Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEBUTUHAN NUTRISI PENYAKIT GASTRITIS


Dosen pengampu sri mulyani.,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh

MUHAMMAD BAGUS R. (2022200043)


AISYAH SALSABILA (2022200051)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR`AN WONOSOBO


FAKULTAS KESEHATAN
D3 KEPERAWATAN
2023

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan MAKALAH KEBUTUHAN NUTRISI PENYAKIT
GASTRITIS. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum Preskripsi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN GASTRITIS .................................................................. 3

2.1 Pengertian Grastitis ..................................................................................... 3


2.2 Gejala Grastitis ............................................................................................ 4
2.3 Anatomi Lambung ...................................................................................... 5
2.4 Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi ............................................................... 6
2.5 Konsep Dasar Keperawatan ........................................................................7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................... 8
3.2 Saran ....................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN

iii
1.1 Latar Belakang
Gastritis atau Dyspepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat sebagai
maag atau penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri ulu
hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh, dan
rasa tidak nyaman. Biasanya keluhan yang diajukan penderita tersebut ringan dan dapat
diatasi dengan mengatur makanan, tetapi kadang-kadang dirasakan berat, sehingga ia
terpaksa meminta pertolongan dokter bahkan sampai terpaksa diberi perawatan khusus
(Wardaniati, 2016).
Menurut WHO di Indonesia pada tahun 2012 angka kejadian gastritis mencapai
40,8% pada beberapa daerah dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa
pendududuk. Selain itu pada tahun 2007 penyakit gastritis menempati urutan kelima
dengan jumlah penderita 218.872 dan kasus kematian 899 orang (Suryono, 2016).
Tingginya angka kejadian gastritis dipengaruhi oleh beberapa faktor secara garis
besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu adanya kondisi yang memicu
pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat eksternal yang menyebabkan iritasi
dan infeksi.
Gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengalami kekambuhan sehingga
menyebabkan pasien harus berulang kali untuk berobat. Salah satu penyebab kekambuhan
gastritis adalah karena minimnya pengetahuan pasien dalam mencegah kekambuhan
gastritis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut rumusan
masalah makalah:
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi lambung?
2. Apa yang dimaksud gastritis?
3. Apa saja dasar kebutuhan nutrisi ?
4. Apa saja kosnsep dasar keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut tujuan penulisan
makalah:
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi lambung

iii
2. Menjelaskan pengertian grastritis
3. Menjelaskan dasar kebutuhan nutrisi
4. Menjelaskan kosnsep dasar keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN GRASTITIS

2.1 Pengertian Gastritis


Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan

iii
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat
dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di
lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan
gastritis.
Secara histologis dapat dibuktikan dengan inflamasi sel-sel radang pada daerah
tersebut didasarkan pada manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan kronik (Hirlan,
2001 : 127).
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan dapat
meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak orang, gastritis bukanlah
penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan pengobatan.
Gastritis merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik adanya
anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium, nausea, muntah.
Secara umum definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding lambung terutama pada
mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling sering ditemui
diklinik karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis
Bila mukosa lambung sering kali atau dalam waktu cukup lama bersentuhan dengan
aliran balik getah duodenum yang bersifat alkalis, peradangan sangat mungkin terjadi dan
akhirnya malah berubah menjadi tukak lambung. Hal ini disebabkan karena mekanisme
penutupan pylorus tidak bekerja dengan sempurna, sehingga terjadi refluks tersebut. Mukosa
lambung dikikis oleh garam-garam empedu dan lysolesitin (dengan kerja detergens).
Akibatnya timbul luka-luka mikro, sehingga getah lambung dapat meresap ke jaringan-
jaringan dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan (Obat-obat Penting hlm 262).
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
 Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti
bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi
bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung) ).
 Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan).

iii
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan
lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu
menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan
penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.
Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini
dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding
lambung.

Epidemiologi
Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap delapan negara
dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,
dimulai dari negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan
persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan persentase 43%, lalu beberapa
negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%
dan Indonesia 40,8%. Penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Depertemen Kesehatan
RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia yang tertinggi mencapai 91,6%
yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,
Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan Pontianak 31,2%. Hal
tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat (Karwati, 2013). Berdasarkan
laporan SP2TP tahun 2012 dengan kelengkapan laporan sebesar 50% atau tujuh kabupaten
kota yang melaporkan gastritis berada pada urutan kedua dengan jumlah kasus 134.989 jiwa
(20,92% kasus) (Piero, 2014) .
Lanjut usia meningkatkan resiko gastritis disebabkan karena dinding mukosa lambung
semakin menipis akibat usia tua dan pada usia tua lebih mudah untuk terinfeksi Helicobacter
pylori atau penyakit autoimun daripada usia muda. Diperkirakan lebih dari 85% dewasa tua
mempunyai sedikitnya satu masalah kesehatan kronis yang dapat menyebabkan nyeri
(Jackson, 2006).
Prevalensi gastritis pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria, hal ini
berkaitan dengan tingkat stres. Secara teori psikologis juga disebutkan bahwa perempuan
lebih banyak menggunakan perasaan dan emosi sehingga mudah atau rentan untuk
mengalami stres psikologis (Gupta, 2008).

iii
Etiologi
Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu adanya kondisi
yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat eksternal yang
menyebabkan iritasi dan infeksi. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme perlindungan
dalam lambung mulai berkurang sehingga menimbulkan peradangan (inflamasi). Kerusakan
ini bisa disebabkan oleh gangguan kerja fungsi lambung, gangguan struktur anatomi yang
bisa berupa luka atau tumor, jadwal makan yang tidak teratur, konsumsi alkohol atau kopi
yang berlebih, gangguan stres, merokok, pemakaian obat penghilang nyeri dalam jangka
panjang dan secara terus menerus, stres fisik, infeksi bakteri Helicobacter pylori (Suryono,
2016).
Ketidakseimbangan antara faktor-faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor-faktor
defensif (resistensi mukosa) pada mukosa lambung dan duodenum menyebabkan terjadinya
gastritis, duodenitis, ulkus lambung dan ulkus duodenum. Asam lambung yang bersifat
korosif dan pepsin yang bersifat proteolitik merupakan dua faktor terpenting dalam
menimbulkan kerusakan mukosa lambung-duodenum. Faktor-faktor agresif lainnya adalah
garam empedu, obat-obat ulserogenik (aspirin dan antiinflamasi nonsteroid lainnya,
kortikosteroid dosis tinggi), merokok, etanol, bakteri, leukotrien B4 dan lain-lain (Katzung,
2004).
Pemakaian obat-obatan tertentu dalam jangka panjang beresiko mengakibatkan
penyakit gastritis karena obat-obat tersebut mengiritasi dinding lambung dan menyebabkan
mukosa pelindung lambung menjadi tipis sehingga lebih mudah terluka. Selain itu, dapat pula
disebabkan faktor sosial, yaitu situasi yang penuh stres psikologis. Suatu pengamatan
terhadap seorang pasien yang menderita fistula pada lambungnya sehingga perubahan-
perubahan pada lambung dapat diamati, ternyata mengalami peningkatan produksi asam
lambung saat dihadapkan pada situasi yang menegangkan yang menimbulkan perasaan
cemas. Timbulnya penyakit gastritis dan tukak lambung dipicu oleh stres yang
berkepanjangan. Stres yang berkepanjangan ini muncul karena gaya hidup saat ini yang serba
cepat akibat tuntutan hidup dan tuntutan kerja, misalnya mobilitas yang tinggi maupun beban
kerja yang dirasakan berat. Gaya hidup tersebut membuat individu selalu berada dalam
ketegangan sehingga berakibat pada munculnya stres. Selain itu pola makan yang tidak
teratur dan mengkonsumsi makanan instan sebagai akibat pola hidup serba cepat juga
merupakan salah satu pencetus penyakit gastritis (Subekti, 2011).
Helicobacter pylori merupakan penyebab utama penyakit gastritis. Menurut
penelitian, gastritis yang dipicu bakteri ini bisa menjadi gastritis menahun karena

iii
Helicobacter pylori dapat hidup dalam waktu yang lama dilambung manusia dan memiliki
kemampuan mengubah kondisi lingkungan yang sesuai dengan lingkungannya sehingga
Helicobacter pylori akan mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di
sekitar epigastrium. Komplikasi yang dapat timbul dari gastritis, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B12, menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan
daerah antrum pylorus. Gastritis kronis jika dibiarkan tidak terawat, akan menyebabkan ulkus
peptik dan pendarahan pada lambung. Serta dapat meningkatkan resiko kanker lambung,
terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan
pada sel-sel di dinding lambung. Adapun kasus dengan penyakit gastritis merupakan salah
satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh kalangan masyarakat sehingga harus berupaya
untuk mencegah agar tidak terjadi kekambuhan (Suryono, 2016).

Patofisiologi
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan
merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Patofisiologi terjadinya
gastritis dan tukak peptik ialah bila terdapat ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif)
dan faktor pertahanan (defensif) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan faktor
ofensif dan atau penurunan kapasitas defensif mukosa. Faktor ofensif tersebut meliputi asam
lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat
gram-negatif, OAINS, alkohol dan radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau faktor
defensif mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen preepitelial, epitelial, dan
subepitelial (Pangestu, 2003).
Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan mucus
bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia
termasuk ion hidrogen (Kumar, 2005). Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri.
Aktifitas pertahanannya meliputi produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion untuk
mempertahankan pH, dan membuat ikatan antar sel (Kumar, 2005).
Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran darah dan leukosit. Komponen terpenting
lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat (Pangestu, 2003).
Endotoksin bakteri setelah menelan makanan terkontaminasi, kafein, alkohol dan aspirin
merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai
penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan
menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat
lain juga terlibat, misalnya OAINS (indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamid,

iii
steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu
sawar mukosa lambung. Apabila alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan
lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara
terpisah (Price dan Wilson, 2005).

2.3 GEJALA GRASTITIS


3 Gejala gastritis atau maag diantarnya yaitu tidak nyaman sampai nyeri pada saluran
pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, lambung terasa penuh, kembung,
bersendawa, merasa cepat kenyang, perut keroncongan dan sering kentut serta timbulnya
luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut
kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus dan gastritis ini
dapat ditangani sejak awal yaitu: mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil,
berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman
beralkohol dan jika memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam
sebelum makan atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).
Tanda dan Gejala Penyebab
Mual HCl meningkat
Adanya penekanan terhadap saraf vagus, dan memberikan
Muntah reflek ingin muntah
Karena lambung banyak terisi HCl maka lambung akan
terasa penuh, selain itu rasa mual juga dapat menyebabkan
Tidak Nafsu Makan tidak nafsu makan
Nyeri Peradangan oleh agen iritasi lambung terhadap lambung
Perdarahan lambung akibat erosi oleh agen iritasi lambung
Hematesis yang mengenai pembuluh darah di lambung
Dalam tinja terdapat Perdarahan lambung akibat erosi oleh agen iritasi lambung
darah yang mengenai pembuluh darah di lambung
Lambung yang terisi HCl yang penuh dapat menyebabkan
Mulut terasa asam HCl terasa sampai di rongga mulut

2.3 ANATOMI LAMBUNG

Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara bagian
akhir dari esofagus dan awal dari usus halus. Lambung merupakan ruang berbentuk kantung
mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan
hipokondria kiri pada regio abdomen (Tortora & Derrickson, 2009).

iii
Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan
(body), antrum, dan pilori. Kardia adalah daerah kecil yang berada pada hubungan
gastroesofageal (gastroesophageal junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung
Fundus adalah daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia. Badan
(body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan dengan fundus dan merupakan
bagian terbesar dari lambung. Antrum adalah bagian lambung yang menghubungkan badan
(body) ke pilorik dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang
menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter pilorik (Schmitz &
Martin, 2008).

Pembagian daerah anatomi lambung (Tortora & Derrickson, 2009

2.4 1. Definisi
Nutrisi berasal dari kata nutrients yang artinya bahan gizi. Nutrisi merupakan proses
tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan,
pemeliharaan dan penggantian sel tubuh. Nutrisi adalah zat organik dan anorganik dalam
makanan yang dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan
perkembangan aktivitas serta mencegah defisiensi dan dapat memeliharan kesehatan dan
mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh,
meningkatkan kesembuhan, dan membentuk kekebalan dalam tubuh. Energi yang didapat
dari makanan diukur dalam bentuk kalori (cal) atau kilokalori (kcal). Kalori merupakan
jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1ͦC dari 1 liter air. Kilokalori adalah
jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1ͦC dari 1 liter air (Potter & Perry
2010). 2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Nutrisi Sistem tubuh yang
berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas
saluran pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus (Festy P 2018). Organ tubuh
yang berperan dalam pemenuhan nutrisi adalah : a) Mulut Mulut adalah bagian pertama dari
tahapan saluran pencernaan. Mulut terdiri dari dua bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu
ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam mulut

iii
makanan yang dikunyah akan hancur sampai merata karena makanan di dalam mulut
mengalami proses mekanis yang dibantu oleh enzim amylase. Enzim amylase ini akan
memecah amilium yang terkandung dalam makanan menjadi amylase. Proses 21
pengunyahan ini akan terkoordinasi antara lidah, gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam
mulut juga terdapat kelenjar saliva yang membantu proses pencernaan dengan cara mencerna
hidrat arang khususnya amylase, melicinkan bolus sehingga mudah di telan, mengencerkan
bolus, dan menetralkan. b) Faring dan Esofagus Faring merupakan bagian dari saluran
pencernaan yang berada di belakang mulut, hidung dan laring. Faring langsung berhubungan
dengan esophagus yang memiliki otot panjang kurang lebih 20 - 25 cm yang berbentuk
tabung dan berada dibelakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui
toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta
menyambung dengan lambung. Esophagus berfungsi menghantarkan makanan dari faring
menuju lambung. Esophagus berbentuk seperti silinder yang memiliki rongga dengan
panjang kurang lebih 2 cm dengan keduan ujungnya dilindungi oleh sfingter. Sfingter ini
dalam keadaan normal selalu tertutup pada bagian atas, kecuali bila ada makanan yang masuk
menuju lambung. Hal ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke organ atas yaitu
esophagus. c) Lambung Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang terdiri dari
bagian atas (fundus), bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal (antrum pilorik).
Lambung berhubungan langsung dengan esophagus melalui orifisium atau kardia dengan
duodenum melalui pilorik. Lambung terletak di bagian bawah diafragma dan pankreas,
sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus. Lambung berfungsi sebagai fungsi
motoris dan fungsi sekresi serta pencernaan. Fungsi motoris lambung sebagai reservoir untuk
menampung makanan sampai 22 dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah
mensekresi pepsin dan HCL yang akan mengubah protein menjadi pepton, amylase memecah
amilum menjadi maltose, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol
membentuk sekresi gastrin. Makanan berada di dalam lambung selama 2-6 jam, kemudian
bercampur dengan getah lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4%
HCL untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan.
d) Usus Halus Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5
meter. Usus halus berfungsi mencerna dan mengabsorbsi chime dari lambung. Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejenum dengan
panjang kurang lebih 2 meter dan ileum kurang lebih panjangnya 1 meter. Pada duodenum
zat-zat makanan telah halus dan terjadi absorbsi kalsium, besi dengan bantuan vitamin D,
vitamin A, D, E dan K dengan bantuan empedu dan asam folat. e) Usus Besar Usus besar
disebut juga dengan kolon yang merupakan sambungan dari usus halus dan memiliki panjang
kurang lebih 1,5 meter. Sambungan dari usus halus ini dimulai dari katup ileokolik atau
ileoasekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Kolon terbagi atas asenden,
transversum, sigmoid dan berakhir di rektum yang panjangnya sekitar 10 cm dari usus besar.
Fungsi utama dari usus besar yaitu untuk mengabsorbsi air (kurang lebih 90%), elektrolit,
vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih yaitu 5000 cc/hari.

Macam Nutrisi

iii
Menurut Boyle & Roth (2010) Nutrisi yang dibutuhkan tubuh dapat dikelompokkan menjadi
lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Terdapat beberapa zat gizi yang
berperan penting dalam proses pertumbuhan yaitu : 1) Karbohidat Fungsi utama karbohidrat
ialah sebagai penyedia sumber tenaga utama bagi tubuh berbentuk energi. 1 gram karbohidrat
menyediakan energi sebesar 4 kilokalori (Kal) bagi tubuh. Karbohidrat berbentuk glukosa
merupakan satusatunya sumber energi bagi otak dan sistem saraf. Karbohidrat disimpan
sebagai cadangan energi dalam tubuh berbentuk glikogen yang disimpan dalam hati dan otot.
Karbohidrat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks. Karbohidrat sederhana seperti fruktosa, glukosa, dan laktosa, dapat dijumpai
dalam buah-buahan, gula dan susu. Sedangkan karbohidrat kompleks dapat ditemukan dalam
sayuran berserat, gandum, nasi, sereal, oat dan lain sebagainya. 2) Protein Protein merupakan
komponen utama protoplasma di dalam sel, selain ia dapat menjadi sumber energi juga
berperan penting dalam proses pertumbuhan. Protein berperan dalam pemeliharaan jaringan,
perubahan komposisi tubuh, serta proses regenerasi jaringan. Komponen protein di dalam
tubuh meningkat dari 14,6% pada masa pertumbuhan menjadi 18- 19% ketika berusia 4
tahun. Estimasi kebutuhan protein pada masa pertumbuhan sekitar 1-4g/kg BB. 24 3) Lemak
Lemak menyumbangkan 40-50% energi yang dikonsumsi oleh bayi. Lemak menyediakan
sekitar 60% energi yang diperlukan tubuh selama beristirahat. Walaupun kelebihan
karbohidrat dan protein dapat diubah dalam bentuk lemak, namun lemak tidak dapat diubah
dalam bentuk karbohidrat dan protein. Lemak sebagai komponen utama pembentuk membran
sel. Lemak juga membantu penyerapan dan penyimpanan vitamin larut lemak, seperti vitamin
A, D, E dan K. Asam lemak esensial, seperti asam lemak omega 3 dan omega 6 merupakan
zat nutrisi penting yang dibutuhkan dalam pertumbuhan otak. Namun, asam lemak ini
diperoleh dari luar, tidak disintesis sendiri oleh tubuh. 4) Kalsium Kalsium berfungsi untuk
pertumbuhan dan mineralisasi tulang. Lebih dari 98% kalsium tubuh berebentuk tulamg dan
1% ada dalam cairan tubuh dan otot. Sebanyak 30-60% asupan kalsium diserap oleh tubuh.
Selain itu, kalsium juga membantu menjaga detak jantung agar teratur dan mengirimkan
impuls saraf. Kalsium juga digunakan dalam pembentukan protein RNA dan DNA untuk
membantu aktivitas neuromuskuler. Kekurangan kalsium dapat mengakibatkan insomnia,
kram otot, gugup, mati rasa, gangguan kognitif, depresi dan hiperaktif. 5) Zat besi Zat besi
adalah bahan dasar dalam pembentukan hemoglobin dan juga berperan dalam pengangkutan
oksigen dan sari-sari makanan ke seluruh sel di dalam tubuh. Hal ini penting untuk
pertumbuhan, sistem kekebalan tubuh dan produksi energi. Kekurangan zat besi dapat
disebabkan oleh aktivitas berlebih, kurangnya asupan, pencernaan yang buruk, atau konsumsi
teh dan kopi yang berlebih. Tanda-tanda 25 kekurangan 10 zat besi, seperti pusing, kelelahan,
gugup, dan reaksi mental melambat

iii
2.5 Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a.Identitas Klien
Nama : Tn B
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur/Tanggal lahir : 21 thn/ 4 Oktober 2002
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Tanggal MRS : 25 Juli 2022

b.dentitas penanggung
Nama : Ny. B
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pedagang
Hubungan Dengan klien : Anak kandung
Alamat : Garung

Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan utama
a. Klien mengatakan mual dan muntah setiap makan
b. Riwayat keluhan Klien mengatakan Ketika makan merasa mual dan
muntah
1. Penyebab/faktor pencetus : klien mengatakan penyebab muntah
karena penyakitnya
2. Mulai lamanya keluhan : klien memgatakan mual dan muntah setiap
kali makan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit
3. Hal- hal yang meringankan/memperberat : hal yang meringankan
dengan minum obat promag dan yang memperberat saat makan

b. Riwayat Kesehatan Masa lalu

Klien pernah di rawat di RSUD Kota Wonosobo dengan masalah gastritis

c. Riwayat Kesehatan

keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama dengan klien

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klient nampak lemah
b. Kesadaran Tingkat kesadaran pasien komposmentis
Tanda-tanda vital

iii
1. Tekanan darah : 110/80 mmHg

2. Pernapasan : 23x/menit

3. Nadi : 82x/menit

4. Suhu : 36,5ͦC

c. Berat Badan dan Tinggi Badan Berat badan : 55 Kg

Tinggi badan : 155 cm IMT : 22,9 (normal)

c. Berat badan sebelum sakit Berat badan : 58 Kg


d. Tinggi badan : 155 cm IMT : 24.1 (normal)
e. Pemeriksaan :
1. Kepala
Bentuk kepala normal (bulat), keadaan kulit kepala bersih tidak ada
kotoran, tidak ada nyeri kepala, rambut tidak mudah tercabut, tidak
mengalami alopesia, sebagian rambut memutih.
2. Mata
Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, tidak ada edema pada
kelopak mata, konjungtiva pucat, pupil isokor, tidak mengalami ptosis,
reflex kornea normal, tidak mengalami nistagmus, tidak mengalami
diplopia, tidak mengalami photopobia 47
3. Telinga
Pengkajian pada telinga ditemukan telinga simetris,tidak ada sekret dan
serumen, ketajaman pendengaran baik dan tidak ada tinnitus dan nyeri.
4. hidung pengkajian didapatkan hidung simetris, tidak ada perdarahan,
secret dan nyeri, serta fungsi penciuman baik
5. Mulut
Hasil pengkajian pada mulut normal, mukosa bibir kering, posisi uvula
normal, keadaan tonsil baik tidak ada radang, stomatitis dan tremor lidah
tidak ada, warna lidah merah muda dan nampak bersih, mulut agak
berbau, gigi nampak tidak lengkap, ada karies, suara parau tidak ada,
tidak kesulitan menelan dan tidak nyeri saat menelan, kemampuan
mengunyah baik dan fungsi mengecap normal.
6. Leher
Hasil pengkajian pada leher, diperoleh mobilitas leher normal,tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar limfe serta tidak
ada pelebaran vena jugularis
7. Abdomen
Hasil pengkajian abdomen diperoleh warna kulit abdomen sawo matang,
tidak ada distensi abdomen, ostomy tidak ada, tanda jejas dan massa
tidak ada, Peristaltik 16x/mnt, suara perkusi abdomen timpani dan ada
nyeri tekan.

iii
DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

DS : DO :

- Klien mengatakan tidak nafsu makan - Klien nampak lemah


- Klien mengatakan porsi makannya tidak - Konjungtiva anemis
dihabiskan
- Mukosa bibir kering
- klien mengatakan merasa cepat kenyang
Ketika makan - TD : 110/80 mmHg N : 83x/menit RR :
22x/Menit BB saat sakit : 55 Kg IMT : 22,9
- Klien mengatakan muntah Ketika makan BB : sebelums sakit 58 Kg IMT : 24,1
- Klien mengatakan ingin meningkatkan - Klien terlihat antusias
asupan nutrisi
- Klien mengatakan tidak mengetahui
memilih makanan yang sehat
- Klien mengatakan ingin mengetahui
bagaimana cara mengatasi penyakitnnya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidak mampuan mencerna makanan

2. Kesiapan peningkatan nutrisi dibuktikan dengan klien mengekspresikan keinginan untuk


meningkatkan nutrisi.

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi


D.001
9

1 Resiko defisit nutrisi dibuktikan Setelah dilakuakan Manajemen nutrisi


dengan ketidak mampuan mencerna Tindakan Observasi : 1.
makanan keperawatan selama Identifikasi status
3x24 jam maka nutrisi 2.Monitor
status nutrisi asupan makanan
membaik dengan 3.Monitor berat

iii
kriteria hasil : 1. badan Terapeutik :
Porsi makan yang 1. Sajikan makanan
dihabiskan dari secara menarik dan
menurun menjadi suhu yang sesuai
cukup meningkat 2. 2.Berikan makanan
Verbalisasi tinggi serat Edukasi
keinginan untuk : 1. Ajarkan diet
meningkatkan yang diprogramkan
nutrisi dari menurun 2. Anjurkan posisi
menjadi cukup duduk, jika perlu
meningkat 3. Kolaborasi : 1.
Perasaan cepat Kolaborasi
kenyang dari pemberian medikasi
meningkat menjadi sebelum makan
cukup menurun 4. (mis. Pereda nyeri,
Nafsu makan dari antibiotik), jika
memburuk menjadi perlu
cukup membaik 5.
Membran mukosa
dari memburuk
menjadi cukup
membaik

6. Berat badan dari


cukup menurun
menjadi cukup
meningka

2 Kesiapan peningkatan nutrisi Setelah dilakkan Edukasi Nutrisi


dibuktikan dengan klien Tindakan Observasi : 1.
mengekspresikan keinginan untuk keperawatan selama Periksa status gizi,
meningkatkan nutrisi 3x24 jam maka status alergi,
status nutrisi program diet,
membaik dengan kebutuhan dan
kriteria hasil : 1. kemampuan
Pengetahuan tentang pemenuhan
pilihan makanan kebutuhan gizi
yang sehat dari Terapeutik : 1.
menurun menjadi Persiapkan materi
cukup meningkat 2. dan media seperti
Pengetahuan tentang jenis-jenis nutrisi,
standar asupan table makanan
nutrisi yang tepat penukar, cara
dari menurun mengelola, cara

iii
menjadi cukup menakar makanan
meningkat 3. Sikap 2. Jadwalkan
terhadap Pendidikan
makanan/minuman Kesehatan sesuai
sesuai dengan tujuan kesepakatan 3.
kesehatan dari Berikan kesempatan
menurun menjadi untuk bertanya
cukup meningkat Edukasi : 1.
Jelaskan pada
pasien dan keluarga,
makanan yang
harus dihindari,
kebutuhan jumlah
kalori, jenis
makanan yang
dibutuhkan pasien
55 2. Ajarkan cara
melaksanakan diet
sesuai program 3.
Jelaskan hal-hal
yang dilakukan
sebelum
memberikan
makanan 4. Ajarkan
pasien dan keluarga
memantau kondisi
kekurangan nutrisi
5. Dermonstrasikan
cara memberi
makan, menyiapkan
makanan sesuai
program diet

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA HARI/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN

1 Resiko defisit Selasa/ 28 juni Manajemen nutrisi S: : Klien


nutrisi 2022 1. Mengidentifikasi mengatakan
dibuktikan status nutrisi tidak nafsu
dengan ketidak Hasil : klien makan - Klien
mampuan mengatakan mengatakan

iii
mencerna sebelum sakit klien porsi makannya
makana makan dengan 1 tidak
porsi habis dihabiskan -
sedangkan saat Klien
sakit porsi makan mengatakan
tidak dihabiskan merasa cepat
kenyang Ketika
2. Memonitor makan - Klien
asupan makanan mengatakan
Hasil : klien tidak muntah Ketika
menghabiskan makan - Klien
makanannya 3. mengatakan
Memonitor berat merasa mual -
badan Hasil : pada Klien
saat sakit berat mengatakan
badan 55 kg 4. ingin
Memberikan meningkatkan
makanan tinggi asupan nutrisi
serat Hasil : menu
makanan sayur O : Klien
yang diberikan Nampak lemah
sudah ada sayur - Mukosa bibir
dan kuah tetapi kering -
klien tidak ingin konjungtiva
makan 5. anemis - TD :
Menyajikan 110/80 mmHg
makanan secara N : 83x/menit
menarik dan suhu RR : 22x/Menit
yang sesuai Hasil : BB setelah
klien nerusaha sakit : 55 Kg -
makan ketika IMT : 22,9 -
makanan yang BB : Sebelum
diberikan dalam Sakit : 58 Kg -
keadaan hangat, IMT : 24,1 A :
memberikan Masalah belum
makanan 6. teratasi P :
Mengajarkan diet Intervensi
yang diprogramkan 1,2,3,4,5 dan 6
dilanjutkan
Hasil : klien
mengerti dan ingin
melakukan 7.
Mengajarkan
posisi duduk, jika

iii
perlu Hasil : klien
duduk Ketika akan
makan 8.
Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antibiotik), jika
perlu Hasil : obat
ondansetron,
omeprazole

2 Kesiapan Selasa/ 28 Juni Edukasi Nutrisi 1. S :- Klien


peningkatan 2022 Memeriksa status mengatakan
nutrisi alergi, program ingin
dibuktikan diet, kebutuhan mengetahui
dengan klien pemenuhan bagaimana cara
mengekspresika kebutuhan gizi mengatasi
n keinginan Hasil : mengetahui penyakitnnya -
untuk jenis makanan Klien
meningkatkan yang diprogramkan mengatakan
nutrisi 2. Mempersiapkan tidak
materi dan media mengetahui
seperti jenis-jenis memilih
nutrisi, tetang makanan yang
gastritis sehat O : Klien
terlihat antusias
Hasil : klien A : Masalah
mampu menerima belum teratasi P
informasi,belajar : Intervensi
menggunakan 1,2,3,4,5,6 dan
liflead 3. 8 dilanjutkan
Menjadwalkan
Pendidikan
Kesehatan sesuai
kesepakatan Hasil :
menentukan waktu,
4. Memberikan
kesempatan untuk
bertannya Hasil :
klien bertanya 5.
Menjelaskan pada
pasien dan

iii
keluarga tentang
alergi makanan,
makanan yang
harus dihindari,
kebutuhan jumlah
kalori, jenis
makanan yang
dibutuhkan pasien
Hasil : klien masi
kurang paham
mengenai makanan
yang harus
dihindari

6. Mengajarkan
cara melaksanakan
diet sesuai program
Hasil : klien ingin
melakukan 7.
Menjelaskan hal-
hal yang dilakukan
sebelum
memberikan
makan Hasil : klien
mendengarkan
arahan 8.
Mengajarkan
pasien dan
keluarga
memantau kondisi
kekurangan nutrisi
Hasil :keluarga
akan memantau
kondisi klien 9.
Mengajarkan
mendermonstrasika
n cara memberi
makan,
menyiapkan
makanan sesuai
program diet
Hasil : klien belum
mengetahui
makanan seperti

iii
apa yang harus
dihindari

A : Masalah sudah teratasi

P : Hentikan interfensi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

iii
Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu kardiak, fundus, badan
(body), antrum, dan pilori. Gastritis atau Dyspepsia maag adalah kumpulan gejala yang
dirasakan sebagai nyeri ulu hati.
Penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu adanya kondisi yang memicu
pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat eksternal yang menyebabkan iritasi dan
infeksi. Gejala gastritis diantaranya tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan
terutama bagian atas, mual, muntah, lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, merasa
cepat kenyang, perut keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding
lambung.
Terapi yang diberikan pada penyakit gastritis berupa terapi farmakologi dan non-
farmakologi. Terapi farmakologi yang biasa digunakan diantarnya :
a. Antagonis reseptor H2 histamin : Simetidin, Ranitidin, Famotidin, Nizatidin
b. Antasida terdiri dari senyawa Natrium Bikarbonat, Magnesium Hidroksida dan
Alumunium Hidroksida : Antasida DOEN
c. Penguat Mukosa : Sukralfat dan Misoprostol
d. Inhibitor Pompa Proton (PPI) : Esomeprazol, Lansoprazol,
Omeprazol,Tenatoprazole, Pantoprazole dan Rabeprazole
Sedanglan terapi non-farmakologi diantaranya :
a. Atur pola makan
b. Olah raga teratur
c. Hindari makanan berlemak tinggi dan makanan yang menimbulkan gas di
lambung
d. Hindari mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas dan minuman dengan kadar
caffein, alkohol, dan kurangi rokok
e. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung
f. Kelola stres psikologi seefisien mungkin
3.2 Saran
4 Salah satu cara yang baik untuk terhindar atau mencegah terjadinya penyakit gastrtitis
baik yang kronis maupun akut yakni dimulai dari cara hidup sehat dan selalu
memperhatikan konsumsi makanan dan minum kita sehari-hari dan yang tidak kalah
pentingnya selalu memperhatikan kondisi psikologi agar tidak terlalu banyak fikiran
(stres).
5 Apabila telah memiliki riwayat penyakit gastritis baik akut maupun kronis dan telah
terbiasa mengonsumsi obat, hendaknya konsumsi obat juga diperhatikan agar tidak terjadi

iii
peningkatan penyakit dan kembali lagi selalu memperhatikan asupan makan serta
minuman sehari-hari.
6 Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah
di kemudian hari.

iii
DAFTAR PUSTAKA
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau Maag),
Infeksi Mycobacteria pada Ulcer Gastrointestinal. Pustaka Populer Obor. Jakarta.

iii

Anda mungkin juga menyukai