Anda di halaman 1dari 10

METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA


DI PUSKESMAS SAMARINDA TAHUN 2022

Oleh:

ANASTASYA DINA FEBRIANA 2011144011133

BUNGA AYU ARINDA PANGARIBUAN 2011144011139

CINDI APRILIA 2011144011143

HENDRIKA LEMA BELEN 2011144011154

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pola makan dapat diartikan suatu pola menetap dalam hubungan


dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan: makanan
pokok, sumber protein, sayur, buah, dan berdasarkan frekuensi: harian,
mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali (Kotecha et al., 2013).

Kehidupan remaja pada masa new normal ini tentu perlu menjadi
perhatian karena terpaksa melakukan semua aktivitas di dalam rumah
termasuk sekolah dan tidak jarang terdapat remaja yang merasa bosan
karena harus pembelajaran online yang rumit dan menyita waktu. Selain itu,
di masa new normal ini semua kalangan salah satunya remaja harus
mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk misalnya kebiasaan pola makan,
karena di masa new normal COVID-19 ini sangat penting bagi kita untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang baik dengan memperhatiakan
pola makan (Nizmadilla et al. 2020; Asmiranti et al. 2021).

Remaja sering kali terjebak dalam pola makan yang tidak sehat dan
tidak teratur, bahkan sampai mengalami gangguan pola makan. Hal ini
dikarenakan aktivitas kehidupan sehari-hari mereka disibukkan dengan
penugasan sekolah pembelajaran online dan beban hidup lainnya, sehingga
mereka cenderung kurang memperhatikan makanan yang dikonsumsi, baik
waktu dan jenis makanannya yang membuat mereka cenderung mengalami
masalah lambung yaitu maag atau gastritis. Gastritis merupakan suatu proses
inflamasi atau juga gangguan kesehatan yang disebabkan oleh salah satu
faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung (Tussakinah
et al. 2018; Angkow et al. 2014)

Penyakit gastritis yang diakibatkan oleh produksi asam lambung yang


berlebihan dapat diperparah oleh faktor-faktor yang menyebabkan
kekambuhan gastritis. Biasanya waktu makan yang tidak teratur, gizi atau
kualitas makanan yang kurang baik, jumlah makanan terlalu banyak atau
bahkan terlalu sedikit, jenis makanan yang kurang cocok atau sulit dicerna,
dan kurang istirahat, porsi pekerjaan yang melebihi kemampuan fisik/psikis.
Pada penderita gastritis gejalanya biasanya lambung terasa tidak enak, mual,
muntah, kram perut dan biasanya menyebabkan muntah darah (Ardian R,
2013).

Data yang di dapat dari World Health Organization (WHO) tahun 2012
mencatat angka kejadian gastritis di dunia dari beberapa negara yaitu Inggris
22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35% dan Perancis 29,5%. Di dunia,
Kejadian penyakit gastritis sekitar 1,8-2,1 juta penduduk dari setiap tahunnya.
Pada Asia Tenggara sendiri, angka kejadian gastritis sekitar 583.635 dari
jumlah penduduk setiap tahunnya (Tussakinah et al. 2018). Berdasarkan
profil Kesehatan Indonesia, pada jumlah layanan Rawat Inap Tingkat Lanjut
sampai dengan bulan desember 2016, masalah gangguan pencernaan
berada pada urutan ketiga dari 10 gangguan penyakit lainnya dengan jumlah
kasus mencapai 380.744 (Depkes 2017 dalam Rosiani et al. 2020). Menurut
Kemenkes RI, (2015) angka kejadian gastritis remaja di Indonesia tepatnya di
provinsi Jawa Barat penyakit gastritis mencapai 31,2 %.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa frekuensi makan, jumlah dan jenis


makanan menjadi penyebab seseorang terjadi gastritis, dengan ini hal
tersebut perlu diperhatikan untuk meringankan kinerja saluran pencernaan
dan sebaiknya makan 3 kali dalam sehari dan tidak memakan jenis makanan
yang dapat merangsang terjadinya gastritis.

Pencegahan atau penanganan melalui peningkatan kesadaran


masyarakat tentang hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit gastritis,
misalnya makanmakanan pedas dan asam, stress, mengkomsumsi alkohol
dan kopi berlebihan dan merokok. Dianjurkan mengkomsumsi makanan yang
kaya serat seperti sayuran dan buah-buahan membantu melancarkan kerja
perncernaan. Makan dalam jumlah kecil tetapi sering, dan minum air putih
untuk membantu menetralkan asam lambung. Dengan upaya tersebut
diharapkan persentase gastritis menurun (Meilani, 2016).
1. Masalah
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub
mukosa pada lambung. Pada orang awam sering menyebutnya dengan
penyakit maag. Masalah yang paling menonjol dari asuhan
keperawatan gastritis yaitu nyeri karena adanya peradangan pada
epigastrium.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah peneliti ini
adalah “Apakah ada hubungan pola makan terhadap kejadian gastritis
pada remaja di puskesmas samarinda tahun 2022?”.
2. Skala
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan
antara keteraturan makan dengan kejadian gastritis dengan P
value=0,092 (> 0, 05) sedangkan untuk variabel kebiasaan makan dan
jenis makanan yang dimakan dengan kejadian gastritis didapatkan hasil
P value=0,000 (< 0,05). Penderita gastritis yang mengalami gejala mual
di anjurkan untuk mempertahankan tirah baring atau beristirahat untuk
mencegah terjadinya muntah.
3. Kronologis.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diakukan, diketahui
bahwa pasien antara tipe kepribadian, tempat tinggal, keteraturan dan
frekuensi makan, konsumsi makan pedas, konsumsi makan asam dan
frekuensi minuman iritatif dengan kejadian gastritis. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2013), bahwa makan tidak
teratur berisiko 1,85 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang
makan teratur, sehingga keteraturan makan merupakan faktor risiko
kejadian gastritis. Sering mengonsumsi jenis makanan berisiko akan
berisiko 2,42 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak
sering mengonsumsi jenis makanan yang berisiko dan frekuensi makan
yang tidak tepat akan berisiko 2,33 menderita gastritis dibandingkan
dengan frekuensi makan yang tepat.
Remaja sering kali terjebak dalam pola makan yang tidak sehat
dan tidak teratur, bahkan sampai mengalami gangguan pola makan. Hal
ini dikarenakan aktivitas kehidupan sehari-hari mereka disibukkan
dengan penugasan sekolah pembelajaran online dan beban hidup
lainnya, sehingga mereka cenderung kurang memperhatikan makanan
yang dikonsumsi, baik waktu dan jenis makanannya yang membuat
mereka cenderung mengalami masalah lambung yaitu maag atau
gastritis. Gastritis merupakan suatu proses inflamasi atau juga
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh salah satu faktor iritasi dan
infeksi pada mukosa dan submukosa lambung (Tussakinah et al. 2018;
Angkow et al. 2014).
4. Solusi
Penelitian fokus pada masalah nyeri; merupakan pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Instrument
studi kasus yang digunakan dalam studi kasus telah diujii validitas dan
reliabilitasnya. Dalam melakukan pengumpulan data, studi kasus
harus cermat, intensif dan komprehensif sehingga didapatkan data
yang akurat. Prosedur pengumpulan data dan istrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus, diuraikan
pada bagian ini. Penyusunan bagian awal instrument dituliskan
karakteristik responden:umur, pekerjaan, social ekonomi, jenis
kelamin, dll. Jenis instrument yang sering digunakan pada ilmu
keperawatan diklasifikasikan menjadi 5 bagian;
biofisiologis(pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis
manusia, baik invino maupun invitro, observasi (terstruktur dan
tidak teratur).Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus
deskriptif yang dipilih. Untuk studi kasus, data disajikan secara
tekstular/narasi dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan
verbal dari subyek penilitian yang merupakan data pendukungnya
(Suprapto, 2018).
Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian langsung tentang hubungan pola makan terhadap kejadian
gastritis pada remaja di puskesmas samarinda tahun 2022.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
“Apakah ada hubungan pola makan terhadap kejadian gastritis pada
remaja di puskesmas samarinda tahun 2022?”
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pola makan pada remaja
b. Mengidentifikasi kejadian gastritis pada remaja
c. Menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada
remaja
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berguna sebagai salah satu bahan sumber bacaan
mengenai hubungan pola makan terhadap kejadian gastritis pada remaja
di puskesmas samarinda tahun 2022
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan program
kerja untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pasien gastritis.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil pendidikan ini dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan
informasi bagi institusi pendidikan dalam mata kuliah yang
berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian tentang
pasien gastritis.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian
lebih lanjut dan sebagai pengalaman peneliti dalam melakukan
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI GASTRITIS
Penyakit gastritis atau sering dikenal sebagai penyakit maag
merupakan Penyakit yang sangat menggangu. Biasanya penyakit gastritis
terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan
memakan makanan yang merangsang produksi asam lambung. Beberapa
infeksi mikroorganisme juga dapat menyebabkan terjadinnya gastritis. Gejala-
gejala sakit gastritis selain nyeri ulu hati juga menimbulkan gejala seperti
mual, muntah, lemas, kembung, terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah
pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing, selalu bersendawa
dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah darah (Wijayanto dalam
Syamsu, 2017).
B. TEORI PENGETAHUAN
1. Definisi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryono (2016) tentang
pengetahuan pasien dengan gastritis tentang pencegahan kekambuhan
gastritis, menyatakan bahwa orang yang bekerja dan berinteraksi dengan
orang lain maka akan lebih terpapar informasi sehingga meningkatkan
pengetahuan dari pada yang hanya dirumah atau yang tidak bekerja,yang
berarti memiliki pengetahuan luas dan kemudian berdampak dengan
adanya dorongan untuk memperbaiki diri atau adanya dorongan untuk
melakukan upaya pencegahan kekambuhan gastritis dan Berdasarkan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumangkut (2013) yang meneliti
tentang pengaruh penyuluhan kesehatan tentang gastritis terhadap
pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis pada remaja, hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku pencegahan
gastritis pada remaja sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan yaitu
dengan terjadi peningkatan nilai rata-rata sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan, yang menunjukkan bahwa ada pengaruh
penyuluhan kesehatan tentang gastritis terhadap perilaku pencegahan
gastritis pada remaja.
Kasus gastritis biasanya terjadi karena adanya frekuensi makan yang
tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif apabila asam lambung
meningkat. Pola makan yang tidak teratur akan mengakibatkan lambung
sulit beradaptasi, bila berlangsung secara terus menerus akan terjadi
kelebihan asam lambung sehingga dapat mengakibatkan mukosa
lambung teriritasi dan terjadilah gastritis. Pada umumnya setiap orang
makan tiga kali dalam sehari yaitu makan pagi, makan siang, dan makan
malam. Makan siang sangat diperlukan setiap orang, karena sejak pagi
badan terasa lelah akibat melakukan aktivitas. Disamping makanan
utama yang dilakukan tiga kali biasanya dalam sehari juga makanan
ringan dilakukan sekali atau dua kali diantara waktu makan guna
menanggulangi rasa lapar, sebab jarak waktu makan yang lama.
2. Klasifikasi
Menurut (Ardiansyah, 2012) , jenis-jenis gastritis yaitu sebagai berikut :
a. Gastritis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah
terpapar pada zat iritan erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.
b. Gastritis kronik, merupakan suatu peradangan pada mukosa lambung
yang sifatnya menahun dan berulang. Peradangan tersebut terjadi
dibagian mukosa lambung dan berkepanjangan yang bisa disebabkan
karena bakteri Helicobackter Hyplori.Gastritis ini pula dapat terkait
dengan atropi mukosa gastrik, sehingga produksi asam klorida
menurun dan menimbulkan tukak pada saluran pencernaan.
3. Etiologi

C. TEORI MOTIVASI
D. KERANGKA TEORI
E. HIPOTESIS

Anda mungkin juga menyukai