Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sehat adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan ( WHO ). Sehat adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi ( UU NO 23/92 ).

Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan proses


mahkluk hidup secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas, produktivitas
dan sikap individual dari kehidupan masyarakat.

Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, disatu pihak
penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum
banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit-penyakit
tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi,
modernisasi, dan globalisasi. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan
saluran pencernaan yang paling sering terjadi (Gustin,2012).

Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosan dan submukosa
lambung yang dapat bersifat akut maupun kronik, sering disebabkan oleh infeksi
bakteri seperti Helicobacter pylori, pemakaian obat-obatan seperti NSAID (Non
Steroidal Anti Implamasi Drugs) dan bahan iritan lainnya sehingga menyebabkan
erosi pada lapisan lambung (Dairi et al.,2018). Gastritis lebih sering dikenal dengan
sebutan maag di kalangan masyarakat (Selviana, 2015).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung. Khususnya selaput lendir pada mukosa gester yang sering diakibatkan oleh
diet yang sembrono. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung yang secara hispatologis dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis adalah peradangan lokal atau
penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Suryono,2010).

Gastritis merupakan masalah terbesar di seluruh dunia, insiden gastritis di


dunia sekitar 1,8 – 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Diperkirakan 1.7

1
2

milyar terjadi pada negara berkembang, dan pada negara maju seperti Amerika Serikat
tercatat angka kematian disebabkan oleh gastritis mencapai 8 - 10% setiap tahunnya
(Rika,2016; Novitasary et al.,2017). Gastritis yang terjadi pada negara maju sebagian
besar dialami oleh usia tua, sedangkan pada negara berkembang dialami oleh usia
muda (Selviana,2015).

Gejala yang sering terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman
pada perut tepatnya epigastrium, perut kembung, nausea, muntah, sakit kepala dan
mual yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, perih atau sakit seperti terbakar
pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan,
hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Apabila tidak ditangani dengan baik
dapat menyebabkan ulkus pada lapisan lambung yang dikenal dengan tukak gaster,
perdarahan saluran cerna bagian atas, bahkan dapat menimbulkan kanker lambung
(Raifudin, 2010 dalam Rukmana,2018).

Indonesia secara global menempati urutan kedua (40,8%)dengan angka


kejadian gastritis terbesar di Asia setelah India (43%) (Farishal et al.,2018). Angka
kejadian gastritis pada beberapa daerah di indonesia cukup tinggi dengan prevalensi
274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk (Antu,2018). Data profil kesehatan
indonesia tahun 2012 mencatat bahwa gastritis merupakan salah satu penyakit dalam
sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah kasus 30.154 kasus (4,9%) (Rukmana,2018).

Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen


Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia yang tertinggi
adalah kota Medan mencapai 91,6%, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya
31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7%
dan Pontianak 31,2% (Novitasary et al.,2017).

Berdasarkan hasil penelitian Milasari (2017) jumlah penderita gastritis


mayoritas adalah kategori remaja akhir, berusia antara 19 sampai 20 tahun. Prevalensi
kejadian gastritis di Amerika Serikat dominan pada laki-laki (13%) daripada
perempuan (10%) (Jameson et al.,2018). Pola makan tidak baik sering menjadi
penyebab terjadinya gastritis, frekuensi makan yang tidak teratur dan jenis makanan
yang beresiko seperti makanan pedas, masam, dan bersantan dapat mengakibatkan
produksi asam lambung yang berlebih sehingga mengiritasi dinding mukosa lambung.
3

Menurut penelitian yang dilakukan di Pekanbaru ada hubungan pola makan tidak
adekuat dengan kejadian penyakit gastritis yaitu sebanyak 33 orang (57,9%) dari 36
responden. Selain itu juga ada hubungan jenis makanan beresiko dengan kejadian
gastritis, hal ini terlihat dari jumlah penderita gastritis dengan jenis makanan tidak
seimbang sebanyak 23 orang (68,4%). Sedangkan jumlah penderita gastritis dengan
jenis makanan seimbang sebanyak 10 orang (23.3). (Juliani et al.,2018).

Faktor lainnya yang mempengaruhi kejadian gastritis adalah stres. Penelitian


Novitasary et al.,(2017) menyatakan bahwa ada hubungan stres dengan kejadian
gastritis. Tingginya tingkat stres dan seringnya mengalami stres berbanding lurus
dengan tingginya angka kejadian gastritis bahkan dapat memicu terjadinya
kekambuhan dari penyakit gastritis (Merbawani et al.,2017).

Selain itu tingkat pengetahuan seseorang juga akan berdampak pada kejadian
gastritis dan juga akan berdampak pada sikap. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
di kota Indramyu menyatakan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap
terhadap kejadian gastritis. Disimpulkan dari penelitian tersebut bahwa tingkat
pengetahuan terhadap gastritis baik pada 51 responden dan sejalan dengan sikap
pencegahan terhadap penyakit gastritis termasuk dalam kategori baik sebanyak 59
responden (Mulat,2016). Namun bertentangan dengan hasil penelitian Rika (2016)
yang menyatakan bahwa responden dengan pengetahuan gastritis yang baik sebanyak
22 orang tidak sejalan dengan perilaku pencegahan yang dominan dalam kategori
sedang banyak 23 orang.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya gastritis diantaranya


yaitu pengetahuan dan upaya untuk mencegah terjadinya gastritis. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour). Upaya pencegahan merupakan perilaku yang memerlukan totalitas
penghayatan dan aktivitas seseorang, yang juga merupakan respon seseorang terhadap
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Zilmawati (2007) pencegahan mempunyai hubungan yang
bermakna terhadap gejala gastritis, dengan adanya pencegahan tentang proses
terjadinya gastritis, faktor penyebab, perawatan yang tepat, masalah gejala gastritis
yang dihadapi oleh individu dapat diatasi.
4

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Ruang


Rawat Bandeng 2 RSUD MA Sentot Patrol Indramayu tahun 2022 bahwa jumlah
penderita gastritis pada bulan Desember 2020 mencapai total 98 penderita.
Selanjutnya dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti secara wawancara dan
observasi dari 4 orang masyarakat yang sedang di rawat di dapat 3 orang pasien
memiliki pengetahuan cukup dan 1 orang pasien memiliki pengetahuan kurang
tentang pencegahan kekambuhan gastritis.

Dari latar belakang dan fenomena yang sudah dijelaskan diatas, maka penulis
tertarik untuk memberikan pendidikan kesehatan dan mengangkat permasalahan ini
untuk dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:

“impementasi pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan kekambuhan


gastritis berulang pada klien di ruang bandeng 2 RSUD MA Sentot Patrol Indramayu
Tahun 2022”

1.2 Rumusan Masalah

Memuat penjelasan tentang permasalahan yang timbul dalam latar belakang sehingga
masalah ini dianggap menarik, perlu dan penting untuk diberikan pendidikan
kesehatan.

“Bagaimana tingkat pengetahuan klien dalam upaya pencegahan kekambuhan


gastritis berulang di ruang bandeng 2 RSUD MA Sentot Patrol Indramayu tahun
2022?”

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana pemberian pendidikan kesehatan secara
langsung dan komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan
spiritual dengan pendekatan proses keperawatan dalam upaya membantu
pencegahan kekambuhan gastritis berulang pada klien diruang bandeng 2 RSUD
MA Sentot Patrol Indramayu tahun 2022.

1.3.2 Tujuan khusus


1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan kekambuhan
5

gastritis berulang diruang bandeng 2 RSUD MA Sentot Patrol


Indramayu tahun 2022.
1.3.2.2 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan kekambuhan
gastritis berulang diruang bandeng 2 RSUD MA Sentot Patrol
Indramayu tahun 2022.

1.3.2.3 Untuk mengetahui bagaimana proses dari pelaksanaan pendidikan


kesehatan pada klien dalam upaya pencegahan kekambuhan gastritis
berulang diruang bandeng 2 RSUD MA Sentot Patrol Indramayu
tahun 2022.

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini adalah :

 Pasien rawat inap yang didiagnosis gastritis pada pada januari 2022 di
RSUD MA Sentot Patrol Indramayu.
 Bersedia menjadi responden
 Bisa baca tulis
1.4.2 Tempat dan waktu
penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap bandeng 2 RSUD MA Sentot
Patrol Indramayu selama 12 hari, dari mulai tanggal 3 Januari sampai dengan
tanggal 15 Januari 2022
1.5 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil dari penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara khusus bagi penulis, klien dan keluarga mengenai pendidikan
kesehatan dalam upaya pencegahan kekambuhan gastritis bagi klien.
1.4.2 Manfaat praktis
1.Klien
Menambah pengetahuan bagi klien dan keluarga tentang penyakit gastritis,
gejala gastritis, dan pencegahan gastritis.
2. Pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit
6

Hasil dari karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dalam melakukan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan kekambuhan
gastritis di rumah sakit.

3. Institusi pendidikan kesehatan

Diharapkan dapat berguna sebagai informasi bagi mahasiswa keperawatan


dalam pengembangan dan mutu pendidikan serta sebagai bahan
kepustakaan.

1.6 Metode Memperoleh data


1.6.1 Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan cara mengamati kemampuan klien secara
langsung untuk memperoleh gambaran dalam upaya pencegahan
kekambuhan gastritis berulang.
1.6.2 Wawancara
Menurut Sugiyono, 2018 wawancara adalah suatu percakapan antara dua
orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang akan lebih mendalam.
1.6.3 Dokumentasi
Menurut Sugiyono, 2018 dokumentasi adalah untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan
penelitian.
7

1.7 Sistematika Penulisan


BAB I : Pendahuluan, meliputi : latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode
memperoleh data, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka, meliputi : konsep dasar teori
gastritis, definisi gastritis, klasifikasi gastritis,
etiologi gastritis, patofisiologi terjadinya gastritis,
komplikasi yang terjadi, pencegahan, dan pengobatan
pada gastritis. Konsep dasar pengetahuan yang
meliputi defisini pengetahuan, tingkat pengetahuan,
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, dan
kriteria tingkat pengetahuan. Konsep dasar
pendidikan kesehatan yang meliputi definisi
pendidikan kesehatan, tujuan pendidikan kesehatan,
strategi pendidikan kesehatan, sasaran pendidikan
kesehatan, dan metode pendidikan kesehatan.
Tinjauan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi.
BAB III : Metode penelitian, meliputi : rancangan penelitian,
variabel penelitian, populasi dan sampel, instrumen
penelitian, metode pengumpulan data, pengelolahan
data, analisa data, lokasi dan waktu penelitian, dan
etika penelitian
BAB IV : Hasil dan pembahasan, meliputi : hasil penelitian dan
pembahasan.
BAB V : Simpulan dan saran, meliputi : simpulan dan saran
8

Anda mungkin juga menyukai