Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PESERTA DIDIK

KESEHATAN DAN NON KESEHATAN TENTANG SWAMEDIKASI

GASTRITIS DI SMK SANTA MATHILDA MAUMERE

Disusun sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian dalam rangka


menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
akademik Ahli Madya Farmasi Program Studi D-III Farmasi

NAMA : YASINTA FEMI DA FANI

NIM : 244819034

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

AKADEMI FARMASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS

MAUMERE

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.

Menurut World Health Organization (WHO) batasan usia remaja adalah

10-20 tahun dan menurut peraturan menteri kesehatan Nomor 15 tahun

2014 remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10 -18 tahun .Remaja

memliki pertumbuahan dan perkemabangan yang pesat baik secara fisik,

psikologis maupun intelektual.

Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan

untuk dapat diterimaoleh teman sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis

yang dapat menyebabkan remaja sangat menjaga penampilan. Semua itu

sangat mempengaruhi pola makan remaja, termasuk pemilihan bahan

makanan dan frekuensi makan. Remaja takut gemuk sehingga remaja

menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sehari sekali

(Sunarmi, 2018).

Zaman yang semakin berkembang, gaya hidup manusia menjadi

lebihtidak teratur. Salah satu perubahan gaya hidup menyebabkan

pergeserankebiasaan makan. Zaman yang serba modern pemilihan jenis

makanan pada remaja tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi di dalam

makanan, tetapi lebih mengarah kepraktisan untuk bersosialisasi atau

kesenangan semata (Aidelina, 2019).

Gaya hidup yang serba instan dan kurang sehat membuat remaja
sering makan junk food ataufast food (makanan cepat saji), makan mie

instan, minum softdrink, minuman beralkohol, makan kekenyangan,

makan terlalu cepat, makan tidak teratur dan sering jajan sembarangan

tanpa memperhatikan kebersihan dan nilai gizi dari makanan tersebut. Saat

ini kesalahan pola makan remajamenjadi sebuah kebiasaan yang dapat

menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah gastritis

yang di sebabkan pola makan tidak teratur. Pola makan sangat berkaitan

dengan produksi asam lambung. Gastritis biasanya terjadi ketika

mekanisme pelindung lambung mulai berkurang sehingga mengakibatkan

kerusakan dinding lambung (Wahyuni,dkk, 2017).

Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa

lambung. Gastritis dapat terjadi pada seluruh lapisan masyarakat dari

tingkat usia maupun jenis kelamin tetapi dari beberapa survei

menunjukkanbahwa gastritis paling sering terjadipada usia produktif

(Tussakinah,dkk, 2018).

Kejadiaan gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%

penderita gastritis. Kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia

cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa

penduduk. Gastritis sering terjadi pada pelajar karen tidak memperhatiakn

pola makan . (Susilowati,2018).

Jumlah kasus 10 penyakit terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara

timur salah sataunya adalah Gastritis dengan jumlah kasus 53.667 dengan
presentase 6,65% (Dinkes Provinsi NTT,2021).

SMK Santa Mathida Maumere adalah salah satu sekolah kejuruan

yang berada di Kabupaten Sikka Maumere yang memiliki kompetensi

keahlian kesehatan maupun non kesehatan, yang jumlah peserta didik

yang 619 orang. Salah satua alasan melakukan swamedikasi gastritis

kepada peserta didik dilihat dari kebiasaan peseta didik yang karena takut

terlambat dan terkadang terburu- buru ke sekolah sehingga mereka

mengabaiakan sarapan pagi.

Dari latar belakang diatas maka penulis lebih tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Tingkat Pengetahuan

peserta didikKesehatan dan Non Kesehatan Tentang Swamedikasi

Gastritis Di SMK SantaMathilda Maumere”

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perbedaan tingkat pengetahuan peserta didik kesehatan

tentang swamedikasi gatritis?

2. Bagaimana perbedaan tingkat pengetahuan peserta didik non kesehatan

tentang swamedikasi gatritis?

3. Bagaimana perbedaan tingkat pengetahuan peserta didik keshatan dan

non kesehatan tetntang swamedikasi gastritis?


1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan peserta

didikkesehatan dan non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di

SMK Santa Mathilda Maumere

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui perbedaan tingkat penegtahuan peserta didik

kesehatan tentang swamedikasi gastritis di SMK Santa

Mathilda Maumere

2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan peserta didik

non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di SMK Santa

Mathilda Maumere

3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahun peserta didik

kesehatan dan non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di

SMK Santa Mathilda Maumere

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai

perbedaan tingkat pengetahuan peserta didik kesehatan dan non

kesehatan tentang swamedikasi gastritis di SMK Santa Mathilda

Maumere
1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang

perbedaan tingkat pengetahuan peserta didikkesehatan dan non

kesehatan tentang swamedikasi gastritis Di SMK Santa Mathilda

Maumere

1.4.2.2 Bagi Akademi

Dapat dijadikan sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa/I Akademi

Farmasi Santo Fransiskus Xaverius.

1.4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan referensi dan menambah

wawasan untuk melanjutkan penelitian tentang perbedaan tingkat

pengetahuan peserta didik kesehatan dan non kesehatan tentang

swamedikasi gastritis Di SMK Santa Mathilda Maumere

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Materi

Materi tingkat pengetahuan masyarakat tentang Perbedaan tingkat

pengetahuan peserta didik kesehatan dan non kesehatan tentang

swamedikasi gastritis di SMK Santa Mathilda Maumere

1.5.2 Rung Lingkup Responden

Responden dari penelitian ini adalah peserta didik kesehatan dan

non kesehatan SMK Santa Mathilda Maumere


1.5.3 Ruang Lingkup Tempat

Penelitianakan di lakukan di SMK Santa Mathilda Maumere

1.6 Keaslian penelitian

No Nama Judul Metode Hasil penelitian Perbedaan


peneliti penelitian peneliti
1 Santi 2019 Hubungan Metode yang Dari hasil Lokasi
pengetahuan digunakan penelitian penelitian
dengan perilaku dalam dengan jumlah
pencegahan penelitian ini
responden 37
gastritis pada observasi responden.
Mahasiswa deskriptif 19(52%) orang
tingkat 2 prodi bepengetahuan
Keperawatan cukup, 9(24%)
poltekkes RS dr. orang
Soepraoen berpengetahuan
Malang baik,
9(24%)orang
berpengetahuan
kurang.
2 Rika, 2016 Hubungan Metode Hasil penelitian Lokasi
antara penelitian menunjukan penelitian
pengetahuan dan yang bahwa
perilaku digunakan pengetahuan
pencegahan adalah dan perilaku
gastritis pada deskriptif pencegahan
Mahasiswa korelatif gastritis
jurusan dengan menunjukan
Keperawatan menggunakan terdapat
UIN Alaudin rancangan hubungan yang
Makssar cross sagat signifikan
angkatan 2013 sectional. dengan hasil p
Analisis data value 0,000
menggunakan maka p value<
Chi-Square. 0,005. Hal ini
berarti semakin
baik baik
pengetahuan
dan perilaku
yang dimiki
mahasiswa
3 Retna Pengaruh Metode yang Hasil penelitian Lokasi
Warguba, pendidikan digunakan menunjuka penelitian
2016 kesehatan adalah pre pengetahuan
terhadap tingkat eksperimental siswa sebelum
pengetahuan dengan one dilakukan
siswa tentang grop pre test pendidikan
pencegahan and post test kesehatan
gastritis di SMK design paling banyak
Kristen 3 adalah
Tomohon pengetahuan
cukup 28
orang(58,3%)
sedangkan
setelah
dilakukan
pendidikan
banyak
berpengetahuan
baik 32 orang
(66,7%)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 SWAMEDIKASI

3.1.1 Defenisi Swamedikasi

Swamedikasi adalah suatu perawatan sendiri oleh masyarakat

terhadap penyakit yang umum dideritanya, dengan menggunakan

obat- obat yang dijual bebas dipasaran atau obat keras yang bisa

didapat tanpa resep dokter yang diserahkan oleh apotek di

apotek(BPOM,2004).

3.1.2 Tujuan Swamedikasi

Swamedikasi bertujuan untuk meminimalkan kesalahan

pengobatan ataupun pengguna obat(Depkes RI,2006). Pengobatan

sendiri(Swamedikasi) biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan

dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam,

nyeri, batuk, flu, maag, cacingan, diare, penyakitkulit dan lain-

lain(Depkes RI,2006). Swamedikasi dilakukan masyarakat untuk

mengatasi gejala penyakit- penyakit ringan yang dapat dikenali sendiri

Swamedikasi bertujuan untuk meningkatkan kesehatan diri,

mengobati penyakit ringan dan lebih terfokus pada penanganan

terhadap gejala penyakit secarah cepat dan efektif tanpa intervensi

sebelumnya oleh konsultan medis kecuali apoteker(WHO,1998).

Swamedikasi boasanya dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala


penyakit riangam dan keuluhan – keluhan seperti , batuk,

flu( Influenza), demam, nyeri sakit mag, biang keringat dan lain – lain

(Depkes, 2006).

3.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Swamedikasi

Praktek swamedikasi menurut World Health Organization (WHO)

tahun 1998 dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Faktor sosial ekonomi

Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat,

berakibat pada semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin

muda akses untuk mendapat informasi. Dikombinasikan dengan

tingkat ketertarikan individu terhadap masalah kesehatan,

sehingga terjadi peningkatan untuk dapat berpatsipasi langsung

terhadap pengambilan keputusan dalam masalah kesehatan.

b. Gaya hidup

Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak dari

gaya hidup tertentu seperti menghindari merokok dan pola diet

yang seimbang untuk memelihara kesehatan dan mencegah

terjadinya penyakit.

c. Kemudahan memperoleh produk obat

Saat ini pasien dan konsumen lebih memilih kenyamanan

membeli obat yang biasa diperoleh dimana saja, di banding harus

menunggu lama di rumah sakit atau klinik.


d. Faktor kesehatan lingkungan

Dengan adanya praktek sanitasi yang baik, pemilihan

nutrisi yang tepat serta lingkungan perumahan yang sehat,

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat menjaga dan

mempertahankan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit.

e. Ketersediaan produk baru

Saat ini, semakin banyak tersedia produk obat baru yang

lebih sesuai untuk pengobatan sendiri. Selain itu ada juga beberapa

produk obat yang telah dikenal sejak lama serta mempunyai

indeks keamanan yang baik, juga telah dimasukan dalam kategori

obat bebas, membuat pilihan produk obat untuk pengobatan

sendiri semakin banyak tersedia.

3.1.4 Swamedikasi Yang Rasional

a. Tepat diagnosis

Pengobatan merupakam suatau proses ilmiah yang

dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh

selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan

terkandung keputusan ilmiah yang dilandaskan oleh poengetahuan

dan keterampilan untuk melaksanakan interfensi pengobatan yang

memberikan manfaat yang maksimal dan resiko sekecil mungkin

bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan

pengobatan yang rasional. Obat diberikan sesuai dengan diagnosis.


Apabila diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan

obat akan salah (Depkes, 2007).

b. Tepat Pemilihan Obat

Obat dipilih harus memiliki efek terapi yang sesuai dengan

penyakit. Beberapa pertimabangan dalam pemilihan obat menurut

World Health Organization (WHO) yaitu manfaat (efficacy),

kemanfaatan dan keanmaan obat sudah terbukti keamanan

(safetey), resiko pengobatan paling kecil dan seimbang dengan

manfaat dan keamanan yang sama dan terjangkau oleh pasien

(affordable) kesesuaian (cots). Pasien swamedikasi dalam

melakukan pemilihan obat hendaknya sesuai dengan keluhan yang

dirasakan (Depkes, 2007).

c. Tepat Dosis

Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukan

jumlah gram atau volume dan frekuensi pemberian obat untuk

dicatat sesuai dengan umur dan berat badan pasien. Dosis , jumlah,

cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Pemberian dosis

yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentan terapi

yang sempit akan sangat berisiko timbulnya efek samping.

Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapai

kadar terapi yang diharapkan (Depkes, 2007).


d. Waspada Efek Samping

Pasien hendaknya mengetahui efek samping yang mungkin timbul

pada penggunaan obat sehingga dapat mengambil tindakan

pencegahan serta mewaspadainya. Pemberian obat potensial

menimbulkan efek samping, yaitu efek yang tidak diinginkan yang

timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (Depkes, 2007).

e. Efektif , aman, mutu terjamin, dan harga terjangkau

Utuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi.

Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya

berperan sebagai pemberi informasi (drug informer) khususnya

obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi (Depkes, 2007).

f. Tepat Tindak Lanjut (follow up)

Apabila pengobatn sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjutan

konsultasi kedokter (Depkes, 2007).

3.1.5 Hal – hal yang perlu diperhatikadalam pelaksanaan swamedikasi

Berikut ini merupakan beberapa hal penting untuk diketahui

masyarakat ketika akan melakukan swamedikasi (Depkes 2007)

1. Untuk menetapkan jenis obat yang dipilih perlu diperhatikan

a. Pemilihan obat sesuia dengan gejala atau keluhan penyakit

b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, lanjut usia dan lain

– lain

c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap

penggunaan obat
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunanaan , cara pemakaian dan

efek samping

e. Interaksi obat yang dapat di baca pada etiket atau brosur obat

f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi lengkap

tanyakan pada apoteker.

2. Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :

a. Penggunaan obat tidak untu pemakaian secara terus menerus

b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket

atau brosur

c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal- hal yang tidak

diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan ke Apoteker

dan Dokter

3. Kenali efek samping obat yang digunakan agar dapat diperkirakan

apakah suatu keluhan yang timbul kemudian merupak suatui

penyakit baru atau efek samping dari obat

4. Cara penggunaan obat harus memperhatikan hal- hak berikut

a. Obat tidak dimunum terus menerus

b. Gunakan obat sesuai dengan aturan yang tertera pada kemasan

atau brosur obat

c. Bila obat yang diminum menimbulkan hal- hal yang tidak

diinginkan hentikan penggunaanya dan tanyakan kepada

apoteker atau Dokter


d. Hindari menggunakan obat orang lain walaupun gejala

penyakitnya sama

5. Gunakan obat tepat waktu sesuai dengan aturan penggunaan.

Contohnya :

a. Tiga kali sehari berarti diminum setiap 8 jam

b. Obat diminum sebelum atau sesudah makan.

6. Pemakain obat secara oral adalah cara yang paling lazim karena

praktis, mudah dan aman. Cara yang terbaik adalah minum obat

dengan seglas air putih

7. Cara penyimpanan obat harus memeperhatiakan hal – hal berikut:

a. Simpan obat dalam kemasan asli dan wadah tertututp rapat

b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar

matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan

c. Jangan menyimpan obat yang sudah kadaluarsa dan rusak

d. Jauhkan dari jangkauan anak- anak.

3.1.6 Petunjuk melakuakn swamedikasi yang baik dan benar

Pelaksanaan swamedikasi seharusnya dilakukan sesuai

dengan kriteria penggunaan obat yang rasional, yaitutepatobat,

tepatdosis, tepatpasien, waspada efek samping obat, tidak ada interaksi

obat secara klinis. Penggunaan obat dalam swamedikasi adalah glongan

obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA).Pelaku

swamedikasi dalam mendiagnosis penyakitnya harus mampu:


a. Mengetahuijenisobatyangdiperlukan

b. Mengetahuikegunaandariobatsehinggadapatmengevaluasisendiri

perkembangan rasa nyerinya

c. Menggunakanobatsecarabenar

d. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat

memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian

merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat

e. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat

tersebut,terkait dengan kondisi seseorang(BPOM, 2014).

Berikut merupakan petunjuk melakukan swamedikasi menurut Badann

Pengawas Obat dan Makanan

a. Mengenalikondisiketika akanmelakukan swamedikasi

Kondisi yang harus diperhatikan adalah kehamilan, merencanakan

untuk hamil, menyusui, balita, lansia, sedang dalam diet khusus

seperti misalnya diet gula, sedang atau baru saja berhenti

mengkonsumsi obat lain atau suplemen makanan, serta mempunyai

masalah kesehatan baru selain penyakit yang selama ini diderita dan

sudah mendapatkan pengobatan dari dokter.

b. Memahamibahwaadakemungkinaninteraksiobat

Banyak obat dapat berinteraksi dengan obat lainnya atau berinteraksi

dengan makanan dan minuman.Kenali nama obat atau nama zat

berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi


atau hendak digunakan sebagai swamedikasi.

c. Mengetahuiobat-obatyangdapatdigunakanuntuk swamedikasi

Obat yang dapat digunakan untuk swamedikasi adalah

obat yang relatif aman,yaitu golongan obat bebas dan obat bebas

terbatas. Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep

dokter.Tandak husus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh:

Simetikon.

Gambar2.1Tanda Golongan Obat Bebas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

tetapi masih dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat ini biasa disertai
.
dengan tanda peringatan.Tandak husus pada kemasan dan etiket obat

bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna

hitam. Contoh: CTM (Klorfeniramin maleat).

Gambar2.2TandaGolongan Obat Bebas Terbatas

Tanda peringatan pada Obat Bebas Terbatas diantaranya adalah

sebagai berikut:
Gambar2.3TandaPeringatanObatBebas Terbatas

d. Obat wajib Apotek(OWA)

Obat wajib apotek adalh golongan obat yang wajib tersedia diapotek

merupakan obat keras yang diberbolehkan dengan resep dokter.

Obat ini aman dikonsumsi bila sudah melalui konsultasi dengan

apoteker. Tujuannya digolongkan obat ini adalah untuk melibatkan

apoteker dalam praktik swamedikasi. Tidak adalo khusus pada

golongan obat wajib apotek, sebab secara umum OWA merupakan

obat keras . obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral

kontrasepsi, obat sakuran cernah, obat mulut serta tenggorokan, obat

saluran napas, obat yang mempengaruhui sistem neuromuskular ,

anti parasit dan obat kulit topokal.

e. Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul

Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi, gatal-

gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain. Oleh karena itu penting

untuk mengetahui efek samping apa yang mungkin terjadi dan apa
yang harus dilakukan saat mengalami efek samping tersebut

f. Meneliti obat yang akan dibeli

Pada saat akan membeli obat, pertimbangkan bentuk sediaannya

danpastikan bahwa kemasan tidak rusak. Lihatlah dengan teliti

kemasan luar maupun kemasan dalam produk obat, fisik obat dan

tanggal kadaluarsa obat.

g. Mengetahuicarapenggunaanobatyangbenar

Bacalah aturan pakai obat sesuai dengan petunjuk yang tertera pada

label. Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan,

jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan efek yang baik

(BPOM, 2014).

3.2 Gastritis

3.2.1 pengertian gastritis

Gastritis adalah proses inflamasi pada Mukosa dan submukosa

lambung (Sudoyo, 2014). Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh

berasal dari bahasa yunani yaitugastro, yang berarti lambung dan itis

yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis adalah suatu keadaan

peradangan atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronis, difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu

gastritis akut dan kronik (Price,dkk, 2015).


3.2.2 Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Gastritis

Gastritis terjadi karena berbagai sebab paling umum akibat

peningkatan produksi asam lambung atau menurunnya daya tahan

dinding lambung terhadap pengaruh luar. Gastritis akut yang tidak

diobatiakan berkembang menjadi kronis. Gastritis yang disertai

borok atau luka pada dinding lambung disebut tukak lambung.Faktor

faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit gastritis antara lain :

1. Umur

Penyakit gastritis dapat timbul atau menyerang segalausia, mulai

anak-anak hingga usia Walaupun gastritis dapat menyerang

segala usia tapi mencapai puncaknya pada usia lebihdari 40

tahun

2. Jeniskelamin

Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih sering terkena

penyakit gastritis. Hal ini disebabkan karena wanita sering diet

terlalu ketat, karena takutgemuk, makantidakberaturan,

disamping ituwanita lebihemosional dibandingkan pria.

3. Sosial Ekonomi

Bakteri Helicobakter Pylori ialah penyebab utama suatu

gastritis kronik aktif (Asdie,2016). Bakteri ini terdapat diseluruh

dunia dan berkolerasi dengan tingkat sosioekonomi masyarakat.

Di negara berkembang dengan tingkat ekonomi rendah, terjadi

infeksi pada 80% penduduk setelah usia 30 tahun. Besarnya


pengaruh sosialekonomidengan tingginya prevalensi infeksi

Helicobacter pylori pada masyarakat. Makin rendah tingkat

sosial ekonomi makin tinggi prevalensi infeksinya. Perbaikan

tingkat sosial ekonomi dapat menurunkan prevalensi kejadian.

(Fedorek SC dkk,2021). Dalam penelitiannya juga mendapatkan

hubungan antara tingginya prevalensi infeksi Helicobacter

pylori dengan makin rendahnya tingkat sosial ekonomi.

4. Makanan

Penyimpangan kebiasaan makan, cara makan serta konsumsi

jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis

akut, faktor penyimpangan makanan merupakan titik awal yang

mempengaruhi terjadinya perubahan dinding lambung.

Peningkatan produksi cairan lambung dapat dirangsang oleh

konsumsi makanan atau minuman.Cuka, cabai, kopi, alkohol,

serta makanan lain yang bersifat merangsang juga dapat

mendorong timbulnya kondisi tersebut. Pada akhirnya kekuatan

dinding lambung menjadi semakin parah sehingga akan

menimbulkan luka pada dinding lambung. Jika tidak lekas

ditangani, penyakit ini akan berubah menjadi gastritis kronis.

Namun, gastritis juga dapat timbul setelah makan makanan

pedas, asam, minum kopi atau alkohol.


5. FaktorPsikologi.

Stres adalah suatu kondisi dimana seseorang ada dalam

keadaan yang sangat tertekan. Stres menurut Terry Looker dan Olga

Gregson (2005), adalah sebuah keadaan yang kita alami ketika ada

sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan

kemampuan untuk mengatasinya. Adapun tanda-tanda atau gejala

stres sebagai berikut:

1. Gejala fisik meliputi berdebar-debar, gangguan pencernaan,

sakit kepala, lesu, letih, sulit tidur, berkeringat dingin, nafsu

makan menurun dan sejumlah gejala lainnya.

2. Gejala mental meliputi cemas, kecewa, merasa putus asa

dan tanpa daya, tidak sabar, mudah tersinggung, marah,

tergesa-gesa, sulit berpikir jernih, berkonsentrasi, dan

membuat keputusan, gelisah dan sebagainya. Para ahli

kedokteran sependapat menyatakan bahwa produksi HCl

yang berlebih di dalam lambung, disebebkan terutama oleh

adanya ketegangan atau stres mental atau kejiwaan yang

cukup berat.

3. Peneliti Amerika, telah membuktikan bahwa tubuh manusia

yang menerima suatu tekanan atau ancaman dalam bentuk

apapun, akan mengadakan serangkaian reaksi penangkis

(perlawanan).

4. Stres dapat merangsang peningkatan produksi asam


lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan

mendorong gesekan antara makanan dan dinding lambung

menjadibertambahkuat. Halinidapat menyebabkan

terjadinya peradangan di lambung (Rahmawati,2019).

3.2.3 Klasifikasi gastritis

Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik

(Price,dkk, 2015).

1. GastritisAkut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa

lambung yang akut dengan kerusakan – kerusakan erosi.

Gastritis akut adalah suatu peradangan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan pada bagian superfisial. Jadi, gastritis

akut merupakan peradanganpadadinding lambung yangtimbulsecara

mendadakdancepat sembuhdengansendirinya dan memilikitanda dan

gejala yang khas. Agen penyebab yang sering terjadi pada gastritis

akut adalah makanan berbumbu, pedas, alkohol, kafein, dan aspirin

(Mutaqin,dkk, 2011).

2. Gastritis Kronis

Peradangan gastritis yang superfisial tidak begitu berbahaya,

namun dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung.

dengan ekskoriasiul serativ amukosa lambung oleh sekresi peptik

lambung sendiri. pada kasus-kasus yang berlangsung lama,


menyebabkan atrofi mukosa lambung. Penelitian

menunjukkanbahwa banyak gastritis disebabkanoleh infeksi

bakterial pada mukosa lambung yang kronis. Gangguan ini dapat

diobati sempurna dengan suatu rangkaian pengobatan antibiotika

yang intensif (guyton,dkkl, 2012).

3.2.4 Tanda dan gejala

Kebanyakan Gastritis tanpa gejala, Mereka yang mempunyai

keluhan biasanya berupa keluhan yang tidak khas, keluhan yang

sering dihubungkan dengangastritisadalah nyeripanas dan nyeriulu

hatidisertaimualkadang kadang sampai muntah.

3.2.5 Etiologi

Penyebab terjadinya gastritis sering berkaitan dengan hal-hal sebagai

berikut :

1. Pemakaian obat anti inflamasi

Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam

mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non

steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung, karena

terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung. Selain itu

jenis obat ini juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel

mukosa karena bersifat iritatif dan sifatnya yang asam dapat

menambah derjat keasaman pada lambung


2. Konsumsi alkohol

Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak

sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan

terjadinya iritasi pada mukosa lambung

3. Terlalu banyak merokok

Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus

yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga

suplai darah ke lambung mengalami penurunan.Penurunan ini

dapat berdampak pada produksi mukosa yang salah satu fungsinya

untuk melindungi lambung dari iritasi.Selain itu CO yang

dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat Hb dari pada oksigen

sehingga memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada

lambung.Kejadian gastritis pada perokok juga dapat dipicu oleh

pengaruh asam nikotinat yang menurunkan rangsangan pada pusat

makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat

langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak

ada makanan yang masuk

4. Konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam/basa

Konsumsi asam maupun basa yang kuat seperti etanol, thiner, obat-

obatan serangga dan hama tanaman, jenis kimia ini dapat merusak

lapisan mukosa dengan cepat sehingga sangat beresiko terjadi

perdarahan
5. Stress berat

Stress psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang

dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung.

Peningkatan HCl dapat dirangsang oleh mediator kimia yang

dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinerfin.

3.2.6 Patiofisiologi

Secara patofisiologi, ada beberapa factor yang dapat

menyebabkan kerusakan mukosa lambung meliputi kerusakan

mukosa barier, yang meyebabkan difusi balik ion H+ meningkat,

perfusi mukosa lambung yang terganggu dan jumlah asam lambung

yang tinggi.

Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri contohnya stress

fisik akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu

sehingga timbul daerah-daerah infark kecil, selain itu sekresi asam

lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada pasien stress fisik

biasanya tidak terganggu. Hal tersebut yang membedakannya dengan

gastritis erosive karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks,

gastritis karena bahan kimia dan obat menyebabkan mucosal barier

rusak sehingga difusi balik ion H+ meninggi.

Gastritis erosive akut (disebut juga gastritis reaktif) dapat

terjadi karena pajanan beberapa factor atau agen termasuk OAINS,

Kokain, refluks garam empedu, iskemia, radiasi yang mengakibatkan

kondisi hemoragi, erosi, dan ulkus. Akibat pengaruh gravitasi, agen


ini akan berada pada distal atau yang terdekat dengan area akumulasi

agen. Mekanisme utama dari injuri adalah penurunan sintesis

prostaglandin yang bertanggung jawab memproduksi mukosa dari

pengaruh asam lambung.

3.3 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang di miliki (mata,

hidung, dan mulut). Hal tersebut sangat di pengaruhi oleh intesitas

perhatian dan persepsi terhadap objek (Natoadmodjo, 2007).

3.3.1 Tingkat Pengetahuan

Menurut Natoadmadjo (2007), pengetahuan dapat di bagi dalam

empat tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Tahu

Tahu adalah mengingat kembali yang telah di pelajari

sebelummnya termasuk suatu hal spesifik dari seluruh bahan

yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.

b. Memahami

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang di ketahui materi secara benar.

c. Aplikasi

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah di pelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.


d. Analisa

Analisa adalah kemampuan dalam menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling

terkait dan masih berada di dalam satu struktur organisasi.

e. Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria

yang di tentukan sendiri.

3.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Natoadmadjo (2007) ada tujuh faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu :

a. Tingkat Pengetahuan

Seseorang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas di bandingkan dengan seseorang

berpendidikan lebih rendah.

b. Pengalaman

Pengalaman yang sudah di peroleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang.
c. Sumber Informasi

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang misalnya radio, televise, buku, Koran dan internet.

d. Usia

Bertambahnya usia dapat di pengaruhi pada pengetahuan

yang di perolehnya.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak dapat berpengaruh pengetahuan seseorang.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

3.3.3 Pengukuraan tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto bahwa pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkat- tingkat tersebut.

Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam

mengkategorikan jenjang dalam penelitian biasanya ditulis dengan

presentase misalnya:

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%

b. Tingkat penegtahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%


c. Tingkat pengetahun kurang bila skor atau nilai 40-55%

d. Tingkat pengetahuan buruk bila skor ataunilai <40%

3.4 Kerangka pikir

Peserta didik SMK Santa


Mathilda

Gastritis

Karakteristik
Faktor penyebab
Responden
Swamedikasi gastritis
Informasi tentang gatritis Pola makan
Pemicu gastritis Stres
Perempuan Terapi farmakologis da
Laki – laki non farmakologis
Cara dan aturan minum
obat
Penyimpanan obat
gastritis

Tingkat pengetahuan
Baik
Cukup
Sedangn
Rendah

Keterangan:

Bagian yang diteliti

Bagian yang tidak diteliti


3.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih

bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.

H0 : Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan peserta didik

kesehatan dan non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di

SMK Santa Mathilda Maumere ≤66 %

Ha : Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan peserta didik kesehatan

dan non kesehatan tentang swamedikasi gastritis di SMK Santa

Mathilda Maumere ≥66 %


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif Analitik artinya penelitian

yang menekankan analisisnya pada data-data numerik(Angka).

Penelitian ini akan di analisis mengunakan analisis komparasional

yang itu membandingkan perbedaan tingkat pengetahu peserta didik

kesehatan dan non kesehatan SMK Santa Mathilda Maumere tentang

swamedikasi gatritis (Sigiyono, 2017).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Santa Mathilda

Maumere

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2022


3.3 Objek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah atau generasi terdiri atas obyek /

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

(Sugiyono, 2008). Populasi ini adalah peserta didik kesehatan

dan non kesehatn SMK Santa Mathilda yang berjumlah 619

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

di miliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2017). Sampel di

hitung berdasarkan rumus slovin dengan tingkat jumlah

yaitu :

N
N=
1+ N ( a2 )

Keterangan:

n = Jumlah populasi

N= Jumlah sampel

a = Tingkat kesalahan /margin of error

Dalam menentukan jumlah sampel yang di pilih penulis

menggunakan tingkat kesalahan 10% pada populasi sebanyak

adalah 619 orang dengan perhitungan sebagai berikut :

N
n=
1+ N ( a2 )
619
n=
1+619 (0,12)

619
n= =¿7,19
1+619 × 0,01

619
n=
7,12

86 orang

Berdasarkan rumus tersebut sampel yang memperoleh

adalah 86 orang . Sampel dalam penelitian ini adalah 86

orang responden dari 619 peserta kesehatan dan non

kesehatan SMK Santa Mathilda MaumereTeknik

pengambilan sampel Pada penelitian ini menggunakan

stratifet random sampling.

Stratifet random sampling adalah proses pengambilan

sampel melalui proses pembagian populasi ke dalam strata

(penelitian siswa/siswi) memilih sampel-sampel acak secara

sederhana dari setiap strata dan menggabungkan ke dalam

sampel untuk memilih parameter populasinya. (Sugiyono,

2017). Strata yang digunakan dalam penelitian yaitu peserta

didik kesehatan dan non kesehatan. Strata yang digunakan

dalam penelitian Padaadalah strata geografis dimana sampel

dibagi bebrapa bagian yaitu peserta didik kesehatan( Dental

Asisten, Farmasi klinis dan komunitas dan Asisten


keperawatan) dan non kesehatan (perhotelan dan Teknik dan

bisnis sepeda motor)

Dental Asisten = 54 orang

Farmasi klinis dan komunitas = 226 orang

Asisten keperawatan= 101 orang

Perhotelan =96 orang

Teknik dan bisnis sepeda motor=142 orang

Menggunakan rumus stratified random sampling yaitu :

¿
ni = N X n

keterangan :

ni = Jumlah anggota menurut stratum

n = jumlah anggota sampel seluruhnya

Ni = Jumlah anggota populasi menurut stratum

N = jumlah anggota populasi seluruhnya

Peserta didik kesehatan

54
Dental Asisten = x 86= 7,5 dibulatkan 8 orang
619

226
Farmasi klinis dan komunitas= x 86 = 31orang
619

101
Asisten keperawatan = x 86=¿ 14 orang orang
619

Peserta didik non kesehatan

56
Perhotelan = x 86= 7,7dibulatkan 8 orang
619
142
Teknik dan bisnis sepeda motor = x 86 = 19,7 dibulatkan 20
619

orang

1. Kriteria inklusi

a. Pesrta didik kesehatan dan non kesehatan SMK

Santa Mathilda Maumere

b. Bersedian menjadi responden

1. Kriteria eksklusi

a. Peserta didik yang tidak bersedia menjadi responden

3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.4.1 Uji Validitas

Di gunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu

kuesioner. Kuesioner dapat di katakana valid apabila

pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang dapat ukur oleh kuesioner

tersebut. Untuk menghitung uji validitas bandingkan nilai

correlated item dengan hasil perhitungan r tabel.

Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka pertanyaan atau

indikator tersebut valid (Ghozali, 2013). Apabila r hitung lebih

besar dari r tabel maka pertanyaan atau indikator tersebut

valid, dan apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka

pertanyaan atau indikator tersebut tidak valid. Pengujian


validitas tiap item pertanyaan di lakukan dengan menghitung

antara skor item dengan skor total. Kriterianya sebagai

berikut :

1.rhitung >rtabel atau signifikan<0,05 maka item pertanyaan

valid.

2.rhitung<rtabel atau signifikan <0,05 maka item pertanyaan

tidak valid.

1.4.2 Uji Reabilitas

Uji reabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang di

nyatakan valid. Reabilitas adalah indeks yang menunjukan

sejauh mana suatu alat ukur di pakai dua kali untuk

mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relatif

sama maka alat ukur tersebut

reliable. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan

konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama.

Reliabilitas di lakukan untuk mengukur konsistensi konstruk

atau variabel penelitian suatu kueisioner dikatakan reliable

atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu untuk

mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α)

suatu variabel dikatakan reliable (handal) jika memiliki nilai

Cronbach Alpha > r tabel 0,50. Dalam penelitian ini pengujian


reliabilitas di lakukan berdasarkan jika nilai Alpha melebihi r

tabel 0,50 maka pertanyaan variabel tersebut reliable dan

sebaliknya (Ghozali, 2013).

3.5 Jenis Data

3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh berdasarkan

jawaban dari peserta didik terhadap kuesioner yang di

berikan. Data terdiri dari tingkat pengetahuan Siswa siswi

kesehatan dan non kesehatan SMK ST.Mathilda Maumere

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah diolah terlebih

dahulu dan baru didapatkan oleh peneliti dari sumber yang

lain sebagaai tambahan informasi. Beberapa sumber data

sekunder adalah buku, jurnal dan publikasi pemerintah

3.6 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data

yang di lakukan dengan memberikan daftar pertanyaan secara tertulis

untuk mendapatkan informasi yang di perlukan.


3.7 Variabel penelitian dan Defenisi operasional

Variabel penelitian adalah salah satu bentuk penelitian yang

dapat menghasilkan informasi untuk menentukkan sebuah

kesimpulan.

3.7.1 Variabel bebas

Variabel independen(variabel bebas) adalah variabel

yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahanya.

Variabel ini disebut sebagai variabel stimulasi (Sugiyono,

2009). Variabel bebas dari penelitian ini adalah pendidikan

(Jurusan) yang di tempuh oleh peserta didik keshatan maupun

non kesehatan

3.7.2 Variabel Terikat

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

tingkat pengetahuan peserta didik mengenai swamedikasi.

3.7.3 Defenisi Operasional Penelitian

Defenisi operasional adalah defenisi variabel-variabel yang

akan di teliti secara operasional di lapangan penelitian

(Masturoh,2018).
Variabel Defenisi Parameter Alat Skala Hasil ukur
operasional penelitian ukur ukur
Perbedaan Segala yang Kosion O Pengetahuan.
Tingkat diketahui 1. Pengertian er r Baik 76-100%
pengetahuan peserta didik gastritis d Cukup 56-75%
peserta didik kesehatan dan 2. Gejala i Kurang:
kesehatan non kesehatan n 40-55%
gastritis
dan non yang berkaitan a Buruk : <40%
kesehatan dengan
3. Penyebab l
tentang swamedikasi gastritis
swamedikasi Gastritis 4. Pencegahan
gastritis di gastritis
SMK 5. Pengobatan
St.Mathilda gastritis
6. Cara
penggunaan
obat gastritis
7. Cara
penyimpana
n obat

8 Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk memperoleh penyajian dan

kesimpulan yang baik, data penelitian yang di peroleh masih mentah

belum dapat memberikan informasi maka di perlukan pengolahan

data. Beberapa kegiatan yang di lakukan dalam pengolahan data oleh

peneliti yaitu :

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil

jawaban dari kuesioner yang di berikan kepada responden dan

kemudian dilakukan koreksi apakah sudah terjawab dengan

lengkap atau belum. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila

terjadi kekurangan atau tidak sesuai bisa di lengkapi. Pada

penelitian ini peneliti melakukan editing setelah menerima


kuesioner yang telah di isi oleh responden di periksa kebenaran

dan kelengkapannya.

b. Coding

Kegiatan ini diberikan kode angka pada kuesioner terhadap

tahap-tahap jawaban dari responden agar lebih mudah dalam

pengolahan selanjutnya. Coding pada penelitian di lakukan

dengan cara memberikan kode angka pada setiap jawaban untuk

mempermudah dalam pengolahan dan analisis data. Cara

mengetahui tingkat penggunaan obat tradisional pada malaria

dengan jawaban yang benar skor 1 dan jawaban yang salah di

beri skor 0.

c. Tabulating (Tabulasi)

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari

jawaban kuesioner responden yang sudah di beri kategori

kemudian di masukkan ke dalam tabel. Tabulating di lakukan

setelah jawaban kuesioner di kategorikan kemudian peneliti

menghitung data dan masukkan ke dalam tabel.

3.9 Analisi Data

Menurut (Arikunto, 2006) analisis deskriptif kuantitatif adalah

analisis yang di gunakan untuk menjelaskan secara deskriptif hasil

ukur di inteprestasikan ke dalam empat kategori tingkat pengetahuan

yaitu, sebagai berikut :


Baik : 76 % - 100 %

Cukup : 56 % - 75 %

Kurang :40 % - 55 %

Buruk : <40%

Teknik analisis ini merupakan suatu prosedur pengolahan data

dengan tabulasi dan meningkatkan data dengan cara ilmiah dalam

bentuk tabel atau grafik. Analisis deskriptif berfungsi untuk

meringkas, mengklarifikasikan dan menyajukan data. Data yang di

peroleh di analisis dengan rumus presentase sebagai berikut:

x
P = ×100%
n

Keterangan :

P=presentase

x=jumlah jawaban yang benar

n=jumlah seluruh item soal

3.10Analisis Uji Hipotesis

Berdasarkan hipotesis tersebut maka analisa data yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan analisis data T-test one tail pihak

kanan. Pengujian hipotesis T-test one tail pihak kanan adalah pengujian

hipotrsis dimana hipotesis nol (HO) berbunyi “sama dengan” atau


“lebih kecil atau sama dengan”dan hipotesis alternatif berbunyi “lebih

besar” atau” lebih besar sama dengan “ (Payadya dan Jayantika, 2018 ).

DAFTAR PUSTAKA

Aldelina, Helvy . 2019. Evaluasi Pola Makan sebagai Upaya Pengurangan


Kambuh pada Penderita Gastritis Usia Remaja. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Arikunto,S.2006. Prosedur penelitian:suatu pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka
Ahmad H. Asdie. 2016. Prinsip –prinsip penyakit dalam.Penerbit Buku
kedokteran EGC
Badan pengawasan obat dan makanan. 2004. Pengobatan sendiri. Jakarta.
Eka, Novianti. 2020. Identifikasi Kejadian Gastritis Pada siswa
Muhamadia 3 Masaran
Departemen Kesehatan RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta.
Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS
21Update PLS Regresi. Saemarang: Badan penerbit Universitas
Diponegoro.
Masturoh & Anggita, 2018.Metodologi Penelitian Kesehatan.Kementrian

Kesehatan RI.

Natoadmadjo S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta


Rineka

Price, S.A., dan Wilson, L. M. 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis


Prosesproses Penyakit, Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit,
B. U., Hartanto, H., Wulansari, p., Mahanani, D. A.,Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Rika. 2016.Hubungan antara pengetahuan dan perilaku pencegahan
gastritis pada mahasiswa jurusan keperawatan UIN Alaudin
Makassar

Rahmawati. 2019. Faktor – faktor yang berhubungan dengan Timbulnya


Gastritis Pada siswa menenga Kota Jambi.
Retna Warguba. 2016. Pengaryh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan siswa tentang pencegahan gastritis di SMK Kristen
Tomohon.

Sunarmi. 2018.Faktor-Faktor yang Berisiko dengan Kejadian Penyakit


Gastritis di Poliklinik Penyakit dalam Rumah Sakit Muhammadiyah
PalembangTahun 2018. Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science
Kesehatan, 8: 61-75

Suisilowati,L,Hariri MH.2019. Hubungan Pola makand dengan kejadian


gastritis pada pelajar. Jurnal antar keperawatan

Sudoyo, Aru w. 20014. Ilmu penyakit dalam.Jakarta. Pusat pener bit


Departemen ilmu penyakit dalam FKUI
Sugiyono, 2017. Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
Bandung :http://mssugiyantojambi.wordpresscom/2011/04/15

WorldHealthOrganization.1998.TheRoleofthePharmacistinSelf–

Coreandself–Medication.
LAMPIRAN 1: SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Surat Persetujuan Menjadi Responden

Saya atas nama Yasinta Femi da Farni adalah mahasiswa Akademi Farmasi St.

Fransiskus Xaverius Maumere. Penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir

pada program D-III Farmasi Akademi Farmasi St. Fransiskus Xaverius Maumere. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik kesehatan dan

non kesehatan tentang swamedikasi Gastritis . Untuk kepentingan tersebut saya mohon

kesediaan Saudara/Saudari untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya.

Jika Saudara/ Saudari besedia, silahkan menandatangani surat persetujuan ini

sebagai bukti kesukarelaan Saudara/ Saudari. Identitas pribadi sebagai partisispasi atas

rahasia dan semua informasi yang diberikan hanya digunakan untuk penelitian.

Saudra/Saudari berhak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi tanpa ada sanksi dan

konkuensi buruk dikemudian hari. Jika ada hal yang kurang paham Saudara/Sudari dapat

langsung bertanya kepada peneliti.

Atas perhatian dan kesediaan Saudara/Saudari menjadi responden dalama

penelitian ini saya ucapkan terimah kasih.

Maumere, 2022

Peneliti Responden
(Yasinta Femi Da Fani )

Lampiran 2 kuesioner

TINGKAT PENGETAHUAN PESETA DIDIK KESEHATAN

DAN NON KESEHATAN SWAMEDIKASI TENTANG

GASTRITIS DI SMK SANTA MATHILDA MAUMERE

A. Identitas responden

Nomor :

Nama :

Usia :

Jurusan :

Jenis kelamin : Laki- Laki Perempuan

B. Pertanyaan

Isilah pertanyaan benar atau salah dengan memberi jawaban(√)

No Pernyataan Benar Salah Skor


1 Gastritis merupakan penyakit Benar = 1
keturunan Salah = 0
2 Gejala gastritis adalah rasa nyeri Benar = 1
pada uluh hati,mual,muntah, berat Salah = 0
badan turun, dan diare
3 Gastriris dapat dihindari dengan Benar = 1
pola makan teratur Salah = 0
4 Kondisi stres dapat memicu Benar = 1
terjadinya gastritis Salah = 0
5 Minum kopi dan alkohol dapat Benar = 1
merangsang pengeluaran asam Salah = 0
lambung
6 Obat gastritis diminum sesuai Benar = 1
dengan atuiran yang tertera Salah = 0
dibungkusan
7 Obat gastritis(Promag dan Mylanta) Benar = 1
diminum langsung setelah makan Salah = 0

8 Bila sakit gastritis sudah parah Benar = 1


maka obat maag harus diminum 2 Salah = 0
tablet sekaligus
9 Obat antasida dikonsumsi 1 jam Benar = 1
sebelum makan Salah = 0
10 Apabila belum kadaluwarsa obat Benar = 1
dalam bentuk sirup boleh diminum Salah = 0
meskipun sudah berubah warna
11 Obat omeprazole dapat menim Benar = 1
bulkan sakit kepala Salah = 0
12 Obat harus diminum sampai waktu Benar = 1
habis walaupun gejala sudah hilang Salah = 0

13 Batas pemakaian obat antasida Benar = 1


diminum 4 kali sehari Salah = 0
14 Obat gastristis disimpan jauh dari Benar = 1
pancaran sinar matahari Salah = 0

Anda mungkin juga menyukai