Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SENI BUDAYA

TARI BAKSA KEMBANG DAN TARI JAIPONG

DISUSUN OLEH :
IKHSANA HABIBAH

Kelas : XII IPS 3

SMAN Negeri 4 Banjarmasin


Jln.Teluk Tiram Darat NO.16, Kelurahan Telawang,
Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan
Tari Baksa Kembang

A. Pengertian Tari Baksa Kembang


Tari Baksa Kembang merupakan tari klasik yang berasal dari Keraton Banjar dari
Kalimantan Selatan. Tari Baksa Kembang pada saat itu adalah tari yang ditampilkan
untuk menyambut kedatangan tamu dan ditarikan oleh putri-putri Keraton Banjar. Saat
ini, tari Baksa Kembang dipentaskan oleh masyarakat Kalimantan Selatan dalam
upacara pernikahan maupun acara-acara keluarga yang lainnya.

B. Sejarah dan Perkembangan


Tari Baksa Kembang merupakan tari klasik asal Keraton Banjar dari Kalimantan Selatan.
Tari tradisional satu ini merupakan tarian yang dipentaskan ketika menyambut tamu
kehormatan dan dibawakan oleh putri-putri Keraton Banjar.
Saat ini, tari Baksa Kembang ditampilkan oleh masyarakat dalam upacara pernikahan
maupun acara lainnya. Tari Baksa Kembang mengisahkan mengenai putri remaja yang
memiliki paras cantik jelita dan sedang bermain-main dengan riang gembira di sebuah
taman bunga.
Para penari Baksa Kembang biasanya adalah perempuan dan ditarikan dengan penari
berjumlah ganjil. Gambaran dari tari Baksa Kembang ini adalah kelembutan dari tuan
rumah untuk menyambut para tamu maupun menghormati tamu, sehingga suasana tari
yang berusaha ditampilkan adalah riang dan gembira.
Nilai yang dapat diambil dari tari Baksa Kembang sangatlah luhur. Sebab, menghormati
serta menghargai tamu adalah suatu kegiatan yang mulia. Hal ini menjadi budaya
bangsa Indonesia dan perlu dijunjung dengan tinggi.
Pada mulanya, di Banjar tari Baksa Kembang memiliki banyak versi. Akan tetapi saat ini,
telah ada kesepakatan antara para pelatih tari dari Provinsi Kalimantan Selatan
mengenai tari Baksa Kembang ini.
Kesepakatan tersebut menghasilkan keputusan, bahwa para penari Baksa Kembang
perlu mengenakan properti berupa mahkota Gajah Gemuling yang ditatah dengan
kembang goyang, sepasang bogam dengan ukuran kecil yang diletakan pada mahkota
serta untaian kelapa muda bernama Halilipan, menggunakan sepasang kembang kantil,
kenanga serta melati.
Tari Baksa Kembang biasanya ditampilkan dengan diiringi oleh gamelan dengan irama
lagu yang telah dibakukan yaitu lagu Ayakan serta lagu lagu Janklong maupun Kambang
Muni.
Sebelum dikenal hingga saat ini dan dibakukan oleh para pelatih tari dari Provinsi
Kalimantan, ada sejarah di balik tari Baksa Kembang yang menarik untuk diulas.
Sejarah mengungkapkan, bahwa sejarah dari tari Baksa Kembang dikaitkan dengan
kisah dari seorang putri Kerajaan Uripana yang memberikan satu tangkai bunga teratai
merah pada kekasihnya, yaitu seorang pangeran bernama Suria Wangsa Gangga yang
berasal dari kerajaan Dipa dan Baha di Kalimantan.
Tarian Baksa Kembang, konon telah ada sejak zaman agama Hindu yang sebelum masa
pemerintahan Sultan Suriansyah yang menjadi raja pertama dari Kerajaan Banjar. Maka
itu artinya, tari Baksa Kembang merupakan tari klasik yang memiliki umur cukup lama.
Menurut seorang pakar dari tarian klasik Banjar, tari Baksa Kembang ini muncul
bersamaan dengan masa-masa kemunculan tari Baksa yang lainnya seperti tari Baksa
Lilin, tari Baksa Panah, tari Baksa Dadap dah tari Baksa Tameng.
Setelah kemunculan dari kerajaan Banjar, tari Baksa Kembang pun difungsikan sebagai
tari penyambutan tamu kehormatan keraton yang ditarikan oleh para putri keraton dan
terus berkembang hingga saat ini dan menjadi bagian dari budaya masyarakat Banjar
hingga sekarang.
Dalam perkembangannya, tari Baksa Kembang yang tadinya hanya digunakan sebagai
tari penyambutan tamu bagi tamu-tamu kehormatan keraton, kini dapat ditampilkan
pada berbagai macam acara, seperti acara adat, maupun festival kebudayaan di
Kalimantan Selatan.
Selain beralih fungsi atau ada penambahan fungsi pada tari tradisional ini, tari Baksa
Kembang pun banyak dikreasikan seperti busana maupun gerakan untuk melestarikan
kesenian ini dan akan pertunjukan tari Baksa Kembang tetap terlihat menarik. Meskipun
ada banyak tambahan, tetapi variasi dalam tari Baksa Kembang tidak merubah nilai
tradisional maupun kekhasannya.

C. Fungsi, Makna dan Filosofi


Sebagai salah satu jenis tari klasik Indonesia, makna dari tari Baksa Kembang pun cukup
unik. Tari Baksa Kembang, pada mulanya digunakan sebagai tarian penyambutan para
tamu terhormat dan berkembang menjadi tarian yang ditampilkan dalam upacara
pernikahan maupun festival.
Makna dari tari Baksa Kembang ini sesuai dengan cerita yang melatar belakangi tari
Baksa Kembang yaitu kisah dari seorang remaja putri yang memiliki paras sangat cantik
dan sedang bermain dengan ceria di sebuah taman bunga.
Tari Baksa Kembang dibawakan oleh penari perempuan dengan gerakan yang lemah
lembut, luwes yang menyimbolkan keramahan dari tuan rumah ketika menyambut
tamu kehormatan yang datang berkunjung.
Selain makna dalam menyambut tamu dengan ramah, tari Baksa Kembang juga
memiliki nilai moral yaitu budaya menghormati tamu yang berkunjung. Dikarenakan
sikap menghormati tamu tersebut adalah sifat yang terpuji. Nilai ini harus dijaga
maupun ditanamkan pada kebiasaan masyarakat Indonesia, terutama karena
masyarakat Indonesia terkenal karena keramahannya pada pendatang.
Selain makna maupun filosofi yang terkandung dalam tari Baksa Kembang tersebut, ada
pula fungsi tari tradisional ini sebagai hiburan dan menyambut tamu. Tari Baksa
Kembang merupakan tari tradisional yang bisa ditarikan oleh satu orang penari
perempuan, maupun secara berkelompok asalkan jumlah penarinya harus ganjil.
Tari Jaipong

A. Pengertian Tari Jaipong


Tari Jaipong- Pasti tidak asing bagi Anda jika mendengar kata tari jaipong, tari jaipong
merupakan salah satu dari seni tradisional yang berasal dari jawa barat dan tentunya
sangat populer di indonesia. Tari jaipong adalah penggabungan dari beberapa seni
tradisional seperti silat, wayang golek, ketuk tilu dan lain sebagainnya.
Tarian jaipong sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu besar
atau festival budaya. Hampir sebagian masyarakat Indonesia pernah menonton tarian
ini.

B. Sejarah dan Perkembangan


Menurut catatan sejarah kebudayaan Indonesia, tarian ini diciptakan oleh seorang
seniman dari sunda yaitu Gugum Gumbira yang menaruh perhatian besar pada
kesenian rakyat seperti tari pergaulan Ketuk Tilu. Pada awal kemunculannya, Tari
Jaipong disebut dengan Ketuk Tilu, karena tarian ini memang dikembangkan dari tari
Ketuk Tilu.
Karya pertama kali Gugum Gumbira yang dikenal masyarakat pada saat itu adalah Tari
Jaipong “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong”.
Dari jenis tarian diatas, muncul sejumlah nama penari Jaipong yang terkenal seperti Yeti
Mama, Tati Saleh, Pepen Dedi Kurniadi, dan Eli Somali. Ketika tahun 1980-1990-an,
Gugum Gumbira mulai menciptakan tari lain seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng,
Pencug, dan lain-lain.
Tari Jaipong bisa dikatakan sudah menjadi ikon kesenian dari Jawa Barat, dan sering
dipertontonkan ketika acara acara penting untuk menghibur tamu dari negara asing
yang sedang berkunjung di Jawa Barat dan juga, saat melakukan misi kesenian ke
mancanegara.
Awal kemunculannya, tarian ini sempat jadi perbincangan hangat, karena gerakan-
gerakannya yang dianggap erotis dan vulgar. Tapi justru membuat tarian ini
mendapatkan perhatian dari media, termasuk pernah ditayangkan pada tahun 1980 di
TVRI Stasiun Pusat Jakarta. Semenjak itu, Tari Jaipong semakin populer dan frekuensi
pementasannya pun semakin bertambah.
Tari jaipong banyak menginspirasi para penggerak seni tari tradisional untuk lebih aktif
lagi menggali jenis tarian rakyat yang kurang mendapat perhatian. Kemunculan jenis
tarian ini juga membuka lahan usaha bagi para penggiat seni yang membuka kursus
untuk belajar Tari Jaipong. Sementara untuk pengusaha hiburan malam menjadikan Tari
Jaipong untuk memikat pengunjung tempat usahanya.

C. Fungsi dan Makna Tari Jaipong


Peran Tari Jaipong adalah sebagai sarana komunikasi antar manusia, juga menjadi
wahana untuk menghibur masyarakat karena banyak budaya asing masuk ke Indonesia.
Jaipongan adalah jenis tarian sosial tradisional orang Sunda, Karawang, Jawa Barat,
yang sangat populer di Indonesia.
Sebuah kesenian karya putra bangsa yang satu ini memang wajib kita akui sebagai salah
satu karya besar di bidang seni budaya.
Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa fungsi tarian jaipong dalam ringkasan
memiliki 2 fungsi sebagai berikut:
Menjadi Hiburan Sekaligus Ajang Komunikasi
Beberapa acara yang dimulai dari upacara adat hingga pentas seni membuat orang
merasa terhibur dengan keberadaan Jaipongan. Perkumpulan orang-orang di satu
tempat akan mudah untuk bertukar informasi dalam komunikasi.
Karena itu, seni yang diperkenalkan oleh Gugum Gumbira kepada masyarakat Sunda
bisa menjadi hiburan yang menarik di tengah maraknya hiburan modern yang telah
muncul.
Menjadi salah satu kesenian andalan dari Jawa Barat
Sebagai kesenian andalan Jawa Barat, Jaipongan dapat menjadi salah satu ikon untuk
mempromosikan kekayaan daerah di dunia luar, baik secara nasional maupun
internasional.
Sebut saja Bandung sebagai tempat pengembangan seni ini secara tidak langsung
mendapat manfaat besar dari nama tarian Jaipongan.
Tidak mengherankan jika sejak tahun 90-an atraksi wisata di Bandung meningkat
perlahan, sampai batas tertentu hal ini disebabkan oleh keingintahuan masyarakat luar
terhadap daerah Bandung yang mengiringi nama tarian jaipong.
Secara umum makna tari jaipong, gerakan di Jaipongan menggambarkan wanita Sunda
saat ini yang energik dan tidak pantang menyerah, ramah, genit, berani, mandiri, lincah,
dan bertanggung jawab, tetapi masih santun.
Ini secara langsung mengubah stereotip lama tentang wanita Sunda yang cantik tapi
malas. Parasit cantik dan lekuk tubuh yang indah merupakan aset dan daya tarik yang
akan selalu menonjol dari para penari Jaipong.
Dari sini, itu menyiratkan pesan bahwa di balik keanggunan dan kelembutan wanita
Sunda, ada juga keinginan untuk menjadi diri sendiri tanpa terhambat oleh sudut
pandang orang. Tarian Jaipongan juga berarti bahwa perempuan tidak harus selalu
dinilai hanya dari luar berdasarkan stereotip budaya lama yang telah melekat dengan
bangsa ini.
TUGAS SENI BUDAYA

TARI RADAP RAHAYU DAN TARI KUDA LUMPING

DISUSUN OLEH :
KRISTIAN RADITYA

Kelas : XII IPS 3

SMAN Negeri 4 Banjarmasin


Jln.Teluk Tiram Darat NO.16, Kelurahan Telawang,
Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan
Tari Radap Rahayu

A. Pengertian Tari Radap Rahayu


Tari Radap Rahayu merupakan tari klasik yang ditarikan untuk penyambutan tamu
sebagai penghormatan. Tari Radap Rahayu awalnya hanya ditampilkan dalam acara
adat seperti perkawinan, kehamilan,kelahiran, dan juga acara kematian. Namun seiring
dengan perkembangan tarian ini juga ditampilkan sebagai hiburan masyarakat.
Tari Radap Rahayu – Seni tari dapat menggambarkan berbagai bentuk simbolisasi rasa
dan karsa kehidupan. Tiap gerakan dari suatu jenis tarian memiliki makna dan maksud
tertentu yang didasari oleh nilai luhur adat dan budaya daerah. Oleh karena itu, seni
tari masih bertahan dan dilestarikan sampai saat ini untuk meneruskan nilai-nilai
tersebut. Rasa pengharapan, syukur, do’a adalah esensi utama dari Tari Radap Rahayu,
suatu jenis tarian yang berasal dari Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan.

B. Sejarah dan Perkembangan


Pada awal sejarahnya, Tari Radap Rahayu ini diperuntukan untuk menolak bala atau
musibah dan sebagai bentuk pengharapan kepada Yang Maha Esa untuk senantiasa
diberikan kemudahan dan keselamatan.
Namun, dengan seiring dengan perkembangan zaman, jenis tari ini juga ditampilkan
dalam upacara penyambutan tamu yang terhormat, acara pernikahan, ataupun upacara
kematian. Tari ini juga sebagai bentuk hiburan dan pagelaran budaya seni tari untuk
masyarakat Banjarmasin.
Pada pertunjukan Tari Radap Rahayu, penari wanita umumnya akan mengenakan
busana adat yang terdiri dari baju layang berwarna kuning cerah yang dilengkapi juga
dengan aksesoris pendukung seperti selendang berwarna hijau atau merah yang
nantinya akan digunakan dalam pertunjukan seakan mengambarkan seorang bidadari
yang memiliki paras yang sangat cantik.
Selain busana adat, penari juga menggunakan hiasan kepala (mahkota gunungan),
Kalung Samban Barangkap, Kambang Goyang, Bunga Bogam, Anting-anting Barumbai,
Gelang Keroncong, dan Catik Sirih. Sebagai pelengkap pertunjukan tari digunakan juga
cupu kecil (bokor) berisi bunga mawar merah dan putih yang nantinya akan ditabur
sebagai simbol menghilangkan bala atau musibah.

C. Fungsi dan Makna


Dalam buku Kesenian Tradisional Banjar (2003) oleh Sjafri Sairin, kata Radap diambil
dari beradap-adab yang artinya bersama-sama secara kelompok. Sedangkan Rahayu
adalah galuh wan bungas atau putri yang cantik. Sehingga Radap Rahayu memiliki
makna wanita atau galuh yang cantik berkelompok atau bersama-sama. Radap Rahayu
di Banjarmasin dimaknai sebagai kelompok bidadari kahyangan yang turun ke bumi dan
akan menolong siapa pun yang membutuhkan pertolongan.
Dalam fungsi ritual, tari Radap Rahayu tumbuh dan berkembang pada upacara Tapung
Tawar (batapung tawar). Ritual ini dilakukan untuk tolak bala bagi diri seseorang.
Kemudian masyarakat Banjar menggali tarian tersebut dan berfungsi sebagai acara
hiburan dalam perayaan siklus hidup masyarakat Banjar.
Tari Kuda Lumping

A. Pengertian Tari Kuda Lumping


Kuda Lumping yang juga kerap disebut Jathilan atau Jaran Kepang oleh masyarakat
Jawa, dan merupakan tari tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit yang
tengah menunggang kuda. Tari Kuda Lumping berasal dari Ponorogo, tarian ini
menggunakan bambu atau bahan lainnya yang dipotong dan dianyam menyerupai
bentuk kuda, ditambah hiasan rambut tiruan dari tali plastik yang digelung atau
dikepang, atau sejenisnya. Cat atau kain beraneka warna akan menghias anyaman kuda
ini.
Tari Kuda Lumping – Ketika mendengar tari Kuda Lumping terkadang sudah bisa
membuat kita terbayang suasana pagelarannya atau setidaknya membayangkan gerak-
gerik dan ciri khas tariannya. Grameds, Kuda Lumping memang termasuk tarian yang
banyak kita kenal sejak masa kecil.
Tarian yang satu ini asalnya dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Jathilan
adalah sebutan lain dari kuda lumping. Dengan bantuan properti kuda yang didesain
khusus, kemudian sekelompok penari akan menari dan ini menjadi ciri khas Tari Kuda
Lumping.
Nama yang dimiliki tarian ini berbeda di setiap daerahnya. Contohnya, Kuda Lumping di
Jawa Barat, Jathilan Hamengkubuwono di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Jaran Kepang di
Surabaya, Jaranan Sang Hyang di Bali, Jaranan Buto di Banyuwangi, sampai Jaranan
Turonggo Yakso di Trenggalek.
Tarian ini punya salah satu keunikan yang paling menonjol, yakni hadirnya aksi
kesurupan yang ditonton secara bebas dengan pengendalian seorang pawang. Ada pula
atraksi kekuatan magis, badan kebal, makan beling, dan lain sebagainya.

B. Sejarah dan Perkembangan


Seperti dikutip dari Selasar.com, tarian kuda lumping punya sejarah yang masih sangat
simpang siur. Pasalnya, terdapat sangat banyak versi yang beredar tentang asal-usul
tarian ini. Adapun, masih belum jelas kebenaran atau sumber asli dari masing-masing
versi tersebut. Paling terkenal, terdapat lima versi asal-usul kuda lumping dan
terbentuknya tarian ini.
Berdasarkan versi pertama, Tari Kuda Lumping sudah hadir sejak zaman primitif. Tarian
ini dipakai dalam ritual yang sifatnya magis atau upacara adat. Semua properti yang
digunakan awalnya sangat sederhana, tetapi terus berubah dan berkembang seiring
melajunya waktu.
Menurut versi kedua, Tari Kuda Lumping ialah bentuk dukungan penuh atau apresiasi
dari rakyat jelata terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro dan pasukan kudanya
dalam mengusir dan melawan para penjajah.
Ada pula versi ketiga yang menganggap asal-usul Tari Kuda Lumping adalah gambaran
atas perjuangan Sunan Kalijaga dan Raden Patah beserta para pasukannya dalam
mengusir para penjajah dari Nusantara.
Dalam versi keempat, tarian yang satu ini dianggap berasal dari penggambaran proses
latihan pasukan perang Kerajaan Mataram yang dikomandoi oleh Sultan Hamengku
Buwono I dalam menghadapi jajahan Belanda.
Adapun versi terakhir dari asal-usul kuda lumping ialah versi yang paling lengkap, yakni
menceritakan tentang seorang raja tanah Jawa yang sangat sakti.
Meski berbagai versi tersebut belum jelas yang kebenarannya terbukti, tetapi itu
bukanlah masalah besar. Itu artinya, yang terpenting dan mesti diingat, kebudayaan
yang satu ini ialah asli Indonesia sejak zaman dulu.
C. Fungsi dan Makna
Tari ini berasal dari Suku Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta).
Biasanya di daerah asalnya tarian ini disebut dengan Jathilan. Ditampilkan oleh
sekelompok penari yang menggunakan properti berbentuk kuda.
Pasukan yang kuat tersebut didapatkan Raja dari sebuah sayembara di mana Raja
mencari siapapun yang memiliki pengetahuan mengenai bagaimana pasukan berkuda
yang seharusnya dan bagaimana cara mendapatkan pasukan berkuda yang kuat
tersebut.
Sang raja juga melakukan tapa sehingga mendapatkan wangsit bahwa hanya orang
Jawa yang dapat menjadi tentara maupun kuda. Sang raja juga diharuskan membuat
kuda dari bahan ijuk dan juga gedek bambu agar kemudian ditunggangi oleh prajurit
yang akan menjadi kuda.
Setelah membuat kuda dari gedek bambu dan membacakan mantra agar kuda mau
untuk makan rumput dan juga beling (kaca) jika terjadi paceklik, sang raja menari
dengan senang karena impiannya memiliki prajurit berkuda yang kuat sudah tercapai.
Terlepas dari versi manapun yang Anda percayai meskipun memang tidak ada cerita
yang teruji kebenarannya, tari Kuda Lumping ini tetap merupakan kebudayaan
tradisional asli dari Indonesia sebagai bukti dari kekayaan budaya bangsa.
Sama halnya dengan jenis tarian lainnya, baik yang merupakan tarian tradisional
maupun modern, tarian Kuda Lumping ini juga memiliki beberapa fungsi.
Adapun beberapa hal yang menjadi fungsi dari tarian Kuda Lumping ini di antaranya
adalah:
1. Fungsi Hiburan
Dengan adanya pertunjukan tarian Kuda Lumping ini masyarakat akan berkumpul dan
juga terhibur saat menontonnya.
Para penonton pertunjukan Kuda Lumping biasanya sangat antusias dan juga menikmati
pertunjukan, bahkan tidak jarang penonton pun ikut menarikan tarian ini bersama
dengan para penari.
2. Fungsi Pendidikan
Selain sebagai hiburan, tarian Kuda Lumping ini sebenarnya memiliki fungsi pendidikan.
Tarian ini menggambarkan mengenai watak baik dan buruk dari seorang manusia.
Ada banyak sekali norma dan juga nilai yang disampaikan melalui tarian Kuda Lumping
ini.
3. Fungsi Sosial
Dalam pertunjukan Kuda Lumping, para penari bersama dengan sang pawang dan juga
pengiring musik memainkan peranan yang sama-sama penting untuk dapat
menampilkan pertunjukan yang menghibur.
Agar dapat berjalan dengan baik, semua elemen dari pertunjukan harus dapat bekerja
sama dan melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab masing–masing.
4. Fungsi Kepercayaan
Melalui tarian yang erat kaitannya dengan hal magis dan gaib ini, ada fungsi
kepercayaan yang tertuang di dalamnya.
Tarian Kuda Lumping memiliki keunikan tersendiri berupa adanya berbagai hal mistis
yang tak biasa kita temui. Decak kagum penonton tentulah terundang atas perpaduan
antara alam nyata dan alam gaib ini, sebab berbagai atraksi dalam kuda lumping
dilakukan meski tampak berada di luar nalar kemampuan manusia sadar. Biasanya,
tradisi kuda lumping tampil di berbagai acara umum ataupun khusus, seperti perayaan
hari besar, pesta pernikahan, serta momen lainnya.
Menurut Pelajarindo.com, jika penari mulai menunjukkan atraksi makan beling, makan
bara api, lompat ke bara api, sampai berjalan di atas pecahan kaca, saat itulah fase
dengan kekuatan supernatural muncul. Uniknya lagi, mereka akan menari dalam kondisi
kesurupan.

Anda mungkin juga menyukai