Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

GASTRITIS

DISUSUN OLEH:

NAMA : SYNDRA MASYITOH

NIM : PO.71.34.0.16.036

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
berkatNya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Gastritis”
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi
Kesehatan dan Epidemiologi.

Pemahaman tentang apa itu gastritis serta mencegah dan mengobatinya


masih bisa dinilai kurang sedangkan penderita gastritis bisa menyerang
siapa saja, dan mengenai segala usia. Hal ini dapat disimpulkan dari
masih banyaknya kasus di masyarakat dengan keluhan.

Penulis menyadari bawa makalah ini jauh dari kata sempurna.


Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
pembuatan makalah yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.

Palembang,1 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 DEFINISI GASTRITIS
2.1.2 KLASIFIKASI
2.1.3 GEJALA KLINIS
2.1.4 OBAT-OBATAN
2.1.5 CARA PENCEGAHAN
BAB III METODE PROMOSI
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
BAB V DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lambung merupakan salah satu organ tubuh yang tak asing pada
kebanyakan orang, hampir semua orang tahu bahwa lambung dalam
tubuh berfungsi untuk menampung makanan secara sementara, yang
mana dalam lambung makanan tersebut akan di proses untuk bisa di
ubah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil agar kandungan dalam
makanan dapat diserap secara baik untuk mencukupi kebutuhan tubuh
akan zat-zat tertentu.

Lambung setiap harinya bekerja untuk memproses makanan yang


kita makan, dan seperti organ tubuh lainnya lambung juga bisa rusak
akibat asam lambung yang dihasilkan secara berlebihan, terinfeksi bakteri,
virus yang ada dalam makanan, penguanaan obat dalam jangka lama, dll.
Dan jika hal tersebut dibiarkan, bisa terjadi kerusakan yang serius atau
komplikasi yang dapat mengancam jiwa jika tidak mendapatkan
penanganan yang tepat.

Tapi kebanyakan orang tidak terlalu memperdulikan hal tersebut


dan kadang mereka mengganggap hal yang wajar. Padahal lambung yang
terasa sakit merupakan suatu tanda bahwa orang tersebut agar segera
memperiksakannya, seperti halnya ketika kita belum makan pada
waktunya atau terlambat untuk makan maka perut (lambung) disini akan
memberi tanda lapar agar orang tersebut segera makan dan tidak
membiarkan perut dalam keadaan kosong, karena bisa menyebabkan
gastritis.

Menurut Prof. Dr. Marcellus Simadibrata PhD SpPD yang


sekarang menjabat sebagai Presiden Perkumpulan Gastroenterologi
Indonesia (PGI) mengatakan, “Sakit maag adalah salah satu istilah umum
terhadap sindrom dispepsia. Dimana sindrom dispepsia yaitu kumpulan
berbagai gejala dari penyakit yang menyerang pada sistem pencernaan
yang terdiri dari sakit pada ulu hati dan timbulnya rasa ketidaknyamanan
dalam sekitar ulu hati tersebut.

1.2Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan promosi kesehatan untuk masyarakat mengenai


penatalaksanaan gastritis.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian gastritis.


2. Untuk mengetahuai bagaimana strategi promosi kesehatan
menurut WHO.

3. Untuk mengetahui pemilihan metode promosi kesehatan

4. Untuk mengetahui media yang digunakan dalam promosi


kesehatan.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat bagi masyarakat

Mengetahui Pengertian gastritis

1.3.2 Manfaat bagi pembicara

Dapat mengetahui pengertian srategi promosi kesehatan

Untuk mengetahui pemilihan metode promosi kesehatan

Untuk mengetahui media yang digunakan dalam promosi kesehatan.


1.3.3 Manfaat bagi institusi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Gastritis

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Menurut Hirlan dalam Suyono (2001:
127), gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Secara hispatologi dapat
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel. Sedangkan, menurut Lindseth
dalam Prince (2005: 422), gastritis adalah suatu keadaan peradangan
atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus,
atau lokal.

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering


diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan
cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh
penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi
radiasi (Brunner, 2000 : 187).

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung


(Sudoyo, 2006). Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena
perlukaan hanya pada bagian mukosa(Inayah, 2004).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah


peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang
bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri,
obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan-
kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan
tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau
indigesti.

2.1.2 Klasifikasi

1. Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya


bersifat jinak dan sembuh sempurna (Prince, 2005: 422). Gastritis akut
terjadi akibat respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan
lokal. Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus
merupakan penyakit yang ringan.

Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau
alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau
perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan
obstruksi pylorus (Brunner, 2000).

Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat


berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis
hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan
dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi
drosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa
tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut (Suyono, 2001: 127).

1. Gastritis Akut Erosif

Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127), gastritis akut erosif adalah
suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di
klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit
penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.
Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-
kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran
cerna bagian atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami
pendarahan sering diagnosisnya tidak tercapai (Suyono, 2001).

Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemerisaan khusus


yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan
saja. Diagnosis gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi
mukosa lambung (Suyono, 2001).

1. Gastritis Akut Hemoragik

Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik; Pertama diperkirakan


karena minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan iritasi pada
mukosa gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun
pendarahan mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan
pasien akan berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah.
Kedua adalah stress gastritis yang dialami pasien di Rumah Sakit,
stress gastritis dialami pasien yang mengalami trauma berat
berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat
lainnya (Suyono, 2001).

Erosi stress merupakan lesi hemoragika pungtata majemuk pada lambung


proksimal yang timbul dalam keadaan stress fisiologi parah dan tak
berkurang. Berbeda dengan ulserasi menahun yang lebih biasa pada
traktus gastrointestinalis atas, ia jarang menembus profunda ke dalam
mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang menahun. Tanpa
profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu dalam 20%
kasus untuk membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan
perdarahan gastrointestinalis atas dari keparahan yang mengancam
nyawa. Keadaan ini dikenal sebagai gastritis hemoragika akuta (Sabiston,
1995: 525).
1. Gastritis Kronik

Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada
lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel
radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan
secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma
pada mukosa lambung. Derajat paling ringan gastritis kronis adalah
gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar
cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-
kelenjar pada mukosa yang lebih dalam,hal ini biasanya berhubungan
dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia
intestinal (Chandrasoma, 2005 : 522).

Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe,
yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai
tubuh dan berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang terutama
meliputi antrum dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori. Terdapat
beberapa kasus gastritis kronis yang tidak tergolong dalam kedua tipe
tersebut dan penyebabnya tidak diketahui (Chandrasoma, 2005 : 522).

Gastritis kronik dapat dibagi dalam berbagai bentuk tergantung pada


kelainan histologi, topografi, dan etiologi yang menjadi dasar pikiran
pembagian tersebut (Suyono, 2001).

Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 128), klasifikasi histologi yang sering
digunakan membagi gastritis kronik menjadi :

1. Gastritis kronik superfisial

Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina


propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-
kelenjar mukosa, sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan
gastritis kronik superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.

2. Gastritis kronik atrofik


Sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan
distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata. Gastritis atrofik
dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.

3. Atrofi lambung

Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada


saat itu struktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara
nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang juga
menurun. Mukosa menjadi sangat tipis sehingga dapat menerangkan
mengapa pembuluh darah menjadi terlihat saat pemeriksaan endoskopi.

4. Metaplasia intestinal

Suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung menjadi


kelenjar-kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada
hampir seluruh segmen lambung, tetapi dapat pula hanya merupakan
bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.

Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 129), distribusi


anatomis pada gastritis kronik dapat dibagi menjadi tifa bagian, yaitu :

1. Gastritis Kronis Tipe A

Gastritis kronis tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang


disebabkan oleh adanya autoantibodi terhadap sel parietal kelenjar
lambung dan faktor intrinsik,dan berkaitan dengan tidak adanya sel
parietal dan chief cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan
tingginya kadar gastrin. Dalam keadaan sangat berat, tidak terjadi
produksi faktor intrinsik. Anemia pernisiosa seringkali dijumpai pada
pasien karena tidak tersedianya faktor intrinsik untuk mempermudah
absorpsi vitamin B12 dalam ileum (Prince, 2005: 423).
Jadi, anemia pernisiosa itu disebabkan oleh kegagalan absorpsi vitamin
B12karena kekurangan faktor intrinsik akibat gastritis kronis autoimun.
Autoimunitas secara langsung menyerang sel parietal pada korpus dan
fundus lambung yang menyekresikan faktor intrinsik dan
asam (Chandrasoma, 2005 : 522).

Reaksi autoimun bermanifestasi sebagai sebukan limfo-plasmasitik pada


mukosa sekitar sel parietal, yang secara progresif berkurang jumlahnya.
Netrofil jarang dijumpai dan tidak didapati Helicobacter pylori. Mukosa
fundus dan korpus menipis dan kelenjar-kelenjar dikelilingi oleh sel mukus
yang mendominasi. Mukosa sering memperlihatkan metaplasia intestinal
yang ditandai dengan adanya sel goblet dan sel paneth. Pada stadium
akhir, mukosa menjadi atrofi dan sel parietal menghilang (gastritis kronis
tipe A) (Chandrasoma, 2005 : 522).

2. Gastritis Kronis Tipe B

Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena


umumnya mengenai daerah antrum lambung dan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan gastritis kronis tipe A. Gastritis kronis tipe B lebih
sering terjadi pada penderita yang berusia tua. Bentuk gastritis ini memiliki
sekresi asam yang normal dan tidak berkaitan dengan anemia pernisiosa.
Kadar gastrin yang rendah sering terjadi. Penyebab utama gastritis kronis
tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter pylori. Faktor etiologi
gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan, merokok,
dan refluks empedu kronis dengan kofaktor Helicobacter
pylori (Prince,2005: 423).

Gastritis kronis tipe B secara maksimal melibatkan bagian antrum, yang


merupakan tempat predileksi Helicobacter pylori. Kasus-kasus dini
memperlihatkan sebukan limfoplasmasitik pada mukosa lambung
superfisial. Infeksi aktif Helicobacter pylori hampir selalu berhubungan
dengan munculnya nertrofil, baik pada lamina propria ataupun pada
kelenjar mukus antrum. Pada saat lesi berkembang, peradangan meluas
yang meliputi mukosa dalam dan korpus lambung. Keterlibatan mukosa
bagian dalam menyebabkan destruksi kelenjar mukus antrum dan
metaplasia intestinal (gastritis atrofik kronis tipe B) (Chandrasoma, 2005 :
523).

Pada 60-70% pasien, didapatkan Helicobacter pylori pada pemeriksaan


histologis atau kultur biopsi. Pada banyak pasien yang tidak didapati
organisme ini, pemeriksaan serologisnya memperlihatkan antibodi
terhadap Helicobacter pylori, yang menunjukkan sudah ada
infeksi Helicobacter pylori sebelumnya (Suyono, 2001).

Helicobacter pylori adalah organisme yang kecil dan melengkung, seperti


vibrio, yang muncul pada lapisan mukus permukaan yang menutupi
permukaan epitel dan lumen kelenjar. Bakteri ini merupakan bakteri gram
negatif yang menyerang sel permukaan, menyebabkan deskuamari
sel yang dipercepat dan menimbulkan respon sel radang kronis pada
mukosa lambung. Helicobacter pyloriditemukan lebih dari 90% dari hasil
biopsi yang menunjukkan gastritis kronis. Organisme ini dapat dilihat pada
irisan rutin, tetapi lebih jelas dengan pewarnaan perak Steiner atau
Giemsa. Keberadaan Helicobacter pylori berkaitan erat dengan
peradangan aktif dengan netrofil. Organisme dapat tidak ditemukan pada
pasien gastritis akut inaktif, terutama bila terjadi metaplasia
intestinal (Chandrasoma, 2005 : 524).

3. Gastritis kronis tipe AB

Gastritis kronis tipe AB merupakan gastritis kronik yang distribusi


anatominya menyebar keseluruh gaster. Penyebaran ke arah korpus
tersebut cendrung meningkat dengan bertambahnya usia (Suyono, 2001:
130).

2.1.3 Gejala Klinis


Manifestasi Klinik Gastritis terbagi menjadi gastritis akut dan gastritis
kronik (Mansjoer,2001) :

1. Gastritis akut

Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,


merupakan salah satu keluhan ynag muncul. Ditemukan pula pendarahan
saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul tanda-
tanda anemia pasca perdarahan.

2. Gastritik Kronik

Bagi sebagian orang gastritik kronik tidak menyebabkan gejala apapun


(Jackson,2006). Hanya sebagian keci yang mengeluhkan gejala nyeri ulu
hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik didak dijumpai
kelainan. Gastritis kronik yang berkembang secara bertahap biasanya
menimbulkan gejala seperti sakit yang tumpul atau ringan (dull pain) pada
perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera makan.

Secara umum penyakit radang lambung mempunyai beberapa gejala yaitu


:

 Mual dan sering muntah


 Perut terasa nyeri, pedih (kembung dan sesak) pada bagian atas
perut (ulu hati).

 Nafsu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan


naik, keluar keringat dingin.

 Sering sendawa terutama bila dalam keadaan lapar

 Sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah perut)

 Kepala terasa pusing. Dan pada radang lambung dapat terjadi


pendarahan
 Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat
menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan. Sedangkan yang
kronis biasanya tanpa gejala kalaupun ada hanya sakit yang ringan
pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera
makan

2.1.4 Obat-Obatan

Obat-obatan yang biasanya diberikan dokter bertujuan untuk


mengembalikan kesimbangan asam dalam lambung baik berupa obat-
obat yang menetralkan asam lambung seperti antasida atau yang
mengurangi produksi dari asam lambung yang ada seperti cimetidine atau
ranitidine.

Obat-obat untuk maag umumnya dimakan 2 jam sebelum atau 2 jam


sesudah makan. Adapun tujuan obat tersebut diminum 2 jam sebelum
makan adalah untuk menetralisir asam lambung karena pada saat
tersebut penumpukan asam di dalam lambung telah cukup banyak dan
pada orang yang menderita maag didalam lambungnya telah terjadi luka-
luka kecil di dinding lambung yang apabila terkena asam dalam jumlah
cukup banyak akan menimbulkan keluhan perih, sedangkan obat yang
diminum 2 jam sesudah makan bertujuan untuk melindungi dinding
lambung dari asam yang akan terus diproduksi. Selama 2 jam sesudah
makan asam yang ada dilambung akan terpakai untuk mencerna
makanan sehingga ternetralisir dan tidak melukai dinding lambung namun
setelah 2 jam lambung kembali akan memproduksi asam padahal
makanan yang telah dicerna didalam lambung mulai kosong dan masuk
ke usus.

Adapun kategori obat pada gastritis :

 Antasida : menetralisir asam lambung dan menghilangkan nyeri


 Acid blocker : membantu mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi, misal Ranitidin
 Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung,
misal Omeprazole

 Cytoprotective agent : melindungi jaringan mukosa lambung dan


usus halus, misal Sukralfat

 Antibiotik : menghancurkan bakteri, misal Amoksisilin, Metronidazol

2.1.5 Cara Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan memerhatikan pola makan dan zat-


zat makanan yang dikonsumsi. Gastritis ini merupakan penyakit
pencernaan sehingga pengaturan terhadap zat makanan yang masuk
merupakan faktor utama untuk menghindari gastritis. Seperti tidak
menggunakan obat-obat yang mengiritasi lambung, makan teratur atau
tidak terlalu cepat, mengurangi makan makanan yang terlalu pedas dan
berminyak, hindari merokok dan banyak minum kopi/alkohol, kurangi
stres. Stres merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit ini. Oleh
karena itu, penting istirahat yang cukup dan relaksasi pikiran untuk
memulihkan keadaan yang stres fisik maupun stres mental.

Mengurangi makan makanan yang merangsang pengeluaran asam


lambung, seperti makanan berbumbu pedas, cuka, dan lada yang
berlebihan. Beberapa jenis makanan yang telah diketahui mernberikan
rangsangan yang kurang enak terhadap perut juga harus dihindari.
Namun, yang patut diketahui, keadaan ini sangat berbeda pada setiap
orang. Setiap orang harus mengetahui makanan apa yang dapat
menimbulkan rasa tidak enak ini. Tinggallah di lingkungan yang tidak
padat penduduknya dan juga bersih karena hal itu akan memper kecil
kemungkinan terkena infeksi bakteri. Hal ini akan memperkecil
kemungkinan infeksi bakteri penyebab gastritis kronik.
BAB III

METODE PROMOSI

Penyaji menyiapkan tempat pada hari Senin,6 Mei 2018,memberikan


materi secara langsung,dengan cara diskusi dan tanya-jawab .

Strategi Promosi

Strategi Promosi Kesehatan Global (WHO, 1984):

1. Advokasi (Advocacy)

Adalah kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu


kebijakan baik bidang kesehatan maupun di luar bidang kesehatan.

Advokasi kesehatan adalah :

1. Upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui komunikasi


persuasif dalam rangka memasyarakatkan PHBS yang ditujukan
pada penentu kebijakan.
2. Upaya untuk mempengaruhi individu melalui berbagai komunikasi
persuasif dalam rangka memasyarakatkan PHBS.

3. Berbagai bentuk komunikasi persuasif yang ditujukan pada penentu


kebijakan untuk memperoleh dukungan kebijakan dalam
meningkatkan PHBS

Upaya yang digunakan adalah

2. Dukungan Sosial (Social Support)


Adalah kegiatan yang ditujukan kepada tokoh masyarakat baik formal
maupun informal yang mempunyai pengaruh di masyarakat.

Dukungan sosial ialah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini


publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti
tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dunia
usaha/swasta media massa, organisasi profesi, pemerintah.

Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas


pelaksana di berbagai tingkat administrasi ( dari pusat hingga desa)

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

Gerakan/pemberdayaan masyarakat adalah cara untuk menumbuhkan


dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk
berlaku hidup bersih dan sehat. Pemberdayaan masyarakat ditujukan
kepada masyarakat langsung sebagai sasaran utama promkes
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam


lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan inflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti
teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih
dan mulas. Gastritis dibagi menjadi dua yaitu: gastritis akut dan kronis.
Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh
kesalahan diit, misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan
makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi.
Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi
radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter
pylori. Manifestasi klinis gastritis antara lain Anorexia, mual, muntah, nyeri
epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena.

Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total. Gastritis


adalah penyakit yang dapat kambuh apabila si penderita tidak makan
teratur, terlalu banyak makan, atau sebab lain. Biasanya untuk meredakan
atau menyembuhkannya penderita harus meminum obat jika diperlukan.
Tetapi gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan
secukupnya, cuci tangan sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat menambah


pengetahuan para pembaca mengenai penyakit gastritis. saya selaku
penulis pula mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk
kebaikan makalah ini.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

 Adisasmito wiku,Sistem kesehatan, PT. RajaGrafindo Persada,


Jakarta 2007
 Ambarawati, Eny. 2010. Media Promosi Kesehatan. Online.
http://enyretnaambarwati.blogspot.co.id/2010/03/media-promosi-
kesehatan.html. Diakses tanggal 1 Mei 2018 19.43 WIB.

 Depkes RI. 2006.Profile Direktorat Jenderal Pusat Promosi


Kesehatan RI. Online. depkes.co.id. Diakses tanggal 1 Mei 2018
20.28 WIB.

 2011. Strategi Promosi Kesehatan.


Online. https://isnopugel.wordpress.com/2011/03/28/strategi-
promosi-kesehatan/. Diakses tanggal 1 Mei 2018 .

 Mahmuri, Ruli. 2016. Satuan Acara Penyuluhan Gastritis. Online.


Pdf. https://www.scribd.com/doc/213571226/Satuan-Acara-
Penyuluhan-Gastritis

 Padji,Rey. 2012. Media Promosi Kesehatan. Online.


https://reypadji.wordpress.com/2012/10/10/media-promosi-
kesehatan/. Diakses tanggal 2 mei 2018 13.41 WIB.

 Widyasari, Novita. 2011. SAP Gastritis. Online. Pdf.


stikeskusumahusada.ac.id/digilib/download.php?id=310. Diakses
tanggal 2 Mei 2018 21.18 WIB

Anda mungkin juga menyukai