OLEH :
KELOMPOK I
1. NUR TASBI RAMADANI (A.19.11.058)
2. ROY FATUL RIZQI D.A.N (A.19.11.061)
3. SUTRIANI (A.19.11.064)
4. WANDA SARI (A.19.11.068
5. WIWIK JUSNIATI (A.19.11.070)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan gastritis. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
keperawatan medical bedah di Stikes panrita husada bulukumba. Disusunnya makalah ini
tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu, pemakalah
mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang
telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kiranya amal baik
serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari beliau di atas yang dapat
maupun belum dapat kami sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya dari Allah SWT.
Pemakalah menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................4
B. Rumusan masalah .....................................................................................5
C. Tujuan penulisan .......................................................................................5
A. Pengkajian ...............................................................................................11
B. Diagnosis keperawatan ...........................................................................14
C. Interfensi keperawatan ............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh
kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan
oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan
meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk
mengatur pola makannya dan malas untuk makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan
(20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%),
sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan karena,
infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease. Salah satu penyebab
dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori(H. pylori) dan merupakan satu-
satunya bakteri yang hidup di lambung.
Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit
lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini
sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007).
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada
perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa
tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut
bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera
makan, bersendawa, dan kembung.
4
B. Rumusan Masalah
Preventif ?
C. Tujuan Penulisan
Penderta gastritis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Gastritis
1. Pengertian Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis
superfisial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi & Huda, 2015). Gastritis merupakan
peradangan yang terjadi pada mukosa lambung. Peradangan ini dapat menyebabkan
pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi
penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang
timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).
2. Etiologi Gastritis
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit lainnya juga
dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum alkohol secara
berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain.
Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen
(Dewit, dkk. 2016).
a. Infeksi bakteri
d. Stres
e. Autoimun
6
B. TANDA DAN GEJALA GASTRITIS
Tanda dan gejala gastritis tidak selalu muncul. Bahkan, pada setiap orang tanda dan
gejala gastritis pun dapat berbeda-beda. Berikut beberapa tanda dan gejala gastritis yang
mungkin muncul :
Selain itu tanda dan gejala gastritis lainnya seperti hilang nafsu makan, cepat merasa
kenyang walaupun baru makan sedikit, feses berwarna hitam, hingga muntah darah jika
mengalami perdarahan.
Patofisiologi
a) Gastritis Akut.
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika
mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi : Karena terjadi iritasi mukosa
lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa
yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga
menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan
asam lambung .
Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan
terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit. Iritasi mukosa lambung akan
menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi
mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya
akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka
akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan
hypovolemik.
b) Gastritis Kronik.
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi
intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta
mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta
formasi ulser.
7
C. PATHWAY
Korteks
Hipotalamus Medula
Sekresi asam
Hipertensi/vasokontr
Sekresi asam lambung aksi
Bikarbonat naik turun
Refluks gester
duodenum Iritasi mukosa Lambung flow
menurunmikrosi
Radikal bebas
rkulas menurun
Nyeri
Anoreksia MUAL Muntah
Permebalitas
naik
cemass
Nutrisi Volume
kurang Cairan
Progtaglin
kurang
Mukus
Bikromat opitel
menurun
impermeabilitas
proliferasi
Intoleransi
H
Aktivitas Aliran Darah
pH Intramuukal
Erosi/userasi
D. KLASIFIKASI
a) Gastritis akut Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
b) Gastritis kronik Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga
perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik dan gastritis hipertrofik.
c) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan dan
erosi mukosa.
d) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa. Pada
perkembangannya dihubingkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dal
sel chief.
e) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada mukosa
lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.
E. PENATALAKSANAAN
a. Gastritis Akut Menurut Suzzane & Bare (2002) penatalaksaanaan medis pada
pasien gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui
mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal
atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk
menetralisir asam digunakan antacid umum dan bila korosi luas atau berat
dihindari karena bahaya perforasi. Sedangkan menurut Sjamsuhidajat (2004)
penatalaksanaanya jika terjadi perdarahan, tindakan pertama adalah tindakan
konservatif berupa pembilasan air es disertai pemberian antacid dan antagonis
reseptor H2. Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan bedah.
b. Gastritis kronik Menurut Suzzane & Bare (2002) penatalaksanaan medis pada
pasien gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurangi stres. Sedangkan menurut Mansjoer (2001) penatalaksanaan
yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi caranya
9
yitu dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian
diberikan pengobatan empirisberupa antacid. Tetapi jika endoskopi dapat
dilakukan berikan terapi eradikasi.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi Menurut Mansjoer (2001), komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu
gastritis akut dan gastritis kronik.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS
A. PENGKAJIAN.
Anamnese meliputi :
1. Nama : -
2. Usia : -
3. Jenis kelamin : -
4. Jenis pekerjaan :-
5. Alamat :-
6. Suku/bangsa : -
7. Agama :-
8. Tingkat pendidikan : -
bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang
gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap
gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
a. Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
b. Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang
dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor
pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit
sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
11
Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di
kwadran epigastrik.
1. B1(breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan,kelemahan.
Fokus Pengkajian
12
6. Neurosensi Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi /
oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa
terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan /
distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). -
nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster). - nyeri epigastrum kiri
sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila
lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). -
tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis). - faktor pencetus : makanan, rokok,
alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen),
stresor psikologis. Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8. Keamanan Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA Tanda :
peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi
portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas
yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah
kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan
(Mustaqin A., Gangguan Gastrointestinal )
13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.
Tujuan : Klien tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri dan menunjukkan rasa nyaman
mengontrol nyeri, mampu mengenali nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Terapeutik
Berikan tehnik farmokologis untuk mengurangi rasa nyeri ( misalnya TENS,
hipnosis, akupresus, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, tehnik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan memperberat rasa nyeri ( misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan )
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi merupakan nyeri
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
14
Anjurkan menggunakan analgitik secara tepat
Ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
B. Intervensi pendukung
a. Edukasi manajemen nyeri
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Terapeutik
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan penyebab,periode,dan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat .
Ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Pemantauan nyeri
Observasi
Identifikasi faktor pencetus dan peredahan nyeri
Monitor kualitas nyeri(misalnya terasa tajam,tumpul,di remas-remas,di timpa
beban berat).
Monitor lokasi dan penyebab nyeri.
Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala.
Monitor durasi dan frekuensi nyeri.
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien.
Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan,jika perlu.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
Kriteria hasil: tekanan darah, nadi, suhu tubuh batas normal dan elastisitas turgor kulit
baik, membran mukosa lembab dan tidak ada rasa haus yang berlebihan.
15
A. Intervensi Utama : Manajemen cairan
Observasi
Monitor status hidrasis (misalnya frekuensi nadi, kekuatan nadi, aktral,
pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turbor kulit, tekanan darah )
Monitor berat badan harian
Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium ( misalnya hematokrit, Na, K, Cl, berat
jenis urine, BUN )
Monitor status hemodinamik ( misalnya MAP, CVP, PAP, PCWP, jika tersedi)
Terapeutik
Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Berikan cairan intravena jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bioretik, jika perlu
B. Intervensi pendukung
a. Pemantauan elektrolit
Observasi
Identifikasi kemungkinan penyebab ketidak seimbangan elektrolit
Monitor kadar elektrolit serum
Monitor mual, muntah dan diare
Monitor kehilangan cairan,jika perlu.
Monitor tanda dan gejala hipokalemia(misalnya kelemahan otot, interval QT
memanjang,gelombang T datar atau terbalik,depresi sekmen ST, gelembang
U, kelelahan, parestesia, penurunan refleks , anoreksia, konstipasi, motilitas
usus menurun, pusing, depresi pernapasan.)
Monitor tanda dan gejala hiperkalemia(misalnya peka rangsang, gelisah,
mual muntah, kaki kardia mengarah ke bradikardia, fibrilasi atau takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul,
blok jantung mengarah asistol
Monitor tanda dan gejala hipotermia (misalnya disioreintasi, otot berkedut,
sakit kepala, membran mukosa kering,taki kardia, hipotensi fostural, kejang,
letargi, penurunan kesadaran)
Tanda dan gejala hipernatermia (misalnya haus ,demam, mual muntah,
gelisah, peka rangsang, membaran mukosa kering, takikardia, hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
Monitor tanda dan gejala hipokalsemia(misalnya peka rangsang, tanda
Chvostek [spasme otot wajah], tanda trousseau [spasme karval], kram otot,
interval QT memanjang]
16
Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (misalnya nyeri tulang, haus,
anoreksia,letargi,kelemahan otot, sekmen QT memendek gelembang T lebar,
kompleks QRS lebar, interval PR memanjang
M0nitor tanda dan gejala hipomaknesemia (misalnya depresi pernapasan,
apatis ,tanda chvostek,tanda trousseau, konfusi, distrimia.)
Monitor tanda dan gejala hipermaknesemia (misalnya kelemahan otot,
hiporefleks, brakardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi )
Terapeutik
Atur interfal waktu sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauamn
Informasikan hasil pemantauan jika perlu
b. Pemantauan tanda fital
Observasi
Monitor tekanan darah
Monitor nadi ( frekuensi, kekuatan, irama )
Monitor pernafasan ( frekuensi, kedalaman )
Monitor suhu tubuh
Monitor oksimetri nadi
Monitor tekanan nadi ( seslisi TDS dan TDD )
Identifikasi penyebab perubahan tanda fital
Terapeutik
Atur interfal pemantauan sesuai kodisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan jika perlu
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
Kriteria hasil : adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan dan berat badan ideal ssuai
dengan tinggi badan
17
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygjiene sebelum makan jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet ( misalnya piramida makanan )
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi klori dan tinggi protein
Berikan suplemen makan jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat di toleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk jika mampu
Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian meditasi sebelum makan ( misalnya pereda nyeri, antiemetik ),
jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang di
butuhkan, jika perlu
B. Interfensi pendukung
a. Pemantauan nutrisi
Observasi
Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi ( misalnya pengetahuan,
ketersediaan makanan, agama atau kepercayaan, budaya, mengunyah tidak ade kuat,
gangguan menelan, penggunaan obat-obatan atau pasca oprasi )
Identifikasi perubahan berat badan
Identifikasi kelainan pada kulit ( misalnya memar yang berlebihan, luka yang sulit
sembuh, dan perdarahan )
Identifikasi kelainan pada rambut ( misalnya kering, tipis, kasar, dan mudah patah )
Identifikasi pola makan ( misalnya kesukaan/ketidaksukaan makanan, konsumsi
makanan cepat saji, makan terburu-buru )
Identifikasi kelainan pada kuku ( misalnya berbentuk sendok, retak, mudah patah, dan
bergerigi )
Identifikasi kemampuan menelan ( misalnya fungsi motorik wajah, refleks menelan,
refleks dag )
Identifikasi kelinan rongga mulut (misalnya peradangan, gusi berdarah, bibir kering
dan retak, luka )
Identifikasi kelainan eliminasi (misalnya diare, darah, lendir, dan eliminasi yang tidak
teratur )
Monitor mual dan muntah
18
Monitor asupan oral
Monitor warna konjung viva
Monitor hasil laboratorium ( misalnya kadar kolesterol, albumin serum, transferlin,
kreatinin, hemoglobin, hematokrit, dan elektrolit darah )
Terapeutik
Timbang berat badan
Ukur antrokometri komposisi tubuh ( misalnya indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang dan ukuran lipatan kulit )
Hitung perubahan berat badan
Atur interfal waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan jika perlu
b. Pemberian makanan
observasi
Identifikasi makanan yang di programkan
Identifikasi kemampuan menelan
Periksa mulut untuk residu pada akhir makan
Terapeutik
Lakukan kebersihan tangan dan mulut sebelum makan
Sediakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan(misalnya simpan
urinal, pispot, agar tidak terlihat)
Berikan posisi duduk atau semifouler saat makan
Berikan makanan hangat,jika memungkinkan
Sediakan sedotan, sesuai kebutuhan.
Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan.
Tawarkan mencium aroma makanan untuk merangsang napsu makan
Pertahankan perhatian saat menyusui
Cuci muka dan tangan setelah makan
Edukasi
Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan kepada pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik yang adekuat sebelum makan,jika perlu
Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan jika perlu
19
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monutor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktifitas terpeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis.cahaya, suara, kunjungan )
Lakukan latihan renta ng gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktifitas dikstraksi yang menenangkan
Pasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan.
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
B. Intervensi pendukung
a. Manajemen lingkungan
Observasi
Identifikasi keamanan dan kenyamanan lingkungan
Terapeutik
Atur posisi fumiture dengan rapi dan terjangkau
Atur suhu lingkungan yang sesuai
Sediakan ruang berjalan yang cukup nyaman dan aman.
Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman.
Sediakan pewangi ruangan, jika perlu.
Hindari pandangan langsung ke kamar mandi, toilet atau peralatan untuk eliminasi.
Ganti pakaian secara berkala.
Hindari paparan langsung dengan cahaya matahari atau cahaya yang tidak perlu.
Izinkan membawa benda-benda yang di sukai dari rumah.
Izinkan keluarga untuk tinggal mendampingi pasien.
Fasilitas penggunaan barang-barang pribadi (mis, piyama, jubah, perlengkapan mandi.)
Pertahankan konsistensi kunjungan tnaga kesehatan.
Berikan bel atau alat komunikasi untuk memanggil perawat.
Edukasi
Jelaskan cara membuat lingkungan rumah yang aman.
Jelaskan cara menghadapi bahaya kebakaran.
Ajarkan pasien dan keluarga/pengunjung tentang upaya pencegahan infeksi.
b. Dukungan ambulasi
Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
20
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi.
Terapeutik
Fasilitas aktivitas ambulasi dengan alat bantu ( mis, tongkat, kruk )
Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jia perlu.
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi.
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
Anjurkan melakukan ambulasi dini.
Ajarkan ambulasi yang harus di lakukan (mis, berjalan dari tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi).
Tujuan: klien mampu untuk mengatasi gangguan kesehatan mental, seperti serangan Panik
atau gangguan kecemasan.
Kriteria hasil:klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas dan dapat
mengontrol cemas dan vital sign dalam batas normal.
21
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisame pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas,jika perlu
B. Interfensi pendukung
a. Dukungan emosional
Observasi
Identifikasi fungsi marah,frustasi,dan amuk bagi pasien
Identifikasi hal yang telah memicu emosi
Terapeutik
fasilitas mengungkapkan perasaan cemas,marah atau sedih
membuat pertanyaan suportif atau empati selama fase terbuka
lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan mis,merangkul,penepuk,
tetap bersam pasien dan pastikan keamanan selama ansientas,jika perlu
kurangi tuntutan beffikir saat sakit atau lelah
Edukasi
Jelaskan konsekusi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami ,mis,marah,sedih,
Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola respons
yang biasa digunakan
Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
Kaloborasi
Rujuk untuk konselin,jika perlu
b. Tekhnik menenangkan
Observasi
Edintifikasi masalah yang di alami.
Terapeutik
Buat kontrak dengan pasien.
Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman.
Edukasi
Anjurkan mendengarkan musik yang lembut atau musik yang di sukai.
Anjurkan berdoa, berzikir, membaca kitab suci, ibadah sesuai agama yang di anut.
Anjurkan melakukan tehnik menenangkan hingga perasaan menjadi tenang.
22
BAB IV
JURNAL
Freitas, Novy De Maria. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gatritis Dengan
Masalah Nyeri Akut Di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Diploma thesis,
STIKES Panti Waluya Malang
Hasil penelitian dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua klien yang
mengalami Gastritis dengan masalah nyeri akut dilakukan manajemen nyeri dengan
memperhatikan waktu yang tepat untuk melakukan teknik napas dalam untuk membantu
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik
dan emosi pada nyeri. Kata kunci : Gastritis, Nyeri Akut Gastritis is inflammation of the
gastric mucosa that can cause swelling of the gastric mucosa until the release of
superficial mucosal epithelium is the most important cause of gastrointestinal disordes
caused by irritation and infection factors in the mucosa and submucosa of the stomach.
Irritation and infection factors are attached to the gastric epithelium and destriy the
protective mucosa of the stomach wall, giving rise to variations in abdominal
complaints, one of which is pain complaints, n1amely epigastric pain
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
Andi megawati, hasnah nosi, syaifuddin syaifuddin jurnal ilmiah kesehatan diagnosis 4
( 1 ), 29-36, 2014
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada pasien yang di rawat di
RSUD labuang Baji Makassar.
Berdasarkan hasil uji statistik faktor pola makan dengan kejadian gastritis pada pasien di
dapatkan nilai P=0, 02. Hasil uji statistik faktor stres terhadap kejadian gastritis di dapatkan
nilai P=0,008 dan hasil uji statistik faktor obat-obatan dengan kejadian gastritis di dapatkan
nilai P=0,004. Sehingga dapat di simpulkan pola makan stres dan obat-obatan mempengaruhi
kejadian gastritis.
Dini Wahyu Kartikasari*, Binarti Dwi W, S.Kep. Ns., M.Kes**, Enny Virda Y,
S.Kep.,Ns. M.Kes*** * Mahasiswa DIII Keperawatan, ** Dosen STIKES Bina Sehat PPNI
Mojokerto, *** Dosen STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
23
ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH PADA PASIEN GASTRITIS DI RSI SAKINAH
MOJOKERTO
Hasil dari asuhan keperawatan secara menyeluruh pada klien, dalam pengkajian data
dasar ditemukan data subjektif dan data objektif yang menunjukkan kedua klien mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Rencana asuhan sesuai dengan yang
diimplementasikan dalam asuhan keperawatan. Terjadi perbedaan antara klien 1 dan klien 2
dimana peningkatan berat badan klien 1 lebih sedikit dibandingkan klien 2. Perbedaan ini
disebabkan karena klien 1 mengalami nyeri yang lebih berat dengan skala 5, sedangkan klien
2 skala 4 sehingga klien 1 tidak nafsu makan sama sekali, sedangkan klien 2 mengalami
penurunan nafsu makan. Pasien diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi tubuh,
menjaga disiplin makan, menghindari makanan pedas, asam, gorengan, kafein, alkohol, dan
rokok.
Halimuddin
1. Penerapan model aktivitas dan latihan gagal jantung yang dikembangkan oleh peneliti,
selama phase inpatient (6 hari), didapatkan hasil, ada perbedaan rata-rata tekanan darah
sistole, sebelum dan sesudah intervensi
2. Penerapan model aktivitas dan latihan gagal jantung yang dikembangkan oleh peneliti,
selama phase inpatient (6 hari), didapatkan hasil, ada perbedaan rata-rata tekanan darah
diastole sebelum dan sesudah intervensi
3. Penerapan model aktivitas dan latihan gagal jantung yang dikembangkan oleh peneliti,
selama phase inpatient (6 hari), didapatkan hasil, ada perbedaan tekanan darah rata-rata
sebelum dan sesudah intervensi.
24
PENURUNAN RESPON ANSIETAS KLIEN PENYAKIT FISIK DENGAN TERAPI
GENERALIS ANSIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM BOGOR
25
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilla, hanif (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia : definisi dan indikator
diagnostik, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI, 4 desember 2020 jam 14.00
Fadhilla, hamif (2018). Standar luaran keperawatan indonesia : definisi dan kriteria hasil
keperawatan, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI, 4 desember 2020 jam 15.10
Nurarif, hanif huda, dan hardhi kusuma (2005). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosis medis dan NANDA NIC-NOC, jilid 1. Jokjakarta :mediaction jokja, 5 desember
2020. Jam 11 : 30
Fadhilla, hanif (2018). Standar interfensi keperawatan indonesia : definisi dan tindakan
keperawatan, edisi 1 jakarta : DPP PPNI, 5 desember 2020 jam 12.45
26