Anda di halaman 1dari 23

1

KESENIAN SARONEN DARI MADURA

Madura

Gambar 1 Peta wilayah Madura Sember: www.google.com

Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 6,8 juta jiwa. Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa. Disamping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura. Orang Madura pada dasarnya adalah

orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu, banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh. Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blakblakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu, orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji). Harga diri, merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan orang Madura, karena mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.

I.

Sejarah Saronen Madura

Gambar 2 Jenis Kesenian Saronn dari Madura Sumber: dok. Zulkarnaen

Gamelan Saronn bukanlah sebutan keseharian yang umum di Madura, melainkan mereka hanya menyebutnya dengan sebutan sronn, sroninan, tabbhun sronn atau pun tabbun sap. Kata gamelan merupakan sebutan tambahan bagi saronn untuk membantu memperjelas definisi yang diberikan para peneliti terhadap pengertian seperangakat alat musik yang terdiri dari alat tiup yang disebut saronen, kendang, ketipung, (kendang kecil), serta instrumen berpenclon, seperti gong, kempul, karandeln (ukuran fisiknya seperti bonang Jawa dan dalam gamelan saronn lebih tepat disebut sebagai instrumen kerangka kenong, ketuk dan kempyang) dan sepasang kecer.

Zulkarnaen menuliskan dalam tesisnya bahwa I stilah gamelan saronn telah disebut-sebut dalam tulisan Buys (1928) dan Pigeaud (1938) - . Di abad XIX tercatat bahwa gamelan saronn berpijak pada pengertian lain yang berasal dari

kata srunn (sebutan lebih tua dari sronn atau saronn), yaitu suatu bentuk teater rakyat yang pernah popular di kalangan rakyat Jawa Timur. Zulkarnaen juga menjelaskan bahwa - dalam Encyclopaedie van Naderlandsch Indie disebutkan bahwa dikalangan orang Madura, gamelan relatif jarang ditemukan, demikian pula ronggengnya, sehingga sebagai gantinya adalah sandur (pertunjukan keliling [ameng ronggeng] yang dilakukan oleh pemuda-pemuda yang berpakaian wanita - . Hiburan aslinya (disajikan di awal pertunjukan) dinamakan srunn, yaitu tarian bocah laki-laki yang berpakaian seperti anak perempuan dan diiringi orkes sederhana, terdiri dari instrumen ttt (saronn/slompret), dua kendang dan satu kenong.

Saronn Madura termasuk instrumen tiup (shawm) dengan cara ditiup vertical (end-bolwn flute), dan sejenis instrumen sejenis saronn itu memiliki nama yang beragam. Di Jawa Timur, instrumen tersebut dinamakan selompet atau sompret; di Banyumas disebut tetepret; sebutan di masa Hindu-Jawa adalah peperet, pleret, gem(p)ret; di Sunda: tarompet; di Bali: pereret. Zulkarnaen menjelaskan juga dalam tesisnya bahwa Kuns menjelaskan bahwa selompret/saronn berasal dari kebudayaan Persi-Arab (kata surnai [bahasa Arab], di Nusantara berubah menjadi serunai atau sarune (di Sumatra) dan saronn (di Madura dan Jawa Timur). (Zulkarnaen, 1998: 60)

Dalam serat Sastramidura yang ditulis pada jaman Sri Susuhunan Paku Buwana IX (bertahta tahun 1863 sampai 1893 di Surakarta), gamelan sronn disebut-sebut sebagai gamelan yang diperuntukkan mengiringi Korp Prajurit talangpati (dalam

kamus Jawa Kuno, talangpati berarti siap bertempur sampai mati).

Gamelan saronn akhirnya ditiru dan mulai dikembangkan oleh masyarakat jelata dalam berbegai keperluan, baik untuk sarana ritual adat hingga menjadi suatu seni tontonan rakyat. Zulkarnaen menyebutkan di dalam tesisnya bahwa: gamelan saronn ini biasa digunakan dalam rangkaian upacara ritual, diantaranya upacara perkawinan, upacara nyekar bhuju, kemudian alam rangkaian perayaan tradisi, diantaranya arisan sap sono, tradisi karapan sapi, dalam konteks sosialisasi lainnya.
II.

Instrumen Musik dalam Saronn

Gambar 3 Instrumen musik Yang terdapat pada gamelan saronn Sumber: dok. Zulkarnaen

Menurut sumber yang penulis dapatkan bahwa, kebakuan nama-nama seperangkat instrumen gamelan saronn memang belum pernah ada. Perbedaan itu tidak saja terdapat di setiap

daerah, bahkan di setiap kelompok gamelan saronn dalam satu daerah pun terkadang bisa berbeda. Adapun nama-nama seperangkat gamelan saronn yang representatif dapat dirinci sebagai berikut: 1. Instrumen kerangka:
a. Ghung raja = tabbhun raja = seukuran gong; b. Ghung kn = tabbhuan kn = seukuran kempul; c. Pendung = kenong raja = seukura bonang barung; d. Panenga

kenong

kne

seukuran

bonang

penerus;
e. Panyocol = toltol = kotekan = seukuran bonang

penerus tetapi lebih kecil dari panenga. 2. Pemimpin irama:


a.

Gendhng raja = kendang besar (seukuran

kendang wayangan di Jawa) 3. Pemimpin lagu/melodi: a. Saronn = ttt = panthil.

4. Instrumen pendukung:
a. b.

korsa = korca = krca = crcr = kecer; ghendhng kn = kendang kecil (seukuran

kendang ketipung di Jawa).

1) Pembuatan Instrumen yang Berpenclon

Gambar 4

Cara pembuatan instrumen berpenclon Dalam gamelan saronen Sumber: dok. Zulkarnaen

Adapun bahan dasarnya adalah plat besi dari tong (drum besi) yang biasa dipakai mengemas minyak tanah dan oli, kemudian sedikit plat kuning sebagai bahan membuat so-soso (pencu) pada masing-masing instrumen. Pencu dari bahan kuningan sangat penting artinya bagi akustik plat besi. Menurut Sahe dalam tesisnya Zulkarnain, pencu merupakan s akelbhu ad (pusat pemberi arus gelombang getar paling awal), sehingga dinilai menentukan kualitas bunyi output-nya secara keseluruhan. Peralatan yang dibutuhkan cukup sederhana, terdiri dari: palu perata permukaan plat, gunting baja, penampang cetak pancu, alat pengukur (meteran), tang, paku pengancing sambungan (paku patri), serta alat pengelas sambungan. Cara pembuatannya adalah Tong bekas dari drum-drum minyak tanah/oli yang cukup tebal dank keras itu, dibedah menjadi lembaran-lembaran yang selanjutnya diratakan permukaannya dengan palu perata. Langkah selanjutnya adalah dipotong-potong (dipatron) sesuai besarnya ukuran bagianbagian instrumen yang dikehendaki. Untuk bagian sampran (bahu/sisi), patronya tidak lurus, melainkan sudah dibuat

melengkung. Khusus untuk pembuatan patron gong, si pembuat membutuhkan lembaran plat besi selebar 2 meter 80 cm. jika diameter gong berukuran 80 cm, sisanya untuk membuat sampran (bahu). Untuk membuat gong, memerlukan dua buah tong dengan cara memakai teknik sambungan dengan las. Lembaran plat besi yang sudah dipotong sesuai patron selanjutnya disambung-sambung dengan paku patri. Umunya, daerah sambungan dipaku dalam jarak yang rapat, masingmasing 2 cm. Untuk pembuatan so-soso (pencu), diperlukan bahan plat kuningan (umunya diambil dari barang-barang bekas) secukupnya, mengingat pada bahannya tahap relatif mahal dan sulit mendapatkannya. ini, diperlukan beberapa

penampang cetakan khusus untuk pencu gong, kempul, kenong raja, kenong kn. Biasanya hanya instrumen panyolcol (kadangkadang juga kecer) yang dibuat dari kuningan secara utuh. Karena panyolcol adalah instrumen pancu yang bernada paling tinggi di gamelan saronn. Dengan memakai bahan kuningan secara utuh, di samping mudah dibentuk, juga menghasilkan bunyi lebih bersih. Sama halnya dengan instrumen kecer, jika alat ini dibuat dari bahan kuningan akan lebih tajam bunyi gemerincinnya.

Gambar 5 Bagian-bagian organologi instrumen gong Sumber: dok. Zulkarnain

Keterangan:
a) Bahan plat kuning yang sudah dibentuk seperti mangkok

(sososo); b) Sambungan las pada bagian muka hanya terdapat pada pembuatan gong yang diameternya lebih dari 80 cm; c) Celah-celah dengan las; d) Sambungan paku pengancing; dan e) Sambungan antara plat kuning dan plat besi dipaku dari dalam sehingga tidak kelihatan dari luar. Langkah berikutnya adalah, membentuk lekukan secara melingkar pada bagian muka. Dalam membuat lekukan gong dan kempul berbeda dengan kenong raja, kenong kn, dan panyolcol. Perbedaan ini dapat diliha dari gambar berikut ini: lipatan yang diperhalus sambungannya

Gambar 6

Bagian-bagian permukaan dari penampang samping instrumen gong sumber: dok. Zulkarnaen

10

Keterangan:
a) Nama-nama bagian instrumen kalau meminjam istilah Jawa

menjadi: pencu, pok pencu, rai, pasu, recep, dudu, bahu, lambe, para, dan supitan.

Gambar 7

Bentuk kenong raja Yang terdapat dalam gamelan saronn Sumber: dok. Zulkarnaen

Gambar 8 Bentuk kenong kn

11

Yang terdapat dalam gamelan saronn Sumber: dok. Zulkarnaen

Gambar 9 Bentuk panyolcol Yang terdapat dalam gamelan saronn Sumber: dok. Zulkarnaen

Adanya perbedaan bentuk di antara instrumen berpencu ini tentu mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi yang dihasilkan.jika bagian recep semakin melengkung ke dalam, maka nadanya semakin rendah. Sebaliknya, jika recep-nya semakin landai/rata, maka nadanya semakin tinggi. Demikian pula, apabila recep semakin miring kea rah pinggir (seperti pada instrumen panyolcol), maka nadanya semakin tunggi. Ketebalan lembaran plat bersi juga mempengaruhi bunyi yang akan dihasilkan. Semakin tebal plat tersebut akan semakin kokoh bunyinya, artinya memperkecil resiko suara gember (distorsi) jika dipukul agak keras. Sementara factor yang mempengaruhi panjang pendeknya diameter gelombang suatu bunyi adalah panjang pendek pendeknya diameternya, instrumen. Semakin

semakin pendek gelombang bunyinya. Demikian pula sebaliknya.

12

Gamelan plat besi dari pembuatannya relatif tidak sulit. Kemudahannya terletak pada: a) Tidak membutuhkan ruang kerja dan peralatan yang khusus, kecuali alat penampang cetak pencu dan las; b) Proses kerja: cepat dan tidak membutuhkan tenaga banyak; dan
c) Di samping biaya murah, tidak beresiko tinggi apabila tidak

laku. Si pembuat cukup menyediakan satu stok saja (satu set keluarga gong tersebut plus kecernya).

2) Pembuatan instrumen Gendhng raja = kendang besar

(seukuran kendang wayangan di Jawa)

Gambar 10 Bentuk gendhng raja Yang terdapat dalam gamelan saronn Sumber: www.google.com

Kendang merupakan alat musik yang termasuk ke dalam rumpun membranophone. Jenis kendang yang dipergunakan dalam pertunjukan saronn ini adalah sama seperti kendang Jawa pada umumnya, namun berbeda dengan jenis kendang yang terdapat di Jawa Barat.

13

Cara membuat kendang pada dasarnya semuanya sama, namun dari segi bentuk yang membedakan, kemudian bentuk itu pula yang menjadikan identitas asal masing-masing tersebut. Kendang dalam pertunjukan saronn ini terbuat dari kayu yang besar dengan panjang enam puluh centimeter dan bentuknya simetris cembung, kemudian diameter membrane bawah ukurannya tiga puluh centimeter dan membrane bagian atas dua puluh dua centimeter. Kayu tersebut bagian tengahnya dilubangi, sehingga pada bagian tengahnya bolong. Kedua ujung lobangnya tersebut ditutup dengan kulit Kerbau, kemudian untuk mengencangkan kulit tersebut dengan menggunakan bambu tali yang dilingkarkan ke ujung kayu yang akan ditutup oleh kulit, kemudian ujung kulit tersebut dililitkan ke bambu tali, sehingga kulitnya menjadi nempel dan kuat. Untuk mengencangkan antara ujung atas dan ujung bawah agar membrane atas dan membrane bawah bisa distem, yaitu dengan menggunakan tali yang terbuat dari kulit atau istilah lainnya adalah rarawat, kemudian tali ini disampulkan ke tiap ujung dari membran kendang sekelilingnya. Satu lagi yang tidak boleh ketinggalan yakni ali-ali, ali-ali ini berfungsi untuk menyetem kendang tersebut. Untuk mengencangkan rarawat agar bisa menyetem kendang yakni dengan menggunakan ali-ali. Cara kerja dari ali-ali yakni posisi ali-ali ini adalah apabila menginginkan suara kendang yang nadanya lebih tinggi ini harus di ke bawahkan, kemudian sebaliknya apabila ingin menghasilkan suara kendang yang lebih rendah maka ali-ali tersebut posisinya dipindahkan ke atas. kendang

Cara memainkan alat musik kendang ini adalah dengan menggunakan tangan yang dipukulkan ke masing-masing

14

membrane

kendang

tersebut.

Posisi

kendang

dalam

pertunjukannya adalah posisinya tidur hotizontal. Fungsi dari kendang ini adalah untuk mengiringi lagu-lagu yang dibawakan oleh alat musik saronn. Iringan yang dibawakannya yakni sifatnya spontanitas dengan menggunakan ritmik mincid jalan. Penulis perhatikan bahwa ketika saronn-nya sedang jalan, para penabuhnya juga ikut menari dengan gerakan yang sederhana tetapi gerakannya sama.
3) Cara membuat alat musik Saronn = ttt = panthil

Gambar 11

Alat musik saronen Yang terdapat dalam gamelan saronen Sumber: www.google.com

Alat musik yang dominan dalam pertunjukan gamelan saronn adalah Saronn = ttt = panthil. Tetet adalah salah satu alat musik tradisional yang termasuk ke dalam kategori rumpun aerophone (alat musik tiup). Cara memainkan alat musik tetet ini yakni dengan cara ditiup dan untuk pengaturan nadanya yakni dengan cara mentutup-buka lubang-lubang suara yang terdapat dalam tetet tersebut. Sehingga akan menghasil suara melodi yang pada aplikasinya akan saling bersahutan dengan vokalis.

15

Tetet merupakan alat musik yang terbuat dari batok kelapa dan kayu yang dibuat dan dibentuk seperti gambar di atas. Cara pembutan tetet jenis ini yakni sama seperti cara pembuatan jenis terompet yang ada di nusantara lainnya, yakni dengan menggunakan alat atau perkakas golok, pisau raut, kikir, dan alat penghalus kayu (hampelas). Tetet terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian atas, tengah, dan bawah. Ketiga bagian tersebut dibuat dengan cara yang berbeda-beda, baik dari segi bentuk, bahan, maupun ukurannya. Bahan kayu digunakan untuk membuat tetet bagian tengah dan bagian bawah, kemudian bahan dari batok kelapa yakni digunakan untuk membuat tetet bagian atas. Salah satu bagian yang sangat penting sebagai alat untuk penghasil suara, kemudian suara yang dihasilkan masuk ke tetet bagian tengah yang akan diolah dengan lubang-lubang yang ditutup-buka dengan menggunakan tangan sehingga akan menghasilkan suara sesuai dengan apa yang diinginkan. Nama dari penghasil suara tersebut adalah mpet1. Setelah udara masuk ke tetet bagian tengah sehingga menghasilkan suara yang bervariasi, kemudian disalurkan lagi ke tetet bagian ketiga atau bagian dari tetet yang berfungsi untuk mengeluarkan suara dengan nyaring. Kenapa suara tetet bisa nyaring, karena pada bagian ketiga dari bentuk tetet ini yakni bentuknya sepertii loudspeaker, berbentuk setengah lingkaran yang tengahnya bolong sehingga suara yang dikeluarkan dari tetet tersebut menjadi nyaring.
4) Cara membuat korsa = korca = krca = crcr = kecer;
1

Mpet adalah sebuah benda yang diterbuat dari daun kelapa dan bulu angsa

atau ayam (bulu ayamnya dibuang), kemudian daun kelapanya dibuat menjadi segitiga dan bagian bawahnya dibentuk setengah lingkaran. Bagian ujung segitiganya dimasukan bulu ayam (seperti sedotan) dan ditalikan dengan menggunakan tali, sehingga akan menghasilkan bunyi yang khas.

16

Kecer merupakan salah satu alat musik yang mempunyai peran khusus dalam pertunjukan saronn. Karena apabila instrumen ini tidak dimainkan ketika jalannya pertunjukan saronn, maka sepertinya ada sesuatu yang hambar. Sehingga alat musik kecer ini menjadi penting dalam sajian gamelan saronn ini. Alat musik kecer ini terbuat dari beri yang cukup tebal, kira-kira tebanya dua sampai tiga centimeter. Bentuk dari kecer ini adalah bundar dengan diameter 10 centimeter dengan pada bagian tengah dibuat cekung, alat musik ini bentuknya sama percis seperti pemukul alat musik cengceng dari Bali. Alat musik kecer ini satu penabuh memegang sepacang kecer, dengan cara memainkannya yakni antara kecer yang satu dengan kecer yang ke dua dipukulkan satu sama lain sesuai dengan ritmis yang biasa dimainkan dalam pertunjukan saronen tersebut.

Biasanya untuk menambah suasana pertunjukan yang lebih ramai dan meriah, maka waditra kecer ini ditambah menjadi 2 atau 3 pasang, tentunya penabuhnya juga sebanyak 2 - 3 orang.

17

5) Cara membuat ghendhng kn = kendang kecil (seukuran

kendang ketipung di Jawa)

Gambar 12 Ghendang kn terletak di antara sisi kiri dan kanan kendang besar sumber: www.google.com

Pada prinsipnya cara membuat ghendhng kn sama seperti pembuatan untuk kendang Gendhng raja, namun yang menjadi perbedaannya dari besar kecilnya saja. Biasanya kendang kecil ini mempunyai panjang sekitar membrane bagian bawah 15 centimeter. III. Analisis Musikal 45 centimeter,

dengan lubang membrane bagian atas 10 centimeter dan lubang

18

Aspek melodi saronn tidak begitu menjadi perhatian yang pokok, karena satu bentuk gending saja bisa memainkan beberapa nomor gending, bahkan dalam satu nomor dapat beberapa versi. Penulis dalam hal ini akan menyoroti perbedaan bentuk gending sarkaan dan lorongan, sebagaimana telah di tulis juga oleh Zulkarnaen dalam tesisnya. Secara prinsip, kerangka gending sarkaan dalam setiap satu gong-an terdiri dari satu pukulan kempul dan dua pukulan gong raja. Sementara instrumen yang lain (kenong kn, panyolcol, dan kendang ketipung) berfungsi sebagai isian. Apabila irama yang isian diinginkan tersebut agak pelan, yang maka hanya instrumen mengalami

pengembangan/penggandaan (tetapi cara ini jarang terjadi pada penyajian sarkaan di saat prosesi).2 Adapun kerangkanya dapat digambarkan sebagai berikut: N + O. x I t . O. x I . + O . x I t P . O . x I . + O . x I t N . O . x I . + O . x I t G . O . x I .

Keterangan: (G) gong, (P) kempul, (N) kenong raja (+) kenong kn (o)

panyolcol, (x) kecer, [(I) pukulan lemah (t) pukulan kuat dalam kendang ketipung]. Ketukan hitungan bertumpu pada N, P dan G dengan satuan nilai1/4. Dalam sarkaan, nilai not terkecil umumnya bernilai 1/32. Irama yang biasanya dipakai dapat disejajarkan dengan irama lancer (sedang atau tempo de Marcia) sampai dengan seseg (cepat).
2

Baca tesis Zulkarnaen hal. 180

19

Sementara, kerangka gending lorongan dalam setiap gongan terdiri dari dua pukulan kempul dan empat pukulan kenong raja. Instrumen yang lain tetap berfungsi sebagai isian yang lebih aktif. Pada bentuk lorongan ini, banyak ditemukan pengembangan pola irama pada instrumen tertentu.3 Contohnya sebagai berikut: Pola I N + . P +. N +. +. N +. P +. N +. G +.

o . o . o . o . o . o . o . o . o . o . o . o . o . o . I x I . I x I . I x I . I x I . I x I . I x I . I x I . I t I . I t I . I t I . I t I . I t I . I t I . I t I . Pola II N + . x + x I . + x . x P + . . + x N . x + I _ . + x . x + . . o . o. o .o. o. o . I t I . I t I . I t I .

O . 0. o.o. 0 . 0.o . o . o .o. I t I . I tI .I t I.I t I . I t I. Pola II N + . x + x I . + x . x + . P . + x .

N + x I .

G + x . x + . .

O . 0. o.o. 0 . 0.o . o . o .o. I t I . I tI .I t I.I t I . I t I.

o . o. o .o. o. o . I t I . I t I . I t I .

Baca tesis Zulkarnaen hal 180

20

Keterangan: (G) gong, (P) kempul, (N) kenong raj (+) kenong kn (o) panyolcol, [(I) tabuhan lemah (x) tabuhan kuat kecer], [(I) pukulan lemah (t) pukulan kuat dalam kendang ketipung]. Ketukan hitungan bertumpu pada 1/32. Adapun salah satu melodi saronn dengan lagu yang berjudul Lorongan Lanjhal, adalah sebagai berikut: Melodi ini menggunakan notasi kepatihan: 6 . A1 . A2 A3 A4 A1 j.j A1 Ajjj2j A3 jA2j A1 A1 titik dalam kenong kn dengan satuan nilai dan nilai not terkecilnya tetap bernilai

(dimainkan dua kali) 6 . j6j 5 3 . 6 j6j A1 A2 . 6 j6j 5 3 . 5 j5j 3 2 Setelah melodi saronn di atas di mainkan biasanya suka bersahutan dengan vokal, adapun teks yang dilantunkan oleh vokal adalah sebagai berikut: Uramba ya iya u rambi (disajikan sebanyak dua kali) Uramba urambi ya uramba iya u Melodi teks lagu di atas, nadanya sama dengan suara

melodi yang dimainkan oleh instrumen saronn.

IV.

Kostum

21

Kostum yang dipergunakan dalam pertunjukan gamelan saronn sangat unik. Warna baju yang dipergunakan kesannya sangat meriah, warna baju yang biasa dipergunakan dalam pertunjukan saronn yakni dengan menggunakan warna merah, kuning, biru, dan lain-lain. Adapun perlengkakan kostum yang dipergunakan oleh para pemain gamelan saronn ketika sedang pertunjukan yakni sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kepala menggunakan mahkota; Pakai kacamata hitam; Memakai baju dengan lengan panjang; Memakai rompi; Memakai dodot; Celana sontog; Memakai kaos kaki sampai lutut; Sepatu cat dengan warna yang sama. Perlengkapan yang dipakai di atas biasanya menggunakan warna yang sama, sehingga para pemain gamelan saronn ini ketika melakukan gerakan tari sederhana sambil berjalan kaki kelihatannya lebih meriah dan enak dilihat oleh penonton.

V.

Kesimpulan

22

Gamelan saronn secara kompositonis tidak jauh berbeda dengan musik yang ada di Jawa. Musik ini pada dasarnya dibentuk oleh kerangka tema ritem gong, kempul, kenong, ketuk, panyolcol (ketuk II). Isian dinamikanya terletak pada garap kendang dan waditra saronn sebagai satu-satunya unsur melodis. Belakangan ini, perkembangan orkestrasi gamelan saronn semakin menonjolkan warna bunyi yang bernada tinggi dan berirama rancak. Solusinya adalah instrumen saronn dan kecer sering digandakan jumlahnya, serta virtousitas permainan kendang dan saronen terus di kedepankan. Orkestrasi demikian memberi kesan kuat akan kemeriahan. Popularitas saronn menanjak setelah era musik tongtong menurun. Di antara keduanya menunjukkan adanya hubungan, terutama pada aspek musikalitas dan fungsi musiknya. Gamelan saronn merupakan bentuk perpaduan dari konsep instrumenasi musik tongtong dengan pola-pola pukulan rangka siklus gong dari tipe musik gamelan lama (formal). Setidaknya, perpaduan itu masih dikenali dalam musik tongtong atau gamelan saronn generasi lama yang kini sudah terpinggirkan pada upacaraupacara desa yang terpencil. Gamelan saronn sudah menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu kesenian tradisional yang berhasil membangun sikap baru di tengah perubahan sikap dan kebutuhan masyarakat terhadap kesenian, baik sebagai pelengkap implementasi adat tradisi maupun sebagai hiburan semata.

Daftar Pustaka Kuntowijoyo, 2002. Madura: Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris 1850-1940. Yogyakarta: Matabangsa.

23

Mistortoify, zulkarnain, 1998. Gamelan Saronen musik prosesi kerakyatan Madura, Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. http://etnomusikologisolo.wordpress.com/2010/04/06/budayamusik-daerah-etnis-madura/. 25-01-11. 10.15. http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madura. 25-11-10. 14.30. http://madurastudies.wordpress.com/2008/09/14/kajianterhadap-kebudayaan-madura-sebagai-bentuk-usahapelestarian-budaya-lokal/ 25-01-11. 15.00 http://tipsoke.com/tag/sejarah+musik+saronen. 27-01-11. 14.00. http://www.google.co.id/images? q=saronen&hl=id&biw=1366&bih=548&prmd=ivns&um= 1&ie=UTF-8&source=og&sa=N&tab=wi. 01-02-11. 11.00. http://www.indotravelers.com/jawa-timur/index.html. 10.35. 02-02-11.

Diskografi n.s Gamelan Saronen, Seni Etnomusikologi Madura, Editasi Pustaka Audio Visual STSI Surakarta Program Due-Like SKBN STSI Surakarta, 2003.

Anda mungkin juga menyukai