PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejadian gastritis pada remaja masih memiliki prevalensi yang tingi. kejadian
gastritis dapat mempengaruhi pada kalangan remaja maupun masyarakat. sehingga
sampai saat ini kejadian gastritis masih menjadi salah satu masalah penyakit terbesar di
kalangan para remaja. gaya hidup yang tidak sehat dapat dilihat dari apa yang
dikonsumsi, kebiasaan makan dan minum yang buruk. hal ini dapat menyebabkan
terjadinya peradangan pada lambung. maka dari sekian banyak faktor yang ditemukan
dalam peneliian, peneliti tertarik untuk menganalisi faktor penyebab gastritis pada
remaja.
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut dan kronik (Aspitasari & Taharuddin, 2020).Masyarakat pada
umumnya mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang menurut
mereka bukan suatu masalah yang besar, gastritis terjadi pada semua usia mulai dari
anak-anak, remaja, dewasa sampai tua (Jannah, 2020). Gastritis disebabkan salah satunya
karena sikap penderita gastritis yang tidak memperhatikan kesehatannya, terutama
makanan yang dikonsumsi setiap harinya (Suprapto, 2020).Gastritis dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidak nyaman
pada perut (Nur, 2021).
Banyak penderita gastritis itu berawal dari kesibukan yang berlebihan sehingga
mengakiba tkan seseorang lupa makan (Danu, Putra, Diana, & Sulistyowati, 2019).
Terkadang gejala gastritis pada awalnya diabaikan saja, padahal jika penyakit gastritis itu
dibiarkan maka bias terjadi kondisi komplikasi yang cukup parah (Danu et al., 2019).
Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas faktor internal yaitu adanya kondisi
yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat ekstrenal yang
menyebabkan iritasi dan infeksi (Handayani & Thomy, 2018).
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik mental,
emosional, sosial dan fisik. Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang remaja
diantaranya faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor gizi termasuk bagian dari
faktor lingkungan yang mempengarui tumbuh kembang remaja (Permaesih, 2005).
Kondisi hormonal pada usia remaja menyebabkan aktivitas fisiknya makin meningkat
sehingga kebutuhan energi juga meningkat dan akan mempengaruhi kebiasaan makan
mereka. Permasalahan yang sering muncul dan berdampak negatif terhadap kesehatan
dan gizi remaja adalah Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering
tidak makan pagi, dan sama sekali tidak makan siang. (Yayuk dkk, 2004).
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO (Word Healt
Organization) adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa
penduduk (pramiana,2018). Prevalensi gastritis pada remaja Di RS Mitra Medika
Bondowoso penyakit gastritis mencapai 4.342 kasus pasien remaja (Profil Kesehatan RS
Mitra Medika Bondowoso).
Menurut data dari RS Mitra Medika Bondowoso, penyakit gastritis memasuki urutan
ke 10 dari 10 besar penyakit rawat inap di RS Mitra Medika Bondowoso. berdasarkan
data dari rawat inap bulan januari- juni 2023 maka diperoleh data sebanyak 69 pasien
remaja dirawat di RS Mitra Medika Bondowoso karena gastritis.
Selain itu, tujuan penelitian memilih remaja menjadi target penelitian karena pada
golongan usia ini mereka cenderung mempunyai gaya hidup yang kurang sehat seperti
kurang memeperhatikan kebiasaan makan, atau makanan yang biasa dikonsumsi baik
dari pola makan atau jenis makanan.
Angka kejadian gastritis pada remaja dapat diturunkan melalui 3 langkah utama
yaitu 1) perubahan pola makan, 2) mengurangi perilaku pola hidup yang tidak sehat dan
3) meningkatkan asupan makanan yang bergizi (protein nabati, dan vitamin). Perubahan
pola makan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan frekuensi makan 3 kali perhari
seperti yang dianjurkan elis rahmawati (2020) Serta melakukan penyuluhan Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) dalam mata pelajaran Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan) untuk memberikan pengetahuan gizi pada remaja mengenai kebiasaan pola
makan setiap hari.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalahnya,
yaitu : Analisis faktor penyebab Gastritis pada remaja di RS Mitra Medika Ruang VIP.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada faktor penyebab Gastritis pada remaja di RS Mitra
Medika Ruang VIP.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi faktor penyebab Gastritis pada remaja di RS Mitra Medika Ruang
VIP.
2. Mengidentifikasi faktor gejala pada remaja di RS Mitra Medika Ruang VIP.
3. Mengidentifikasi faktor resiko pada remaja di RS Mitra Medika Ruang VIP.
4. menganalisis apakah ada faktor yang mempengaruhi penyebab Gastritis pada remaja
di RS Mitra Medika Ruang VIP.
5. menganalisis faktor gejala dan resiko yang mempengaruhi penyebab Gastritis pada
remaja di RS Mitra Medika Ruang VIP.
C. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat dipakai sebagai dasar dan dijadikan bahan perbandingan yang
dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya, khususnya menganalisi faktor penyebab
Gastritis pada remaja di RS Mitra Medika Ruang VIP.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh semua pihak,
khusunya:
a. Bagi Remaja
Memberikan informasi tentang penyakit gastritis,sehingga remaja dapat melakukan
upaya pencegahan penyakit gastritis dan mengurangi penyakit gastritis
D. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai analisis faktor penyebab gastritis pada remaja pernah
dilakukan oleh penelitisebelumnya.
No Nama Judul Nama Jurnal Variabel Metode Desain Sampling Hasil
Peneliti, Penelitian
Tahun Independen Dependen
1 Zaqyyah Hubungan Program Studi S.1 Hubungan Perilaku Desain Sample pada 10 . Berdasarkan uji korelasi ada
Huzaifah Pengetahuan Keperawatan, pengetahuan pencegahan penelitian orang mahasiswa di hubungan antara Hubungan
2017 Tentang Penyebab Fakultas penyebab gastritis cross Universitas Pengetahuan Tentang
Gastritis Dengan Keperawatan dan gastritis sectional Muhammadiyah Penyebab Gastritis Dengan
Perilaku Ilmu Kesehatan, banajarmasin,.. Perilaku Pencegahan
Pencegahan Universitas Penarikan sampel Gastritis Spearman Rank
Gastritis Muhammadiyah dilakukan dengan dengan nilai r = 0,465 dan p
Banjarmasin Vol. 1 metode analitik value = 0,000. Nilai P < α =
No. 1 hal,28-31 0,05, dan Ha
ISSN : 2597-3851
Juli 2017
2 Angelia Hubungan Pola Fakultas Keperawatan Hubungan Gastritis Desain Cross sample adalah 49 Berdasarkan hasil penelitian
Pondaa Makan Dengan Universitas pola makan Sectional Remaja Putri Kelas 1 menunjukan bahwa ada
2019 Kejadian Gastritis Pembangunan Indonesia SMA Negeri 1 hubungan pola makan
Pada Remaja Putri Manado Volume 7 Melonguane dengan kejadian gastritis
Kelas 1 Sma Negeri 1 Nomor 2 hal 233-243 Kabupaten Kepulauan pada remaja putri kelas 1
Melonguane ISSN : 2655-7487 2019 Talaud Penarikan SMA N 1 Melonguane
Kabupaten sampel dilakukan
Kepulauan Talaud Kabupaten Kepulauan Talaud
dengan metode
dengan p-value sebesar 0,003
analitik
lebih kecil dari nilai α=0,05,
H0
1. penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Tentang Penyebab Gastritis Dengan
Perilaku Pencegahan Gastritis oleh Zaqyyah Huzaifah tahun 2017 jumlah Sample
pada 10 orang mahasiswa di Universitas Muhammadiyah banajarmasin dan
menggunakan metode analitik
2. peneliti dengan judul Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja
Putri Kelas 1 Sma Negeri 1 Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud 2019 dengan
julah sample 49 Remaja Putri Kelas 1 SMA Negeri 1 Melonguane Kabupaten
Kepulauan Talaud dan menggunkan metode analitik
pada penelitian tersebut tidak ada perbedaan dalam penelitian yang dilaksanakan,
keduanya sama-sama menggunakan metode analitik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gastritis
B. Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa
dewasa. Pada masa ini, individu mengalami berbagai pertumbuhan baik fisik maupun
psikis (Agustiani, 2006). Para remaja memerlukan makanan bernutrisi tinggi karena tubuh
mereka sedang mengalami perubahan besar (Weekes, 2008).
Pada usia remaja, fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial
maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam
gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang
akan dikonsumsi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi seorang remaja.
Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja sering
dipengaruhi oleh rekan sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada
kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi dan untuk kesenangan. Aspek pemilihan
makanan pada remaja penting diperhatikan karena remaja sudah menginjak tahap
independensi yaitu kebiasaan memilih makanan yang disukai (Khomsan, 2009).
Menurut Daniel dalam Arisman (2007), hampir 50% remaja terutama remaja
yanglebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%)
yang meyakini kalau sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara
teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih
memilih kudapan yang bukan saja hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat
gizi dan dapat mengganggu nafsu makan. Padahal konsumsi makanan yang salah bisa
membuat tubuh kekurangan nutrisi-nutrisivital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja
dengan baik (Weekes, 2008).
2.1.2 Etiologi/Predisposisi
Gastritis disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori dan pada awal infeksi mukosa
lambung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik.
(Amin H & Hardhi, 2015)
1. Gastritis akut
1) Gastritis akut tanpa perdarahan
2) Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosiva)
Gastritis berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan –makanan
yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit,
iritasi bahan semacam alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif lain, refluks
empedu atau cairan pankreas.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh dari bakteri Helicobacter pylory.
2.1.3 Patofisiologi
Perfusi mukosa lambung, Penyebab (konsumsi obat NSAID, alcohol..) erosi mukosa
lambung terganggu sekresi asam lambung, keadaan asam pada mukosa lambung dapat
mempercepat kerusakan mukosa, kembung, mual, muntah, nyeri epigastrium Proses
terjadinya gastritis akut bermula dari pemakain aspirin, alkohol,garam empedu dan zat-zat
lainnya yang merusak mukosa lambung dan mengubah kerusakan jaringan khususnya
pembuluh darah. Histamine dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut
dan meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap mukosa. Mukosa menjadi edema dan
sebagian besar protein plasma dapat hilang.
menjadi tukak. Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik dan mengalami
erosi superfisial, bagian ini mengeskresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat
sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan
hemoragi, pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, mual, muntah dan
anoreksia. (Amin H & Hardhi, 2015)
Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan perut
penuh.Gambaran klinispada gastritis yaitu:
2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
dananoreksia. Disertai muntah dan cegukan.
3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan.
Gejala gastritis kronis Pada gastritis kronis terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ),
nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. (Amin H
& Hardhi, 2015)
2.1.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
1) Gastritis akut :
2) Gastritis kronis :
Modifikasi diet, istirahat, kurang stress, hindari alcohol dan NSAID, dan
farmakoterapi adalah tindakan terapi inti. Gastritis yang disebabkan oleh Helicobacter
pylory ditangani dengan kombinasi obat tertentu.
2. Penatalaksanaan keperawatan
1) Mengurangi ansietas
4) Meredakan nyeri
5) Mengajarkan pasien tentang perawatan diri ,(Suddarth&Brunner, 2015).
3. Pengobatan
2.1.6 Komplikasi
1. Ulkus peptikum
Radang lambung dapat menyebabkan ulkus peptikum atau tukak lambung ketika
peradangannya sampai menimbulkan luka pada lapisan lambung atau duodenum.
Duodenum adalah bagian awal dari saluran usus kecil. Ulkus peptikum adalah
peradangan dari kerongkongan bawah, lapisan perut hingga usus kecil, sedangkan tukak
lambung adalah peradangan yang terjadi pada lambung.
Penggunaan obat antinyeri dan dan infeksi bakteri H. pylori, dapat meningkatkan
risiko tukak lambung. Luka dapat terasa sangat menyakitkan, dan dapat terjadi di daerah
adanya asam atau enzim.
Radang lambung atrofik adalah kondisi peradangan kronis yang dapat menyebabkan
hilangnya lapisan dan kelenjar di lambung. Lapisan dan kelenjar yang hilang tersebut
kemudian tergantikan dengan jaringan daging yang berserat.
3. Anemia
Orang dengan peradangan atrofi yang disebabkan masalah autoimun tidak dapat
menghasilkan faktor intrinsik yang cukup. Faktor intrinsik adalah protein yang dibuat
lambung untuk membantu usus menyerap vitamin B12. Tubuh membutuhkan vitamin
B12 untuk membuat sel darah merah dan sel saraf. Buruknya penyerapan vitamin B12
dapat menyebabkan jenis anemia yang disebut anemia pernisiosa.
5. Perforasi lambung
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, radang kronis dapat membuat dinding
lambung melemah dan menipis.
Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu sejak lahir yang
meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi ketika
anak perempuan dan laki-laki memasuki usia antara 9-15 tahun. Pada saat itu mereka tidak
hanya tumbuh menjadi lebih lebih tinggi dan lebih besar, tetapi juga terjadi perubahan-
perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. Masa inilah yang disebut
dengan masa pubertas atau masa remaja.
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang berasal dari bahasa
Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik. Sedangkan menurut Piaget mengatakan bahwa masa remaja adalah usia
dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidaklagi merasa
dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979
mengenai kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun
dan belum menikah. Namun, menurut undang-undang perbaruan, anak dianggap remaja
apabila telah mencpai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.
Menurut undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974 anak dianggap sudah remaja apabila
cukup matang untuk menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk
anak laki-laki. Menurut WHO, disebut remaja apabila telah mencapai usia 10-18 tahun.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut masa remaja umumnya berumur 16-19 tahun dan
merupakan masa peralihan menuju kematangan (dewasa).
Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Istilah ini menunjukkan masa dariawal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya
mulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita. Transisi ke masa dewasa
memang bervariasi, namun secara umum didefinisikan sebgai waktu dimana individu mulai
bertindak terlepas dari orangtua mereka. Masa remaja atau masa puber, merupakan masa
penghubung antara masa anak-anak dengan dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan pada
masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Perkembangan pesat ini berlangsung
pada usia 11-16 tahun pada laki-laki 10-15 tahun pada perempuan. Anak perempuan lebih
cepat dewasa dibandingkan anak laki-laki. Pada masa pubertas mulai ada rasa tertarik
terhadap lawan jenisnya.
Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat sadar akan bentuk
tubuhnya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanannya. Bahkan banyak yang
berdiit tanpa nasehat atau pengawasan seorang ahli kesehatan dan gizi, sehingga pola
konsumsinya sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Banyak pantang atau tabu yang
ditentukan sendiri berdasarkan pendengaran dari kawannya yang tidak kompeten dalam soal
gizi dan kesehatan,sehingga terjadi berbagai gejala dan keluhan yang sebenarnya merupakan
gejala kelainan gizi (Achman Djaeni, 2005).
Kebiasaan
Konsumsi teh
1. Infeksi bakteri helicobacter pylory
4. stress berlebih
5. penyakit autoimun
1. Nyeri yang terasa panas atau perih idi bagian ulu hati
2. Perut kembung
GEJALA
3. Mual dan muntah
FAKTOR
4. Tidak nafsu makan
PENYEBAB
GASTRITIS 5. Gangguan pencernaan
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara
yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian
hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak
(Notoadmodjo,2010)
Populasi
Purposive sampling
Sampel
Pengumpulan Data
Variabel Independent
(kuesioner)
Pengolahan data
Analisa data
Hasil
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian analisi faktor penyebab gastritis pada remaja di
RS Mitra Medika Diruang VIP
3.3.3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi posisi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2011). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang bertujuan untuk mendapatkan
sampel penelitian yang memiliki karakteristik tertentu, sehingga data yang diperoleh
dapat dianalisis dengan baik (Notoatmodjo, 2008).
berdasarkan karakteristik yang dapat diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut
yang memungkinkan peneliti untuk melakukan secara cermat terhadap obyek atau
Bebas : Faktor penyebab gastritis pada Frekuensi jumlah Kuesioner Ordinal Skor jawaban :
remaja makan dan pola
gastritis hidup sehat 3 :Selalu (5-7 kali seminggu)
Pengkatagorian
2. Waktu Penelitian
2. Memberikan informed consent kepada responden dan menerangkan maksud dan tujuan
penelitian.
4. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan berikut :
a. editing
Editing adalah mengkaji dan meneliti kembali data yang akan dipakai apakah
sudah baik dan dipersiapkan untuk proses berikutnya.
b. Coding
c. Scoring
100%
Keterangan :
Sm = skor maksimal.
d. Tabulating
2. Anomnity
Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan menentukan
nama responden pada lembar pengumpulan data. Cukup dengan memberi kode pada
masing-masing lembar tersebut (Hidayat, 2011).
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden terjamin oleh peneliti karena hanya kelompok
data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset (Hidayat, 2011)