Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis merupakan penyakit yang sering dijumpai

di masyarakat kita, baik lapisan menengah ke atas maupun

lapisan masyarakat menengah ke bawah. Gastritis adalah

rasa sakit akibat peradangan atau luka di lambung.

Gastritis dapat menyerang setiap orang tanpa mengenal

batas usia. Gastritis juga dapat muncul secara tiba-tiba

dalam waktu yang singkat (akut), waktu yang lama

(kronik), atau karena kondisi khusus seperti adanya

penyakit lain (Sarasvati, 2017).

Keluhan gastritis merupakan suatu keadaan yang

sering dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak jarang kita jumpai penderita gastritis kronis

selama bertahun-tahun berobat dari satu dokter ke dokter

yang lain untuk mengobati keluhan gastritis yang

diderita. Berbagai cara dan usaha mereka lakukan untuk

mengobati penyakit gastritisnya sehingga menambah biaya

yang dikeluarkan setiap bulan. Bagi penduduk yang

berekonomi rendah hal tersebut dapat menimbulkan stress

sehingga dapat menambah berat beban biaya yang

dikeluarkan dan penyakit gastritis yang dideritanya

(Budiana, 2018).

1
2

Budiana (2018), mengatakan bahwa gastritis

merupakan salah satu penyakit terbesar di dunia dan

bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar

orang. Pada negara berkembang infeksi diperoleh pada

usia dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai

pada usia tua.

Riyanto (2017), mengatakan bahwa wanita lebih

banyak terserang gastritis dibandingkan pria dan wanita

dapat terkena penyakit gastritis sejak usia dewasa muda

hingga lanjut usia. Badan penelitian kesehatan dunia WHO

mengadakan tinjauan terhadap delapan negara dunia dan

mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka

kejadian gastritis di dunia.

Word Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan

terhadap beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil

persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,

diantaranya dimulai dari negara yang kejadian

gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan

persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India

dengan persentase 43%, lalu dibeberapa negara lainnya

seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada

35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8%. Gastritis

biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun

gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat

menyusahkan kita (Yorimichi, 2018).


3

Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh

Departemen Kesehatan RI (2019) angka kejadian gastritis

dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai

91,6% yaitu di kota Medan, lalu dibeberapa kota lainnya

seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%,

Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7%, dan

Pontianak 31,2%. Penderita gastritis di Indonesia

menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada

beberapa daerah di indonesia cukup tinggi dengan

prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.

Berdasarkan profil kesehatan indonesia tahun 2019,

gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di

indonesia dengan jumlah 30,154 kasus (4,9%) (Depkes,

2019).

Angka kejadian gastritis di Nusa Tenggara Barat

sebesar 31,2%, hal tersebut dikarenakan oleh pola makan

yang kurang sehat. Banyak dari mahasiswa kesehatan yang

sudah paham mengenai gastritis, akan tetapi mereka

kurang mengaplikasikan ilmu kesehatan yang diperoleh

tentang pola makan yang baik (Profil kesehatan NTB

2018).

Pola makan yang tidak teratur merupakan penyebab

seseorang terserang gastritis (Jayanti, 2017). Menurut

Herlan (2017) faktor etiologi gastritis lainnya adalah


4

asupan alkohol berlebihan 20%, merokok 5%, pola makan

15%, obat-obatan 18% dan terapi radiasi 2%.

Pola makan sehat sangat berguna untuk menjaga

kesehatan dan mencegah penyakit, sedangkan pola makan

yang salah seperti kelebihan makan atau makan makanan

yang kurang seimbang sangat merugikan kita. Dalam

beberapa kasus adanya kasus kematian akibat penyakit

yang timbul karena pola makan yang salah/tidak sehat

belakangan ini cenderung meningkat. Penyakit akibat pola

makan yang kurang sehat tersebut diantaranya diabetes

mellitus, hiperkolesterolemia, penyakit kanker, penyakit

arteri koroner, sirhosis, osteoporosis, penyakit pada

sistem pencernaan (gastritis, kanker usus atau kanker

kolon), dan beberapa penyakit kardiovaskuler. Bahkan

dilaporkan bahwa kematian dini dari penyakit-penyakit di

atas 50% diantaranya karena pola makan yang salah

(Wikipedia, 2019).

Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh

total, gastritis adalah penyakit yang dapat kambuh

apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu banyak

makan, atau sebab lain. Biasanya untuk meredakan atau

menyembuhkannya penderita harus meminum obat. Tetapi

gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara menerapkan

pola makan yang sehat, makan teratur, makan secukupnya,

cuci tangan sebelum makan. Jadwal makan yang tidak

teratur akan membuat lambung sulit beradaptasi


5

(Sarasvati, 2018). Dalam hal ini perlu kita ukur

bagaimana hubungan pola makan dengan kejadian gastritis.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh

calon peneliti pada tanggal 20 November 2020 pada

mahasiswa Universitas Mataram yang berobat di klinik

ditemukan 10 dari 15 responden mengalami penyakit

gastritis yang disebabkan karena jadwal makan tidak

teratur dan sering mengkonsumsi makanan yang pedas dan

asam.

Berdasarkan data yang diperoleh dari klinik

Universitas Mataram menunjukkan bahwa pada tahun 2019

jumlah mahasiswa Universitas Mataram yang berkunjung ke

klinik tersebut sebesar 550 orang dan penyakit gastritis

merupakan penyakit yang banyak diderita oleh mahasiswa

Universitas Mataram yaitu 17%.

Dampak dari pola makan yang kurang sehat akan

membuat lambung sulit beradaptasi. Apabila kondisi ini

berlangsung terus-menerus akan terjadi kelebihan asam

yang akan mengiritasi dinding mukosa lambung. Gastritis

satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup

lansiasangat mengganggu aktivitas sehari-hari, karena

penderita akan merasa nyeri dan rasa tidak enak pada

perut. Untuk kesembuhan gastritis tidak hanya

mengkonsumsi obat saja akan tetapi personal preference

yang baik juga sangat berpengaruh.


6

Personal preference seseorang dapat dilihat dari

suka atau tidak suka dalam pemilihan atau penolakan

makanan (Depkes RI, 2009). Orang yang cenderung memilih

makanan yang pedas dan asam dapat memicu peningkatan

asam lambung sehingga hal tersebut merupakan salah satu

faktor terjadinya gastritis (Miller, 2004). Berdasarkan

hal tersebut diatas untuk mengatasi terjadinya gastritis

seseorang harus memiliki personal preference yang baik.

Seperti memberikan pendidikan kesehatan untuk tidak

memilih makan makanan yang rasanya pedas dan makanan

yang terlalu asam serta menganjurkan makan sedikit tapi

sering untuk mencegah terjadinya kekambuhan gastritis

(Nurheti, 2009). Selain itu juga kesadaran dan motivasi

yang tinggi dari diri sendiri juga sangat berpengaruh

terhadap personal preference dalam pemilihan makanan

yang sehat.

Melihat pentingnya personal preference dalam

penerapan pola makan dengan kejadian gastritis pada

mahasiswa calon peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Antara Personal

Preference Dalam Penerapan Pola Makan Dengan Kejadian

Gastritis Pada Mahasiswa yang Berkunjung di Klinik

Universitas Mataram”.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat

disusun rumusan masalahnya sebagai berikut : “Apakah ada

Hubungan Antara Personal Preference Dalam Penerapan Pola

Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa yang

Berkunjung di Klinik Universitas Mataram?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui

Hubungan Antara Personal Preference Dalam Penerapan

Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

yang Berkunjung di Klinik Universitas Mataram.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Personal Preference Dalam

Penerapan Pola Makan di Klinik Universitas Mataram.

b. Mengidentifikasi Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa

yang Berkunjung di Klinik Universitas Mataram

c. Menganalisis Hubungan Antara Personal Preference

Dalam Penerapan Pola Makan Dengan Kejadian

Gastritis Pada Mahasiswa yang Berkunjung di Klinik

Universitas Mataram.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi untuk dijadikan dasar untuk memberikan

edukasi dan motivasi terkait Personal Preference Dalam


8

Penerapan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada

Mahasiswa.

2. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

Personal Preference dalam Penerapan Pola Makan Dengan

Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


N Nama Judul Metode Tehnik Hasil Penelitian
o Penelitian Sapmling
1 Muhamad Hubungan pola Analitik Purposive Terrdapat Hubungan
Hasan makan dengan dengan Sampling Pola Makan Dengan
Hariri kejadian pendekatan Kejadian Gastritis
(2018) gastritis cross dengan nilai P
Pada pelajar sectional value = 0,03
kelas X
2 Bagas Hubungan pola non Total Terdapat
Diatsa makan dengan eksperimen Sampling hubungan yang
(2016) kejadian tal dengan signifikan,
gastritis pada desain hubungan ini
Remaja di pondok Cross ditunjukkan dengan
al-hikmah, Sectional. nilai korelasi
Trayon, sebesar 0,636 yang
karanggede, termasuk kedalam
boyolali kategori kuat
(0,06 – 0,799).
3 Hurianti Hubungan Antara Deksriptif Purposive -
(2020) Personal dengan Sampling
Preference Dalam menggunaka
Penerapan Pola n
Makan Dengan pendekatan
Kejadian cross
Gastritis Pada sectional
Mahasiswa yang
Berkunjung di
Klinik
Universitas
Mataram

Anda mungkin juga menyukai