Anda di halaman 1dari 6

Trans-Literasi

Mitos NENEK BERTELINGA LEBAR- Marae/ Bunak- Desa Fulur, Kec. Lamaknen, Kab.
Belu

PENGANTAR

Salah satu mitos orang bunak khususnya masyarakat desa Fulur- kecamatan Lamaknen
yang hingga hari ini masih terkenal adalah seorang nenek bertelinga lebar. Ketika orang- orang
tua menyebut nenek bertelinga lebar kepada anak- anak pastilah mereka sudah merasa takut
karena mengingat cerita apa yang terjadi pada zaman dahulu. Hingga hari ini cerita ini menjadi
suatu cerita rakyat yang diturunkan turun temurun.

Dikisahkan bahwa pada zaman dahulu kehidupan warga masyrakat desa Fulur masih
sangat primitiv, mereka hidup diperkampungan yang sangat terpencil. Letak rumah- rumah
tempat tinggal mereka berjauhan satu dengan yang lain. Setiap keluarga memiliki tanah yang
luas, banyak sapi, kambing dan lain- lain. Rumah- rumah terbuat dari daun alang- alang,
bentuknya tinggi dan memiliki lumbung untuk menyimpan hasil panen. Penduduknya pada saat
itu masih sangat sedikit sehingga kelihatan bahwa daerahnya pun masih sangat rawan dengan
hal- hal yang berbauh angker. terdapat banyak kali- kali kecil dan hutan lindung sebenarnya
bukan hutan lindung yang dilindungi oleh pemerintah tetapi hutan yang tidak pernah di tebang
pohon- pohonnya karena didalamnya terdapat sumber air. Bagi masyrakat desa Fulur hutan ini
disebut dengan “JOBU”. Jobu– jobu ini pada zaman dahulu sangatlah menakutkan karena
menurut cerita di JOBU itu terdapat gua dan gua itu adalah tempat tinggal NENEK
BERTELINGA LEBAR. Nenek ini tidak menetap di satu JOBU tinggal berpindah-pindah
tempat. Masyarakat desa belum mengenal jam dinding pada saat itu, jadi mereka mengukur
waktu juga hanya dengan melihat matahari terbit dan terbenam. Pada sore hari ketika mulai
gelap dan suasana mulai tenang semua orang berbondong- bonding masuk dalamrumah dan
mengunci pintu rumah mereka masing- masing.

NENEK BERTELINGAH LEBAR

Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang nenek tanpa nama di sebuah gua di dalam
hutan/ “JOBU” yang sangat keramat. Nenek itu biasa dipanggil dengan nama Nenek Bertelinga
lebar. Pada suatu hari ada dua anak perempuan pergi ke kebun mereka bersama orang tua
mereka. Pada siang hari kira- kira pukul dua belas anak- anak perempuan ini turun ke kali untuk
mandi. Sebagai anak- anak mereka sangat senang ketika melihat melihat air kali mengalir dengn
begitu deras. Mereka pun mulai membuka pakaian mereka dan bergegas masuk ke dalam kolam
yang tidak begitu dalam dan mulai mandi. Mereka berenang bergerak ke sana ke sini sambil
berteriak –teriak bahagia dan menikmati dingin dan segarnya air kali kecil itu. Di pinggir kali itu
terdapat pohonan yang besar, rindang dan menyejukkan. Ada pohon asam, pohon beringin,
pohon kemiri dan pepohonan yang lain semuanya itu menambah kesegaran di tempat itu.
Terdapat pula batu- batu yang besar. Sehingga setiap orang pergi mandi di kali itu menjemur
pakaian mereka di atas batu- batu itu dan mereka juga tidur-tiduran di atas batu itu ketika selesai
mandi. Tidak lama sementara kedua anak ini asyik mandi tiba- tiba terdengar suatu bunyi yang
sangat keras seperti sesuatu jatuh dari pohon atau dari atas batu. Mereka melihat ke kiri dan
kanan, tapi tidak menemukan sesuatu pun di tempat itu.

Kemudian mereka pun keluar dari kolam dan beristrahat sejenak sambil duduk di bawah
pohon beringin. Lalu tiba- tiba muncullah seorang nenek tua memanggil mereka berdua. Lalu
mereka pun bergegas menuju nenek itu dan nenek meminta mereka untuk mencari kutu di
kepalanya. Lalu nenek mulai duduk dan membagi mereka berdua satu berdiri di sebela kiri dan
lainnya di sebelah kanan. Kemudian nenek mulai bercerita dengan mereka, tidak lama kemudian
nenek pun mengeluarkan nasi goring dari dalam sebuah bungkusan yang ia bawa. Lalu ia
membagi makanan itu untuk anak- anak tersebut. Merekadisuruhnya makan sambil terus
mencari- cari kutu. Sementara mereka mencari kutu teling nenek mulai membesar lalu anak-
anak itu bertanya;

Anak- anak: Nenek

Nenek: ya nak

Anaqk- anak: mengapa telinga nenek membesar?

Nenek: karena nenek sudah tua.

Lalu mereka melajutkan pekerjaan mereka sambil terus bercerita. Karena melihat telinga nenek
yang semakin membesar mereka pun lalu bertanyalagi.

Anak- anak: Nenek mengapa telinga nenek semakin membesar?


Nenek: karena nenek sudah tua. Lanjutnya apakah kamu sudahselesai makan?

Anak- anak: belum

Mereka pun melanjutkan apa yang sementara mereka lakukan, tapi kedua anak itu
memperhatikantelinga nenek semakin membesar, merasa melihatbesarnya sudah seperti kuali,
mereka pun bertanya lagi untuk yang ketiga kalinya. Waktu mereka menyebut nenek, nenek itu
langsung menutup kedua anak itu dengan telinganya dan terbang membawa mereka pergi.
Mereka tidak bisa berteriak karena mereka berada didalam telinga nenek itu. Lalu tibalah nenek
itu di atas sebuah hutan yang di sebut “MERIK”. Merik itu hutan tetapi berbentuk sebuah bukit
yang agak tinggi. Di atas bukit itu terdapat sebuah gua tempat tinggal nenek. Lalu nenek
membuka pintunya bukan dengan memakai kunci tetapi menggunakan mantra” rul- rul” artinya:
Buka-Buka lalu pintu pun terbuka dan setelah masukdi dalam nenek katakana “Rube-rube” dan
pintu tertutup sendirinya.

Lalu dikeluarkannya kedua anak itu dari telinganya. Lalu disuruhnya mereka tidur tetapi
kedua anak itu tidak dapat tidur dan mereka bertanya kepadanya dimana mereka sekarang dan
bagaimana mereka pulang untuk menemui orang tua mereka. Tetapi nenek itu tidak menjawab.
Pada malam hari mereka diberi makan nasi goreng yang sangat banyak minyaknya. Kedua anak
it uterus bertanya tetapi nenek malah memarahi mereka dan menyuruh mereka untuk beristrahat.
Pada malam hari nenek itu keluar dari gua itu untuk mencari makanan dan buah- buahan di
hutan. Di tempat itu memang sangat banyak buah- buahan seperti pisang, namgka dll. Jadi kedua
anak itu diberi makan, minum, buah- buahan yang paling lezat. Setelah tiga hari nenek mulai
mencubit kedua anak itu mengecek apakah mereka sudah matang atau belum. Apakah mereka
sudah siap untuk dimasak dan dimakan olehnya atau belum. Tetapi setelah tiga hari nenek
merasa mereka belum siap untuk di masak. Jadi nenek keluar lagi dari gua dan pergi mencari
buah- buahan di hutan lagi. Setiap kali nenek keluar dan masuk gua, nenek selalu menggunakan
MANTRA yang sama, untuk membuka pintu nenek katakan “RUL-RUL” da untuk menutup
“RUBE-RUBE” ketika nenek menyebut mantra itu kedua anak itu pun mendengarkandan
melihat apa yang terjadi yakni pintu terbuka dan tertutup.

Setelah lima hari mereka berada di tempat itu, pagi- pagi buta sementara nenek keluar
untuk mencari makanan kedua anak itu mulai meniru menyebut MANTRA untuk membuka dan
menutup pintu. Lalu pintu itupun terbuka dan tertutup ketika mereka menyebut mantra itu. Lalu
mereka berdua lari dari gua itu menuju mencari rumah mereka lalu sampailah mereka di rumah
mereka. Orang tua mereka bersama dengan orang- orang sekampung mereka sudah mencari –
cari mereka dimana- mana dan tidak menemukan mereka. Slalu mereka ulai menceritakan apa
yang terjadi atas diri mereka. Pada malam hari mereka disuruhnya tidur. Karena orang- orang tua
di tempat itu mengetahui bahwa nenek itu pasti datang mencari mereka pada malam hari maka
mereka disembunyikan di atas loteng, ditutupnyalah mereka dengan selimut-selimut yang tebal
dan kain- kain adat supaya mereka tidak dilihat oleh sang nenek. Tetapi pada malam hari
sementara semua orang tidur terlelap datanglah nenek itu dan mencari kedua anak itu dan
mendapatinyalah mereka diatas loteng, lalu dibunuhnyalah mereka dengan menggunakan
tombak.

“Demikianlah cerita singkat mengnai nenek bertelinga lebar”

Menurut ceritera- ceritera orang- orang tua kejadian yang sama seperti itu terjadi
beberapa kali. Nenek itu menyembunyikan orang tua- orang tua dengan menutup hidung dan
mulut mereka dengan dedaunan lalu menyembunyikannya dibawa batu, di sumber- sumber air
dll sehingga orang- orang kampung itu selalu membunyikan gong berkepanjangan pada sore hari
dan berteriak ditempat- tempat di mana nenek sering muncul sehingga kebanyakanjuga nenek
mengembalikan juga orang-orang yang ia sembunyikan.
Tugas Bahasa Indonesia

Nama: Maria Roswita Boe

NIM: 61121001

Bahasa Daerah- Bunak/ Marae

BEI GEPAL MASAK

Tut no ba bei matas uen u ota monamil gene. En kere sa gatara ni. Giereu bu bais si lolo-
lolo wa bare golo res. Lolo wa bare gene bai mona tui los si en hulul bare milik los, tan halai tara
mona mil tui ba no mete en matas bi hati. Gua hati si mete lolowa ba gene, homosi gua mil baa
no na bai u. hot mil uen no meak gol hiloon ho gie eme halai mar mal. Mar mal homo meakgol
hiloon rui muksino tanan gie halali jol ata rebel na lokon tama. Mete jol gol nap ba no hotel-
hotel, bais los. Barut, jo, hoja, hotel bais los jol alan no homosi huruk koen los. Siona wer gie
rebel ho bai bu jol gol baa ata mien baano sier ho bai. Hot mil uen no meak gol hiloon bai wer
gie rebel. Halali gimil loi los meten lokon ata rebel ba.

Jol gol pir halali haru ganti homoso wer. Lokon tama, higal kikiimiri los, lokon ba koen
los homosi meak gol –gol kalo halai wer gie bu halai gimil loi los. Waktu halai wer- wer roe goet
tiba- tiba halai ganap homo no bai uen topol rebel esen hol wa gene goet on na. haali hului late
liol. Halali lokon mil gene sai, halali baigiol mete homo sagal, tapi bai uen ho hobel. Halali rasal
gol uen ta. Tiba- tiba en matas uen hol bul homo no halali gege se. halali matas gol gita honal,
honal roegoet matas gol halali gini hien gagal. Halali gita bagi uen suel gene, uen heten gene.
Nare nibu matas gol halali gege bai a hasai, bai a jiek mina kae- kae los. Halali ai a, bai a bai
hien gagal. Hien gagal, hien gagal roe goet matas gol gepal homo mulai masak. Meak gol hiloon
matas go sura:

Meak gol hiloon: Bei ei epal roe masak oa

Bei matas: nei matas oa sib a goet he


Hien ori gagal mal he. Halali hien gagal lanjut. Baia ho a res, koen gagar mil gene mina
kae los si. Mami los. Padahal halali tara ni matas gol mina homo hini bais- bais si meak gol- gol
laun boal ho ten. Halali hien gagal roe goet bei gepal hmo ata masak tuan on. Halili sra teni:

Meak gol hiloon: Bei ei epal roe ata masak tuan on oa

Bei matas: ba a han he nei matas oa si baa goet.

Halali ho lanjut hien gagal, bei gepal ata na masak tuan tasu riwil, halali sura teni gie roe
goet matas gol han repal taa hahli han gumi repal rele. Homoso halali gerel he esen mugi- mugi
gene honal. Halaligerel esen hae Merik wa gene rebel, gua mil baa ata tama. Mete taju ul gie ba
matas gol baa goel sasi: Rul- rul, taju ret sa ul wen, homo sab u bai tama mil pir bei baa goet
sasi, rube- rube taju o ret ubewen. Meakgol hiloon gumi minggu uen, le ai le ai halii gubeen res,
halali gie bai a bu koen koen kere. Mok gol ho goiga gol bai bare matas gol halali gege gagal le
ai- le ai homosi halali gini gie gie. Le gie mel ene gol no matas gol sai bai a sagal. Meak hiloon
rini sier bai mak ni. Baa goet res, leai- leai.

Legie mel uen no bei matas ho sai, halali ho gua gene hoon nego na bei matas sasi ba
kalo taju ul o ube gie. Halali sasi buku- buku roe goet taju ul wen tepel homo so ube wen lion.
Halali sai he rie reu sagal. Matas gol tebe halali gagal hobel oe, he haal oa ho toe goet teni gie.
Lalali reu pir, gie eme o am hala I gagal en renu gutu. Homo na en kampo mil halali gumi. Ene-
ene roe goe halali gini esesn maten wa gene na sier. Homo be ene- enen matas gol halali gita sai.
Ene en sier jun gaal matas gol halali gota heser.

Ope go, ho’I go!

Anda mungkin juga menyukai