Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

KEGAWATDARURATAN SISTEM 2

ISUE END OF LIFE

Fasilitator :

Merina Widyastuti., S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh : KELOMPOK 7

1. Aril Eki Kriswanti 1510004


2. Feby Arbityas Putri 1510017
3. M. Fathur Andreyanto 1510032
4. Novi Triyas D. 1510038
5. Octafiansyah Alwan K. W 1510040
6. Yurista Prahesti Ningrum 1510059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya angka kematian diunit perawatan intensif menuntut peningkatan
pelayanan perawatan paliatif termasuk perawatan pasien menjelang ajal. Intensif care
unit rumah sakit (ICU) merupakan unit rumah sakit yang memberikan perawatan
intensif dan monitoring yang ketat bagi pasien. Banyak perkembangan dan kemajuan
yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik, termasuk
perawatan untuk meningkatkan harapa hidup. Kenyataannya hal tersebut tidak dapat
mencegah kematian sehingga pelayanan kesehatan yang termasuk didalamnya
mengenai bagaimana cara untuk mempersiapkan pasien menghadapi kematian dengan
damai dan bermartabat dinilai penting (Hana, 2017).
Jumlah ruangan ICU yang terbatas tidak sebanding dengan jumlah pasien yang
membutuhkan perawatan di ICU akibatnya banyak pasien membutuhkan perawatan di
ICU namun tidak dapat dirawat di ICU. Oleh karena hal tersebut menyebabkan
jumlah kematian di Indonesia cukup tinggi. Dari suatu penelitian meta-analysis di
Departemen of Anestesiology and Critical Care Medicine mendapati kematian di
rumah sakit sebesar 13,7% namun kematian di ICU lebih tinggi mencapai 36,5%.
Kondisi kritis merupakan kondisi yang krusial yang memerlukan penyelsaian
atau jalan keluar dalam waktu yang terbatas. Pasien kritis adalah pasien dengan
disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh.oleh karena itu perlunya peran
seorang perawat yang bertindak cepat dan tepat serta melaksanakan standard proses
pelaksanaan kritis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari end of life?
2. Apa tujuan dari keperawatan kritis end of life?
3. Bagaimana peran perawat dalam keperawatan kritis end of life?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana tindakan yang tepat untuk membantu meningkatkan
kenyamanan pasien yang mendekati akhir hidup.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari end of life?
2. Untuk mengetahui tujuan dari keperawatan kritis end of life?
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam keperawatan kritis end of life?

1.4 Manfaat
1. Untuk memahami definisi dari end of life?
2. Untuk memahami tujuan dari keperawatan kritis end of life?
3. Untuk memahami peran perawat dalam keperawatan kritis end of life?
BAB 2
PEMBAHASAN

Keperawatan Kritis

Issue End Of Life

Mati kritis Mati biologis

Proses Keperawatan

Peran perawat
Tahapan DNR Pelaksana DNR
End Of Life Care

Pengambil Keputusan Pemberian informasi

Berdiskusi dengan dokter


Prosedur end of life care
terkait solusi

Hingga mendapatan
Persetujuan tindakan
DNR peacefull end of life
pengambilan keputusan

Do Not Resusitate

Inform consent

Dilema etik

Prinsip etik
pelaksanaan DNR Menghormati dalam
mengambil keputusan

Contoh Kasus
Jika henti nafas atau
Kebaikan (manfaat
henti jantung
kesehatan pasien)

Tidak dilaksanakan RJP


Tidak bersifat
sesuai persetujuan
mencelakakan pasien
keluarga
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa berfokus pada tindakan resusitasi,
sedangkan pasien dengan menjelang ajal berfokus pada end of life care. Perawatan ini
diberikan untuk pasien yang menjelang meninggal atau fase kritis dengan menerapkan Teori
Peaceful End of Life (Ruland & Moore, 1998 dalam Aligood & Tomey, 2014). Teori ini yang
mencakup konsep persiapan dalam menghadapi kematian secara baik. Intervensinya memiliki
tujuan untuk bebas dari rasa nyeri, merasa nyaman, dihargai, dihormati dan berada dalam
damai serta ketenangan juga merasa dekat dengan orang yang dirawatnya.
Menurut NSW Health (2005), end of life care memiliki beberapa prinsip yaitu
menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian; hak untuk mengetahui dan memilih;
menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup; pendekatan
kolaboratif dalam perawatan; transparansi dan akuntabilitas; perawatan non diskriminatif;
hak dan kewajiban tenaga kesehatan; serta perbaikan terus menerus.
Proses Keperawatan adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang sistematis
dan rasional (Kozier, 1991). Menurut Schultz dan Videbeck, proses keperawatan adalah
proses berkelanjutan yang dinamis yang meliputi interaksi perawat dan proses problem
solving. Rosalinda (1986) juga berpendapat bahwa proses keperawatan merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan yang sistematis yang berfokus pada respon klien sebagai
individu yang unik dalam proses pemecahan masalahnya. Jadi, proses keperawatan adalah
metode perawat dalam memberikan pelayanan pada klien, termasuk asuhan keperawatan dan
proses interaksinya. Dalam pelaksanaannya, proses keperawatan terdiri dari 5 tahap, yaitu
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses penggalian informasi tentang klien dari klien sendiri,
keluarganya, dan dengan observasi klien. Pengkajian digunakan sebagai dasar bagi perawat
dalam menentukan diagnosis keperawatan yang kemudian berhubungan dengan intervensi
keperawatan. Pengkajian yang sistematis terdiri dari pengumpulan data, analisa data sampai
penentuan masalah dan prioritas masalah.
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon klien terkait masalah
kesehatannya (Carpenito, 2000). Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian klien. Diagnosis keperawatan terdiri dari 3
komponen, yaitu problem (masalah), etiology (penyebab), dan symptom (tanda dan gejala).
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk menyelesaikan masalah
keperawatan, sesuai dengan kebutuhan klien. Selain perencanaan, intervensi keperawatan
berisi tentang tujuan dan kriteria hasil. Komponen dalam intervensi adalah observasi,
mandiri, edukasi dan kolaborasi.
Pelaksanaan adalah implementasi dari intervensi keperawatan. Dalam
pelaksanaannya, tindakan keperawatan bersifat kondisional atau disesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan klien. Tahap akhir yaitu evaluasi. Dalam evaluasi, perawat memperhatikan
respon verbal dan non verbal klien selama menerima perawatan. Selain itu, perawat juga
harus mengobservasi perubahan kondisi dari klien. Hasil dari evaluasi ini kemudian akan
mempengaruhi intervensi selanjutnya.
Kematian akan timbul bila sel tidak mendapatkan sulpai oksigen selama beberapa
saat. Apabila sel yang mengalami kekurangan suplai oksigen adalah sel otak, resiko
terbesarnya adalah kematian sel-sel otak. Apabila kerusakan sel otak hanya terjadi pada
bagian tertentu saja, yang akan terjadi adalah gangguan pada bagian tubuh yang pengaturan
sistem syarafnya terpusat di bagian otak yang mengalami kerusakan. Namun, apabila
kerusakan atau kematian sel-sel otak telah terjadi di seluruh bagian otak, kematian seseorang
adalah kemungkinan mutlak. Kematian sendiri dalam dunia medis dibedakan menjadi dua
macam, yakni Mati Klinis dan Mati Biologis. Mati Klinis adalah kematian klinis masih
reversibel apabila dilakukan BHD (Bantuan Hidup Dasar). Seseorang dapat dinyatakan mati
klinis 6-8 menit setelah seseorang mengalami henti nafas dan henti jantung tanpa
mendapatkan BHD (Mis. CPR, ventilasi mekanik, dsb), atau telah mendapatkan BHD namun
tidak ada respon dari pasien . Mati Biologis adalah Kerusakan sel otak dimulai 4-6 menit
setelah berhentinya pernapasan dan sirkulasi, setelah 10 menit biasanya sudah terjadi
kematian Biologis yakni kerusakan/ kematian sel-sel otak secara menyeluruh. Apabila BHD
dilakukan, kemungkinan reversibel sangatlah kecil
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Carol Vestal. 2000. Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan.
Jakarta: EGC.
Agustina, Hana. 2017. Persepsi perawat neurosurgical critical care unit terhadap pasien
menjelang ajal.
Campbell, Margaret L. 2013. Nurse to Nurse (Perawatan Paliatif). Jakarta: Salemba Medika.
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai