Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURTAN CVA INFARK

Memenuhi Tugas Kelompok Seminar


Mata Kuliah Kegawatdaruratan Sistem 2

Fasilitator:
Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 03.003

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Asmaul Husna (1510005)
2. Kurrotul Aini (1510026)
3. Lila Watiningrum (1510027)
4. Mahalia Ocha Danna (1510029)
5. Vamila Meydiawati (1510054)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :


Judul Makalah : Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan CVA Infark
Ketua Kelompok : Kurrotul Aini
Nama Anggota kelompok : 1. Asmaul Husna (NIM 1510005)
2. Kurrotul aini (NIM 1510026)
3. Lila Watiningrum (NIM 1510027)
4. Mahalia Ocha Danna (NIM 1510029)
5. Vamila Meydiawati ( NIM 1510054)
Tanggal seminar : 11 Maret 2019

Dengan ini telah menyelesaikan tugas kelompok seminar yang telah dikirimkan dalam
bentuk hard copy pada tanggal … dan bentuk soft copy pada tanggal ….

Surabaya, 11 Maret 2019


Mengetahui

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Ketua Kelompok

(Merina Widyastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Kurrotul Aini)


NIP. 03.033 NIM 1510026

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayahNya serta nikmat kesehatan yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Seminar Keperawatan Gawat Darurat II yang berjudul "CVA
Infark"
Makalah ini merupakan salah satu tugas di program studi S1- Ilmu
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku
Penanggung Jawab Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat II selaku dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II, dan kepada segenap pihak
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Selanjutnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada rahmat Tuhan YME
dan dalam hal perbaikan makalah ini ke depannya.

Surabaya, 11 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

1. COVER ................................................................................................................
2. LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
3. KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
4. DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
5. BAB 1: PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 2
6. BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Definisi ........................................................................................................ 3
2.2 Etiologi ........................................................................................................ 3
2.3 Klasifikasi ................................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi ................................................................................................ 4
2.5 Web of Caution ........................................................................................... 5
2.6 Manifestasi Klinis ....................................................................................... 6
2.7 Komplikasi .................................................................................................. 6
2.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 6
2.9 Penatalaksanaan .......................................................................................... 8
7. BAB 3: KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................. 9
8. BAB 5: PEMBAHASAN JURNAL ................................................................ 16
9. BAB 4: PENUTUP .......................................................................................... 18
4.1 Simpulan .................................................................................................... 18
4.2 Saran .......................................................................................................... 18
9. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan salah masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat era modern
saat ini. Dewasa ini, stroke menjadi masalah kesehatan yang serius karena serangannya
yang bersifat mendadak dan dapat mengakibatkan kecacatan fisik, mental bahkan
kematian yang menyerang pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).
Menurut (Sofwan, 2010) disebutkan bahwa stroke adalah sindrom klinis yang ditandai
serangan bersifat mendadak dan mengakibatkan kelumpuhan salah satu sisi tubuh
secara persisten. Salah satu jenis stroke yang sering ditemukan adalah stroke infark
disebut juga Cerebro Vascular Accident (CVA) infark. CVA infark adalah sindrom
klinik yang timbul secara mendadak, progresif bersifat cepat berlangsung selama 24
jam terjadi karena ada trombositosis atau emboli yang menyebabkan penyumbatan
disepanjang jalur pembuluh darah menuju otak (Smeltzer, 2002).
Stroke merupakan penyakit mematikan kedua didunia setelah penyakit jantung.
Angka kejadian stroke didunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk dalam setahun
(Pudiastuti, 2011). Penelitian lain di Italia menyatakan bahwa 67,3% – 82,6%
mengalami stroke infark, 9,9-19,6% mengalami intraserebral hemoragik, 1,6-4,0%
subaraknoid hemoragik dan 1,2-1,7% tidak terdeteksi (Blackwell, 2011). Berdasarkan
laporan RISKESDAS tahun 2018 prevelansi penyakit tidak menular salah satunya
stroke mengalami peningkatan dari 7% pada tahun 2013 menjadi 10,9% pada tahun
2018 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Cerebro Vascular Accident (CVA) infark lebih banyak dikenal sebagai stroke oleh
masyarakat umum. Stroke infark terjadi pada otak ditandai dengan adanya penurunan
kualitas pembuluh darah. Apabila aliran darah yang menuju ke jaringan otak terhenti
selama 15-20 menit akan menyebabkan kematian jaringan karena nutrisi yang
diperlukan otak berasal dari oksigen yang diangkut oleh darah. Hal ini dapat disebabkan
oleh pemyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti adanya trombosis, atrosklerosis,
peradangan, gangguan aliran pembuluh darah seperti syok, ruputur vascular didalam
jaringan otak (Ramadhanis, 2012).
Pada kenyataannya, klien datang ke rumah sakit dengan kondisi kesadaran yang
sudah jauh menurun dan memerlukan perawatan cukup lama. Oleh karena itu, peran

1
perawat merupakan faktor penting saat melakukan asuhan keperawatan pada klien
stroke infark.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kegawat daruratan CVA
infark?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan kegawat daruratan CVA
infark.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. menjelaskan konsep penyakit CVA infark.
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan kegawat daruratan
CVA infark.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan
dalam melaksanakan proses keperawatan dalam kegawatdaruratan pasien
dengan CVA infark.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Menjadi acuan dalam melaksanakan proses keperawatan dalam
kegawatdaruratan dengan CVA infark.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan proses keperawatan
dalam kegawatdaruratan pasien dengan CVA infark.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi CVA Infark


CVA (Cerebro Vascular Accident) atau stroke adalah gangguan defisit neurologis
yang mempunyai gejala tiba- tiba, berlangsung lebih dari 24 jam, dan disebabkan oleh
penyakit serebrovascular. CVA terjadi pada saat terdapat gangguan peredaran darah ke
bagian otak (Setiyowati, 2018). Menurut (Muttaqin, 2011) Stroke atau cedera
serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang disebabkan oleh adanya
trombosis, embolisme, iskemia dan hemoragi sehingga mengakibatkan berhentinya
suplai darah ke bagian otak.
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) karena terjadi
kematian pada jaringan otak (infark cerebral). Penyebabnya adalah berkurangnya
aliran darah dan okesigen ke otak dikarenakan adanya sumbatan-sumbatan,
penyempitan atau pecahnya pembuluh darah (Pudiastuti, 2011).

2.2 Etiologi
Menurut (Muttaqin, 2011) CVA infark disebabkan oleh:
1. Trombosis serebri
Terjadi ketika pembuluh darah mengalami sumbatan yang menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti (pembendungan
darah) disekitarnya. Trombosis serebri ini disebabkan karena adanya:
a. Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya elastisitas dinding
pembuluh darah.
b. Hiperkoagulasi: darah yang kental akan menyebabkan viskositas
hematokrit meningkat sehingga dapat memperlambat alirah darah
cerebral.
c. Arteritis: peradangan pada arteri
2. Emboli
Emboli terjadi disebabkan adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak
oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan mengalir mengikuti peredaran darah lalu menyumbat
sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli antara
lain:
3
a. Penyakit jantung.
b. Infark miokardium.
c. Fibrilasi dan keadaan aritmia: dapat membentuk gumpalan-gumpalan
kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri.
d. Endokarditis: menyebabkan gangguan pada endocardium.

2.3 Klasifikasi
1. Berdasarkan klinik, (Manjoer, 2010):
a. Stroke Hemoragik (SH) Stroke yang terjadi karena perdarahan pada Sub
arachnoid yang dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah tertentu, biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas atau saat
aktif.
b. Stroke Non Hemoragik (SNH) berupa iskemia, emboli dan trombosis serebral,
biasanya terjadi setelah lama beristirahat, atau baru bangun tidur atau dipagi
hari. Tidak terjadi iskemi yang menyebabkan hipoksia namun selanjutnya
dapat timbul edema sekunder.
2. Berdasarkan Perjalanan Penyakit, (Manjoer, 2010):
a. Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas. Merupakan
gangguan neurologis fokal (hanya dibagian otak tertentu) yang timbul
mendadak dan hilang dalam beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) sampai
beberapa jam (24 jam).
b. Stroke Involution atau Progresif Adalah perjalanan penyakit stroke
berlangsung perlahan meskipun akut. Proses progresif beberapa jam sampai
beberapa hari.
c. Stroke Complete yaitu gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau
permanen dan maksimal sejak awal serangan.

2.4 Patofisiologi
Infark cerebral dimulai saat suplai darah ke otak berkurang. Luasnya jaringan otak
yang mengalami infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besar kecilnya
pembuluh darah dan adekuat/tidak adekuatnya suplai darah ke pembuluh darah yang
tersumbat. Atherosclerosis cenderung sebagai faktor yang tersering menyebabkan
thrombus karena plak pada arterosklerotik, atau darah beku pada area stenosis, dimana
aliran darah akan lambat atau turbulensi.
4
Thrombus akan pecah dari dinding pembuluh darah lalu terbawa mengikuti aliran
darah sebagai emboli. Thrombus menyebabkan iskemia jaringan otak sehingga
pembuluh darah yang terkena thrombus akan mengalami edema dan kongesti disekitar
area pembuluh darah. Akhirnya edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar
daripada area infark itu sendiri (Pudiastuti, 2011).

2.5 Web of Caution

5
2.6 Manifestasi Klinis
1. Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala:
a. Perubahan tingkat kesadaran: penurunan orientasi dan respon terhadap
stimulus.
b. Keluhan kepala pusing.
c. Perubahan kemampuan gerak ekstermitas: kelemahan sampai paralysis
2. Reflek menelan menurun
3. ST Scan tampak adanya edema
4. Mobilitas menurun
5. Nyeri kepala
6. Serangan sementara jenis lain, seperti vertigo, pusing bergoyang, kesulitan
menelan (disfagia), kebingungan akut, atau gangguan daya ingat
7. Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan canggung) di salah satu tubuh,
terutama disatu sisi, termasuk wajah, lengan atau tungkai.

2.7 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi CVA Infark (Muttaqin, 2008)
1. Imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri tekan, konstipasi, dan trombofeblitis.
2. Paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas, dan terjatuh.
3. Kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrosefalus

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang CVA Infark (Yueniwati, 2015)
1. Laboratorium.
a. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada
peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam Arachidonic
(AA), Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen (Muttaqin, 2008).
b. Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVA infark
mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju endap
darah (LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel darah
merah mengendap dalam tabung darah LED yang tinggi menunjukkan
adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu radang jangka

6
lama, misalnya artritis, panel metabolic dasar (Natrium (135-145 nMol/L),
kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,)
c. Darah lengkap: didapatkan hasil leukosit pada 24 jam pertama serangan
stroke infark mengalami peningkatan dan akibatnya akan menghasilkan
outcome yang lebih buruk dan masa perawatannya akan lebih lama.
Berdasarkan penelitian (Oktavia, 2017) dengan judul Hubungan Jumlah
Leukosit dengan Defisit Fungsional Neurologis pada Pasein Stroke Iskemik
menunjukan hasil angka leukosit yang tinggi menunjukan korelasi terhadap
hasil akhir outcome klinis dan lama perawatan pada paien stroke iskemik
akut.
d. Masa protombin: digunakan untuk menilai aktivasi koagulasi serta
monitoring
e. Urinalisis.
2. Diagnostik.
a. CT Scan Kepala: pada pemeriksaan CT Scan kepala didapatkan adanya
sumabatan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan kurangnya asupan
oksigen pada otak. Pada hasil CT Scan kepala bagian yang kurang oksigen
akan tampak gelap dalam waktu 24 jam (terdapat lesi hipodensiti di kawasan
MCA sinistra) dan menunjukan adanya infark (Tjikoe, Loho, & Ali, 2014).
b. Angiografi serebral: pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
penyempitan ataupun sumbatan pada pembuluh darah pada daerah cerebral.
Pemeriksaan angiografi ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi
pada sistem karotis tau vetebrobasiler, menentukan ada tidaknya
penyempitan, oklusi atau aneurisma pada pembuluh darah.
c. Pungsi lumbal: pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT scan
atau MRI pada stroke PIS didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging
atau berwarna kekuningan, pada PSA didapatkan LCS yang gross
hemorragik. Pada stroke infark tidak didapatkan perdarahan perdarahan
(jernih).
d. MRI: pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang
otak (sangat sensitive)
e. X ray tengkorak, EKG atau ECG.

7
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark (Misbach, 2011):
1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten
b. Kontrol tekanan darah
c. Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter
d. Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.
2. Terapi Konservatif
a. Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral
b. Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
c. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosisiatau embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler.

8
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
a. Primary Survey
1. Airway
Hal pertama yang dinilai adalah airway. Pasien dengan CVA Infrak beresiko
mengalami sumbatan karena adanya penumpukan sekret akibat dari
kelemahan reflek batuk.
2. Breathing
Look : terjadi penurunan refleks menelandan batuk, sehingga
mengakibatkan perubahan pola napas yang tidak teratur
Listen : terdapat suara nafas ronchi.
Feel : terasa hembusan nafas.
3. Circulation
Pada pasien dengan stroke non hemoragik yang mengalami perfusi serebral
tidak efektif menyebabkan kadar PaO2 <95% sehingga menyebabkan
sianosis. Pasien stroke non hemoragik mengalami diaforesis sehingga
ditemukan akral teraba dingin, dan kulit mengalami kelembapan. TD dapat
normal atau meningkat, dengan frekuensi nadi bervariasi
4. Disability
Pemeriksaan neurologis secara cepat yaitu meliputi tingkat kesadaran,
ukuran dan reaksi pupil (isokor, anisokor, atau midriasis). Pasien dengan
cva infrak akan mengalami gangguan kesadaran jika terjadi
ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Pupil kecil dan ptosis pada sisi kelopak
mata yang terkena. Mengalami gangguan motorik seperti hemiplegia,
hemiparesis, dan mengalami gangguan sensorik seperti defisit dalam
pendengaran, pengelihatan dan indra penciuman.
5. Exposure
Pada pasien stroke non hemoragik biasanya jarang terjadi trauma.

9
b. Pengkajian sekunder
1. Anamnesa
a. Keluhan utama : Pada pasien dengan cva infrak keluhan utamnya
biasanya terjadi hemiparesis, hemiplegia, afasia, disartria, ataksia,
sampai penurunan kesadaran (Batticaca, 2008). Dikutip dari nulis.co ,
dr. Nur setiawan menjelaskan bahwa laki-laki lebih beresiko besar
terserang stroke akibat pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok,
minum minuman berakohol, dll.
b. Riwayat penyakit sekarang : Tanyakan kapan terjadi hemiparesis atau
hemiplegia, apa penyebab terajadi hal tersebut.
c. Riwayat penyakit dahulu : Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat
hipertensi karena semakin tinggi tekanan darah pasien maka akan
semakin besar kemungkinan kerusakan pada dinding pembuluh darah,
sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan atau pbahkan pecahnya
pembuluh darah di otak. dan riwayat penyakit jantung seperti fibrilasi
atrium karena dapat menyebabkan stroke yang diakibatkan oleh
penyumbatan gupalan darah yang terlepas dari jantung lalu menghambat
pembuluh darah di otak, hal tersebut dapat terjadi akibat detak jantung
yang tidak menentu / teratur dan fibrilasi atrium yang tak teratur
AMPLE :
- Allergies : kaji apakah pasien memiliki alergi terhadap obat-obatan,
maknan atau plester.
- Medication : kaji apakah pasien sedang menjalani pengobatan,
seperti obat vasopressin karena obat tersebut mempersempit
pembuluh darah
- Post medical history : kaji riwayat medis pasien seperti peyakit yang
pernah di derita, riwayat operasi atau penggunaan obat-obatan
herbal.
- Las meal : kaji obat atau mekanan yang baru saja dikonsumsi dan
pada jam berapa
- Event of injury : kaji hal-hal yang bersangkutan dengan penyebab
cedera dan kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama.
Seperti serangan jantung yang dapat menyebabkan embolus
mengalir ke otak
10
2. Pemeriksaan fisik
Bladder (B4) : pada pasien cva infrak berseiko mengalami inkontinensia
urine karena ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan
kontrol motorik.
Bowel (B5) : didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, serta mual
hingga muntah yang diakibatkan oleh peningkatan produksi asam lambung.
Bone (B6) : pada pasien cva infrak beresiko mengalami penurunan kekuatan
otot yang disebabkan oleh gangguan neurosensory.
Integumen : kaji kondisi kulit pasien , dan kaji tanda-tanda dikubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena pasien cva infrak mengalami
mobilitas fisik.

c. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang CVA Infark (Yueniwati, 2015)
1. Laboratorium.
a. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada
peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam
Arachidonic (AA), Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen
(Muttaqin, 2008).
b. Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVA
infark mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju
endap darah (LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan
sel darah merah mengendap dalam tabung darah LED yang tinggi
menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah
itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel metabolic dasar
(Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,)
c. Darah lengkap: didapatkan hasil leukosit pada 24 jam pertama serangan
stroke infark mengalami peningkatan dan akibatnya akan menghasilkan
outcome yang lebih buruk dan masa perawatannya akan lebih lama.
Berdasarkan penelitian (Oktavia, 2017) dengan judul Hubungan Jumlah
Leukosit dengan Defisit Fungsional Neurologis pada Pasein Stroke
Iskemik menunjukan hasil angka leukosit yang tinggi menunjukan

11
korelasi terhadap hasil akhir outcome klinis dan lama perawatan pada
paien stroke iskemik akut.
d. Masa protombin: digunakan untuk menilai aktivasi koagulasi serta
monitoring
e. Urinalisis.
2. Diagnostik

a. CT Scan Kepala: pada pemeriksaan CT Scan kepala didapatkan


adanya sumabatan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan
kurangnya asupan oksigen pada otak. Pada hasil CT Scan kepala
bagian yang kurang oksigen akan tampak gelap dalam waktu 24 jam
(terdapat lesi hipodensiti di kawasan MCA sinistra) dan menunjukan
adanya infark (Tjikoe, Loho, & Ali, 2014).
b. Angiografi serebral: pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya penyempitan ataupun sumbatan pada pembuluh darah pada
daerah cerebral. Pemeriksaan angiografi ini digunakan untuk
menentukan apakah lokasi pada sistem karotis tau vetebrobasiler,
menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada
pembuluh darah.
c. Pungsi lumbal: pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT
scan atau MRI pada stroke PIS didapatkan gambaran LCS seperti
cucian daging atau berwarna kekuningan, pada PSA didapatkan LCS
yang gross hemorragik. Pada stroke infark tidak didapatkan
perdarahan perdarahan (jernih).
d. MRI: pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di
batang otak (sangat sensitive)
e. X ray tengkorak, EKG atau ECG.

d. Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2018)


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d mukus berlebih
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d fibrilasi atrium,
embolisme, aterosklerosis aortik, hipertensi, koagulopati
3. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot, penurunan kendali
otot.
4. Risiko aspirasi b/d gangguan menelan
12
e. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d mukus berlebih
Tujuan : mempatenkan jalan napas
Kriteria hasil :
1. Mampu mengeluarkan sputum
2. Menunjukan jalan nafas yang paten (tidak ada suara napaas tambahan)
3. Saturasi O2 dalam batas normal.

Intervensi :
1. Observasi dan Jelaskan pada pasien mengapa terdapat penumpukan
secret di saluran pernapasan dan kegunaan batuk efektif
R: pengetahuan diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan
pasien terhadap rencana terapeutik.
2. Ajarkan pasien batuk efektif
R : batuk efektif apat mengeluarkan secret dari saluran pernapasan.
3. Atur posisi pasien semi fowler
R : untuk memudahkan pasien mengeluarkan secret
4. Lakukan pengispan lendir, batasi durasi pengisapan dengan 15 detik
atau lebih
R : untuk mengurangi adanya penumpukan secret, dan durasinya untuk
mecegah bahaya hipoksia.
5. Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator
R : mengatur ventilasi dan melepskan secret
6. Observasi keadaan umu
R : untuk mengetahui keberhasilan tindakan.
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d fibrilasi atrium,
embolisme, aterosklerosis aortik, hipertensi, koagulopati
Tujuan : tidak terjadi perfusi jaringan otak dan perfusi jaringan otak dapat
tercapai secara optimal
Kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tingkat keasadaran membaik
3. Tidak terdapat keluhannyeri pada kepala, atau kejang
4. Tidak ada penurunan fungsi neurologis

13
Intervensi keperawatan :
1. Monitor TTV pasien
R : untuk memantau autoregulasi karena kegagalan autoregulasi
menyebabkan peningkatan sistolik dan penurunan diastolik.
2. Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin
R : untuk memantau keadaan pasien
3. Tinggikan posisi kepala 30-45º
R : menurunkan tekanan arteri dan meningkatkan sirkulasi atau perfusi
serebral.
4. Kolaborasi dalam pemeberian obat sesuai indikasi
R : dapat digunakan untuk memperbaiki perfusi jaringan otak
3. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot, penurunan kendali
otot.
Tujuan : pasien mampu meningkatkan aktivitas fisik yang sakit atau lemah
sesuai kemampuannya
Kriteria hasil :
1. Ekstermitas tidak tampak lemah
2. Ekstermitas yang lemah dapat diangkat dan digerakan secara mandiri

Intervensi :
1. Observasi bagian tubuh mana yang mengalami kelemahan
R : memudahkan perawat dalam melakukan latihan gerak
2. Ajarkan pasien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas
yang sakit
R : gerak aktif memberikan dan memperbaiki massa tonus dan kekuatan
otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
3. Anjurkan pasien melakukan gerak pasif pada ektermitas yang tidak sakit
R :mencegah otot volunter kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakkan.
4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik.
R : peningkatan kemampuan dapat dilakukan dengan latihan fisik dari
tim fisioterapi.
5. Observasi kemampuan mobilitas pasien

14
R : untuk mengetahui sejauh mana kemampuan geaj pasien setelah
dilakukan latihan dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
4. Risiko aspirasi b/d gangguan menelan
Tujuan : aspirasi tidak terjadi
Kriteria hasil :
1. Pasien mampu bernadan dengan mudah, tidak ada suara nafas tambahan
2. Pasien mampu menelan tanpa terjadi aspirasi
Intervensi :
1. Monitor tingkat kesadaran, reflek batu dan kemampuan menelan
R : untuk memantau agar tidak terjadi aspirasi
2. Monitor status paru
R : agar mampu melihat apakah terdapat suara nafas tambahan
3. Potong makanan kecil-kecil
R : untuk memperkecil risiko aspirasi
4. Posisikan kepala 30-45º ketika makan dan setelah makan
R :menghindari tersedak dan aspirasi

15
BAB 4
PEMBAHASAN JURNAL

Analisa Jurnal 1
Peneliti / Pengarang Hidayah Karuniawati, Zullies Ikawati, dan Abdul Gofir
Judul dan Tahun Profil Penggunaan Terapi Pencegahan Sekunder pada
Pasien Stroke Iskemik (2016).
Sample dan Populasi penelitian adalah pasien stroke iskemik. Data
Responden sampel diambil dari rekam medik pasien. n=165 pasien
Jenis Penelitian Penelitian dengan pendekatan kuantitatif deskriptif yang
dilakukan secara retrospektif.
Variabel Terapi pencegahan sekunder pada pasien stroke iskemik.
Dosis Intervensi Tidak adak dosis intervensi
Hasil Penelitian / Upaya untuk mencegah terjadinya stroke berulang
Temuan pada pasien yang sudah pernah mengalami stroke,
American Heart Association dan Perhimpunan Dokter
Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI)
merekomendasikan terapi pencegahan sekunder dengan
cara modifikasi gaya hidup dan juga pemberian obat-
obatan yang meliputi antiplatelet atau antikoagulan,
antihipertensi, antidislipidemia.
Dari 165 pasien yang diteliti, pasien yang
mendapatkan terapi pencegahan sekunder berupa
antiplatelet sebanyak 69%, pasien yang mendapatkan
terapi antihipertensi 76%, sedangkan 44% mendapatkan
terapi antidislipidemia, dan 33% mendapatkan terapi
ketiga pencegahan sekunder.
Hasil dari uji statistic pada penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara pemberian
terapi pencegahan sekunder pada pasien stroke iskemik
terhadap kejadian stroke berulang. Pasien yang tidak
mendapatkan terapi sekunder kemungkinan akan

16
mengalami stroke yang berulang dibandingkan pasien
yang mendapatkan terapi antiplatelet.

Analisa Jurnal 2
Peneliti / Pengarang Athiefah Qurrotul Aini, Listyo Asist Pujarini, Dona
Dewi Nirlawati
Judul dan Tahun Perbedaan Kadar Kolesterol Total Antara Penderita
Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik
Sample dan Data diambil dari rekam medik pasien rawat inap di RS
Responden X Surakarta tahun 2014-2015. Sampel terdiri atas 30
penderita stroke iskemik dan 30 penderita stroke
hemoragik.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional.
Variabel Kadar kolestrol dan stroke
Dosis Intervensi Tidak adak dosis intervensi
Hasil Penelitian / Kadar lipid merupakan salah satu faktor yang
Temuan berpengaruh pada morbiditas jangka pendek akibat
stroke. Kadar kolesterol total berhubungan dengan
kejadian stroke. Kadar kolesterol total yang tinggi akan
menyebabkan terjadinya atherosklerosis, yang berperan
dalam terjadinya stroke iskemik.
Terdapat perbedaan kadar kolesterol total yang
signifikan antara penderita stroke iskemik dan stroke
hemoragik (p=0,005). Kadar kolesterol total pada
penderita stroke iskemik (202,23±33,9 mg/dL)lebih
tinggi dibandingkan penderita stroke hemoragik
(167,87±53,6 mg/dL).

17
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Stroke merupakan salah masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat era modern
saat ini. Dewasa ini, stroke menjadi masalah kesehatan yang serius karena serangannya
yang bersifat mendadak dan dapat mengakibatkan kecacatan fisik, Cerebro Vascular
Accident (CVA) infark lebih banyak dikenal sebagai stroke oleh masyarakat umum.
Stroke infark terjadi pada otak ditandai dengan adanya penurunan kualitas pembuluh
darah. Apabila aliran darah yang menuju ke jaringan otak terhenti selama 15-20 menit
akan menyebabkan kematian jaringan karena nutrisi yang diperlukan otak berasal dari
oksigen yang diangkut oleh darah. Pada kenyataannya, klien datang ke rumah sakit
dengan kondisi kesadaran yang sudah jauh menurun dan memerlukan perawatan cukup
lama. Oleh karena itu, peran perawat merupakan faktor penting saat melakukan asuhan
keperawatan pada klien stroke infark.

5.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah seminar CVA Infark ini, kami mempunyai
beberapa saran yaitu:
1. Selain kecepatan, ketepatan dalam melakukan tindakan sangatlah penting. Untuk
itu dalam melakukan tindakan hendaknya lebih cermat dan teliti baik dilihat dari
segi pasien ataupun dari segi tempat untuk melakukan pertolongan atau tindakan.
2. Hendaknya lebih baik dan teliti dalam pembuatan diagnosa keperawatan dan dalam
melakukan implementasi. prioritas tindakan dalam kegawatdaruratan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, F. C. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. JAKARTA: Salemba Medika.
Batticaca, F. C. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. JAKARTA: Salemba Medika.
Junaidi, I. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: ANDI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas Indonesia
2018. Jakarta. https://doi.org/1 Desember 2013
Manjoer, A. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius.
Misbach, J. (2011). Guideline Stroke Tahun 2011. Jakarta: Pokdi Stroke Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan (11th Ed.). Jakarta: EGC.
Oktavia, F. M. (2017). Hubungan Jumlah Leukosit Dengan Defisit Fungsional
Neurologis Pada Pasien Stroke Iskemik. Skripsi.
Pudiastuti, R. D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Muha Medika.
Ramadhanis, I. (2012). Hubungan Antara Hipertensi dan Kejadian Stroke di RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Setiyowati, E. (2018). Pemberian Vco (Virgin Coconut Oil) Pada Tn. M Dengan
Diagnosis Medis Cva Infark Dengan Masalah Keperawatan Risiko Kerusakan
Integritas Kulit Di Ruang Icu Central Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Medical
and Health Science Journal, 2(1), 31–34. https://doi.org/10.33086/mhsj.v2i1.603
Smeltzer, S. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. (M. Ester, Ed.).
Jakarta: EGC.
Sofwan, R. (2010). Stroke dan Rehabilitasi Pasca Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
Tjikoe, M. A., Loho, E., & Ali, R. H. (2014). Gambaran Hasil Ct Scan Kepala Pada
Penderita Dengan Unsrat / Smf Radiologi Blu Rsup Prof . Dr . R . D Kandou.
Jurnal E-Clinic (ECl), 2(3).
Yueniwati, Y. (2015). Deteksi Dini Stroke Iskemik: dengan Pemeriksaan
Ultrasonografi Vaskular dan Variasi Genetika. Malang: UB Press.

19

Anda mungkin juga menyukai