Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SENAM LANSIA DI KELURAHAN SUKOLILO BARU KECAMATAN


BULAK SURABAYA

Oleh :
GERBONG 2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
T.A 2019/2020

1
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SENAM LANSIA DI KELURAHAN SUKOLILO BARU KECAMATAN
BULAK SURABAYA

Surabaya, 04 Oktober 2019


Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Lela Nurlela, S Kep., Ns., M Kes


NIP 03.021

2
STIKES HANG TUAH SURABAYA STASE KEPERAWATAN
KOMUNITAS DI KELURAHAN SUKOLILO BARU
KECAMATAN BULAK SURABAYA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Senam lansia


Sasaran : Lansia RW. 03 Kelurahan Sukolilo Baru Kecamatan Bulak
Tempat : Paud Kenanga
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 November 2019
Waktu : 30 Menit

1. LATAR BELAKANG
Keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, khususnya di bidang medis
atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia, akibatnya jumlah
penduduk lansia meningkat. Saat ini, diseluruh dunia jumlah lansia
diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan
pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Secara Demografi, menurut
sensus penduduk tahun 1980 di Indonesia terdapat 5,3 juta orang (4,3%) yang
berusia 60 tahun keatas. Pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09%,
meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh majunya pelayanan
kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan
sanitasi, serta meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi (Bandiyah,
2009). Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Keadaan ini menyebabkan
munculnya penyakit degeneratif yang merupakan penumpukan distorsi
metabolik dan struktural (Darmojo dan Martono, 2009). Orang lanjut usia,
terdapat kemunduran organ tubuh seperti otot, tulang, jantung, dan pembuluh

3
darah, serta sistem saraf yang mengakibatkan orang tua mengalami penurunan
keseimbangan.
Angka partisipasi olahraga di Indonesia masih sangat rendah. Data
Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada 2015, jumlah yang rutin
berolahraga belum mencapai sepertiga dari total penduduk, hanya 27,61%
penduduk Indonesia yang melakukan olahraga minimal sekali dalam
seminggu. Hal ini berarti dari 100 penduduk Indonesia berumur 10 tahun ke
atas hanya sekitar 28 orang yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan olahraga
sedangkan 72 orang lainnya tidak rutin berolahraga. Fenomena ini
menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Indonesia dalam berolahraga
secara umum relatif masih rendah. Kondisi ini cukup memprihatinkan
mengingat olahraga merupakan salah satu kegiatan yang menunjang
kesehatan. Masih rendahnya partisipasi olahraga mengindikasikan bahwa
masyarakat belum sepenuhnya menyadari pola hidup sehat melalui olahraga.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengungkapkan saat ini
angka harapan hidup di Jatim mencapai 71 tahun. Sedangkan jumlah lansia
Jatim mencapai 4.453.256 juta orang (11,4%). Peningkatan jumlah penduduk
lansia pada dasarnya dapat dijadikan refleksi semakin membaiknya kondisi
kesehatan lansia dan juga kemajuan pelayanan kesehatan sehingga
berpengaruh terhadap usia harapan hidup yang lebih panjang. Saat ini
pemerintah kota Surabaya terus berbenah diri dan melakukan berbagai
program peningkatan pelayanan bagi penduduk lansia diantaranya pelayanan
pengobatan gratis, edukasi kesehatan lansia, dan senam sehat lansia. Dari
catatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya terhitung bulan Desember 2017
jumlah pengunjung yang diperiksa di Taman Lansia mencapai 2.015 orang
lansia.
Memelihara kesehatan untuk hidup yang tidak bergantung dengan
orang lain besar kemungkinan harus memprioritaskan kekuatan otot (Broman
dkk., 2006). Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian
sendi dapat memperparah kondisi tersebut (Ulliya, dkk, 2009). Penurunan
kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik (physical
activity), sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari (activity of daily living atau ADL) (Ulliya dkk., 2009).

4
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang di ikuti oleh orang lanjut usia dalam bentuk latihan fisik
yang berpengaruh terhadap kemampuan fisik lansia. Aktivitas olahraga ini
akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
tetap kuat dan membantu menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam
tubuh (Widianti & Atikah, 2010).
Salah satu upaya untuk menjaga, meningkatkan kesehatan dan
kesegaran jasmani bagi lansia (lanjut usia) adalah dengan melakukan olahraga.
Olahraga bagi lansia bila dilakukan dengan terprogram akan mempunyai
beberapa manfaat, diantaranya adalah untuk mempertahankan kesehatan,
meningkatkan kekuatan otot jantung, meningkatkan sirkulasi darah dalam
tubuh, menurunkan kadar lemak, menguatkan otot-otot tubuh, mengurangi
stres dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Angga, 2010). Saat
memasuki usia lanjut, jenis olahraga harus disesuaikan dengan usia, jenis
kelamin dan riwayat penyakit lansia. Beberapa olahraga yang dianjurkan
untuk lansia antara lain berjalan kaki, senam dan aktivitas di rumah
merupakan olahraga paling mudah dan efektif yang dapat dilakukan.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di kelurahan sukolilo
baru RW 03 didapatkan hasil sebagian lansia mengeluh pegal-pegal.
Kebanyakan dari beberapa lansia mengatakan bahwa keluhan yang mereka
derita ini berhubungan dengan proses usia yang semakin lanjut. Ada lansia
yang mengatakan bahwa mereka merasa mudah lelah dan lesu yang salah
satunya disebabkan aktivitas yang di lakukan berlebihan pada hari-hari
sebelumnya. Selama ini usaha yang dilakukan untuk mengatasi penurunan
kebugaran adalah melakukan olahraga jalan pagi, istirahat dengan cukup dan
makan-makanan bergizi. Salah satu contoh untuk meningkatkan kebugaran
pada lansia yaitu dengan cara memberikan kegiatan atau aktivitas yang dapat
meningkatkan kebugaran dan menjauhkan dari berbagai masalah kesehatan
salah satunya dengan membuat kerajinan tangan tas dan di hias dengan barang
dan bahan bekas. Hasil dari karya lansia ini dapat di perjual belikan dan dapat
menjadikan lansia memiliki aktivitas sehari-hari yang bermanfaat dan dapat
menghasilkan uang.

2. TUJUAN

5
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah di berikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi senam lansia
selama 30 menit diharapkan klien dapat memahami dan mengetahui serta
mampu melakukan gerakan senam lansia dan membuat kerajinan tas dari
bahan bekas.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan lansia dapat :
a. Menyebutkan manfaat olahraga bagi lansia dengan benar
b. Menyebutkan tujuan olahraga bagi lansia dengan benar
c. Mendemonstrasikan langkah-langkah olahraga bagi lansia dengan
benar
d. Membuat dan menghias tas sesuai dengan panduan leader

3. PROSES PELAKSANAAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Media Metode
1. Pembukaan :
 Membuka kegiatan  Menjawab salam
Ceramah
dengan
mengucapakan
salam
 Memperkenalkan  Mendengarkan

5 menit diri
 Memperhatikan
 Menjelaskan
tujuan dari
 Memperhatikan
penyuluhan
 Memperhatikan
 Apersepsi
 Menyebutkan
materi yang akan
diberikan
2. Pelaksanaan :
Tanya
 Menjelaskan  Mendengarkan Demonstrasi
jawab dan
pengertian senam ceramah
dan
lansia demonstra
 Menjelaskan si
 Mendengarkan
Tujuan senam

6
20 lansia
menit  Menjelaskan
 Mendengarkan
Manfaat senam
lansia
 Mendemonstrasik
 Memperhatikan
an Langkah-
dan
langkah senam
mempraktikkan
lansia
 Memberi
kesempatan  Menjawab
kepada peserta
untuk bertanya
3. Terminasi :
 Tanya jawab
 Melakukan
Evaluasi  Memperhatikan Tanya
 Kontrak waktu jawab dan
5 menit Ceramah
untuk pertemuan
selanjutnya  Menjawab salam
 Mengucapkan
salam penutup

4. PENGORGANISASIAN DAN URAIAN TUGAS


1. Peran petugas dan terapis
a. Leader dan Co-Leader bertugas menganalisa dan mengobservasi pola-
pola komunikasi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk
menyadari dinamisasi kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok untuk menetapkan tujuan dan membuat peraturan.
Pemimpin dan anggota kelompok mendiskusikan apa yang harus
dilakukan selanjutnya, memotivasi kesatuan kelompok dan membantu
kelompok untuk berkembang dan bergerak secara dinamis.
b. Fasilitator bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok
lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan dalam kelompok.
c. Observer bertugas mencatat serta mengamati respon klien, jalannya
aktivitas therapi, peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta
yang drop out (tidak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai).

7
2. Nama anggota dan peran
Fasilitator : Raditya Ajeng Kurnia., S.Kep
Moderator : Siti Winarni., S.Kep
Penyaji : Chornelly Vivie Anjari., S.Kep
Observer : Amelia Kristina M.P., S.Kep
Siti Harri S.N.,S.Kep
Novan Hariyanto., S.Kep
Notulen : Octafiansyah Alwan., S.Kep

3. Setting tempat dan waktu.

Moderat Penyaji
Peserta
or Peserta Peserta Peserta
Observer Peserta Fasilitator Peserta Peserta Observer
fasilitator Peserta Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta Fasilitator

Notulen Observer

5. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

6. MEDIA DAN ALAT


1. Soundsistem
2. Tas kain dan kresek

7. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Klien hadir dalam kegiatan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di paud kenanga
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Klien antusias terhadap materi dan demonstrasi yang diberikan
b. Klien tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Klien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi hasil
a. Klien mengetahui tentang pengertian senam lansia
b. Klien mengetahui tujuan dari senam lansia

8
c. Klien mampu mendemonstrasikan senam lansia yang di praktikan/
didemonstrasikan

LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian Senam Lansia


Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah serta
terencana dalam bentuk latihan fisik yang berpengaruh terhadap latihan fisik
lansia (Widianti & Atikah, 2010). Senam lansia yang dilakukan secara teratur
dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur. Frekuensi latihan yang
berguna untuk mempertahankan dan memperbaiki kesegaran jasmani lansia
dilakukan sedikitnya satu minggu sekali dan sebanyak-banyaknya lima kali
dalam satu minggu dengan lamanya 15 menit (Maryam, 2008).

2. Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi :


a. Senam kebugaran lansia.
b. Senam otak
c. Senam osteoporosis
d. Senam hipertensi
e. Senam diabetes melitus
f. Olahraga rekreatif / jalan santai.

3. Tujuan Senam Lansia


Senam lansia bertujun untuk meningkatkan kesegaran jasmani sehingga lansia
merasa fit, rasa cemas berkurang, timbul rasa senang dan rasa percaya diri
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup. Senam lansia dapat
merangsang penurunan aktivitas saraf simpatis dan peningkatan saraf
parasimpatis yang berpengaruh pada pnurunan hormon adrenalin, norepinefrin
dan katekolamin, serta vasodilatasi (pelebaran) pada pembuluh darah yang

9
mengakibatkan transport oksigen ke seluruh tubuh terutama otak menjadi
lancar, sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan nadi menjadi normal
(Triyanto, 2014).

4. Manfaat senam
a. Sebagai pencegahan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit.
b. Sebagai pengobatan (kuratif) Penyakit yang dapat disembuhkan dan
dikurangi dengan senam lansia adalah kelemahan/kelainan sirkulasi darah,
DM, kelainan infark jantung, kelainan insufisiensi, koroner, kelainan
pembuluh darah tepi, thromboplebitis dan osteoporosis.
c. Sebagai rehabilisasi
Dengan senam yang baik akan mempengaruhi hal – hal sebagai berikut:
1) Memperkuat degenerasi karena telah mengalami perubahan usia.
2) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam
kehidupan.
3) Fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam
bertambahnya tuntutan (sakit).

5. Langkah-Langkah
a. Latihan kepala dan leher
1) Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada

2) Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri.

3) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.

10
b. Latihan bahu dan lengan
1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan
kembali perlahan-lahan

2) Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurus


dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk
kemudian angkat lengan keatas kepala.

3) Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah


punggung sejauhmungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangankanan
dan kiri.

4) Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.

c. Latihan tangan

11
1) Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan
kemeja.

2) Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak


tangan untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali.

3) Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan


kemudian setelah menyentuh tiap jari.

4) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus


mungkin.

12
d. Latihan punggung
1) Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian
kesisi yang lain.

2) Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan
melihat bahu kekiridan kekanan.

e. Latihan pernafasan
1) Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.

2) Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-
dalam maka terasadada mengambang.

13
3) Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan
akan menutup kembali

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, N., (2009), Hubungan Antara Senam Lansia Dengan


Kemandirian Melakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari di PTSW Unit
Budhi Luhur Kasongan Bantul, Yogyakarta (Abstrak)

Bandiyah, S., (2009), Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik , Nuha


Medika,Yogyakarta, 2-4

Budiharjo, S., Prakosa, D., Soebijanto,(2004), Pengaruh Senam Bugar


Lansiaterhadap Kekuatan Otot Wanita Lanjut Usia Tidak Terlatih di
Yogyakarta, Sains Kesehatan, 17 (1), 111-121

14
Darmojo, B. dan Martono, H., 2009, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universtitas Indonesia, Jakarta, 4-8, 25-
26,93-94, 106-108

Gallo, JJ., Reichel, W., Andersen, LM., (1998). Gerontologi. Jakarta : EGC 122-
129

Hardywinoto, SKM. dan Setiabudhi, T., (1999). Panduan Gerontologi, Jakarta :


PT Gramedia Pustaka Utama, 124, 137

Herawati, I. dan Wahyuni, (2004). Perbedaan Pengaruh Senam Otak dan Senam
Lansia Terhadap Keseimbangan pada Orang Lanjut Usia, Infokes, 8
(1),Maret, September 2004

Maryam, Siti. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika

Nugroho,(2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC 13-14, 19, 21-26

Triyanto E, (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu

Widianti, Anggriyana Tri dan Atikah Proverawati.(2010). Senam Kesehatan .


Yogyakarta: Nuha Medika

15

Anda mungkin juga menyukai