Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

HUBUNGAN PENANGANAN AWAL GASTRITIS DENGAN

SKALA NYERI PASIEN DI IGD RSUD

BOLAANG MONDOW UTARA

OLEH:

Nama : Nadila Akontalo

Nim : 01909010035

Kelas : Keperawatan A (semester VI)

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU

T.A 2022

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa lambung dan sub mukosa

lambung. Gastritis merupakan gangguan yangpaling sering di jumpaidi klinik

diagnosanya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan

hispatologi. (Priyanta,2018). Menurut penjelasan Price & Wilson (2016),

gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau peradarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Gastritis atau

“maag” atau sakit uluhati adalah peradangan pada dinding lambung. Gastritis

merupakan ganguan yang paling sering di temui dalam praktek sehari-hari

karena diagnose penyakit ini hanya berdasarkan gejala klinis. Penyakit ini

sering di jumpai timbul secara mendadak yang biasanya di tandai dengan rasa

mual atau muntah, nyeri, pendarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau

sakit kepala.(Aggita,2012).

Gastritis di sebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan pada

awal infeksi mukosa lambung menunjukan respons inflamasi akut dan jika di

abaikan akan menjadi kronik. (Sudoyo dkk,2019). Penyebab gastritis

disebabkan atas faktor internal yaitu adanya kondisi yang memicu pengeluaran

asam lambung yang berlebihan dan faktor eksternal yang menyebabkan iritasi

dan infeksi.(Farmaningrum, dkk. 2019). Beberapa penyebab kejadian gastritis

adalah mengunakan obat aspirin atau anti radang non steroid, infeksi kuman

Helocobactery pylori, sering mengalami stress dan kelebihan minum kopi.

(Mualidyah, 2016).
Krjadian gastritis didunia di alami oleh penduduk berjumlah 1,8-2,1 juta

dan jumlah penduduk setiap tahunya. Sedangkan kejadian gastritis diberbagai

dunia yang lain seperti halnya di inggris sekitar 22% dar jumlah penduduk,

cina sekitar 31%, jepang sekitar 14,5%, kanada sekitar 35% dan prancis

sekitar 29,5%. Di setiap negara persentase kejadian gastritis tergolong besar,

jumlah total penduduk yang mengalami penyakit gastritis berjumlah 583,635

jiwa dari jumlah penduduk dalam setiap tahunya. Presentase dari angka

kejadian gastritis di Indonesia menurut World Health Orgaization (WHO)

adalah 40,8%.

Presentase dari angka kejadian gastiritis di Indonesia menurut WHO di

dapatkan mencapai angka 40,8%. Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia

tahun 2010, gastritis merupakan peringkat kelima dari sepuluh besar penyakit

terbanyak pasien rawat inap yaitu 24,716 kasus dan peringkat ke enam dari

sepuluh besar penyakit terbanyak rawat jalan di rumah sakit di Indonesia

yaitu 88,599 kasus. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di

Indonesia cukup tinggi dengan prevelensi 274,396 kasus dari 238,452,952

jiwa penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan

oleh Departemen Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2013 dan data

tahun 2014 menurut urutan 10 besar penyakit terbanyak di Sumatera Barat

gastritis menempati urutan ke 2 (dua) dengan jumlah penderita sebesar

202.138 kasus. (Depkes RI, 2014).

Menurut Amin, dalam tujuan dari penanganan awal medis untuk

memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkatkan


yang tidak terlalu penting. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah

kebutuhan fisiologis dasar, kebutuhan akan rasa aman dan tentram, kebutuhan

akan dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan untuk

aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek.

Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolute (kelaparan dan

kehausan) semua kebutuhan lain di tinggalakan dan mencurahkan semua

kemampuanya untuk memenuhi kebutuhan ini. (Amin,2017).

Sesuai profil Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tahun

2019, menyebutkan bahwa gastrtits menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit

terbanyak dengan jumlah 3.527 kasus (10,40%) dari pada 20202 meningkat

menjadi 3.874 kasus (10,89%). Berdasarkan data yang di peroleh di RSUD

Bolaang Mondow Utara di peroleh data yang menderita gastiritis pada bulan

desember 2019-januari 2020 terjumlah 149 orang yang menderita gastritis.

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang termasuk kedalam kelima

penyakit terbanyak di rawat inap RSUD Bolaang Mondow Utara dengan usia

tersering adalah 20-40 tahun paseien dengan keluhan gastritis pada bulan

oktober tahun 2020 sebanyak 20 orang, bulan November 21 orang, bulan

desember 22 orang dengan diagnose gastritis yang masuk di IGD. Pasien rata-

rata dating dengan keluhan nyeri, pasien mendapatkan pengkajian terhadap

penyakitnya dan pasien tersebut mendapatkan penanganan awal gastritis yaitu

berupa Tindakan farmakologis dan nonfarmakologis Ketika pasien tersebut

tiba di IGD, namun kejadian di lapangan setelah di berikan penatalaksanaan

awal gastritis terdapat beberapa pasien yang menyatakan bahwa nyeri yang di
rasaka tidak kunjung hilang, bisa di katakana tujuan dari penatalaksanaan

gawat darurat yang di lakukan belum tercapai.

Dengan adanya permasalahan di RSUD Bolaang Mondow Utara berupa

peningkatan penyakit gastritis dari tahun ke tahun sesuai informasi dari rekam

medik juga data profil saat pegambilan data untuk itu penelitian tertarik ingin

melihat lebih jauh dengan membuat proposal penelitian dengan judul

hubungan penanganan awal gastritis dengan skala nyeri di IGD RSUD

Bolaang Mogondow Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah ada

hubungan penanganan awal gastritis dengan skala nyeri pasien di IGD RSUD

Bolaang Mongondow Utara”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui secara mendalam mengenai hubungan penanganan awal

gastritis dengan skala nyeri pasien di IGD RSUD Bolaang Mondow Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Teridentifikasi penanganan awal gastritis di IGD RSUD Bolaang

Mogondow Utara .

2. Teridentifikasi skala nyeri pasien gastritis di IGD RSUD Bolang

Mongondow Utara.

3. Teranalisis hubungan penanganan awal gastritis dengan skala nyeri

pasien di IGD RSUD Bolaang Mongondow Utara.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institut Kesehatan

Sebagai bahan referensi, bermanfaat untuk menambah pengetahuan

mahasiswa keperawatan mengenai hubungan penanganan awal gastritis

dengan skala nyeri pasien di IGD RSUD Bolaang Mongondow Utara.

1.4.2 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi bagi

petugas Kesehatan untuk mengetahui hubungan penanganan awal

gastritis dengan skala nyeri di IGD RSUD Bolaang Mongondow Utara,

sehingga dapat menjadi masukan dalam memberikan Pendidikan

Kesehatan dan promosi Kesehatan mengenai perilaku hidup sehat

terhadap terjadinya gastritis supaya tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai landasan untuk

penelitian yang akan dating mengenai aspek lain tentang gastritis.

1.4.4 Bagi Penderita Gastritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi penderita

gastritis untuk dapat mengetahui penanganan awal gastritis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka

Gastirits adalah proses inflamasi pada mukosa lambung dan sub mukosa

lambung. Gastritis merupakan ganguan Kesehatan yang paling sering di

jumpai diklinik diagnosanya sering hanya berdasarkan gejala klini bukan

pemeriksaan hispatologi Priyanta 2008).

Gastritis atau “maag” atau sakit uluhati adalah peradangan pada dinding

lambung. Gastritis merupakan ganguan yang paling sering ditemui dalam

praktek sehari-hari karena diagnose penyakit ini hanya berdasarkan gejala

klinis. Penyakit ini sering di jumpai timbul secara mendadak yang biasanya di

tandai dengan rasa mual atau muntah, nyeri, pendarahan, rasa lemah, nafsu

makan menurun atau sakit kepala (Anggita,2012).

Gastritis atau lebih lazim kita menyebutkan sebagai penyakit maag,

merupakan penyakit yang sanggat mengangu aktifitas dan bila tidak di tangani

dengan baik dapat berakibat fatal. Biasanya penyakit gastritis terjadi pada

orang-orang yang mempunyai pola makan tidak teratur dan mengangu

produksi asam lambung. Beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat

menyebabkan terjadinya gastritis.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan suatu pandangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus (lokal). Dua jenis

gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan atropik

kronis,. (Hardi & Huda Amin, 2015).


Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat menyebabkan pembekakan lambung sampai

terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting

dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang

timbulnya inflamasi pada lambung. (Sukarmin,2011).

2.2.2 Etiologi Gastritis

Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobactery Pylori,

virus,atau parasite lainya juga dapat menyebabkan gastritis. Contributor

gastritis akut adalah meminum alcohol secara berlebihan, infeksi dari

kontaminasi makanan yang di makan, dan pengunaan kokain.

Kontikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin

dan ibuprofen. (Dewit, Sromberg & Dallred, 2016).

Menurut Gomez (2012) penyebab gastritis adalah sebagai berikut:

a. Infeksi bakteri;

b. Sering mengunakan Pereda nyeri;

c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan;

d. Stress;

e. Autoimun.

2.2.3 Manifestasi Klinis

Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan

perut penuh. Gambaran klinis pada gastritis yaitu:

a. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi:


1) Dapat terjadi ulserasidiagnostik dan dapat menimbulkan

hemoragik;

2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuhan,

mual, dan anoreksia. Disertai muntah dan cegukan;

3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak

di muntahkan.

b. Gastritis kronis

Pada gastritis kronis terjadi anoreksia (nafsu makan menurun),

nyeri uluhati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut atau mual

muntah. (Dirksen, lewis, Heitkemper, Bucher, 2011).

2.2.4 Komplikasi

Gastritis akut, komplikasi yang dapat di timbukan oleh gastritis

akut adalah perdarahan saluran cernah bagian atas (SCBA) berupa

heamatomeisis dan malena, dapat berakhir dengan shok hemorogik.

Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu di bedakan dengan tukak peptic.

Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama. Namun pada tukak

peptic penyebab utamanya adalah helicobactery pylori, sebesar 100% pada

tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Diagnose pasti dapat di

tegakan dengan endoskopi. (Herdi & Huda Amin, 2015).

Gastritis kronis, perdarahan saluran cernah bagian atas, ulkus,

ferparosi dan anemia karena ganguan apsorbsi vitamin b12. (Hardi &

Huda Amin, 205).


2.2.5 Penatalaksanaan Gastritis

1. Pengobatan pada gastritis meliputi:

a) Antikoagulan; bila ada peradangan pada lambung;

b) Antasida; pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit di berikan

intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai

gejala-gejala merada, untuk gastritis yang tidak parah di obati

dengan antasida dan istirahat;

c) Histonin; dapat di berikan untuk menghambat pembentukan asam

lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung;

d) Sulcralfate; di berikan untuk melindungi mukosa lambung dengan

cara menyelaputinya, untuk mencegah difusi Kembali asam dan

pepsin yang menyebabkan iritasi. (Ikatan Apoteker

Indonesia,2010).

2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi

Gastritis akut di atasi dengan menginstruksikan pasien untuk

menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila

pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dan

ajarkan. Bila gejala menetap, cairan perlu di berikan secara parenteral.

Bila perdarahan terjadi, maka penatalasanaan adalah serupa dengan

prosedur yang di lakukan untuk hemorogik saluran gastrointestinal

atas. Bila gastritis di akibatkan oleh macam makanan yang sangat asam

atsu alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran penetralisasian agen

penyebab.
a) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (conyohnya:

aluminium hidroksida) untuk menetralisir alkali, digunakan jus

lemon encer atau cuka encer.

b) Bila korosi luar atau berat, liagno, dan lafase dihindari karena

bahaya perforasi.

2.2.6 Cara merawat angota keluarga dengan gastritis

Cara perawatan gastritis:

a. Ketika sedang sakit, makanlah makan yang lembek yang mudah di

cernah dan tidak merangsang asam lambung. Hindari makanan yang

merangsang pengeluaran asam lambung, seperti makanan pedas,

makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung. Hindari minuman yang

merangsang pengeluaran asam lambung sepertitheh kopi, alcohol;

b. Makan secara teraur;

c. Minum obat secara teratur;

d. Hindari stress fisik dan psikologis.

2.2.7 Pencegahan

Agar kita terhindar dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol

semua faktor resiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan

melakukan Tindakan pencegahan seperti di bawa ini:

a. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung

sehingga terjadi inflamasi;

b. Hundari merokok karena dapat mengangu lapisan dinding lambung

sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ ulkus.


Rokok dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat

penyembuhan luka.;

c. Atasi stress sebaik mungkin;

d. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari sayur

dan buah bersifat asam;

e. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks aliran

balik) asam lambung;

f. Bila perut mudah mengalami kembung banyak gas) untuk sementara

waktu kurang;

g. Konsumsi makanan tinggi serat, seperti pisang kacang-kacangan, dan

kentang;

h. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa

makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan

rileks. (Hardi & Huda Amin, 2015).

2.2.8 Nyeri

Berdasarkan durasinya nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut

dan nyeri kronik, kedua nyeri tersebut memiliki perbedaan yang cukup

signifikan, pada nyeri akut biasnya terjadi mendadak dan berkaitan

dengan masalah spesifik yang mengangu pasien sehinga pasien nyeri

biasnya cepat bertindak untuk menghilangkan perasaan nyerinya, dan

berlangsung kurang dari tiga bulan, jika nyeri dirasa konstan atau

intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu, biasnya lebih

dari tiga bulan termasuk kedalam nyeri kronik.


Nyeri berdasarkan etiologinya dibedakan menjadi nyeri nosiseptif

dan nyeri neuropatik, definisi dari nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik,

definisi dari nyeri nosiseptif sendriri merupakan nyeri yang di akibatkan

oleh aktifitas atau sensifitasi nosiseptor perifer yang menghantarkn

stimulus noxius. Hal ini dapat terjadi pada nyeri post operatif dan neri

kanker, sedangkan nyeri neyropatik merupakan suatu abnormalitas yang di

dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral.

2.8.1 Neurofisioligis Nyeri

Nosiseptor adalah aferen primer di neuron-neuron ganglion

sensorik yang berespon terhadap stimulus yang berbahaya, dan

merupakan tahap pertama yang mengawali rasa nyeri. Reseptor ini

merupakan syaraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan

ransangan nyeri. Distribusinya berfariasi di seluruh tubuh dengan jumlah

terbesar terdapat di kulit, dan juga terletak di jaringan subkutis, otot

rangka serta sendi. Sedangkan untuk reseptor nyeri yang di visceral

terdapat pada permukaan peritoneum, membrane pleura, durameter, dan

dinding pembuluh darah. Komponen suatu saraf perifer kulit tipikal yang

aferen primer yang dapat di klasifikasikan meliputi serat A-ɑ dan B-β

yang memiliki ukuran paling besar, bermielin memiliki kecepatan

hantaran tertinggi, serta membawa impuls sebagai perantara sentuhan,

tekanan, dan propriosepsi, serta A-δ yang kecl bermielin dan serat C

yang tidak bermielin, yang membawa impuls nyeri. Aferen-Aferen

primer ini menyatu di sel-sel komudorsalis medulla spinalis, masuk ke


zona Lissauer sedang serat pasca ganglion simpatis adalah serat eferen

dan terdiri dari serat-serat C yang tidak bermielin yang tidak berfungsi

membawa impuks dari medulla spinalis ke jaringan dan organ efektor.

Eferen primer C dan A-δ dapat di bedakan oleh dua tipe nyeri yang

di timbulkan, yang disebut nyeri lambat dan nyeri cepat. Signal nyeri

cepat disalurkan ke medulla spinalis oleh serat A-δ dirasakan dalam

waktu 0,1 detik dengan kualitas menusuk, tajam atau elektris sedangkan

nyeri lambat di salurkan oleh serat C dan dirasakan 1detik setelah

ransangan mekanis, suhu, atau kimiawi, karena sistem persyarafan nyeri

yang ganda ini maka cedera jaringan sering menimbulkan dua sensasi

nyeri yang tersendiri di awali nyeri tajam oleh A-δ diikuti nyeri tumpul

seperti terbakar yang di salurkan oleh serat nyeri C.

Serabut eferen juga mempunyai diversitas reseptor-reseotir

ionotropic dan metabotropic. Beberapa reseptor ini terdapat diterminal

sentral pada serabut aferen primer dan aktifitas reseptor ini meragulasi

pelepasan neurotransmitter, yang termasuk reseptor tersebut adalah a-

amino-hydroxy-5-methyl-4-isoxazole propionic, acid (AMPA) DAN n-

METHYL-Daspartic acid (NMDA) sebagai ionotropic, glutamate

(metabotropic), GABA, reseptor opioid, nikotinik, muskarini, dan

reseptor aadrenergik.

Nyeri nosiseptif adalah adalah nyeri yang disebabkan oleh aktifitas

jarak nosiseptif, dan sesuai dengan derajat aktifitas jarak itu, mekanisme

nosispetif itu sendiri merupakan suatu rangkaian yang kompleks. Proses


ini melewati beberapa tahapan yang di awali dengan adanya stimulus,

transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi, proses transduksi adalah

suatu proses ransangan yang menganggu menyebabkan depolarisasi

nosiseptor dan mengubah stimulus nyeri (noxlus stimuli) menjadi suatu

aktifitas listrik. Stimuli ini dapat berupah stimuli fisik (tekanan0, suhu

(panas), atau kimia (suptansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis

karena mediator-mediator kimia seperi prostaglandin dari sel rusak

bradykinin dari plasma, histamin dari sel mast, serotonin dari trombosit

dan supstansi P dari ujung syaraf nyeri juga mempengaruhi nosiseptor

diluar daerah trauma sehingga daerah nyeri bertambah luas. Selanjutnya,

terjadi proses sensifitas perifer yaitu menurunya nilai ambang ransang

nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut diatas, dan

penurunan pH jaringan, sehingga dapat menimbulkan nyeri. Aktifitas

nosiseptor menimbulkan beberapa efek melalui serangkaian proses

kompleks, termasuk pemanjangan nyeri lama setelah stimulus berhenti

serta penyebaran terhadap hyperalgesia dan nyeri tekan.

Setelah terjadi proses tranduksi, serat C dan A-δ aferen yang

menyalurkan inpuls nyeri masuk ke medulla spinalis di akar saraf dorsal.

Serat-serat berpisah sewaktu masuk ke korda dan kemudian Kembali

menyatu di kormu dorsalis (posterior) medulla spinalis. Pada daerah

tersebut dibagi menjadi lapisan-lapisan sel yang disebut lamina. Dua dari

lapisan ini yaitu lamina II dan III disebut sebagai suptansi gelatinosa,

sangat penting dalam transmisi dan modulaso nyeri. Impuls nyeri


kemudia di teruskan ke neuron-neuron yang menyalurkan informasi

kesisi berlawanan medulla spinalis dikomisura anterior dan kemudian

menyatu di tractus spinotalamikus anterolateralis kemudian naik

ketalamus dan struktur otak lainya dengan demikian, transmisi impuls

nyeri pada perjalanan impuls ke otak lainya dengan demikian, transmisi

impuls nyeri pada perjalanan impuls ke otak terdapat dua jalur

sphinotalamikus yaitu tractus neospinothalamikus dan tractus

paleospinothalamikus.

Mekanisme dalam medulasi nyeri memerlukan jalur descenden

yang mencakup tiga komponen berikut, bermula dari impuls di aera PAG

atau substansi tiga komponen berikut, bermula dari impuls di area PAG

atau substansi grisea periaquaductus dan PVG yaitu substansi grisea

periventrikel mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi

aquaductus sylvius.

Neuron-neuron dari daerah PAG dan PVG mengirim impuls ke

nucleus rafe magnus (NRM) yang terletak di pons bagian bawah dan

medulla bagian atas serta nucleus retikularis paragigaantoselularis (PGL)

di medulla lateralis, kemudian impuls di transmisikan dari nucleus

tersebut ke kolunna dorsalits medulla spinalis ke suatu kompleks

inhibitorik nyeri yang terletak di kormu dorsalis medulla spinalis.

Inhibisi nyeri dapat terjadi melalui jalur desenden dan

penghambatan input nyeri oleh sistem analgetic endogen. Hilangnya

sensasi nyeri dihasilkan oleh sistem analgesic endogen seperti


neurotransmitter apioid alami yaitu endorphin, dinorfin dan enkefalin,

sistem inhibisis sentral yaitu serotonin (5-hidroksi-triptamin[5HT]) dan

noradrenergic. Jalur descendes yang memodulasi nyeri dapat

menghambat sinyal nyeri yang dating di tingkat medulla spinalis selain

itu neuron-neuron yang mengandung endorphin di supstansi grisea

periakuaduktus dan substansi gelatinosa berperan aktif dalam modulasi

nyeri.

2.8.2 Pengukuran Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seerapa parah nyeri

dirasakan oleh seseorang, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif

dan individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang

paling mungkin adalah mengunakan respons fisiologik tubuh terhadap

nyeri itu sendiri, penatalaksanaan nyeri memerlukan penilaian dan usaha

yang cermat untuk mengalami pengalaman nyeri pasien. Pasien dapat

menunjukan lokasi nyeri dengan menunjuk bagian tubuh atau dengan

menandakanya di gamburun tubuh manusia. Pengukuran intensitas nyeri

menunjukan tingkat nyeri post operasi secara teratur. Pengukuran ini

penting untuk Menyusun program penghilang nyeri post operasi. derajat

nyeri dapat di ukur dengan berbagai macam cara yang sering digunakan

untuk menilai intensitas nyeri pasien adalah skala numerik dan skala

verbal, skala numerik terdiri dari dua bentuk yaitu verbal dan tulisan.
Verbal Desriptor Scale (VDS)

Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sesang Nyeri Berat Nyeri Tak Tertahankan

Numeric Rating scale

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Sangat Nyeri

Visual Analog Scale (VAS)

Tidak Nyeri Nyeri Yang Tidak Tertahankan

Gambar 2.1 skala penilaian nyeri VDS, NRS, dan VAS

Sumber: Potter, P.A & Perry, A. G (2006). Fundamental of nursing (6 theat Usa

Mosby Company)
2.9 Kerangka Teori

Perilaku yang beresiko Infeksi bakteri


Sosial ekonomi tertular Helicobactery Helicobacteri
Pylori

Umur

Jenis kelamin

Kebiasaan
makan

Keluhan
Meningkatkan produksi
gastritis
Aktifitas fisik asam lambung

Obat yang mengiritasi lambung


( AINS)

Sumber : Hermita (2018)


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependen

Penanganan awal
Skala nyeri pasien
gastritis

Keterangan :

= Variabel yang di teliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. (Nursalam, 2013). Rumusan yang akan diuji pada

penelitian ini adalah sebagai nerikut:

Hɑ : Ada hubungan penanganan awal gastritid dengan skala nyeri pasien di

IGD RSUD Bolaang Mongondow Urata.

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah teori atau konsep yang telah di jabarkan

dalam bentuk variabel penelitian tersebut agar variabel tersebut mudah di

pahami, diukur dan di amati, (Suyanto,2011).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Alat Hasil ukur Skala

Operasional ukur ukur

1. Penanganan Terdiri dari 2 Kuesioner 1. baik =≥20 Normal

awal macam yaitu 2.kurang baik

gastritis secara medis dan =,20

secara

keperawatan

2. Skala nyeri Intensitas nyeri Kuesioner 1.nyeri Ordinal

merupakan ringan : 1-3

gambaran tentang 2.nyeri

seberapa parah sedang 4-6

nyeri dirasakan 3.nyeri

oleh seseorang, berat : 7-10

pengukuran (numeric

intensitas nyeri Rating Scale)

sangat subjektif

dan individual
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan dan di gunakan peneliti untuk

mengidentifikasikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan. (Nursalam,

2013). Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross-sectional.

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di IGD RSUD Bolaang Mongondow Utara.

4.2.2 Waktu

Penelitian sudah dilakukan pada bulan maret - April 2021.

4.3 Populasi Dan Pampel

4.3.1 Populasi

Populasi ialah keseluruhan subjek penelitian. (Notoaadmodjo, 2013).

Metode pada penelitian ini adalah kuantitaf, analisis data berkas rekam

medis sebanyak 32 dokumen rekam medis pasien gastritis di IGD RSUD

Bolaang Mogondow Utara. Periode 2021.

4.3.2 Sampel
Sampel di ambil dengan mengunakan Teknik non random sampling.

Pengumpulan data di peroleh dari catatan rekam medik dan di analisis

dengan mengunakan uji statistic spearman rho, dengan jumlah sampel 32

responden.

4.4 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

4.4.1 Kriteria Inklusi

Individu yang didiagnosa gastritis oleh petugas Kesehatan dalam rekam

medis periode tahun 2021

4.4.2 Kriteria Eksklusi

Individu yang berusia , 17 tahun yang menjadi responden dalam rekam

medis tahun 2021 dan tidak terdiagnosa gastritis.

4.5 Instrumen Penelitian

Alat atau instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dapa

penelitian ini terdiri dari kuesioner dan skala pengukuran kuantitas nyeri

dengan menggunakan VAS.

Kuesioner berupa daftar pernyataan yang tersusun dengan baik sehingga

responden tinggal menjawab, memberi tanda silang atau check list (√) pada

pernyataan tertutp yang harus di jawab responden atau memilih salah satu

jawaban yang di sediakan.

Untuk variabel independen dengan penanganan awal gastritis terhadap 20

pernyataan dengan item skor dengan keterangan sebagai berikut; 0 = tidak, 1 =

ya, dengan kriteria skor tertinggi 12 dan terendah 8. Hasil ukur baik skor 12

dan kurang baik jika skor 8.


Untuk variabel dependen dengan skala pengukuran respon nyeri dengan

kombinasi visual Analog Scale (VAS), dengan kriteria responden menunjuk

angka yang sesuai dengan rasa nyeri yang di rasakan dan di kategorikan nyeri

berat = 7-10, nyeri sedang = 4-6, nyeri ringan 1-3.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan pada subyek

dan proses pengumpulan karakteristik dati subjek yang diperlukan dalam

penelitian. Langka-langka dalam pengumpulan data bergantung pada

eancangan penelitian dan Teknik intrumen yang diinginkan. (Burnas dan

Grooe, 1999 dalam Nursalam,2016).

Prosedur dalam pengumulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Peneliti mengurus surat ijin permohonan surat survey;

b. Peneliti telah mendapatkan data responden;

2. Pelaksanaan penelitian

a. Melakukan pengumpulan data di lapangan oleh peneliti dan

petugas dan tempat penelitian;

b. Data yang sudah terkumpul ditabulasi dan di analisis

c. Pelaporan Menyusun laporan peneliti yang merupakan hasil

penelitian, analisis data dan pembahasanya.

4.7 Pengolahan Data Dan Analisa Data

1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi dengan

memulai tahapan sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Kembali editing) untuk memastikan kebenaran data

b. Proses entry dan (coding) untuk mempermudah Analisa data serta

mempercepat entry data

c. Pembersihan data (cleaning) untuk melakukan pengecekan Kembali

data yang sudah di masukan sehingga terhindar dari kekeliruan.

2. Analisa Data

Analisah data yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis

univariat dan buvariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan proporsi variabel

penelitian pada individu yang gastritis kemudian hasil analisis

disajikan dalam table. Analisis univariat juga dilakukan untuk melihat

proporsi variabel.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk membandingkan

antara dua variabel penelitian mengunakan uji spearman rho pada

tingkat kemaknaan 95%, signifikan untuk pelaksanaan awal gastritis

dengan skala nyeri pada pasien.

4.8 Etika Penelitian

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti menjelaskan kepada

responden tentang tujuan penelitian, manfaat, prosedur, hak-hak responden


kerahasiaan dan identitas dalam pengisian kuesioner. Semua responden yang

memenuhi kriteria dan berpartisipasi dalam penelitian ini dengan

menghubungkan tanda tangan pada surat pernyataan. Penelitian ini dilakukan

dengan skala nyeri pada pasien.

1. Informend consent: sebelum melakukan penelitian, peneliti

memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian

akan dilakukan. Jika responden bersedia mengisi lembar persetujuan

daan menandataginya informend consent yang disediakan.

2. Anominity: identitas responden tidak perlu mengisi identitas diri (tidak

mencantumkan nama responden) dengan tujuan menajaga kerahasian

responden. Lembaran kuesioner penelitian ini mengunakan nama

inisial responden, sehingga prinsip anominity responden terjaga,

sehingga responden bisa memberikan jawaban yang sesuai.

3. Privacy: identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain

sehingga responden dapat bebas untuk menentukan pilihan, jawaban

dari kuesioner tanpa takut di intiminasi dari pihak yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Anggita, N.(2012). Hubungan Faktor Konsumsi Dan Karakterisitk Invidu Dengan

Persepsi Ganguan Lambung Pada Mahasiswa Penderita Ganguan

Lambung Di Pusat Kesehatan Mahasiswa Di Universitas Indonesia Tahun

2011. Universitas Indonesia Jakarta.

Amin, M., K. (2017). Penerapan Terapi Kompres Air Hangat Untuk Mengurangi

Nyeri Pada Pasien Gastritis Diruang Dahlia Di Rsud Dr.Soedirman

Kabumen, STIKES Muhamadiyah Gombong.

Fatmanigrum, W.Kinasi A.T dkk,(2009). Hubungan Antara Kebiasaan Merokok

Dan Minum Kopi Dengan Kejadian Gastritis Di Dusun Duri, Desa

Turirejo, Kecamatan Lawing, Kabupaten Malang. Universitas Airlangga,

Surabaya.

Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Oktober 15, 2018.

http;//www.depkes.go.id/resources/donload/pusdatin/

profilKesehatanIndonesia/profil-kesehatan-indonesia2014.pgf.

kemenkes RI,(2009). Keputusan Menteri Kesehatan repoblik Indonesia nomor


856/Menkes/SK/IX/2009,Oktober16,2018.

https;//sardjitowp/wpcontent/uploads/2015/12kepmenkes856-thn-2009

standar-IGD.pdf.

Maulidyah, U, (2016). Hubungan Antara Stress Dan Kebiasaan Makan Dengan

Terjadinya Kekambuhan Penyakit Gastritis, Universitas Airlangga.

Surabaya.

Price. Anderson, S., Wilson & carty, L. M (2006). Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit, Ed 6, Vol 1&2. Jakarta : EGC.

Priyanta, A. (2008). Endoskopi Gastrointestinal, Kalimantan: UMKT.

Santoso.R.B (2015). Stop Nyeri Sekarang. Jogjakarta : Talenta Indonesia Mandiri.

Sudoyo, A. dkk.(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3, Edisi

Keempat. Jakarta: Internal Publishing Tahrir dkk (2018). Pengaruh

Kinesiottaping III di RSKDIA Pertiwi Makasar, Poltekes Makasar.

Tahrir dkk (2018). Pengaruh Kinesiotopping Terhadap Penurunan Nyeri Akibat

Low Back Pain Pada Ibu Hamil Trimester III Di Rskdia Pertiwi Makasar,

Makasar: Poltekes Makasar.

Rondonuwu. A., ariel, wudur, Andean, lolo w., Astute (2013). Kajian

Penatalsanaan

Terapi Pada Pasien Gastritis Di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof DR. R.

D. Kandow Manado; FMIPA Universitas Samratulangi.


WHO.(2016). Methods And Data Source For Global Burden Of Disease Estimates

2000-2016.Oktober15.

2018.http;//www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/globalDALY_

method_2000_2016.pdf?ua=1.

Anda mungkin juga menyukai