Anda di halaman 1dari 8

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia kesehatan, peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM)

yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi, modernisasi, dan

globalisasi masih belum teratasi. Gastritis merupakan salah satu masalah

kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi, sebuah peradangan

(inflamasi) dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan

infeksi (Gustin, 2012, dalam Novita, 2013). WHO mendefinisikan kesehatan

tidak hanya terbatas pada tidak adanya penyakit dan kecacatan saja, melainkan

juga menyangkut pada kesehatan fisik, psikologis dan kesejahteraan sosial.

Pengobatan Gastritis tujuannya juga untuk meningkatkan kualitas hidupnya

(QoL) dalam menjalani penyakitnya (Choi & Kim, 2011).

Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua

tingkat usia maupun jenis kelamin. Survey menunjukkan bahwa gastritis

paling sering menyerang usia produktif, gastritis juga sering menyerang

orang-orang yang padat aktifitas baik dewasa maupun remaja, mereka akan

mengabaikan jadwal makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kejadian ini

kebanyakan dialami oleh mahasiswa, padatnya jadwal kuliah dan tugas yang

menumpuk membuat keteraturan makan mahasiswa menjadi terabaikan, dan

kondisi tinggal jauh dari keluarga atau kos membuat jenis makanan yang

dikonsumsi tidak seimbang, misalnya makanan cepat saji, makanan dengan


2

sambal, dan makanan asam, softdrink, dan kopi. Jenis makanan tersebut

dikonsumsi bukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh tetapi hanya keinginan.

Kebiasaan tersebut dapat mengakibatkan munculnya gejala klinis pada

penyakit gastritis yaitu nyeri pada ulu hati, rasa tidak nyaman pada perut,

perut kembung, sakit kepala dan mual muntah, namun kebanyakan orang

hanya mengabaikan gejala tersebut, dan hanya mengobati gastritis dengan

pereda rasa nyeri. Pembatasan makanan, terapi pengobatan pada penderita

Gastritis berhubungan dengan angka kejadian sakit yang nantinya juga akan

mempengaruhi QoL (Quality of Life) pada penderita Gastritis (WHO, 2013).

Survei yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

(FKUI) belum lama ini, sekitar 60% penduduk Jakarta yang termasuk dalam

usia produktif sudah terkena maag (gastritis). Bahkan, pada anak-anak sendiri

sudah ada sekitar 27% yang menderita gastritis. Hal tersebut diduga karena

masih banyak masyarakat, khususnya anak-anak muda, yang menganggap

sepele keberadaan penyakit maag (Wibowo, 2015).

Badan penelitian kesehatan dunia WHO pada tahun 2012, mengadakan

tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase

dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%,

Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis

sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya

gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap

tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada

populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi


3

daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik

(Dikutip dari Muhammad, 2016). Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal

14 November 2016 pada mahasiswa S1 Keperawatan tingkat akhir di UNUSA

ditemukan 6 dari 10 mahasiswa mengalami gejala gastritis seperti nyeri pada

ulu hati, mual, kembung, dan rasa tidak enak di perut,. Gastritis biasanya

dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari

sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita (Zhaoshen, 2013, dalam

Angkow, 2014).

Pola makan tidak sehat dan tidak seimbang yang dilakukan terus menerus

serta tingkat stress yang tinggi, akan memicu munculnya gejala gastritis yang

bila tidak segera ditangani akan mengakibatkan terjadinya gastritis. Gejala

penyakit gastritis yang dialami mahasiswa akan sangat meganggu kegiatan

perkuliahan mahasiswa, konsentrasi mahasiswa akan menurun karena rasa

tidak nyaman pada bagian perut. Dan meskipun sudah di obati penyakit

gastritis tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, karena itu mahasiswa akan

ketagihan mengkonsumsi obat yang diminum untuk meredakan rasa nyeri.

Gastritis yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan dampak yang lebih

berbahaya seperti tukak lambung, kanker lambung, bahkan dapat

menyakibatkan kematian.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala dari gastritis,

mulai dari mengonsumsi obat-obatan kimia (medis) maupun menggunakan

pengobatan Terapi non farmakologis yang dapat menurunkan gejala klinis

gastritis salah satunya yaitu dengan terapi bekam (Sharaf, 2012). Peningkatan
4

kualitas hidup dapat di upayakan dengan pengendalian gastritis sehingga dapat

memperkecil resiko komplikasi (Palmer & Williams, 2007). Berdasarkan

pengobatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, salah satunya

menggunakan cara pengobatan bekam. Rasulullah Shallallahu,alaihi

wasallam telah bersabda “sesungguhnya cara pengobatan yang paling ideal

yang kalian pergunakan adalah hijamah atau Bekam” (Muttafaq’alaihi,

Shahih Bukhari (no.2280) dan Shahih Muslim (no.2214). Bekam mengatur

produksi enzim dan zat asam yang meningkatkan kemampuan pencernaan dan

absorbsi (penyerapan) makanan.

Health-related Quality of Life (HRQoL) adalah hasil yang dilaporkan oleh

pasien. HRQoL mencakup tentang keadaan fisik, fungsinya, sosial dan

keadaan emosional dari seseorang (Borrot & Bush 2008). Instrument secara

umum dibuat untuk meneliti tentang aspek yang dianggap penting dalam

kesehatan pasien dan dibandingkan dengan mengikuti HRQoL pada pasien di

group lain. Lain halnya dengan instrument spesifik, pada instrument ini

mencoba untuk mengukur dampak spesifik dari pasien dengan Gastritis yaitu

tentang fungsi tubuh dan kualitas hidup pasien (Quality of Life) dan bisa lebih

sensitif untuk perbedaan klinis yang dianggap penting. Dari hasil review

menunjukkan bahwa dimensi instrument Gastritis yang spesifik telah dicakup

oleh instrument yang berbeda, tetapi pada umumnya didalamnya terdapat

fungsi fisiologis, fungsi psikologis, pemenuhan kebutuhan sosial, kontrol

Gastritis dan kepuasan terapi. Dalam hal instrument, peneliti menggunakan


5

instrument yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) untuk

pengukuran Quality of Life.

Seorang perawat memiliki banyak peran yang harus dilakukan beriringan,

salah satunya peran perawat sebagai pembaharu, perawat harus mampu

mengembangkan ilmu di dunia keperawatan. Dengan mengaplikasihkan ilmu

keperawatan terapi komplementer bekam, maka diharapkan dapat menjadi

intervensi mandiri perawat yang akan bermanfaat untuk pasien gastritis.

Perawat dapat memberikan tindakan perawatan yang bermanfaat untuk

menguangi keluhan pada klien gastritis dengan intervensi nonfarmakologis,

yang efektif, aman, bermanfaat, dan dengan biaya yang murah.

Berdasarkan dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh terapi bekam terhadap kualitas hidup penderita gastritis

pada mahasiswa S1 Keperawatan semester 8 yang mengalami gastritis di

UNUSA.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah disusun, penanganan gejala

gastritis dapat dilakukan menggunakan terapi bekam. Maka penulis

memberikan batasan masalah dan berfokus pada pengaruh terapi bekam pada

gejala klinis gastritis pada mahasiswa S1 Keperawatan semester 8 yang

mengalami gastritis di UNUSA.

C. Rumusan Masalah
6

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis susun sebelumnya,

maka dapat ditarik perumusan masalahnya yaitu ” Apakah ada pengaruh

pemberian terapi bekam terhadap gejala gastritis pada mahasiswa S1

Keperawatan semester 8 yang mengalami gastritis di UNUSA? “

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi bekam terhadap kualitas

hidup pada mahasiswa S1 Keperawatan semester 8 yang mengalami

gastritis di UNUSA

2. Tujuan Khusus

a. mengidentifikasi kualitas hidup responden kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan pre intervensi terapi bekam pada mahasiswa S1

Keperawatan semester 8 yang mengalami gastritis di UNUSA

b. mengidentifikasi kualitas hidup responden kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan post intervensi terapi bekam pada mahasiswa S1

Keperawatan semester 8 yang mengalami gastritis di UNUSA

c. Menganalisis pengaruh terapi bekam terhadap kualitas hidup

responden kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada mahasiswa

S1 Keperawatan semester 8 yang mengalami gastritis di UNUSA

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis
7

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai data pada

penelitian berikutnya dan dapat digunakan bagi perawat pendidik untuk

mengembangkan metode pembelajaran untuk dapat meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan mahasiswa dalam memahami pengaruh

terapi bekam terhadap kualitas hidup penderita gastritis

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai

ilmu pengetahuan dan pengalaman baru dalam dunia keperawatan

sehingga dapat menerapkan terapi bekam untuk meningkatkan kualitas

hidup pada klien.

b. Bagi Mahasiswa S1 Keperawatan UNUSA Tingkat Akhir

Bermanfaat sebagai tambahan ilmu dan alternative terapi untuk

meningkatkan kualitas hidup penderita gastritis.

c. Bagi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan di perpustakan UNUSA dan

bahan baca untuk mahasiawa keperawatan UNUSA, yang juga dapat

digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan pengaruh terapi bekam terhadap kualitas hidup.

d. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan

mutu pelayanan dan kualitas intervensi asuhan keperawatan yang


8

dilakukan secara mandiri oleh perawat kepada pasien khususnya

pasien gastritis.

Anda mungkin juga menyukai