Anda di halaman 1dari 4

Cerita rakyat dari SIKKA

TEKA IKU

Di Dusun Hubing ada tempat pertemuan Moan Teka Iku bersama

tujuh lepo (orang yang punya pengaruh di kampung). Kini tempat

pertemuan sudah dipagari dan batu-batunya masih ada. Ada batu

panjang seperti meja dan tempat duduk para lepo. Menurut cerita,

tempat ini dijadikan tempat pertemuan guna merancang strategi perang

melawan Belanda. Di tempat inilah Teka Iku selalu menemui para lepo.

Menurut penuturan warga setempat, Moan Teka Iku adalah seorang

anak yang dipungut oleh Moan Mitan. Moan Mitan memiliki seorang

anak yang bernama Moan Iku. Dalam cerita itu disebutkan Moan Teka

dan Moan Iku  adalah satu dan tak terpisahkan. Keduanya kemudian
menyebut diri Moan Teka Iku, karena merasa satu. Sebutan itu lalu

bertahan hingga kini.

Sebenarnya Moan Teka Iku adalah sosok dua orang yang telah

bersatu. Teka dalam bahasa setempat arinya muncul dari belahan

bambu. Teka Iku dalam kisahnya dalam buku Sejarah Perjuangan Teka

Iku yang ditulis oleh Antonius Anton Nurak  adalah panglima perang

yang memiliki motto yang membakar semangat yang berbunyi : A'u Teka

Iku Rebu Bait (Akulah Teka Iku Pahit Bagaikan Besi), Rebu Natan Kena

Ngang (Besi Retak Jenis Baja), Damar Jawa Daan Dadin (Menghijaukan

bagaikan daun damar), Nura Lelan Sampe Daran Segar (Menghijaukan

Sepanjang Tahun).

Motto perang Teka Iku ini membakar para pengikutnya melawan

penjajahan. Moan Teka Iku bertekad memberantas penjajahan. Dia

melawan karena melihat penjajah sering memungut  pajak hasil bumi

yang dibayar kepada raja di masa itu untuk kepentingan Belanda.

Kerja paksa pun diwajibkan dengan mengumpulkan bibit kelapa dan

menanamnya sepanjang dataran pinggir pantai demi kepentingan

Belanda. Hal inilah yang membuat Moan Teka Iku melawan. Dia ingin

menghapus penjajahan dan menolak Belanda di muka bumi Sikka. Ia

kemudian menyusun dan membentuk pertahanan melalui strategi

merangkul semua kepala kampung guna melawan penjajah.

Dikisahkan, Moan Teka Iku selalu berjuang mati-matian melawan

penjajahan. Banyak kisah yang menuturkan gigihnya perlawanan Teka


Ikut terhadap Belanda. Dia membakar semangat rakyat dengan kata-

kata sebagai berikut:  Iku Mitan Manu. Nai Gata Neta Klereng. Manu

Nanga Eron Blon. Toki Tokang Sara Plapeng. Toki Ene Loar Ha.  Artinya

Iku hitam ayam payau. Bertengger di segala cabang. Sang bangau si

leher panjang. Cotok-pagut dengan tepat. Kuserbu habis, satu pun tak

kutinggalkan. Kata-kata ini sering diteriakkan Moan Teka Iku di seluruh

penjuru guna membakar semangat rakyat.

Ada pula kata-kata yang sering dijadikan kekuatan, antara lain Pale

Tupat Lamen Doa. Kena Desa Ola Gelit, Sede Gete. Mapa Letan Hepen di

Gena. Lala di Gena. Peli Mitan Aur Meran. Laen Ojo Nulu Olor yang

berarti Pale Tupat Putera Gila. Jika diterjemahkan kira-kira berarti

Putera Gila Jangan Dicoba, Jerat Membesar, Menghadang Lorong,

Nyamuk dan Lalat Turut Terperangkap. Bambu Hitam Aur Merah.

Belum Digosok Sudah Menyala.

Menurut keterangan,  Moan Teka adalah seorang sosok yang gagah

perkasa, terampil dan berbudi luhur. Moan Teka Iku juga bertubuh

kuat, kekar lagi terampil, mampu dan bertanggung jawab. Ia juga sosok

yang berwibawa dan agresif.  Cara perangnya melawan Belanda juga

unik. Dia selalu berperang dengan cara membakar dan

membumihanguskan kampung yang akan dikuasai Belanda.  Dia juga

memperbesar kekuasaannya dengan mengawini wanita di setiap

kampung. Orang yang ia nikahi adalah anak dari orang-orang yang

memiliki pengaruh di kampung tersebut. Taktik lain dari perangnya


menghancurkan Belanda adalah mempersatukan semua kampung besar

seperti di Kode, Delang, Tadabliro, Baluele, Tomu, Halat, Diler Arat,

Puho,Wutik dan kampung di bagian timur Sikka, Arat Umalaju, Habi,

Bei Hara, Getang, Apin Goot, Puho Rohe, Ian, Heo, Hewokloang, Bora

dan Klotong.

Perjuangan melawan penjajah membuat Moan Teka Iku dicari

penjajah Belanda.

Dia dihukum 20 tahun penjara dan denda uang 300 gulden. Teka Iku

lalu dibuang ke Kupang, Timor. Selanjutnya ke Makkasar dan di Bugis

Watang.  Teka Iku adalah sosok yang tidak hanya dikenal oleh

keluarganya. Hampir semua warga Sikka telah mengenal sosok ini.

Teka Iku Rebu Bait. Moto dan tekad kepahlawanannya telah

membuat sosok pria ini dikenal sebagai orang yang berjuang melawan

penjajahan dan ketidakadilan di Sikka. Pemkab Sikka dan DPRD Sikka

juga telah menetapkan Teka Iku sebagai pahlawan dan telah

menyampaikan fakta dan bukti sejarah tentang kepahlawanan Teka Iku.

Tetapi hingga kini belum ada penetapan Moan Teka Iku sebagai

pahlawan nasional.

Anda mungkin juga menyukai