Anda di halaman 1dari 4

VITAMIN K

Sejarah, struktur dan sumber vitamin K


Suatu factor yang larut dalam lemak yang sangat penting untuk
pembekuan darah pada ayam ditemukan di Jerman dalam tahun 1929 oleh
Heinrik Dam ( orang Denmark) dan kemudian disebut vitamin K. Huruf K adalah
kependekan dari koagulasi/coagulation (Olson,1980). Vitamin K murni (K1)
pertama kali diperoleh dari alfalfa dalam tahun 1939 dan kemudian menjadi jelas
bahwa bakteri mensintesis bentuk lain (K2) dengan rantai cabang lebih banyak
yang tidak jenuh. Kedua bentuk, filoquinon dan menaquinon, secara kasar
masing-masing mempunyai daya serap 50% dalam tubuh manusia dan disimpan
dalam hati (Olson, 1980). Menadion, bentuk yang larut dalam air (tanpa rantai
cabang), disintesis secara komersial, juga aktif. Semua bentuk dapat direduksi
menjadi hidroquinon.
Vitamin K yang larut dalam air diperoleh dari tanaman, hewan, dan
sumber-sumber bacterial; ini adalah salah satu vitamin yang banyak dibutuhkan
manusia, diperoleh dari hasil sintesis bakteri endogen, sebagai menaquinon.
Filoquinon (vitamin K1) terutama banyak dalam alfalfa, kubis dan sayuran
dedanunan dan mungkin merupakan vitamin yang paling banyak diperoleh oleh
rata-rata orang Amerika dari makanan. Daging, terutama hati, telur, dan keju jga
mensuplai sedikit menaquinon. Sterilisasi saluran pencernaan dengan antibiotic
dapat menghilangkan vitamin K sebanyak 50% dari yang terkonsumsi; hal ini
nyata artinya karena tidak ada yang disimpan dalam tubuh. Dapat menjadi kritis
pada bayi yang baru lahir, lahir tanpa ada mikroorganisme/steril dalam saluran
pencernaan dan sangat sedikit yang dapat disimpan. (sebagai tindak
pencegahan, bayi baru lahir biasanya diberi Vitamin K guna mencegah
konsekuensi akut defisiensi vitamin K ).
Fungsi
Selama bertahun-tahun, hanya diketahui bahwa vitamin K penting dalam
proses pembekuan darah, walaupun mekanismenya masih tetap gelap. Dengan
adanya laporan Stenflo, Nelsestueun, Magnussen dan kawan-kawannya dalam
tahun 1974 maka ada semacam peledakan pengetahuan tentang vitamin K.
Fragmen protrombin mengandung Ɣ–asam karboksiglutamik (Olson,1980).
Segera setelah diketahui hal itu, ditunjukkan bahwa vitamin K adalah kofaktor
dalam Ɣ –karboksilasi residu asam glutamik pada beberapa faktorpembekuan
darah ( Olson,1980;Esmon dkk.,1975).
Keterlibatan vitamin K dalam Ɣ –karboksilasi pada beberapa hal lainnya,
seperti protein (yang sangat berbeda) juga sudah ditunjukkan, protein-protein
mana mungkin terlibat dalam metabolism tulang (disulosi hidroksilapatit) dan
fungsi ginjal. Dalam semua kasus vitamin rupanya dibutuhkan untuk Ɣ –
karboksilasi residu glutamate khusus yang nantinya memungkinkan pengikatan
Ca++ secara baik.
Dalam tulang, penelitian menunjukkan bahwa protein dengan 49 asam
amino, osteokalsin yang mempunyai 4 residu Ɣ –karboksi-glutamat (Gla) terlibat
dalam aktifitas vitamin D dalam mobilisasi tulang (Price dan Baukol, 1980). Di-
OH-D3 yang aktif meningkatkan sintesis osteokalsin dan diiringi oleh Mobilosasi
Ca++. Keadaan seperti penyakit Paget dan hiperparatiroidisme yang ditandai oleh
peningkatan turnover mineral tulang, juga memperlihatkan peningkatan
konsentrasi osteokalsin dalam serum (Nutr. Rev.,1981). Kapasitas Gla untuk
mengikat ion-ion kalsium harus terpusat pada proses ini.

Penyerapan, Pengangkutan, dan Pengeluaran


Vitamin K diserap dengan efisiensi yang bervariasi (10% - 70%)
tergantung pada jumlah lemak yang mengikutinya dalam diet dan
pertolongan asam empedu. Didistribusi seperti lipid lainnya, berawal
dalam kilomikron, kemudian VLDL dari LDL. Hati adalah tempat deposit
utama, walaupun tidak banyak diketahui tentang jumlah yang disimpan
dan penelitian pada hewan menunjukkan bahwa turnover-nya cukup cepat
(Olson, 1980). Vitamin dan metabolit (hasil oksidasinya) rupanya hilang
melalui urin dan feses.

Kebutuhan dan Keracunan


NAS merekomendasikan kebutuhan: 70 – 140 µg/hari untuk orang
dewasa dan konsumsi rata – rata orang Amerika dengan diet campuran
diperkirakan 300 – 500 µg/hari. Bila terserap 1/3 dari konsumsi, maka
jumlah tersebut cukup, terutama karena bakteri saluran pencernaan dapat
menyumbang suplai yang cukup. Defisiensi vitamin K secara jelas, sangat
jarang pada manusia, kecuali pada bayi yang baru lahir dan orang yang
keracunan warfarin (bisa digunakan sebagai racun tikus) atau orang
yangsedang dalam pengobatan dengan dicoumerol untuk penyakit
tromboembolic. Kedua zat tersebut adalah penghambat yang potesial
terhadap aktivitas vitamin K (strukturnya sama, antagonismenya mungkin
secara tidak langsung) (Olson, 1980). Walaupun vitamin K larut dalam
lemak, namun tidak diketahui tentang keracunannya pada manusia,
maupun hewan, kecuali bentuk sintetisnya,menadion(mungkin bereaksi
dengan grup sulfidril pada protein dan dapat sangat beracun) (mezick dkk,
1970).

Zat – zat yang Menyerupai Vitamin


Bioflavonoid
Kemungkinan bahwa zat flavonik dibutuhkan dalam mencegah
permeabilitas tau kerapuhan kapiler dilaporkan oleh Szent – Gyorgyl
dalam tahun 1936 yang disebutnya kemudian sebagai vitamin P. Dalam
tahun 1950 nama ini diganti dengan bioflavonoid yang menunjukkan
bahwa walaupun zat tersebut mempunyai aktivitas biologis, namundalam
alam merupakan zat yang mempunyai pengaruh pencegah yang tidak
spesifik dan tidak esensial untuk kehidupan.
Flavonoid yang khas diperlihatkan dalam Gambar 5-36. Zat – zat
tersebut berwarna seperti antioksidan, dapat mengkilasi ion – ion metal
dan bertanggung jawab dalam warna berry (merah atau biru), dan juga
ditemukan dalam kulit jeruk (kuning atau tidak berwarna) dan buah –
buahan lain. Diperkirakan bahwa sekitar 50% dari konsumsi manusia
setiap hari (1 g) diserap (Weininger dan Briggs,1980).

Anda mungkin juga menyukai