PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam
ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan
o BLACKING, 1973 => Musik merupakan ciri khusus spesies manusia karena
musik merupakan aspek perilaku manusia yang ada di mana mana
o ADJIE ESA POETRA => Musik merupakan bunyi yang teratur, bukan saja
bersifat moral normatif, melainkan juga diakui selaras berdasarkan
penghitungan para ahli ilmu fisika.
2.2.
3. Aransmen campuran
Yang dimaksud aransmen campuran adalah campuran aransmen vocal dan
instrumen. Teknik yang dilakukan adalah menggabungkan dua jenis arransmen
yang telah ada.
Dalam aransmen campuran pada umumnya yang ditonjolkan adalah
vokalnya, sedanglan instrumennya berfungsi untuk pengiring dan
memeriahkan, sehingga pertunjukan yang disajikan bertambah sempurna.
Untuk mengendalikan keseimbangan dalam menampilkan aransmen yang
telah disusun diperlukan adanya seorang pemimpin yaitu seorang dirigen atau
conductor.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Langkah-Langkah Mengaransemen
1. Memilih dan menentukan lagu yang akan kita aransemen
2. Menganalisis syair
3. Menetapkan bentuk aransemen
4
2.3.
1. Musik Pop
Sejarah musik pop di indonesia diawali oleh hadirnya sebuah band yang bernama Koes
Plus. Kelompok ini dibentuk pada tahun 1969, sebagai kelanjutan dari kelompok Koes
Bersaudara. Koes Bersaudara menjadi pelopor musik pop dan rock n roll, bahkan pernah
dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis. Di saat itu sedang
garang-garangnya gerakan anti kapitalis di Indonesia.
Sebenarnya lagu-lagu Koes Bersaudara lebih bagus dari segi harmonisasi ( seperti lagu
Telaga Sunyi, Dewi Rindu atau Bis Sekolah) dibanding lagu-lagu Koes Plus. Kelompok
Koes Plus dimotori oleh almarhum Tonny Koeswoyo (anggota tertua dari keluarga Koeswoyo).
Koes Plus dan Koes Bersaudara harus dicatat sebagai pelopor musik pop di Indonesia. Sulit
dibayangkan sejarah musik pop kita tanpa kehadiran Koes Bersaudara dan Koes Plus.
Dengan adanya tuntutan dari produser perusahaan rekaman maka group-group lain yang
seangkatan seperti Favourites, Panbers, Mercys, DLloyd menjadikan Koes Plus sebagai
kiblat, sehingga group-group ini selalu meniru apa yang dilakukan Koes Plus, pembuatan
album di luar pop Indonesia, seperti pop melayu dan pop jawa menjadi trend group-group lain
setelah Koes Plus mengawalinya. Seandainya kelompok ini lahir di Inggris atau AS bukan
tidak mungkin akan menggeser popularitas Beatles.
Pada tahun 1972-1976 udara Indonesia benar-benar dipenuhi oleh lagu-lagu Koes Plus.
Baik radio atau orang pesta selalu mengumandangkan lagu Koes Plus. Barangkali tidak ada
orang-orang Indonesia yang waktu itu masih berusia remaja yang tidak mengenal Koes Plus.
Kapan Koes Plus mengeluarkan album baru selalu ditunggu-tunggu pecinta Koes Plus dan
masyarakat umum.
2. Musik Rock
Musik rock di Indonesia mulai menjejak pada tahun 1970-an. Dan kemunculannya pun
tidak bisa dilepaskan dari para pionir mulai dari Giant Step, God Bless, Gang Pegangsaan,
Gypsy, Super Kid, Terncem, AKA/SAS, Bentoel, hingga Rawe Rontek.
Tapi sebelum tahun 1970-an, sebenarnya sudah ada sebuah band bernama The Rollies,
yakni grup band beraliran jazz rock yang dibentuk di Bandung dan menjadi kebanggaan Kota
Kembang pada tahun 1967, bahkan sempat populer hingga awal 1980-an. Para personelnya
terdiri dari Bangun Sugito (vokal), Uce F. Tekol (bas), Jimmy Manoppo (drum), Benny
Likumahuwa (trombon), Delly Joko Arifin (keyboards/vokal), Bonny Nurdaya (gitar), dan
Teungku Zulian Iskandar (saksofon).
The Rollies adalah kelompok rock tertua Indonesia dan termasuk grup yang paling sering
mengalami bongkar pasang pemain. Dalam perjalanannya, grup yang telah merintis ke dunia
rekaman pada tahun 1967 ini sempat menjadi grup papan atas yang disegani penonton
5
Bandung, Jakarta, Medan, dan Malang. Banyak yang menganggap The Rollies sebagai peletak
dasar band rock Indonesia yang telah memberikan kontribusi bagi musik Indonesia masa kini.
3. Musik Jazz
Ketika jazz mulai dikenal di awal 1900an, jazz yang kental dengan unsur march, ragtime,
dance-hall music di seputaran New Orleans, maka di tanah air jazz juga dikabarkan masuk di
waktu yang sama. Pada tahun 1920, tercatat ada band di bawah pimpinan seorang musikus
yang nasionalis, Wage Rudolf Supratman, Black & White. Band tersebut terbentuk dan bermain
di kota Makasar.
Pada seputaran tahun tersebut, jazz di Indonesia pada jaman sebelum kemerdekaan
memang dimainkan oleh musisi Indonesia juga Belanda. Pergerakan lain juga terjadi dalam
skala kecil di beberapa kota besar di Jawa, semisal di Jakarta dengan terbentuknya Melody
Makers yang ditokohi Jacob Sigarlaki. Waktu itu Jacob didukung musisi lain seperti Bootje
Pesolima, Hein Turangan, Nico Sigarlaki hingga Tjok Sinsu.
Melody Makers berdiri di era 1930an, sementara di tahun 1940an Hein Turangan
kemudian juga membentuk grup sendiri bernama Jolly Strings di Jakarta. Di era 40an tersebut
sudah muncul pula seorang kritikus jazz bernama Harry Liem, yang aktif menulis di Jazz
Wereld. Setelah selesainya Perang Dunia kedua, Harry Liem pindah ke Amerika dan tetap
meneruskan karir penulisan jazznya di sana.
Nick Mamahit di pertengahan 1950an sempat merilis album Sarinande, yang mana Nick
pada piano didukung Bart Risakotta (drums) dan Jim Espehana (bass). Album tersebut
dianggap sebagai tonggak rekaman musik jazz di tanah air.
Di tahun 1967, Indonesia All Stars sempat muncul mengagetkan di ajang Berlin Jazz
Festival. Saat itu grup tersebut, yang konon berlatih susah payah dengan segala bentuk
keterbatasan saat itu, terdiri dari Bubi Chen (piano), Jopie Chen (bass), Jack Lesmana (gitar),
Benny Mustapha Van Diest (drums) dan Maryono (saxophone). Mereka menyodorkan jazz
Indonesia seperti komposisi Djanger Bali dan Ku Lama Menanti (disingkat KLM, menjadi
ucapan penghargaan dan terima kasih bagi dukungan perusahaan penerbangan Belanda,
KLM untuk keberangkatan grup tersebut).
Dalam kesempatan itu, Bubi Chen mendapatkan respon sangat positif dari para penulis
jazz internasional. Ia lantas disebut sebagai pianis jazz terbaik di Asia, selain digelari sebagai
Art Tatum of Asia. Namun penampilan grup Indonesia All Stars juga mendapatkan sambutan
sangat hangat dari penonton.
Perlu diketahui Art Tatum bisa disebut salah satu pianis jazz terbesar yang pernah ada.
Pianis yang karena gangguan katarak sejak kecil, hingga nyaris buta kedua matanya, tercatat
sempat menghasilkan sekitar 13 album solo. Ia dikenal luas lewat trionya bersama Tiny Grimes
(guitar) dan Slam Stewart (bass) di tahun 1943. Tatum yang meninggal dunia di tahun 1956,
pernah membuat Charlie Parker yang masih remaja mau menjadi tukang cuci piring di clubs
dimana Tatum bermain, untuk bisa terus menyaksikan dan mendengar permainan Tatum.
Kemudian di tahun 1970 dalam kesempatan Expo70 di Jepang, tampil pula kolaborasi
pianis Mus Mualim dan violis Idris Sardi. Mereka mencengangkan pula penonton saat itu lewat
sodoran konsep jazz timurnya pula, antara lain dengan memainkan Es Lilin.
Di sekitar saat Indonesia All Stars bermain di Berlin, sempat juga diedarkan album
Djanger Bali yang dimainkan lewat kolaborasi Indonesia All Stars bersama pemusik jazz
Amerika, Tony Scott. Ada beberapa repertoar yang mengandung unsur musik tradisi Nusantara
dalam album tersebut, tapi mereka tidak memainkannya dengan menyertakan peralatan musik
6
tradisi. Karena bebunyian musik tradisi diwakili oleh petikan gitar Jack Lesmana atau pola
tiupan saxophone Maryono yang mengadaptasi pola glissando musik karawitan sunda.
Pada tahun 1976, dalam acara bertajuk Jazz Masa Dulu dan Kini, 30-31 Mei 1976
muncullah musisi belia. Dia bermain piano masih di atas pangkuan Broery Marantika, dengan
kaki belum dapat menyentuh pedal. Dialah musikus masa depan, Indra Lesmana. Di waktu itu
pula, Jack Lesmana memperkenalkan kakak-beradik yang disebut musisi jazz sangat berbakat
yang datang dari Surabaya, Oele dan Perry Pattiselanno.
Pementasan Jazz Masa Lalu dan Kini itu kemudian direkam dan dirilis ke publik.
Merupakan rekaman live pertama di tanah air saat itu. Dalam rekaman tersebut, seperti juga
dalam pementasannya, tampil para musisi papan atas seperti Bubi Chen, Benny Likumahuwa,
Didi Tjia, Benny Mustapha, Abadi Soesman, Margie Segers, Rien Djamain, Broery Marantika.
Termasuk pula Indra Lesmana dan kakak-beradik, Oele dan Perry Pattiselanno.
Di akhir 1970-an, tepatnya di 1978, berdirilah kafe yang lantas menjadi salah satu tempat
trendy terpenting pergerakan jazz di era 80an, Green Pub, di gedung Djakarta Theatre di pusat
kota Jakarta. Waktu itu yang tampil dalam grup yang memakai nama Gold Guys sebagai
formasi perdana adalah Armand (kibor), Djoko Waluyo Haryono (gitar), Dicky Prawoto (bass),
Karim Suweilleh (drums) dan Embong Rahardjo yang kerap digantikan Maryono (saxophone).
Vokalisnya waktu itu adalah Jackie Bahasoean, vokalis jazz yang datang dari Surabaya.
Selain Chaseiro yang sejatinya pada rekamannya lebih ke bentuk pop dengan sedikit
aroma jazz, muncul pula musisi muda lain Fariz Rustam Munaf. Fariz merilis album yang
lumayan tebal unsur jazz rocknya yaitu Sakura di tahun 1978. Fariz adalah wakil figur muda
dari lingkungan SMA selain Uce dan Rezky di atas, yang tampil ke permukaan meramaikan
pergerakan jazz Indonesia. Walau pada waktu itu, Fariz lebih dipandang sebagai musisi dan
penyanyi pop. Fariz disusul kelak oleh Addie MS juga Raidy Noor.
4. Musik Keroncong
Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan
sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik
hingga akhir abad ke-16,di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Keroncong
berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir Portugis dari daratan India (Goa)
serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik
dawai.Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti
penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik
campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung
Malaya.Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup
akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan
berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun
demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan
masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.
disebut dengan lagu-lagu STAMBOEL: Stamboel I, Stamboel II, dan Stamboel III dengan
standar lagu panjang 16 birama. Contoh lagu Stb I POTONG PADI, Stb I NINA BOBO, Stb I
SOLERAM, dsb.; contoh lagu Stb II JALI-JALI, Stb II SI JAMPANG, dlsb.; dan contoh lagu
Stb III KEMAYORAN (hanya ini yang ada). Masa ini Keroncong berkembang sejak dari desa
Toegoe (Cilincing Jakarta sekarang), kemudian hijrah ke Kemayoran dan Gambir, sehingga
tidak heran kalau cengkok dan irama menjadi cepat dan lincah. Banyak kelompok musik pada
masa ini (seperti Lief Indie) yang memainkan lagu stamboel selain komedi stamboel itu sendiri.
b. Keroncong Abadi (1920 1959)
Berlangsung sejak setelah Perang Dunia I (1920) hingga setelah Kemerdekaan (1959). Pada
waktu hotel-hotel di Indonesia dibangun seperti Hotel Savoy Homan dan Hotel Preanger di
Bandung, jaringan Grand Hotel di Cirebon, Yogyakarta, Sala, Madiun, Malang, dsb., di mana
pada hotel-hotel tersebut diadakan musik dansa, maka lagu Keroncong mengikuti musik dansa
asal Amerika, terutama dengan panjang 32 birama (Chorus: Verse-Verse-Bridge-Verse atau AA-B-A). Pada masa ini dikenal dengan 3 jenis KERONCONG, yaitu: Langgam Keroncong,
Stambul keroncong, dan Keroncong Asli. Contoh lagu Lg BANGAWAN SALA, Lg
TIRTONADI, Lg DI BAWAH SINAR BULAN PURNAMA, Lg SALA DI WAKTU MALAM;
Stb RINDU MALAM, Stb JAUH DI MATA, Stb DEWA-DEWI; Kr PURBAKALA, Kr
SAPULIDI, Kr MORESKO. Pada waktu itu juga lahir Langgam Jawa: YEN ING TAWANG
(1935). Pada perjalanan juga menjadi terkenal oleh penyanyi WALJINAH (1963). Pada masa
ini Keroncong berpindah ke SALA, sehingga dengan irama yang lebih lambat dan lemah
gemulai. Pada Pekan Raya (Yaar Beurs) di Sala penyanyi legendaris adalah Miss Any Landauw
dan Abdullah, sedangkan pemain biola legendaris asal Betawi adalah M. Sagi.
c. Keroncong Modern (1959-sekarang)
Pada tahun 1959 Yayasan Tetap Segar Jakarta pimpinan Brijen Sofyar memperkenalkan
KERONCONG POP atau KERONCONG BEAT, yaitu sejalan dengan perkembangan musik
pop pada waktu itu dengan pengaruh ROCK n ROLL dan BEATLES. Lagu-lagu Indonesia,
Daerah maupun Barat diiringi dengan Keroncong Beat. Misalnya NA SO NANG DA HITO
(Batak), AYAM DEN LAPEH (Padang), PILEULEUYAN (Sunda), dsb, Pada tahun sekitar
1968 di daerah Gunung Kidul Yogyakarta musisi Manthous memperkenalkan apa yang disebut
CAMPURSARI, yaitu keroncong dengan gamelan dan kendang. Selain itu juga dipakai
instrumen elektronik seperti bass guitar, electric bass, organ, sampai juga dengan saxophon dan
trompet. Musisi yang gencar memainkan Campursari adalah Didi Kempot: Stasiun Balapan,
Tanjung Emas, Terminal Tirtonadi, dsb.
2.4.
1.
Angklung
adalah alat
musik multitonal
(bernada ganda) yang secara tradisional
berkembang dalam masyarakat berbahasa
Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini
dibuat daribambu, dibunyikan dengan cara
digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan
badan pipa bambu) sehingga menghasilkan
bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3,
sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar
maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung
sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.
Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan
Nonbendawi Manusia dariUNESCO sejak November 2010.
2. Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini
berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama
Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote,
sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi.
Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote
sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan
instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang
biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah,
melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di
mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di
tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan
nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando
ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun
lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi
sasando
3. Rebana (Bahasa Jawa: Terbang) adalah
gendang berbentuk bundar dan pipih. Bingkai
berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut,
dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis
kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei,
Indonesia dan Singapura yang sering memakai
rebana adalah musik irama padang pasir,
misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.
Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana sangat
populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang.
Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong,
9
10
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian diatas yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dalam kehidupan kita sehari hari banyak melibatkan musik karena definisi
paling mendasar dari musik itu sendiri adalah merupakan bunyi yang teratur.
2. Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbedabeda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.
3. ARANSEMEN adalah kegiatan membuat atau mengubah kompisisi musik
yang didasarkan pada komposisi musik yang telah ada.
4. Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai
sarana atau media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media
komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi.
5.
Apresiasi seni musik didalamnya mengandung tiga unsur seni dalam
berapresiasi yaitu karya seni, aktivitas penciptaan,dan aktivitas
penghayatan seni.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://contoh-karya-tulis.blogspot.in/2014/07/contoh-tentang-makalah-senimusik.html?m=1
http://musikbagiandarisastra.blogspot.in/2012/02/vbehaviorurldefaultvmlo.html?m=1
Wikipedia. 2012. Keroncong. [online]. id.wikipedia.org/wiki/Keroncong.
Wikipedia. 2012. Musik Pop. [online]. id.wikipedia.org/wiki/Musik_pop.
Wikipedia. 2012. Jazz. [online]. id.wikipedia.org/wiki/Jazz.
http://isranpanjaitan.wordpress.com/2009/06/06/sejarah-jazz-indonesia/
Awindarto. 2012. Perkembangan musik jazz di Indonesia dari masa ke
masa. [online].
http://awindarto.wordpress.com/2012/06/26/perkembangan-musik-jazz-diindonesia-dari-masa-ke-masa/.
https://id-id.facebook.com/nl.records/posts/10151593081690211
http://contoh-karya-tulis.blogspot.com/2014/07/contoh-tentang-makalahseni-musik.html
14