Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

STEVEN JOHNSON SYNDROME

Disusun Oleh :
Dhira Ayu P (1510009)
Ika Yulia H (1510021)
M. Fathur A (1510032)
Octafiansyah A (1510040)
Zulfa Ruly L (1510060)

PROGRAM S-1 KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJAR 2016/2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
STEVEN JOHNSON SYNDROME (SJS)

Pokok Bahasan : Steven Johnson Syndrome (SJS)


Sasaran : Siswi-siswi SMA Trimurti Surabaya
Waktu : 30 menit
Tempat : Aula SMA Trimurti Surabaya
Hari/Tgl : 12 September 2017

1. LATAR BELAKANG
Steven Johnson Syndrome merupakan suatu kumpulan gejala yang mengenai
pada kulit, selaput lendir di orificium dan mata dengan keadaan umum yang
bervariasi dari ringan sampai berat. Penyakit ini sering kali juga disebut sebagai alergi
obat, pada keadaan umum yang berat penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Sering kali orang-orang datang kerumah sakit sudah dalam keadaan parah karena
mereka tidak menyadari jika menderita penyakit tersebut. Mereka sering kali memilih
membeli obat diwarung daripada pergi ke dokter ketika sakit, sehingga mereka tidak
menyadari bahwa obat tersebutlah yang memicu ia menderita steven johnson
syndrome. (Djuanda, 2011)
Steven johnson syndrome, biasanya disingkatkan sebagai SJS, adalah reaksi
buruk yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini mempengaruhi kulit,
terutama selaput mukosa. Juga ada versi efek samping ini yang lebih buruk, yang
disebut sebagai nekrolisis epidermis toksik (toxik epidermal necrolysis/TEN). Ada
juga versi yang lebih ringan, disebut sebagai eritema multiforme (EM) (Adithan,
2006)
Sindrom Stevens-Johnson pertama diketahui pada 1922 oleh dua orang
dokter, dr. Stevens dan dr. Johnson, pada dua pasien anak laki-laki. Namun dokter
tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya. Sindrom Stevens Johnson adalah
bentuk penyakit mukokutan dengan tanda dan gejala sistemik yang parah berupa lesi
target dengan bentuk yang tidak teratur, disertai macula, vesikel, bula, dan purpura
yang tersebar luas terutama pada rangka tubuh, terjadi pengelupasan epidermis kurang
lebih sebesar 10% dari area permukaan tubuh, serta melibatkan membran mukosa dari
dua organ atau lebih. Sindrom Stevens- Johnson umumnya terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda.
Sindrom Stevens-Johnson mempunyai tiga gelaja yang khas yaitu kelainan
pada mata berupa konjung-tivitis, kelainan pada genital berupa balanitis dan
vulvovaginitis, serta kelainan oral berupa stomatitis.
Penyebab pasti dari Sindrom Stevens-Johnson saat ini belum diketahui namun
ditemukan beberapa hal yang memicu timbulnya seperti obat-obatan atau infeksi
virus. Meka-nisme terjadinya sindroma adalah reaksi hipersensitif terhadap zat yang
memi-cunya. Sindrom Stevens-Johnson mun-cul biasanya tidak lama setelah obat
disuntik atau diminum, dan besarnya kerusakan yang ditimbulkan kadang tidak
berhubungan langsung dengan dosis, namun sangat ditentukan oleh reaksi tubuh
pasien.

2. ANALISIS SITUASI
a. Peserta penyuluhan
1) Sasaran penyuluhan: siswa siswi SMA Trimurti Surabaya
2) Peserta penyuluhan telah memiliki pengetahuan: Membaca dan
menulis
b. Ruang pembelajaran
1) Sarana penunjang: Tempat atau ruangan penyuluhan
2) Metode belajar yang digunakan: Ceramah atau diskusi
3) Prasarana yang tersedia: LCD dan proyektor
4) Pemateri/Promotor: Siswa-siswi SMA Trimurti Surabaya

3. TUJUAN UMUM
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan siswi-siswi dapat mengetahui
dan memahami tentang penyakit Steven Johnson Syndrome yang meliputi pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, pengobatan.

4. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Steven Johnson Syndrome
selama 30 menit, audiens dapat menjelaskan tentang:
1) Menyebutkan Pengertian dari Steven Johnson Syndrome
2) Menyebutkan gejala Steven Johnson Syndrome
3) Menyebutkan penyebab Steven Johnson Syndrome
4) Menyebutkan penatalaksanaan Steven Johnson Syndrome

5. MATERI
1) Menjelaskan pengertian dari Steven Johnson Syndrome
2) Menyebutkan tanda dan gejala dari Steven Johnson Syndrome
3) Menyebutkan penyebab dari Steven Johnson Syndrome
4) Menyebutkan penatalaksanaan dari Steven Johnson Syndrome

6. METODE
1) Ceramah
2) Tanya jawab

7. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
Kegiatan
& Waktu
1) Mengucapkan salam
Pembukaan 1) Menjawab salam
2) Membuat kontrak waktu 2) Menyetujui kontrak waktu
( 5 menit )
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan 3) Mendengarkan dan
yang akan dicapai memperhatikan

Pelaksanaan Moderator :
( 20 menit ) 1) Memberi kesempatan pada 1) Mendengarkan dan
memperhatikan
penyaji untuk menjelaskan materi
2) Mendengarkan dan
memperhatikan
Penyaji :
3) Mendengarkan dan
1) Menjelaskan materi penyuluhan
memperhatikan
tentang pengertian Steven
4) Mengemukakan pendapat
Johnson Syndrome
2) Menjelaskan penyebab Steven
Johson Syndrome
3) Menjelaskan tanda dan gejala
Steven Johson Syndrome
4) Menjelaskan penatalaksanaan
Steven Johson Syndrome
5) Mengajukan pertanyaan kepada
audiens untuk mengetahui
pengetahuan mereka atas
penyuluhuan yang telah diberikan

Penutup Moderator :
( 5 menit )
1) memberikan kesempatan pada
1. Mendengarkan dan
peserta untuk mengajukan pertanyaan memperhatikan

Penyaji:
1) Menjawab pertanyaan dari
peserta

Notulen : 1. Mengucapkan salam


1) Menyimpulkan jalannya hasil
diskusi

Moderator :
1) memberi salam penutup

8. MEDIA
1) Laptop
2) LCD
3) Leeaflet

9. EVALUASI
1) Evaluasi struktur
a. 80% dari peserta menghadiri kegiatan
b. Alat dan media sesuai dengan perencanaan
c. Tugas dan fungsi masing-masing peserta sesuai dengan perencanaan
2) Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditetapkan
b. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta dapat berperan aktif dalam kegiatan
3) Evaluasi akhir
Setelah pelaksanaan kegiatan peserta dapat :
a. Menjelaskan Pengertian Steven Johnson Syndrome
b. Menyebutkan tanda dan gejala Steven Johnson Syndrome
c. Menyebutkan penyebab Steven Johnson Syndrome
d. Menyebutkan penatalaksanaa Steven Johnson Syndrome

10. DENAH
Keterangan :

: Moderator : Observer

: Notulen : Audiens/peserta

:Fasilitator : Penyaji

11. PENGORGANISASIAN
a. Moderator: M. Fathur Andreyanto
b. Penyaji: 1. Ika Yulia Hadinata
2. Zulfa Ruly L
c. Fasilitator: Octafiansyah Alwan
d. Notulen: Dhira Ayu P
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
STEVEN JOHNSON SYNDROME

A. PENGERTIAN
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang orifisium
dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk (Mansjoer, A.
2007: 136).
Syndrom steven johnson adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi
atau infeksi. Sindrom tersebut mengancam kondisi kulit yang mengakibatkan
kematian sel-sel kulit sehingga epidermis mengelupas/memisahkan diri dari dermis.
Sindrom ini dianggap sebagai hipersensitivitas kompleks yang memengaruhi kulit dan
selaput lendir. (Arwin Akib. 2007)
Sindroma Stevens-Johnson merupakan suatu sindroma(kumpulan gejala)
yang mengenai kulit,selaput lendir di orificium dan mata dengan keadaan umum yang
bervariasi dari ringan sampai berat (Monica, SINDROM STEVENSS – JOHNSON).

B. PENYEBAB
Penyebab dari syndrome ini belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa faktor
yang dapat dianggap sebagai penyebab, yaitu :
1) Penyebab utama ialah alergi obat, lebih dari 50%. Sebagian kecil karena
infeksi, vaksinasi, penyakit graft versus host, neoplasma, dan radiasi. Pada
penelitian Adhi Djuanda selama 5 tahun (1998-2002) SSJ yang diduga alergi
obat tersering ialah analgetik/antipiretik (45%), disusul karbamazepin (20%)
dan jamu (13,3%). Sebagian besar jamu dibubuhi obat. Kausa yang lain
amoksisilin, kotrimoksazol, dilantin, klorokuin, seftriakson dan adiktif.
2) Akibat infeksi:
a. Viral: herpes simplex virus (HSV)1 dan 2, HIV, Morbili, Coxsackie,
cat-scratch fever, influenza, hepatitis B, mumps, lymphogranuloma
venereum(LGV), mononucleosis infeksiosa, Vaccinia rickettsia dan
variola. Epstein-Barr virus and enteroviruses diidentifikasi sebagai
penyebab timbulnya sindrom ini pada anak.
b. Bakteri: termasuk kelompok A beta haemolytic streptococcus, cholera,
Fracisella tularensis, Yersinia, diphtheria, proteus, pneumokokus,
Vincent agina, Legionaire, Vibrio parahemolitikus brucellosis,
mycobacteriae, mycoplasma pneumonia tularemia and salmonella
typhoid.

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala awal berkisar antara 1-14 hari berupa demam, malaise, batuk produktif,
sakit kepala, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot dan artralgia yang sangat
bervariasi dalam derajat berat dan kombinasi gejala tersebut. Setelah itu akan timbul
lesi kulit, mukosa, dan mata yang dapat diikuiti kelainan viseral.
Gejala bervariasi ringan sampai berat. Pada yang berat penderita dapat
mengalami koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala awal berupa demam
tinggi 39-40C. Dengan segera gejala tersebut dapat menjadi berat. Stomatitis (radang
mulut) merupakan gejala awal. Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun ke
bawah. Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa: kelainan kulit, kelainan
solaput lendir di orifisium , kelainan mata.
1) Kelainan kulit
Kelainan kulit dapat timbul cepat berupa eritema, papel, vesikel atau
bula secara simetris berupa lesi kecil satu-satu atau kelainan luas pada
hampir seluruh tubuh. Lesi kulit biasanya pertama kali terlihat di
muka, leher, dagu, dan badan. Sering timbul pendarahan pada lesi yang
menimbulkan gejala fokal berbentuk target, iris, atau mata sapi. Kulit
juga menjadi lebih muda terkena infeksi sekunder. Predileksi (kuman
yang tumbuh) pada area ekstensor tangan dan kaki serta muka yang
meluas ke seluruh tubuh sampai kulit kepala. Pada keadaan lanjut
dapat terjadi ulserasi, kulit mengelupas, dan pada kasus berat
pengelupasan kulit dapat terjadi pada seluruh tubuh disertai pelepasan
kuku. Jumlah dan luas lesi dapat meningkat dan mencapai puncaknya
pada hari ke-4 sampai 5, dapat disertai rasa sakit di kulit.

2) Kelainan selaput lendir


Kelaianan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100
%) kemudian disusul oleh kelainan alat dilubang genetol (50 %),
sedangkan dilubang hidung dan anus jarang (masing-masing 8 % dan 4
%). Kelainan yang tampak di bibir adalah krusta berwarna hitam yang
tebal. Kelainan dapat juga menyerang saluran pencernaan bagian atas
(faring dan esofagus) dan saluran nafas atas. Pada bibir dapat dijumpai
krusta kehitaman yang disertai stomatitis berat pada mukosa mulut.

3) Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80 % diantara semua kasus yang tersering
telah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa
konjungtivitis parulen, peradarahan, alkus korena, iritis dan
iridosiklitis.

D. PENATALAKSANAAN
Seluruh pengobatan harus dihentikan. Penatalaksanaan awalnya sama dengan
penanganan pasien dengan luka bakar, dan perawatan lanjutan dapat berupa suportif
(misalkan cairan intravena) dan simptomatik (misalkan analgesik, dll), tidak ada
pengobatan yang spesifik untuk penyakit ini. Kompres saline atau Burow solution
untuk menutupi luka kulit yang terkelupas/terbuka.Alternatif lainnya untuk kulit
adalah penggunaan calamine lotion.
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan tindakan live-saving dan digunakan
deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-
Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5
mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik,
tidak timbul lesi baru, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari
diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason
intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone
yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari
kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
2) Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia
yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotik yang jarang
menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal
misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
3) Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase.
Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim
sulfadiazine perak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arwin, Akib AP,dkk. 2007. Buku Ajar Alergi Imunologi Anak. Edisi 2. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
2. Hamzah, Mochtar. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
3. Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas kedokteran
Indonesia
4. Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
5. http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol1.no2.Juli2008/SINDROM%20STE
VENSS.pdf
6. https://id.scribd.com/doc/151050871/Laporan-Pendahuluan-Steven-Johnson-
Syndrome
7. https://karyatulisilmiah.com/laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-pada-
penyakit-stevens-jhonson-sindrome/

Anda mungkin juga menyukai