Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya dalam

pembangunan nasional dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan, dan

kemampuan untuk hidup sehat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya upaya dalam

pengelolaan berbagai sumber daya pemerintah dan masyarakat sehingga

dapat disediakan pelayanan kesehatan yang efisien, bermutu dan terjangkau.

Hal ini didukung dengan komitmen yang tinggi terhadap kemauan, etika dan

dilaksanakan dengan prioritas kepada upaya kesehatan dan pengendalian

penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan (Kemenkes, 2015).

Dalam upaya meningkatkan status kesehatan pada diri seseorang,

perlunya pengetahuan dalam pemilihan upaya-upaya kesehatan. Pengetahuan

adalah hasil dari sebuah pemikiran yang kita peroleh dari ajaran atau

pembelajaran melalui seseorang. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (over behavior).

(Notoadmojo,2018).

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi

dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak

tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak

1
2

dirasakan (Oktaviana, 2014).

Menurut Darmasari (2015) tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku

pengobatan sendiri yang aman, tepat, dan rasional. Tingkat pendidikan

mahasiswa yang merupakan kalangan terpelajar, berpendidikan tinggi dan

memiliki pengetahuan yang luas dibanding dengan masyarakat pada

umumnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin

rasional dan berhati-hati dalam memilih obat untuk pengobatan sendiri

(Perkasa,2020).

Swamedikasi merupakan pelayanan kefarmasian yang sering

dilakukan oleh masyarakat. Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan

bagian dari upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. Pada

pelaksanaanya swamedikasi atau pengobatan sendiri dapat menjadi masalah

terkait obat (Drag Related Problem) yang diakibatkan karena terbatasnya

pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya. Salah satu penyakit ringan

yang diobati melalui swamedikasi adalah gastritis (Aini,2017).

Swamedikasi menjadi alternatif yang sering diambil mahasiswa untuk

mengatasi penyakit gastritis. Menurut Nenusin (2019) kurangnya pengetahuan

mendasar tentang swamedikasi penyakit gastritis seringkali menjadi pemicu

terjadi kesalahan pengobatan (medication error).

Pada umumnya mahasiswa memiliki gaya hidup yang kurang sehat

seperti kurang memperhatikan makanan yang dikonsumsi, baik pola makan

maupun jenis makanan yang akan dikonsumsi serta tidak makan tepat pada

waktunya dikarenakan kesibukan kegiatan dikampus dan di luar kampus. Hal

ini menyebabkan mahasiswa mudah terkena gastritis. Beberapa mahasiswa

yang pernah menderita gastritis menyatakan bahwa mereka pernah


3

melakukan swamedikasi untuk mengatasi penyakit gastritis (Godong dkk,

2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Teh (2020), menyatakan

bahwa swamedikasi gastritis pada 100 responden didapatkan hasil yaitu

sebanyak 67% dari faktor pengalaman pribadi, sebanyak 10% dari faktor

referensi dari orang lain, sebanyak 7% dari faktor kemudahan proses dan

sebanyak 6% dari faktor iklan. Sedangkan dari tingkat pendidikan yang paling

banyak melakukan swamedikasi adalah tingkat pendidikan mahasiswa yaitu

sebanyak 51 responden dikarenakan mahasiswa lebih sering berhubungan

dengan media sosial dan media komunikasi.

Mahasiswa kesehatan harus memiliki pengetahuan yang baik terkait

swamedikasi sehingga mahasiswa mampu menganjurkan, memotivasi, dan

memberitahukan pengetahuan terkait praktik swamedikasi yang rasional

kepada pasien dan masyarakat umum (Gyawali et., all, 2015).

Menurut Lestari (2014) di Universitas Muhammadiyah Surakarta

(UMS), tingkat pengetahuan responden mahasiswa bidang kesehatan di UMS

memiliki kategori baik sekali sebesar 22,13%, kategori baik sebesar 53,16%,

kategori cukup sebesar 20,69%, kategori kurang sebesar 3,16% dan kategori

gagal sebesar 0,86%. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan

mahasiswa bidang kesehatan tergolong baik. Ada tujuh faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yakni usia, pendidikan, pekerjaan, minat,

pengalaman, kebudayaan, dan sumber informasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani (2021), menunjukkan

bahwa sebanyak 52,78 % mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

pernah mengalami gastritis sedangkan hanya 47,22% mahasiswa yang tidak


4

pernah mengalami gastritis. Beberapa survei juga menunjukkan bahwa

gastritis paling sering terjadi pada mahasiswa karena tingkat kesibukan serta

gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah

terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan.

Berdasarkan Kemendikbud (2022) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

memiliki 4 kampus kesehatan salah satunya adalah Poltekkes Kemenkes

Pangkalpinang. Poltekkes Kemenkes Pangkalpinnag merupakan kampus

kesehatan yang memiliki 5 program studi kesehatan antara lain Prodi

Keperawatan Pangkalpinang, Prodi Kebidanan Pangkalpinang, Prodi Gizi

Pangkalpinang, Prodi Farmasi Pangkalpinang dan Prodi Keperawatan

Belitung.

Mahasiswa prodi Keperawatan, Farmasi dan Kebidanan mempelajari

mata kuliah Farmakologi sedangkan mahasiswa Prodi Gizi mempelajari

tentang Interaksi obat dengan makanan. Berdasarkan hal tersebut mahasiswa

Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang memiliki pengetahuan tentang

pengobatan (Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang, 2021). Hasil studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 Juni 2022 dengan

jumlah sampel 20 orang mahasiswa menunjukan hasil 70 % mahasiswa

Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang pernah mengalami gastritis sehingga

berdasarkan data dan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Swamedikasi

Gastritis Pada Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini diambil karena masih kurangnya


5

pengetahuan mahasiswa terkait swamedikasi gastritis serta faktor-faktor apa

sajakah yang mempengaruhi perilaku swamedikasi gastritis pada mahasiswa

Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang Tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku swamedikasi

gastritis pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang Tahun

2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

swamedikasi gastritis pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Pangkalpinang Tahun 2022.

b. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku

swamedikasi gastritis pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Pangkalpinang Tahun 2022.

c. Untuk mengetahui hubungan antara sumber informasi dengan

perilaku swamedikasi gastritis pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Pangkalpinang Tahun 2022.

d. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan

perilaku swamedikasi gastritis pada mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Pangkalpinang Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan tingkat


6

pengetahuan terhadap prilaku swamedikasi gastritis dan menjadi bekal

peneliti untuk menerapkan swamedikasi yang baik dan benar kepada diri

sendiri, keluarga dan masyarakat.

2. Bagi Tempat Penelitian

a. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi

mahasiswa dalam mencegah dan menghadapi penyakit gastritis.

b. Mengurangi jumlah resiko mahasiswa yang terkena penyakit gastritis.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai penambah sumber referensi dan bahan studi kepustakaan pada

mahasiswa Stikes Abdinusa Pangkalpinang.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku swamedikasi gastritis pada mahasiswa Poltekkes

Kemenkes pangkalpinang tahun 2022. Waktu dan tempat penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2022 di Lingkungan

Kampus Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh mahasiswa Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang yang

bertempat di Pangkalpinang dengan jumlah 467 orang dan sampelnya

berjumlah 83 orang. Sampel ditentukan dengan stratified random sampling

kemudian sampel diambil menggunakan teknik simpel random sampling

sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan

deskriptif dengan menggunakan pendekatan crossectional. penelitian ini

menggunakan instrumen penelitian yang berupa kuesioner. Analisis data yang

digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat untuk melihat


7

hubungan antar variabel dengan menggunakan uji chi square.

Anda mungkin juga menyukai