Anda di halaman 1dari 26

PENYAKIT GASTRITIS

OLEH :
KELOMPOK I
1. NUR TASBI RAMADANI (A.19.11.058)
2. ROY FATUL RIZQI D.A.N (A.19.11.061)
3. SUTRIANI (A.19.11.064)
4. WANDA SARI (A.19.11.068
5. WIWIK JUSNIATI (A.19.11.070)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


KELAS DOMISILI SELAYAR
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan gastritis. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
keperawatan medical bedah di Stikes panrita husada bulukumba. Disusunnya makalah ini
tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu, pemakalah
mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang
telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kiranya amal baik
serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari beliau di atas yang dapat
maupun belum dapat kami sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya dari Allah SWT.
Pemakalah menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

2
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................2

Daftar isi ................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang............................................................................................4
B. Rumusan masalah .....................................................................................5
C. Tujuan penulisan .......................................................................................5

BAB II TUJUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar penyakit gastritis .................................................................6


1. Pengertian gastritis ...............................................................................6
2. Etiologo gastritis...................................................................................6
B. Tanda dan gejala gastritis ..........................................................................7
- Patofisiologi..........................................................................................7
C. Pathway .....................................................................................................8
D. Klasifikasi..................................................................................................9
E. Penatalaksanaan ........................................................................................9
F. Komplikasi...............................................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

A. Pengkajian ...............................................................................................11
B. Diagnosis keperawatan ...........................................................................14
C. Interfensi keperawatan ............................................................................14

BAB IV JURNAL ..............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh
kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan
oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan
meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk
mengatur pola makannya dan malas untuk makan.(Fahrur, 2009).

Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan
(20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%),
sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan karena,
infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease. Salah satu penyebab
dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori(H. pylori) dan merupakan satu-
satunya bakteri yang hidup di lambung.

Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit
lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini
sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007).

Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada
perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa
tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut
bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera
makan, bersendawa, dan kembung.

Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups) Bilpenyakit


gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan
membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga disertai
muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007
hingga 2008 mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan
komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gastritis ?

2. Bagaimana penyebab dari gastritis ?

3. Apa gejala yang ditimbulkan dari gastritis ?

4. Bagaimana patofisiologis gastritis akut dan gastritis kronik ?

5. Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit gastritis ?

6. Pencegahan yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai tindakan

Preventif ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari gastritis

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya peradangan lambung

3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari gastritis

4. Untuk mengetahui patofisiologi gastritis akut dan gastritis kronik

5. Untuk mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan untuk

Penderta gastritis.

6. Untuk mengetahui tindakan preventif dari gastritis tersebut

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Gastritis

1. Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis
superfisial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi & Huda, 2015). Gastritis merupakan
peradangan yang terjadi pada mukosa lambung. Peradangan ini dapat menyebabkan
pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi
penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang
timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).

2. Etiologi Gastritis

Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit lainnya juga
dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum alkohol secara
berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain.
Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen
(Dewit, dkk. 2016).

Menurut Gomez (2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :

a. Infeksi bakteri

b. Sering menggunakan pereda nyeri

c. Konsumsi minuman alkohol yang berlebihan

d. Stres

e. Autoimun

6
B. TANDA DAN GEJALA GASTRITIS

Tanda dan gejala gastritis tidak selalu muncul. Bahkan, pada setiap orang tanda dan
gejala gastritis pun dapat berbeda-beda. Berikut beberapa tanda dan gejala gastritis yang
mungkin muncul :

1. Rasa mual hingga muntah


2. Perut kembung
3. Perut terasa penuh setelah makan atau cepat kenyang
4. Rasa terbakar perih, atau nyeri pada uluhati yang dapat memburuk atau membaik
setelah makan

Selain itu tanda dan gejala gastritis lainnya seperti hilang nafsu makan, cepat merasa
kenyang walaupun baru makan sedikit, feses berwarna hitam, hingga muntah darah jika
mengalami perdarahan.

 Patofisiologi
a) Gastritis Akut.
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika
mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi : Karena terjadi iritasi mukosa
lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa
yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga
menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan
asam lambung .
Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan
terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit. Iritasi mukosa lambung akan
menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi
mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya
akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka
akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan
hypovolemik.
b) Gastritis Kronik.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi
intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta
mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta
formasi ulser.

7
C. PATHWAY

Obat-obatan stres Alkohol

Korteks

Hipotalamus Medula
Sekresi asam

Hipertensi/vasokontr
Sekresi asam lambung aksi
Bikarbonat naik turun

Refluks gester
duodenum Iritasi mukosa Lambung flow
menurunmikrosi
Radikal bebas
rkulas menurun
Nyeri
Anoreksia MUAL Muntah
Permebalitas
naik
cemass
Nutrisi Volume
kurang Cairan
Progtaglin
kurang

Mukus
Bikromat opitel
menurun
impermeabilitas
proliferasi

Intoleransi
H
Aktivitas Aliran Darah

pH Intramuukal

Keasaman Jaringan kritis

Erosi/userasi
D. KLASIFIKASI

Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a) Gastritis akut Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
b) Gastritis kronik Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga
perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik dan gastritis hipertrofik.
c) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan dan
erosi mukosa.
d) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa. Pada
perkembangannya dihubingkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dal
sel chief.
e) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada mukosa
lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.
E. PENATALAKSANAAN
a. Gastritis Akut Menurut Suzzane & Bare (2002) penatalaksaanaan medis pada
pasien gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui
mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal
atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk
menetralisir asam digunakan antacid umum dan bila korosi luas atau berat
dihindari karena bahaya perforasi. Sedangkan menurut Sjamsuhidajat (2004)
penatalaksanaanya jika terjadi perdarahan, tindakan pertama adalah tindakan
konservatif berupa pembilasan air es disertai pemberian antacid dan antagonis
reseptor H2. Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan bedah.
b. Gastritis kronik Menurut Suzzane & Bare (2002) penatalaksanaan medis pada
pasien gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurangi stres. Sedangkan menurut Mansjoer (2001) penatalaksanaan
yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya

9
yitu dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian
diberikan pengobatan empirisberupa antacid. Tetapi jika endoskopi dapat
dilakukan berikan terapi eradikasi.
F. KOMPLIKASI

Komplikasi Menurut Mansjoer (2001), komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu
gastritis akut dan gastritis kronik.

a. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas


berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir syok hemoragik.
b. Gastritis kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas,
ulkus, perforasi dan anemia.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

A. PENGKAJIAN.

Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang


individu,keuarga,kelompok(Carpenito dan moyet 2007,dalam harianto 2008).pengkajian
harus di lakukan secara komprehensif terkait dengan askep biologis,psikologis,sosial,maupun
spiritual.

Anamnese meliputi :

1. Nama : -
2. Usia : -
3. Jenis kelamin : -
4. Jenis pekerjaan :-
5. Alamat :-
6. Suku/bangsa : -
7. Agama :-
8. Tingkat pendidikan : -
bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang
gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap
gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.

9. Riwayat sakit dan kesehatan

a. Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
b. Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang
dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor
pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit
sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.

11
Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)

Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di
kwadran epigastrik.

1. B1(breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan,kelemahan.

Fokus Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan Tanda : takikardia, takipnea /


hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi Gejala : kelemahan, berkeringat Tanda : - hipotensi (termasuk
postural) - takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia) - nadi perifer
lemah - pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi) - warna kulit
pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah) - kelemahan kulit /
membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons
psikologik)
3. Integritas ego Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),
perasaan tak berdaya. Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya
luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses. Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi - bunyi
usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. -
karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah
cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida). - haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal). - masalah
menelan : cegukan - nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit
buruk (perdarahan kronis).

12
6. Neurosensi Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi /
oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa
terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan /
distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). -
nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster). - nyeri epigastrum kiri
sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila
lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). -
tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis). - faktor pencetus : makanan, rokok,
alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen),
stresor psikologis. Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8. Keamanan Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA Tanda :
peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi
portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas
yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah
kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan
(Mustaqin A., Gangguan Gastrointestinal )

13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.


2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
4. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
5. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.

Tujuan : Klien tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri dan menunjukkan rasa nyaman

Kriteria hasil : klien mampu

mengontrol nyeri, mampu mengenali nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang

A. Intervensi utama manejmen nyeri


 Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
 Identifikasi skla nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperringan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor kebersihan terapi komplementer yang sudah di berikan
 Monitor efek samping penggunaan anal getik

 Terapeutik
 Berikan tehnik farmokologis untuk mengurangi rasa nyeri ( misalnya TENS,
hipnosis, akupresus, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, tehnik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan memperberat rasa nyeri ( misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan )
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

 Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi merupakan nyeri
 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

14
 Anjurkan menggunakan analgitik secara tepat
 Ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

B. Intervensi pendukung
a. Edukasi manajemen nyeri
 Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
 Terapeutik
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
 Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode,dan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat .
 Ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

b. Pemantauan nyeri
 Observasi
 Identifikasi faktor pencetus dan peredahan nyeri
 Monitor kualitas nyeri(misalnya terasa tajam,tumpul,di remas-remas,di timpa
beban berat).
 Monitor lokasi dan penyebab nyeri.
 Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala.
 Monitor durasi dan frekuensi nyeri.
 Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien.
 Dokumentasikan hasil pemantauan.
 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan,jika perlu.

2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)

Tujuan: klien tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi.

Kriteria hasil: tekanan darah, nadi, suhu tubuh batas normal dan elastisitas turgor kulit
baik, membran mukosa lembab dan tidak ada rasa haus yang berlebihan.

15
A. Intervensi Utama : Manajemen cairan
 Observasi
 Monitor status hidrasis (misalnya frekuensi nadi, kekuatan nadi, aktral,
pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turbor kulit, tekanan darah )
 Monitor berat badan harian
 Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium ( misalnya hematokrit, Na, K, Cl, berat
jenis urine, BUN )
 Monitor status hemodinamik ( misalnya MAP, CVP, PAP, PCWP, jika tersedi)
 Terapeutik
 Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
 Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
 Berikan cairan intravena jika perlu
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bioretik, jika perlu
B. Intervensi pendukung
a. Pemantauan elektrolit
 Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab ketidak seimbangan elektrolit
 Monitor kadar elektrolit serum
 Monitor mual, muntah dan diare
 Monitor kehilangan cairan,jika perlu.
 Monitor tanda dan gejala hipokalemia(misalnya kelemahan otot, interval QT
memanjang,gelombang T datar atau terbalik,depresi sekmen ST, gelembang
U, kelelahan, parestesia, penurunan refleks , anoreksia, konstipasi, motilitas
usus menurun, pusing, depresi pernapasan.)
 Monitor tanda dan gejala hiperkalemia(misalnya peka rangsang, gelisah,
mual muntah, kaki kardia mengarah ke bradikardia, fibrilasi atau takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul,
blok jantung mengarah asistol
 Monitor tanda dan gejala hipotermia (misalnya disioreintasi, otot berkedut,
sakit kepala, membran mukosa kering,taki kardia, hipotensi fostural, kejang,
letargi, penurunan kesadaran)
 Tanda dan gejala hipernatermia (misalnya haus ,demam, mual muntah,
gelisah, peka rangsang, membaran mukosa kering, takikardia, hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
 Monitor tanda dan gejala hipokalsemia(misalnya peka rangsang, tanda
Chvostek [spasme otot wajah], tanda trousseau [spasme karval], kram otot,
interval QT memanjang]

16
 Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (misalnya nyeri tulang, haus,
anoreksia,letargi,kelemahan otot, sekmen QT memendek gelembang T lebar,
kompleks QRS lebar, interval PR memanjang
 M0nitor tanda dan gejala hipomaknesemia (misalnya depresi pernapasan,
apatis ,tanda chvostek,tanda trousseau, konfusi, distrimia.)
 Monitor tanda dan gejala hipermaknesemia (misalnya kelemahan otot,
hiporefleks, brakardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi )
 Terapeutik
 Atur interfal waktu sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauamn
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu
b. Pemantauan tanda fital
 Observasi
 Monitor tekanan darah
 Monitor nadi ( frekuensi, kekuatan, irama )
 Monitor pernafasan ( frekuensi, kedalaman )
 Monitor suhu tubuh
 Monitor oksimetri nadi
 Monitor tekanan nadi ( seslisi TDS dan TDD )
 Identifikasi penyebab perubahan tanda fital
 Terapeutik
 Atur interfal pemantauan sesuai kodisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu
 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia

Tujuan : klien tidak ada tanda- tanda mal nutrisi

Kriteria hasil : adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan dan berat badan ideal ssuai
dengan tinggi badan

A. Intervensi utama Menejemen nutrisi


 Observasi
 Identifikasi kasus nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi keburtuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogatrik

17
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Terapeutik
 Lakukan oral hygjiene sebelum makan jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet ( misalnya piramida makanan )
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi klori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makan jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat di toleransi
 Edukasi
 Anjurkan posisi duduk jika mampu
 Ajarkan diet yang di programkan

 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian meditasi sebelum makan ( misalnya pereda nyeri, antiemetik ),
jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang di
butuhkan, jika perlu
B. Interfensi pendukung
a. Pemantauan nutrisi
 Observasi
 Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi ( misalnya pengetahuan,
ketersediaan makanan, agama atau kepercayaan, budaya, mengunyah tidak ade kuat,
gangguan menelan, penggunaan obat-obatan atau pasca oprasi )
 Identifikasi perubahan berat badan
 Identifikasi kelainan pada kulit ( misalnya memar yang berlebihan, luka yang sulit
sembuh, dan perdarahan )
 Identifikasi kelainan pada rambut ( misalnya kering, tipis, kasar, dan mudah patah )
 Identifikasi pola makan ( misalnya kesukaan/ketidaksukaan makanan, konsumsi
makanan cepat saji, makan terburu-buru )
 Identifikasi kelainan pada kuku ( misalnya berbentuk sendok, retak, mudah patah, dan
bergerigi )
 Identifikasi kemampuan menelan ( misalnya fungsi motorik wajah, refleks menelan,
refleks dag )
 Identifikasi kelinan rongga mulut (misalnya peradangan, gusi berdarah, bibir kering
dan retak, luka )
 Identifikasi kelainan eliminasi (misalnya diare, darah, lendir, dan eliminasi yang tidak
teratur )
 Monitor mual dan muntah

18
 Monitor asupan oral
 Monitor warna konjung viva
 Monitor hasil laboratorium ( misalnya kadar kolesterol, albumin serum, transferlin,
kreatinin, hemoglobin, hematokrit, dan elektrolit darah )
 Terapeutik
 Timbang berat badan
 Ukur antrokometri komposisi tubuh ( misalnya indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang dan ukuran lipatan kulit )
 Hitung perubahan berat badan
 Atur interfal waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu
b. Pemberian makanan
 observasi
 Identifikasi makanan yang di programkan
 Identifikasi kemampuan menelan
 Periksa mulut untuk residu pada akhir makan

 Terapeutik
 Lakukan kebersihan tangan dan mulut sebelum makan
 Sediakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan(misalnya simpan
urinal, pispot, agar tidak terlihat)
 Berikan posisi duduk atau semifouler saat makan
 Berikan makanan hangat,jika memungkinkan
 Sediakan sedotan, sesuai kebutuhan.
 Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan.
 Tawarkan mencium aroma makanan untuk merangsang napsu makan
 Pertahankan perhatian saat menyusui
 Cuci muka dan tangan setelah makan
 Edukasi
 Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan kepada pasien
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesik yang adekuat sebelum makan,jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan jika perlu

4.Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

Tujuan: klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari.


Kriteria hasil: tanda-tanda vital normal dan mampu berpindah tanpa bantuan alat.
A. Intervensi utama menejemen energi
 Obserfasi

19
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monutor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktifitas terpeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis.cahaya, suara, kunjungan )
 Lakukan latihan renta ng gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktifitas dikstraksi yang menenangkan
 Pasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan.
 Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
B. Intervensi pendukung
a. Manajemen lingkungan
 Observasi
 Identifikasi keamanan dan kenyamanan lingkungan
 Terapeutik
 Atur posisi fumiture dengan rapi dan terjangkau
 Atur suhu lingkungan yang sesuai
 Sediakan ruang berjalan yang cukup nyaman dan aman.
 Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman.
 Sediakan pewangi ruangan, jika perlu.
 Hindari pandangan langsung ke kamar mandi, toilet atau peralatan untuk eliminasi.
 Ganti pakaian secara berkala.
 Hindari paparan langsung dengan cahaya matahari atau cahaya yang tidak perlu.
 Izinkan membawa benda-benda yang di sukai dari rumah.
 Izinkan keluarga untuk tinggal mendampingi pasien.
 Fasilitas penggunaan barang-barang pribadi (mis, piyama, jubah, perlengkapan mandi.)
 Pertahankan konsistensi kunjungan tnaga kesehatan.
 Berikan bel atau alat komunikasi untuk memanggil perawat.
 Edukasi
 Jelaskan cara membuat lingkungan rumah yang aman.
 Jelaskan cara menghadapi bahaya kebakaran.
 Ajarkan pasien dan keluarga/pengunjung tentang upaya pencegahan infeksi.
b. Dukungan ambulasi
 Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

20
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi.

 Terapeutik
 Fasilitas aktivitas ambulasi dengan alat bantu ( mis, tongkat, kruk )
 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jia perlu.
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi.

 Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
 Anjurkan melakukan ambulasi dini.
 Ajarkan ambulasi yang harus di lakukan (mis, berjalan dari tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi).

5 Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit.

Tujuan: klien mampu untuk mengatasi gangguan kesehatan mental, seperti serangan Panik
atau gangguan kecemasan.

Kriteria hasil:klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas dan dapat
mengontrol cemas dan vital sign dalam batas normal.

A. Intervensi utama : Reduksi Ansietas


 Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal )
 Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
 Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,pengobatan,dan prognosis
 Anajurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

21
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisame pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti ansietas,jika perlu
B. Interfensi pendukung
a. Dukungan emosional
 Observasi
 Identifikasi fungsi marah,frustasi,dan amuk bagi pasien
 Identifikasi hal yang telah memicu emosi
 Terapeutik
 fasilitas mengungkapkan perasaan cemas,marah atau sedih
 membuat pertanyaan suportif atau empati selama fase terbuka
 lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan mis,merangkul,penepuk,
 tetap bersam pasien dan pastikan keamanan selama ansientas,jika perlu
 kurangi tuntutan beffikir saat sakit atau lelah
 Edukasi
 Jelaskan konsekusi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
 Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami ,mis,marah,sedih,
 Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola respons
yang biasa digunakan
 Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
 Kaloborasi
 Rujuk untuk konselin,jika perlu
b. Tekhnik menenangkan
 Observasi
 Edintifikasi masalah yang di alami.
 Terapeutik
 Buat kontrak dengan pasien.
 Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman.
 Edukasi
 Anjurkan mendengarkan musik yang lembut atau musik yang di sukai.
 Anjurkan berdoa, berzikir, membaca kitab suci, ibadah sesuai agama yang di anut.
 Anjurkan melakukan tehnik menenangkan hingga perasaan menjadi tenang.

22
BAB IV
JURNAL

1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.

Freitas, Novy De Maria (2020)

Freitas, Novy De Maria. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gatritis Dengan
Masalah Nyeri Akut Di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Diploma thesis,
STIKES Panti Waluya Malang

 Hasil penelitian dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua klien yang
mengalami Gastritis dengan masalah nyeri akut dilakukan manajemen nyeri dengan
memperhatikan waktu yang tepat untuk melakukan teknik napas dalam untuk membantu
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik
dan emosi pada nyeri. Kata kunci : Gastritis, Nyeri Akut Gastritis is inflammation of the
gastric mucosa that can cause swelling of the gastric mucosa until the release of
superficial mucosal epithelium is the most important cause of gastrointestinal disordes
caused by irritation and infection factors in the mucosa and submucosa of the stomach.
Irritation and infection factors are attached to the gastric epithelium and destriy the
protective mucosa of the stomach wall, giving rise to variations in abdominal
complaints, one of which is pain complaints, n1amely epigastric pain

2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)

Andi megawati, hasnah nosi, syaifuddin syaifuddin jurnal ilmiah kesehatan diagnosis 4
( 1 ), 29-36, 2014

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada pasien yang di rawat di
RSUD labuang Baji Makassar.

Berdasarkan hasil uji statistik faktor pola makan dengan kejadian gastritis pada pasien di
dapatkan nilai P=0, 02. Hasil uji statistik faktor stres terhadap kejadian gastritis di dapatkan
nilai P=0,008 dan hasil uji statistik faktor obat-obatan dengan kejadian gastritis di dapatkan
nilai P=0,004. Sehingga dapat di simpulkan pola makan stres dan obat-obatan mempengaruhi
kejadian gastritis.

3. . Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia

Dini Wahyu Kartikasari*, Binarti Dwi W, S.Kep. Ns., M.Kes**, Enny Virda Y,
S.Kep.,Ns. M.Kes*** * Mahasiswa DIII Keperawatan, ** Dosen STIKES Bina Sehat PPNI
Mojokerto, *** Dosen STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

23
ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH PADA PASIEN GASTRITIS DI RSI SAKINAH
MOJOKERTO

Hasil dari asuhan keperawatan secara menyeluruh pada klien, dalam pengkajian data
dasar ditemukan data subjektif dan data objektif yang menunjukkan kedua klien mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Rencana asuhan sesuai dengan yang
diimplementasikan dalam asuhan keperawatan. Terjadi perbedaan antara klien 1 dan klien 2
dimana peningkatan berat badan klien 1 lebih sedikit dibandingkan klien 2. Perbedaan ini
disebabkan karena klien 1 mengalami nyeri yang lebih berat dengan skala 5, sedangkan klien
2 skala 4 sehingga klien 1 tidak nafsu makan sama sekali, sedangkan klien 2 mengalami
penurunan nafsu makan. Pasien diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi tubuh,
menjaga disiplin makan, menghindari makanan pedas, asam, gorengan, kafein, alkohol, dan
rokok.

4 . Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

Halimuddin

PENGARUH MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS RINGAN KLIEN


GAGAL JANTUNG TERHADAP TEKANAN DARAH

1. Penerapan model aktivitas dan latihan gagal jantung yang dikembangkan oleh peneliti,
selama phase inpatient (6 hari), didapatkan hasil, ada perbedaan rata-rata tekanan darah
sistole, sebelum dan sesudah intervensi

2. Penerapan model aktivitas dan latihan gagal jantung yang dikembangkan oleh peneliti,
selama phase inpatient (6 hari), didapatkan hasil, ada perbedaan rata-rata tekanan darah
diastole sebelum dan sesudah intervensi

3. Penerapan model aktivitas dan latihan gagal jantung yang dikembangkan oleh peneliti,
selama phase inpatient (6 hari), didapatkan hasil, ada perbedaan tekanan darah rata-rata
sebelum dan sesudah intervensi.

-. Model aktivitas dan latihan intensitas Ringan berdasarkan Borgscala of perceived


exertion.klien gagal jantung dapat diberikan selama fase akut di rumah sakit (inpatient).

5. . Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit

Livana PH1, Budi Anna Keliat2, Yossie Susanti Eka Putri3

24
PENURUNAN RESPON ANSIETAS KLIEN PENYAKIT FISIK DENGAN TERAPI
GENERALIS ANSIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM BOGOR

Kesimpulan Evaluasi akhir menunjukkan seluruh klien mengalami penurunan


responsansietas secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial setelah penerapan
terapi generalis, yaitu adanya perubahan atau selisih nilai pre dan post pada respons kognitif
yaitu 25 klien, respons afektif 57 klien, respons fisiologis yaitu 38 klien, respons perilaku
yaitu 42 klien, dan respons sosial sebesar 46 klien. Terapi generalis terbukti mampu
menurunkan respons afektif, sosial, dan perilaku dibanding dengan respons ansietas yang
lain. Evaluasi kemampuan klien setelah penerapan terapi generalis mengalami peningkatan
kemampuan pada 57 klien

25
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilla, hanif (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia : definisi dan indikator
diagnostik, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI, 4 desember 2020 jam 14.00

Fadhilla, hamif (2018). Standar luaran keperawatan indonesia : definisi dan kriteria hasil
keperawatan, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI, 4 desember 2020 jam 15.10

Nurarif, hanif huda, dan hardhi kusuma (2005). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosis medis dan NANDA NIC-NOC, jilid 1. Jokjakarta :mediaction jokja, 5 desember
2020. Jam 11 : 30

Fadhilla, hanif (2018). Standar interfensi keperawatan indonesia : definisi dan tindakan
keperawatan, edisi 1 jakarta : DPP PPNI, 5 desember 2020 jam 12.45

Wahyuni, PES(2018)artikel terkait penyakit gastritis 7 Desember 2020


http://www.repository.poltekkes-denpasar.ac.id [diakses pada 7 Desember 2020]

Novianita ,A ( 2019 ) artikel terkait penyakit gastritis . 7 Desember 2020


http://www.eprints.umpo.ac.id [diakses 7 Desember 2020 ]

Khanza,ninandita ( 2017 ) asuhan keperawatan pasien dengan gastritis 7 Desember 2020.


http://www.Stikesmukla.ac.id. [ di akses pada 7 Desember 2020.

26

Anda mungkin juga menyukai