Anda di halaman 1dari 9

A.

JUDUL
PENELITIAN TENTANG PERISTIWA HUBUNGAN POLA
MAKAN, DAN STRES TERHADAP PENYAKIT GASTRITIS.
B. LATAR BELAKANG
Gastritis atau dispepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat
sebagai maag atau penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan
sebagai nyeri ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual,
muntah, rasa penuh dan rasa tidak nyaman. Biasanya keluhan yang diajukan
penderita tersebut ringan dan dapat diatasi dengan mengatur pola maka, tetapi
kadang – kadang dirasakan berat, sehingga banyak orang yang terpaksa meminta
pertolongan dokter bahkan sampai diberi perawatan khusus. Penyakit gastritis ini
umumnya menyerang kepada usia remaja sampai dewasa sehingga dibutuhkan
pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya
penyakit ini sejak dini. Tingginya angka kejadian gastritis dipengaruhi oleh
beberapa faktor, secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal
yaitu adanya kondisi yang memicu adanya pengeluaran asam lambung. Badan
penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara di
dunia dan mendapatkan hasil dari angka presentase kejadian gastritis di dunia,
diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5% , Kanada 35%, dan Prancis
29,5%. Presentase dari angka kejadian gastritis di indonesia menurut WHO adalah
40,8% dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di indonesia cukup tinggi
dengan angka kejadian 274.396 kasus dari 238.952 jiwa penduduk.
Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis
dapat mengalami kekambuhan dimana kekambuhan yang terjadi pada penderita
gastritis dapat dipengaruhi oleh pengaturan pola makan yang tidak baik dan juga
dipengaruhi oleh faktor stres. Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu
terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan, dan porsi makan. Menu seimbang
perlu dimulai dan dikenal dengan baik sehingga akan terbentuk kebiasaan makan
makanan seimbang dikemudian hari. Gastritis biasanya diawali dengan pola
makan yang tidak baik dan tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif di saat
asam lambung meningkat, pola makan tidak teratu dan tidak baik dapat
menyebabkan gangguan di sistem pencernaan. Dalam penelitian sulastri (2012)
jumlah dan frekuensi makan perlu diperhatikan untuk meringankan pekerjaan
saluran pencernaan dimana sebaiknya makan tiga kali sehari dalam porsi kecil.
Jenis makanan merangsang perlu diperhatikan agar tidak merusak mukosa
lambung. Peningkatan asam lambung diluar batas normal akan menyebabkan
terjadinya iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan submukosa.
Stress adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap
bahaya atau ancaman, stre dapat menimbulkan suatu pengaruh yang tidak
menyenangkan pada seseorang berupa gangguan atau hambatan dalam
pengobatan, meningkatkan resiko kesakitan seseorang, menimbulkan kembali
penyakit yang sudah mereda, mencetuskan atau mengeksaserbasi suatu gejala dari
kondisi medis. Berdasarkan hasil wawancara dalam suatu penelitian yang
dilakukan oleh Gustin (2012) menunjukan bahwa dari 30 responden yang
mengalami gastritis didapatkan bahwa proporsi kejadian gastritis lebih tinggi pada
responden yang mengalami stres (70,8%) dibandung yang tidak mengalami stres
(17,1%). Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap
saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Produksi asam
lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya pada beban kerja berat,
panik tergesa – gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi
mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan maka dapat menyebabkan terjadinya
peradangan mukosa lambung atau gastritis.
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia
yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan
eksternal (stressor). Stressor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan
seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilakku, masalah – masalah
dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan – keluhan fisik salah satunya
mengakibatkan nafsu makan berkurang sehingga menimbulkan gastritis. Stres
menyebabkan penurunan semua kinerja organ tubuh yang dipengaruhi dan
dikontrol oleh otak, ketika reseptor otak mengalami kondisi stres akan
menyebabkan perubahan keseimbangan kondisi dalam tubuh sehingga berdampak
terhadap perubahan pola makan yang menyebabkan gastritis (Sunaryo dalam
Prasetyo, 2015).
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Data Depkes RI (2014), menyatakan angka kejadian gastritis di indonesia
sebesar 40,8% Sedangkan di Jawa Timur angka kejadian gastritis sebesar 31,2%
dari seluruh kalangan usia. Gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam
sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di indonesia
dengan jumlah 30,154 kasus (4,9%). Kejadian gastritis yang dibiarkan atau tidak
diberi pengobatan bias mengakibatkan kekambuhan secara terus menerus pada
penderita dan memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan seperti merusak
fungsi lambung dan dapat meningkatkan resiko terkena kanker lambung sehingga
menyebabkan kematian. Berdasarkan hal tersebut, dapat penulis paparkan
permasalahan yang penulis identifikasi, diantaranya sebagai berikut.
1. Kurangnya pemahaman betapa pentingnya pola makan teratur.
2. Masyarakat menganggap gastritis sebagai penyakit biasa.
3. Kurangnya pembatasan makan yang membuat kekambuhan gastritis.
4. Masyarakat kurang memahami pengaruh stres pada tubuh, terutama
gastritis.
D. BATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, gastitis merupakan penyakit umum yang diderita olah
banyak masyarakat dari seluruh dunia baik kalangan anak – anak hingga lanjut
usia. Perlunya penelitian agar informasi yang diberikan tidak meluas maka penulis
membatasinya dengan data dan fakta yang ada di lingkungan kita yang berkaitan
dengan gastritis. Karena penelitian ditujukan untuk menyuguhkan pemahaman
pentingnya menjaga pola makan, stress, terhadap gastritis.
E. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara meminimalisir terjadinya tingkat kekambuhan?
2. Mengapa stres menjadi penyebab gastritis?
3. Apa yang menyebabkan kekambuhan gastritis?
F. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran jelas
tentang pemahaman masyarakat tentang gastritis yang berhubungan dengan pola
makan dan stres. Secara khusus penelitian bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeksripsikan pentingnya menjaga pola makan dalam mencegah
terjadinya kekambuhan gastritis.
2. Mendekskripsikan pentingnya menjaga tekanan atau tingkat stres.
3. Mendekskripsikan faktor – faktor pencegahan gastritis dan tingkat
kekambuhan.
G. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan setelah diadakan penelitian ini. Penulis uraikan
sebagai berikut.
1. Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan bagi masyarakat untuk
bisa lebih berhati – hati dalam memilih makanan atau minuman yang memicu
terjadinya gastritis.
2. Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk mengurangi tingkat penderita
gastritis dan meningkatkan pola makan sehat pada masyarakat.
H. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan
kesehatan status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.
2. Stres
Stres adalah gangguanvmental yang dihadapi seseorang akibat adanya
tekanan. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri atau dari luar. Secara
psikologis stres dalam penelitian ini adlah cenderung menyebabkan
seseorang malas makan atau tidak memiliki keinginan makan. Kurangnya
nafsu makan ini menyebabkan seseorang cenderung tidak makan tepat waktu
yang menyebabkan terjadinya kekosongan pada lambung saat jam makan.
3. Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya inflamasi sel
– sel radang pada daerah tersebut.
I. ASUMSI
Penulis mencoba menampilkan beberapa rumusan yang dijadikan asumsi
dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Pemahaman mengatur pola makan dapat memberikan pengetahuan lebih
mendalam kepada masyarakat agar menambah rasa keinginan untuk hidup
dengan pola makan teratur dan sehat.
2. Stres merupakan tekanan mental yang dialami seseorang maka dengan
pemahaman ini diharapkan masyarakat agar lebih bisa menjaga dan mengatur
tingkat emosional pada diri masing – masing.
3. Berhubungan dengan pola makan dan stres, gastritis menjadi salah satu
penyakit yang terjadi akibat kedua faktor tersebut. Dibutuhkan pemahaman
yang lebih mendalam agar masyarakat lebih bisa mengatasi dan mengurangi
jumlah penderita gastritis.
J. PARADIGMA PENELITIAN

Gastritis

Pola Makan Stres

K. LANDASAN TEORI
Pola makan, stres, dan gastritis.
L. POLA MAKAN
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan gambaran informasi meliputi mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009). Pola
makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun
dan sumber zat pengatur karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh serta perkembangan otak dan prouktivitas kerja, serta
dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan
sehari – hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik, difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut
bagian tengah, tidak nyaman pada epigastrium, mual dan muntah (Ardiansyah,
2012). Gastritis sering dianggap penyakit ringan namun dapat merusak fungsi
lambung dan dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker lambung hingga
menyebabkan kematian. Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak
teratur. Kebiasaan makan yang buru dan mengkonsumsi makanan yang tidak
hygienis merupakan faktor resiko terjadinya gastritis (Wahyu, 2011). Gastritis
terjadi karena ketidak sesuaian lambung dengan makanan yang dimakan seperti
makanan yang pedas ( cabai atau merica ) atau makanan yang memiliki kadar
lemak tiggi, sehingga produuksi asam lambung tidak terkontrol (Yuliarti, 2009).
Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun semua
tingkat usia maupun jenis kelamin, gastritis paling sering menyerang usia
produktif. Pada usia produktif rentan terserang gejala gastritis karna tingkat
kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres
yang mudah terjadi akibat pengaruh lingkungan.
M. STRES
Salah satu penyebab gangguab lambung (maag) yang jarang kita sadari adalah
stres. Stres adalah ganggguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya
tekanan baik dari dalam diri ataupun dari luar. Stres dapat memicu tubuh untuk
memproduksi asam lambung secara berlebih. Produksi asam lambung yang
berlebih inilah yang menyebabkan peradangan lambung yang menyebabkan
gastritis atau sakit maag. Stres juga dapat menurunkan kadar hormon
prostaglandin yang memiliki fungsi membantu memperkuat mucous barrier yang
melindungi lapisan lambung dari efek kromosif asam lambung. Pemakaian obat
anti nyeri jenis tertentu juga dapat merusak lambung karena menghambat sekresi
prostaglin. Stres yang berkepanjangan menjadi pemicu munculnya gastritis
karena dapat menyebabkan aliran darah ke mukosa dinding lambung berkurang
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas dinding lambung.
Selain itu, kondisi stres juga memicu produksi hormon adrenalin dalam tubuh.
Meningkatnya jumlah hormon adrenalin ini juga menyebabkan peningkatan
produksi asam lambung. Stres dan perasaan negatif lainnya juga akan merangsang
sistem saraf simpatik dan parasimpatik yang mengakibatkan kesulitan proses
pencernaan makanan. Itu sebabnya penting bagi semua orang untuk dapat
mengelola stres yang akan terjadi dalam hidup.
N. GASTRITIS
Gastritis menjadi salah satu gangguan pencernaan yang dialami masyarakat
karena pola makan yang tidak sesuai atau dengan makanan yang terlalu pedas,
sehingga produksi asam lambung tidak terkontrol. Penyakit ini menyerang semua
usia tetapi lebih sering menyerang usia produktif karenan gaya hidup yang kurang
memperhatikan kesehatan dan faktor lain yang mempengaruhinya. Penderita
sering mengalami gangguan pemcernaan terutama bagian aatas yaitu perut
kembung, mual dan muntah, bersendawa dan sakit kepala.
Apabila gastritis tidak ditangani dengan baik akan berdampak bagi penderita.
Mencegah gastritis sebaiknya dengan caara menurunkan faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit agar terbentuk perilaku yang baik pola makan
yang sehat dan menghidari kondumsi makanan yang mengiritasi lambung seperti
makanan berlemak, makanan pedas, minuman alkohol, konsumsi obat,
menghindari stres yang dapat meningkatkan asam lambung sebagai faktor yang
mempengaruhi kekambuhan gastritis. Tingkat kesadaran masyarakat indonesia
masih sangat rendah mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung, padahal
sakit maag atau gastritis sangat mengganggu aktivitas sehari – hari, baik remaja
maupun orang dewasa. Berikut klasifikasi gastritis.
1. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan peradangan mukosa lambung yang
menyebabkan pendarahan lambung akibat terpapar pada zat iritan. Gastritis
akut suatu penyakit yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan
dapat disembuhkan.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun, yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri helicobacter
pylory. Gastritis kronis cenderung terjadi oada usia muda yang menyebabkan
penipisan dan digenerasu dinding lambung (McCance & Huenter ).Gastritis
kronis dikelompokan menjadi 2 tipe yaitu tipe A ( kronik fundal ) sering
disebut gastritis autoimun. Tipe ini sering dihubungkan dengan penurunan
mukosa yang mengakibatkan penurunan produksi antibodi. Adapula tipe B
(antrum) terjadi karena bakteru helicobacter pylori yang mengakibatkan
ulkus pada lambung.

Anda mungkin juga menyukai