi Gastritis Akut


a. Gastritis Erosif Akut
Gastritis erosif akut adalah suatu peradangan mukosa lambung
yang akut yang disertai kehilangan integritas atau kerusakan-kerusakan
erosi.Berdasarkan pemeriksaan maskroskopik pada gastritis erosif akut
menunjukkan edema, kerapuhan mukosa, erosi dan tempat pendarahan
dengan ekstravasasi darah ke dalam mukosa dan lumen lambung.Erosi
lambung dan tempat pendarahan dapat tersebar secara difus pada
seluruh mukosa lambung atau setempat pada korpus atau antrum
lambung, dikatakan erosi karena terbatas pada mukosa dan sering
terletak linier pada puncak lipatan mukosa (Harrison, 2000).

7
b. Gastritis Superfisial Akut
Gastritis superfisial akut merupakan gastritis yang ditandai oleh

2
mukosa bewarna kemerahan, edema, dan ditutupi oleh mukosa
adheren, sering terjadi sedikit erosi dan pendarahan, derajat
peradangan sangat variable (Dharma, 1984).

3.2 Klasifikasi Gastritis Kronik


a. Gatritis Kronik Superfisial
Bentuk gastritis dengan perubahan peradangan terbatas pada
lamina propria mukosa superfisial, dengan infiltrasi seluler dan edema
yang memisahkan kelenjar lambung.Gastritis superfisial kelihatannya
mencerminkan stadium permulaan dari perkembangan gastritis
kronik.Pada gastritis kronik infiltat sel radang terbatas pada lamina
propria setengah bagian atas mukosa lambung dan kelenjar tetap ada
(Harrison, 2000).
b. Gastritis Kronik Atrofik
Ciri khas kelainan ini adalah sifatnya yang progresif, irreversible,
sekresi asam lambung dan pepsin menurun, selain itu elaborasi faktor
intrinsik terganggu. Faktor intrinsik merupakan faktor penting dalam
proses pembentukan darah (Tambunan, 1994).

4. Manifestasi Klinis Gastritis

Manifestasi klinis yang muncul berbeda sesuai dengan jenis


gastritisnya, mulai dari yang sangat ringan sampai sangat berat yang
dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat seperti
gastritis akut berdarah difus (difusse hemorrhagic erosive gastritis),
gejala yang sangat mencolok adalah hematemesis dan melena yang
dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena
kehilangan darah. ( Trimaya Cahya Mulat.2016 )
Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis
adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri
epigastrium. akibat kerusakan jaringan
8 yang aktual dan potensial
Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang
mengalami mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien

2
misalnya suara (menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi
wajah (meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot
tegang, mondarmandir, dll), interaksi sosial (menghindari percakapan,
disorientasi waktu) (Judha, 2012 dalam Andinna Dwi Utami 2018 )
Gastritis akut gejalanya mungkin berlangsung cepat :
kertidaknyamanan abdomen,sakit kepala,lwsu,mual,muntah dan
cegukan. Sedangkan Gastritis Kronik mungkin tidak bergejala,keluhan
anoreksia,nyeri ulu hati setelah makan,bersendawa,rasa asamdi mulut
atau muntah.( Brunner & Suddarth,2013 dalam Siti Mahmudah.2018 )

5. Penatalaksanaan Gastritis
Penatalaksanaan pada pasien gastritis akut lakukan : instruksikan
pasien untuk menghindari alcohol,bila perdarahan terjadi, lakukan
penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastromfestinal. Sedangkan
penatalaksanaan pada pasien gastritis kronik dapat diatasi dengan
memofisikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi lebih
sering ( Wisnu Dwi Darmawan.2014 )
Penatalaksaan juga bisa dilakukan dengan menjaga pola makan dan
menghindari makan-makanan yang dapat merangsang asam lambung,
(Nurarif dan Kusuma' 2015)

6. Pengobatan Gatritis
Obat-obatan ditunjukan untuk mengatur sekresi asam lambung
berupa antagonis reseptor H2 inhibiton pompa proton, dan antasida
juga ditunjukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan
prostaglandin ( Suyono,. 2001) Obat-obat yang di gunakan :
1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
2) antasida. Cara kerja Antasida yaitu menetralisisr asam lambung.
Efek samping dari Antasida yaitu diare dan konstipasi. (Jones dan
Cash. 2010).
9
3) Histonin: Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambungdan kemudian menurunkan iritasi lambung.

2
4) Sulcralfate : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan
cara menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin
yang menyebabkan iritasi.
( Ikatan Apoteker Indonesia, 2010).

7. Pencegahan Gastritis
Walaupun gastritis masih sering mengalami kekambuhan, tetapi
timbulnya gastritis bisa dicegah. Upaya untuk meminimalkan bahaya
tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan kesadaran masyarakat
tentang hal- hal yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, misalnya
makan makanan pedas dan asam, stres, mengkonsumsi alkohol dan
kopi berlebihan, merokok, mengkonsumsi obat penghilang nyeri dalam
jangka panjang (Suryono, 2016).

Menurut (Hardi & Huda Amin, 2015) agar kita terhindari dari
penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua Faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan
pencegahan seperti dibawah ini:
a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung
sehingga terjadi inflamasi.
b. Hindari merokok karena dapat menganggu lapisan dinding
lambungsehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan
tukak/ulkus. Rokok dapat meningkatkan asam lambung dan
memperlambat penyembuhan luka.
c. Atasi stress sebaik mungkin.
d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari
sayur dan buah yang bersipat asam.
e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran
balik) asam lambung.
f. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercapat aliran
makanan melalui usus. 10
g. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk
sementara waktu kurangi kamsumsi makanan tinggi serat, seperti

2
pisang,kacang-kacangan, dan kentang.
h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan
rileks.

B. Pola Makan
1. Definisi Pola Makan
Pola Makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan informasi gambaran dengan
meliputi,mempertahankan kesehatan,status nutrisi,mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit.(Depkes RI.2012.)
Sedangkan menurut Bagas (2016) Pola mkan merupakan cara yang di
tempuh seseorangatau kelompok dalam memilih,menggunakan bahan
makanan dalam konsumsi pangan dalam setiap hari yang meliputi :
Frekuensi makanan,Porsi makan, dan jenis makan yang didasarkan faktor-
faktor sosial budaya dimana mereka hidup.
Pola makan sangat berpengaruh terhadap kesehatan alat pencernaan
kita. Makanan sering kali menimbulkan masalah bagi kesehatan, terutama
kesehatan pencernaan misalnya, waktu makan yang tidak teratur bisa
menyebabkan gangguan pada lambung, menu makanan yang tidak
seimbang dapat mempengaruhi buang air besar (Chasana Risdiyani.2010)

2. Komponen Pola Makan


A. Frekuensi makan
Frekuensi makan merupakan jumlah makanan dalam sehari-hari
yang dilakukan berulang kali dalam mengkonsumsi makanan baik
makanan utama maupun makanan selingan. Makan pagi sangat
penting sebab dapat membekali tubuh berbagai zat guna menjadi
cadangan energi untuk melakukan aktivitas.Selain makan
utama,makan selingan juga harus dilakukan guna menanggulangi
11
rasa lapar,sebab jarak waktu makan yang lama ( Okviani,2011.)
Frekuensi makan dikatakan baik apabila frekuensi makan tiap

2
harinya tiga kali makan utama atau dua kali makanan utama dengan
satu kali makanan selingan dan dinilai kurang apabila frekuensi
makan setiap harinya dua kali makan atau kurang (Ariani, 2017).

B. Jenis Makanan
Makan yang teratur juga dilihat dari jenis makanan yang
dikonsumsi. Mengkonsumsi makanan yang pedas atau asam dan
bumbu-bumbu yang merangsang meningkatkan asam lambung,
misalnya cabe, merica, dan cuka (Ratu & Adwan, 2013), Menurut
Putra (2013) ada tujuh jenis makanan yang dapat menyebabkan
asam lambung yaitu,
 coklat yang mengandung kakao dan kafein yang dapat
menyebabkan kadar asam di lambung meningkat.
 Minuman bersoda yang membuat perut jadi kembung.
 Makanan yang tinggi lemak dapat menyebabkan nyeri yang
terdapat di ulu hati.
 Minuman beralkohol, konsumsi bir, minuman keras dan
anggur dapat meningkatkan asam lambung.
 Produk olahan susu yang tinggi lemak.
 Daging yang berlemak mempunyai kadar lemak membutuhkan
waktu yang cukup lama diproses dalam pencernaan.
 Kafein, kebiasaan minum kopi yang berlebihan dapat
berkonstribusi terhadap gangguan lambung

C. Porsi Makanan
Jenis makanan juga dilihat dari porsi makanan yang dikonsumsi.
Makan yang tidak teratur serta terlalu banyak mengkonsumsi
makanan yang pedas dan asam merupakan faktor risiko terjadinya
gastritis (Zilmawati, 2007). 12
Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan
yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam mengkonsumsi makanan

2
haruslah seimbang dengan kebutuhan remaja/dewasa yang di
sesuaikan dengan umur.Porsi yang telah di standarkan oleh Depkes
dimana anjuran makan satu hari untuk rata-rata remaja/dewasa
secara umum orang Indonesia dengan energy 2550 kkl dan protein
60 bagi laki-laki dan bagi perempuan energy 1900 dan proteinnya
50. Jumlah ini bagi yang berumur 19-29 tahun. (Depkes.2009)

3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan


Menurut Santoso & Rani (2010) Menyatakan bahwa kebiasaan
makan individu,keluarga, dan masyrakat di pengaruhi oleh :

A.Faktor genetik

Obesitas cendrung diturunkan,sehingga diduga memiliki penyebab


genetik tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen tetapi juga
makanan dan kebiasaan gaya hidup,yang bisa mendorong
terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya
hidup dengan genetik.

B.Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah perilaku atau gaya


hidup.Misalnya apa yang di makan dan berapa kali seseorang
makan,serta bagaimana aktivitasnya setiap hari. Seseorang tidak
dapat mengubah pola genetiknya tetapi dapat mengubah pola
makan dan aktifitasnya.

C.Faktor psikologi

Karakter psikologi dan emosional berperan dalam hal ini,hal yang


dapat dilakukan yaitu dengan mengatur mood atau ekspresi marah.

D.Faktor Kesehatan

Ada penyakit yang menyebabkan 13


gangguan makan seperi Obat-
obatan yang juga mengakibatkan obesitas misalnya steroid.

2
E.Faktor Perkembangan

Bertambahnya ukuran dan atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan


bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.

F.Faktor Psikis

Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam


gangguan makan seperti sengaja melaparkan diri atau
memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakannya.

G.Faktor keluarga

Gangguan makan yang terjadi akibat adanya konflik yang ada di


keluarga mereka.

H.Faktor Aktifitas

Semakin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan nutrisi


dan kalori semakin banyak.

I.Faktor Kebiasaan Makan Keluarga

Kebiasaan Makan adalah suatu hal yang berhubungan dengan


tindakan untuk mengkonsumsi pangan yang mana berkaitan dengan
kemungkinan kondisi perubahan kebiasan pola pangan yang timbul
dari dalam atau luarnya.

J.Faktor Pendapatan Keluarga

Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin


terpenuhinya gizi seseorang dan dapat menyediakan kebutuhan
baik primer maupun sekunder

Dan menurut Fista Juliani,dkk (2018) Jenis kelamin merupakan faktor


14
yang mempengaruhi pola makan sesorang,Mayoritas perempuan
memiliki penyakit Gastritis karena perempuan lebih memperhatikan
bentuk tubuh dan menginginkan bentuk tubuh yang tidak gemuk

2
sehingga perempuan mengurangi jumlah makannya tanpa
memperhatikan pola makan yang sehat

4. Pengetahuan Makan

Almatsier (2009) mengatakan dalam menyusun menu seimbang


diperlukan pengetahuan makan, karena nilai gizi setiap bahan
makanan tiap kelompok tidak sama seperti :

1. Bahan Makanan Pokok


Dalam susunan hidangan Indonesia sehari-hari, bhan makanan
pokok merupakan bahan makanan yang memegang peran penting.
Bahan makanan pokok dapat dikenal dari makanan yang
dihidangkan pada waktu pagi, siang atau malam. Pada umumnya
porsi makanan pokok dalam jumlah (kuantitas atau volume) terlihat
lebih banyak dari bahn makanan lainnya. Dari sudut ikmu gizi,
bahan makanan pokok merupakan sumber energi (kalori) dan
mengandung banyak karbohidrat. Beberapa jenis makanan pokok
juga memberikan zat protein yang reatif cukup besar jumlahnya
dalam konsumsi manusia.

2. Bahan makanan lauk-pauk

Buah-buahan merupakan santapan lauk pauk di dalam pola


makan orang Indonesia berfungsi sebagai teman makanan pokok
yang memberikan rasa enak, merupakan zat gizi protein dalam
menu makanan sehari-hari. Lauk pauk amat bervariasi dalam hal
bahan makanan merupak teknik pengolahan dan bumbunya.
Sebagai sumbernya, dikenal bahan makanan berasal dari hewan
dan tumbuhan. Lauk pauk berasal dari hewan seperti daging dan
15
ikan, selain itu dari tumbuhan yaitu kacang kedelai yang dibuat
menjadi tahu, tempe dan lain sebagainya.

2
3. Bahan makanan sayur mayor

Dalam hidangan orang Indonesia sayur mayor adalah sebagai


teman makanan pokok, pemberi serat dalam hidangan serta
pembasah karena umumnya dimasak berkuah. Sayur mayor
merupakan vitamin dan mineral. Namun, zat-zat ini dapat rusak
atau berkurang jika mengalami pemanasan. Dianjurkan sayuran
yang dimakan setiap hari terdiri dari campuran sayuran daun,
kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga.

16

2
4. Bahan makanan buah-buahan

Buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam suatu cara makan


atau dimakan kapan saja. Umumnya dipilih buah yang sudah masak
dengan rasa manis dan dimakan mentah. Padat juga buah-buahan yang
diolah atau diawetkan, buah merupakan sumber vitamin bagi mausia. Ada
beberapa jenis buah yang juga memberikan kalori yang cukup tinggi
seperti lemak yang terkandung dalam alpukat ataupun karbohidrat yang
terdapat pada durian.

5. Susu

Susu adalah cairan berwarna putih yang di keluarkan olek kelenjar


susu. Istilah untuk air susu manusia adalah air susu ibu (ASI). Susu yang
bukan berasal dari manusia disebut air pengganti susu ibu (PASI). Dalam
kandugan susu sapi mupun ASI terdapat laktosa yaitu gula khusus pada air
susu, susu dapat diperoleh dalam berbagai macam bentuk, yaitu cairan dan
bubuk.

6. Lain-lain

Disamping kelima golongan bahan makanan tersebut, terdapat menu


sehari-hari biasanya mengandung gula dan minyal kelapa sebagai
penyedap dan diberi rasa gurih. Gurih dan minyak kelapa merupakan
sumber energi. Gula rata-rata di makan sebanyak 25-35 garam sehari (2½-
3½ sendok makan) dalam minuman atau kue-kue. Sedangkan minyak
sebanyak 25-50 gram (2 ½-5 sendok makan) untuk mengoreng, campuran,
dalam kue, dan sebagai santan atau kelapa parut.

Menurut Sulistyoningsih ( 2010 ) Nilai 17


gizi setiap bahan makanan
berbeda,maka dari itu berikut porsi makanan sesuai jenis yang dianjurkan
bagi remaja atau Mahasiswa :
1. Golongan Makanan Pokok
Sebanyak 300-500 gram beras atau 3-5 porsi piring nasi dalam sehari
2. Golongan Protein
Sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan atau daging, sedangkan nabati
100-150 kacang-kacangan.
3. Golongan Sayur-sayuran
Sekitar 150-200 gram atau 1,5-2 mangkok sayur dalam keadaan matang
4. Lain-lain
Menu yang disusun biasanya mengandung gula dan minyak. Gula 2,5-3,5
sendok makan ,sedangkan minyak 2,5-5 sendok makan

18
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Gastritis atau tukak lambung yang sering kita kenal dengan penyakit maag
merupakan sekumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau
sakit perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan karena adanya
inflamasi dari mukosa lambung Gastritis terdiri 2 tingkatan tergantung tingkat
keparahannya yaitu Gastritis akut dan Gastritis kronik. Gastritis akut terjadi akibat
respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.Inflamasi akut mukosa pada
sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan. Sedangkan Gastritis Kronik
didefenisikan sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa
lambung.Derajat yang paling ringan Gastritis Kronis adalah gastritis superfisial
kronis,yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung.
(Sudoyo.dkk.2009 ).
Pola Makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi : mempertahankan kesehatan,
status nutrisi,mencegah atau membantu kesembuhan. Pola makan merupakan cara
yang di tempuh seseorang atau kelompok dalam memilih,menggunakan bahan
makanan dalam konsumsi pangan dalam setiap hari yang meliputi : Frekuensi
makanan, Porsi makan, dan jenis makan yang didasarkan faktor-faktor sosial budaya
dimana mereka hidup. Pola makan sangat berpengaruh terhadap kesehatan alat
pencernaan kita. Makanan sering kali menimbulkan masalah bagi kesehatan, terutama
kesehatan pencernaan misalnya, waktu makan yang tidak teratur bisa menyebabkan
gangguan pada lambung, menu makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi
buang air besar (Chasana Risdiyani.2010)

Pola makan sangat berpengaruh terhadap kesehatan alat pencernaan kita. Makanan
sering kali menimbulkan masalah bagi kesehatan, terutama
19 kesehatan pencernaan.
Menurut fitri (2013) gastritis terjadi akibat makan tidak teratur atau tidak makan
apapun dalam waktu relative lama, akibatnya kadar asam lambung meningkat
sehingga permukaan lambung terkikis hingga menimbulkan semacam tukak. Jika
pengikisan sudah terjadi, gastritis pun akan semakin bereziko. Makanan atau minuman
yang dikonsumsi dan masuk kedalam lambung berfungsi mengurangi kepekatan asam
lambung sehingga tidak sampai menggerogoti lambung. Perubahan pola makan
meliputi tidak teraturnya waktu makan, frekuensi makan, jenis makanan dan porsi
makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis.

Faktor Yang Mempengaruhi Pola


Makan:

1.Faktor genetik
2.Faktor lingkungan Pola Makan :
3.Faktor Psikologi 1.Frekuensi Makan
4.Faktor Kesehatan 2.Jenis Makanan
5.Faktor Perkembangan 3.Porsi Makan
6.Faktor Psikis
7.Faktor Keluarga
8.Faktor Aktifitas
9.Faktor Kebiasaan Makan Keluarga

Gastritis

Pengetahuan Makan :
1.Golongan Makanan pokok
2.Golongan protein
3.Golongan sayur-sayuran
4.Lain-lain

Gambar 3.1. Kerangka teori penelitian

B. Kerangka Konsep Penelitian

Menurut (Notoatmodjo, 2014), kerangka konsep penelitian merupakan hubungan


antara suatu konsep atau variabel-variabel yang diamati (diukur) melalui sebuah proses
penelitian. Dalam penelitian ini, variabel independen adalah Pola Makan, variabel
dependen adalah Gastritis Pada remaja. Bagian dibawah ini merupakan konsep
penelitian tentang Hubungan Pola Makan dengan Gastritis
20 Pada Remaja.

POLA MAKAN GASTRITIS

Variabel Independen Variabel Dependen


Gambar 3.2. Kerangka konsep penelitian

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Hubungan Pola Makan
dengan Gastritis Pada Remaja.

21
BAB IV

METODO PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif


korelasi menggunkan pendekatan Cross Sectional. Dimana seluruh variabel yang
diamati, diukur pada saat penelitian berlangsung. Penelitian ini menggunakan data
primer untuk mengetahui hubungan pola makan dengan gastritis pada Mahasiswa
angkatan 2018 Fakultas Keperawatan Universitas andalas. Dimana variabel bebas
yaitu pola makan dan variabel terikat yaitu terjadinya gastritis akan dikumpulkan
dalam waktu bersamaan.
Cross sectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengambil
waktu tertentu yang relatif pendek dan tempat tertentu, dilakukan pada beberapa
objek yang berbeda taraf (Sujarweni, 2014). Penelitian ini dilakukan melalui tahap
penyebaran kuesioner kepada Mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Keperawatan
Universitas andalas

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan
dalam penelitian (Nursalam, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Keperawatan Universitas andalas

2.Sampel

Menurut Notoatmodjo (2012), sampel adalah objek yang diteliti dan


dianggap mewakili seluruh populasi dalam penelitian. Serta pengambilan sampel
dalam penelitian perlu digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga
sampel tersebut sedapat mungkin mewakili. Berdasarkan hal tersebut, maka
22
sampel pada penelitian menggunakan rumus slovin yaitu :
Rumus : n = N

1 + N (a) ²

Keterangan :

n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Tingkat signifikan (5%=0,05)

Jadi besar sampel yang diambil

n= N

1+ N (a) ²

n= 80

1+80 (a) ²

n = 67

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan kuisoner. Waktu penelitian dilakukan


pada tanggal 5 maret - 15 maret 2020

D. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada (Sugiyono, 2010). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Simple
23
Random Sampling yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan cara mengambil
sebagian jumlah sampel yang diinginkan secara acak. Dalam penelitian ini cara
pengambilan sampel dari Mahasiswa keperawatan angkatan 2018 dengan nama dan
nomor responden di tulis dikertas sejumlah populasi kemudian diundi seperti arisan,
pengundian dilakukan diluar waktu penelitian. Nama dan nomor responden yang
keluar pada pengundian akan ditulis dikertas untuk dijadikan data responden yang
akan menjadi sampel dalam penelitian.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variebel Penelitian

Variabel adalah perilaku karakteristik yang memberikan nilai beda


terhadap suatu (benda, manusia, dan lain-lain) Nursalam (2013). Indentifikasi
variabel merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama dalam penelitian
dan penentuan fungsi-fungsinya masing-masing (Azwar, 2010). Variabel dalam
penetian ini ada 2 variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat).
1. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau


nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pola makan.
2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu
organisme yang dikenai stimulus atau disebut juga faktor yang diamati dan
diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel
bebas (Nursalam, 2013).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kejadian gastritis.
2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati


dari suatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk
24 kepentingan akurasi,
komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel


Definisi Skala Interpretasi
Variabel Parameter Alat Ukur Skor
Operasional Data Data
Variabel Jumlah atau Pola makan Kuesioner Nominal Skor: 1. Baik Jika
bebas : porsi yang terdiri dari: Iya =1 (Skor 0-8)
pola dikonsumsi - frekuensi Tidak = 0 2. Buruk Jika
makan Mahasiswa makan (Skor 9-
Pada setiap - jenis makan 17)
kali makan - porsi makan
Variabel Gastritis Penderita Kuesioner Nominal Skor : 1. Nilai T <
terikat : merupakan gastritis : Iya =1 mean T
Kejadian peradangan - Merasa Tidak = 0 berarti
gastritis mukosa terbakar di Skor gastritis
lambung lambung maksimal 2. Nilai T >
yang - nafsu mkan 10 mean T
merupakan menurun berarti
diagnosa - nyeri ulu tidak
dari dokter hati gastritis
- mual
- muntah
- kembung
- bersendawa

F. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitan.
Instrumen dari varaibel independen berbentuk angket atau kuesioner tertutup artinya
jawabannya atau isialn telah dibatasi atau ditentuakan sehingga responden tidak
memberikan respon menurut kebebasan seluas-luasnya. Subjek hanya memberi tanda
() pada kolom jawbaan yang telah ditentukan sesuai yang dirasakan responden.
Intrumen penelitan yang digunakan adalah kuisoner sebagai berikut :
1. Kuisoner Karakteristik Demografi (A)
Terdiri dari inisial nama, jenis kelamin, umur dan pendidikan.
2. Kuisoner State Trait Anxiety Inventory (B)
Pengkuran Gastritis atau pola makan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
State Anxiety and Trait Anxiety (STAI) alat ukur25ini terdiri dari 10-17 item
pertanyaan dengan skor iya= 1, tidak = 0 menggunakan skala data nominal.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji validitas instrumen
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005).

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,
2006). Teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan membuktikan
hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau
radio dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama. (Sugiyono,
2007)

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik product moment yang rumusnya
sebagai berikut:

N ∑ xy- (∑ x )(∑ y )
rxy = √{ N ∑ x2−(∑ x)2}{N ∑ y2−(∑ y )2}
Keterangan:

rxy = koefisien validitas

N = jumlah responden

x = skor pernyataan tiap nomor

y = skor total

xy = jumlah hasil dari x dan y

(Arikunto, 2006)

2. Uji reliabilitas instrumen


Reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Uji
reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha yang dapat digunakan untuk
26
mencari reliabilitas instrumen yang skornya 1 dan nol (nol). Jika dihubungkan
dengan pengertian variabel, hanya untuk skor dengan variabel diskrit. Rumus
Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0.
Misalnya angket atau soal berbentuk uraian (Arikunto, 2006). Rumus Alpha:
2
∑ σb
r11 =
[ ][k
( k−1 )
1− 2
σ t ]
Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b2 = jumlah varians

12 = varians total

H. Etika Penelitian

Peneliti melakukan penelitian dengan menekankan prinsip etik penelitian sebagai


berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for humandignity)

Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan mempertimbangkannya


dengan baik, subjek kemudian menentukan apakah akan ikut serta atau
menolak sebagai subjek penelitian. Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan
informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek
penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari
peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and


convidentiality)

Prinsip ini diterapkan dengan meniadakan identitas seperti nama dan


alamat subjek kemudian di ganti dengan kode tertentu. Dengan demikian segala
informasi yang menyangkut identitas subjek tidak terekspos secara luas.

3. Menghormati keadilan (respect for justice)

Penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan


27
kebutuhan dan kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm


and benefits)

Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan kerugian dari


penelitian.
I. Metode Pengumpulan Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden yaitu
Mahasiswa yang mengalami gejala atu tanda-tanda Gastritis di Fakultas
Keperawatan Universitas dengan menggunakan alat ukur peneltian berupa
kuisoner penelitian.

b. Data sekunder

Data sekunder dari penelitian ini diambil dari data referensi buku,skripsi dan
jurnal.

J. Prosedur Penelitian

1. Mengurus surat izin penelitian.


2. Melakukan pendataan identitas pada responden penelitian di Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas
3. Peneliti mendatangi responden di kelas lalu menjelaskan tujuan, manfaat
penelitian dan prosedur penelitian kepada responden Mahasiswa angkatan 2018
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
4. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tata cara
pengisian lembar infrom consent .
5. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti responden menandatangani
inform consent.

6. Peneliti menjelaskan pengisian kuesioner kepada responden


7. Setelah dilakukan pengisian lembar kuesioner selanjutnya pada tahap akhir
melakukan pengolahan data, analisis dan membuat laporan hasil penelitian

28
K. Tekhnik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses penting dalam suatu penelitian, sehingga


perlu dilakukan dengan benar. Setelah data dikumpulkan, tahap pengolahan data
berikutnya adalah:

1. Pemeriksaan data (editing)


Editing adalah langkah untuk melihat kelengkapan data yang diperoleh
melalui kuesioner yang telah diisi responden. Editing dilakukan pada setiap
pertanyaan meliputi kelengkapan, kesalahan pengisian, konsistensi dan
hubungan setiap jawaban yang diberikan. Hasil akhir dari editing didapatkan
semua data terisi dengan lengkap dan benar.
2. Koding data (Coding)
Koding merupakan usaha untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan
jenisnya. Dilakukan dengan memberi tanda pada setiap jawaban dengan kode
berupa angka. Kemudian kode tersebut dimasukkan ke dalam tabel kerja agar
mempermudah dalam pembacaan dan pengolahan data selanjutnya
3. Memasukkan data (Entry)
Entry adalah memasukkan data kedalam komputer atau memasukkan
jawaban yang telah di-coding untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan
data melalui program analisis data
4. Membersihkan data (Cleaning)
Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah dimasukkan untuk
melihat ada kesalahan atau tidak. Cleaning dilakukan dengan cara memeriks
masing-masing variabel dengan menyesuaikan dengan klasifikasi yang dimiliki
oleh peneliti.
L. Analisa Data

1. Analisis Univariat

29
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini

karakteristik pola makan dan kejadian gastritis disajikan dalam bentuk distribusi
dan persentase.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berkorelasi
atau berhubungan (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini analisis bivariat
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian
gastritis.
Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square (Notoatmodjo, 2012).
Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan variabel yang mempunyai
data kategorik. Data atau variabel kategorik pada umumnya berisi variabel yang
berskala nominal dan ordinal (Notoatmodjo, 2012). Semua hipotesis untuk kategorik
yang berskala nominal dan ordinal tidak berpasangan menggunakan analisa data uji
chi square, apabila memenuhi syarat uji chi square. Untuk mengetahui hubungan
antar variabel, taraf signifikan yaitu α (0,05) : apabila p ≤0,05 = H0 ditolak, Ha
diterima berarti ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis dan apabila p >
0,05 = H0 diterima, Ha ditolak berarti tidak ada hubungan pola makan dengan
kejadian gastritis. Syarat yang berlaku uji chi square yaitu :

1. Tidak ada sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20%
dari jumlah sel.
2. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya:

a. Bila tabel 2 x 2 da nada nilai E < 5 namun tidak lebih dari 20%
jumlah sel, maka uji yang dipakai adalah “fisher’s exact test”.
b. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, maka mengunakan uji “pearson chi
square” atau menggunakan sel yang baru.
Dari penjelasan diatas maka untuk jawaban kasus penelitian ini
menggunakan uji statistik pearson chi square bila tabel variabel lebih dari 2x2,
untuk mengetahui hubungan antar variabel, tingkat kesalahan 5% atau taraf
signifikasi yaitu  (0,05).
1. Apabila p  0.05 = H0 ditolak Ha diterima, berarti ada hubungan Pola
Makan dengan kejadian Gastritis.
2. Apabila p > 0,05 =H0 diterima, Ha ditolak, berarti
30 tidak ada hubungan pola
makan dengan kejadian Gastritis.
Adapun pedoman signifikasi memakai panduan sebagai berikut :
Bila p-value < (0.05), maka signifikan atau ada hubungan menurut Sugiyono
(2011) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai
berikut :
0,00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat

31
DAFTAR PUSTAKA

Azwar,Saifuddin.2013. Metodologi Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

Arifkunto,Suharsimi.2010.Prosedur Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta

Andi megawati dan Hj Hasnah Nosi.2014.Beberapa faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Gastritis pada pasien yang dirawat Di RSUD Labuang Baji
Makasar.Makasar.Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis

Almatsier,Sunita.2010.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : PT sun.

Chasana Risdiyani. 2010. Pengobatan dan pencegahan penyakit pencernaan. Jakarta


Selatan: PT.Sunda Kelapa Pustaka

Depkes RI.2012.Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta

Dipiro, J,T. et al. 2008. Pharmacotherapy: A Phatophysiological approach Seventh


Edition. Mc Graq Hill Companie.

Fista juliani, Herlina ,dan Sofiana Nurchayati.2018. Hubungan Pola Makan Dengan
Risiko Gastritis Pada Remaja.Riau.JOM Fkp.

Irfan irianto, Billy J.Kapell.,dan Maykel Killing., (2019). Hubungan Penanganan Awal
Gastritis Dengan Skala Nyeri Pasien UGD Rumah sakit GMM Bethesda
Tomohon..e-journal keperawatan.

32
Iwan Shalahudin dan Udin Rosidin.2018.Hubungan Makan Dengan Gastritis Pada
Remaja Disekolah Menengah Kejuruan YBKP3 Garut.Jawa Barat.Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada.

Jones dan Cash. 2010. Gastritis, http://www.digestive.niddk.nih.gov/,(diakses Maret


2020)
Laurensius Fua uwa,dkk.2019.Hubungan Antara Stress dan Pola Makan Dengan
kejadian Gastritis Yang Terjadi Di Puskesmas Dinoyo.Malang.Jurnal Nursing
News

Nuari,A.2015.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastro


Intesnital Dengan Pendekatan Konsep Mind Mapping Untuk Mempermudah
Pemahaman Mahasiswa.Jakarta Timur : CV.Trans Info Media.

Nursalam.2013. Metodologi Penelitian Keperawatan Pendekatan Praktis.Edisi III.Jakarta


Selatan : Salemba Medikal

Notoadmojo,Soekidjo.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sri hartati, Wasisto Utomo dan Jumaini.2014.Hubungan Pola Makan Dengan Resiko
Gastritis Pada Mahasiswa Yang Menjalani Sistem KBK.Riau.JOM PSIK.

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan
Sukarmin,S.kep.Ns.2012.Keperawatan Pada Sistem Pencernaan.Calemba Timur :
Pustaka Belajar

Sulistyoningsih,Heryati.2010.Zat Gizi Untuk Diet.Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyono.2010.Statistik Untuk Penelitian.Jakarta : Alfabeta CV

Sopyan.2015. Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit gastritis pada


mahasiswa S1.Keperawatan Stikes Muhammadiyah Sidrap kelas Lasusua. Sidrap:
skripsi 33

Sujarweni W.2014.Metodologi Penelitian Keperawatan.Jakarta : Gava Media

Widya Tusakinah,Masrul dan Idarahma Burhan. 2017.Hubungan Pola Makan Dan


Tingkat Stess Terhadap Kekambuhan Gastritis Diwilayah Kerja Puskesmas Tarok
Kota Payakumbuh.Jurnal Kesehatan Andalas.

Wisnu Dwi Darmawan.2014.Asuhan Keperawatan pada pasien Gastritis.Jakarta.


Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

Wahyu Widayat,2018. Profil Pengobatan Dan Drp’s Pada Pasien Ganguan Lambung
Dyspepsia, Gastritis, Peptic Ulcer) Di Rsud Samarinda.Samarinda. Jurnal Sains
dan Kesehatan.

Widjadja R.2009.Penyakit Kronis.Jakarta : Bee Media Indonesia

Waspadji,Suyono,Sukardi.2010.Pengkajian Status Gizi Studi Epi Demiologi Dan


Penelitian Dirumah sakit. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Yuliarti.2009.Maag : kenali,Hindari dan Obati.Yogyakarta : CV.ANDI

34
Lampiran

LEMBAR KUESIONER

Judul Penelitian : Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis


Pada Mahasiswa angkatan 2018 Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas
Penelitian : Dinda Anatia Kharisa

Petunjuk Penelitian
a. Bacalah pertanyaan dengan hati-hati sehingga anda dapat mengerti
b. Pilihlah salahsatu jawaban anda dengan cara memberi tanda checklist (√)
pada tempat ([ ]) yang tersedia sesuai dengan satu jawaban yang saudara
pilih.
c. Setiap nomer hanya boleh diisi dengan satu jawaban.
d. Setiap jawaban dimohon untuk memberikan jawaban yang jujur.
e. Harap mengisi seluruh jawaban yang ada dalam kuesioner ini (dan
pastikan tidak ada yang terlewati).

A. Data Demografi
1. Tanggal Pengisian :
2. Nama (inisial) :
3. Usia :
4. Jeniskelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
35

No Pertanyaan Iya Tidak


1 Apakah Anda sehari makan sebanyak 3x?
2 Apakah Anda sehari makan kurang dari 3x?
3 Apakah Anda makan dalam waktu yang sama pada
setiap harinya?
4 Apakah Anda makan ketika merasa lapar?
5 Apakah Anda makan sesuai dengan jam yang Anda
tentukan?
6 Apakah Anda makan dalam sehari sebanyak 3
piring nasi?
7 Apakah Anda makan dalam sehari kurang dari 3
piring?

36
No Pertanyaan Iya Tidak
8 Apakah Anda makan sedikit-sedikit tapi sering?
9 Apakah Anda makan langsung dalam porsi yang
banyak (4-5)?
10 Apakah Anda sering makan diluar pondok
pesantren?
11 Apakah nasi merupakan menu sarapan Anda?
12 Apakah Anda hanya sarapan susu?
13 Apakah Anda sering makan makanan pedas?
14 Apakah Anda sering menyukai makanan asam?

15 Apakah Anda sering mengkonsumsi makanan


instan?
16 Apakah Anda lebih suka ngemil daripada makan
nasi?
17 Apakah Anda sering mengkonsumsi minum-
minuman bersoda?
18 Apakah anda mempunyai riwayat sakit maag?

19 Apakah anda sering merasa terbakar di lambung?

20 Apakah nafsu makan Anda sering menurun?


21 Apakah Anda sering nyeri ulu hati?
22 Apakah Anda sering merasa mual?
23 Apakah Anda sering muntah?
24 Apakah perut Anda sering kembung?
25 Apakah Anda sering bersendawa?
26 Apakah maag Anda kambuh saat anda makan
pedas?
27 Apakah maag Anda kambuh saat Anda terlambat
makan?

37

Anda mungkin juga menyukai