Anda di halaman 1dari 8

TRADISI TENUN MELAYU RIAU

1. Pengertian
Songket melayu Riau merupakan kain tenunan tradisional melayu Riau yang di tenun dengan
tangan dengan menggunakan benang emas dan benang perak. Kain hasil tenunan Songket
Melayu memiliki banyak keunikan dan kaya dengan nilai keindahan atau estetika sebagai bentuk
gabungan dari unsurunsur budaya yang biasanya melambangkan corak, pandangan dan
pemikiran masyarakat Melayu. Ragam dari motif/corak kain tenunan Songket sangatlah erat
hubungannya antara manusia dengan alam sekitar, baik hewan maupun tumbuhan. Ragam
tersebut sekaligus juga mencerminkan cara dan pandangan hidup umat manusia.
2. Sejarah Songket
Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu,
dan menurut sebagian orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India dan Arab. Menurut
hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di
antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India
menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Pola-pola rumit diciptakan dengan
memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun
seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam yang kemudian berkembang ke
selatan di Pattani (thailand), dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu (malaysia) sekitar
tahun 1500-an.
Industri kecil rumahan tenun songket kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan
Terengganu. Akan tetapi menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah yang
memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang yang mungkin telah berlaku
sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11).
Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan,
Bali, Sulawesi, Lombok danSumbawa. Tiap-tiap daerah memiliki Masing masing Nama yang
berbeda beda, misalnya songket Aceh dari Provinsi Nangro Aceh Darusalam, Songket Batubara
Dari Provinsi Sumatra Utara, Songket Melayu Riau Dari Provinsi Riau, Songket Pandai Sikek
dari Provinsi Sumatra Barat, Songket Palembang Dari Sumatra Selatan dan Masih Banyak Lagi
Ragam Macam Jenis Songket Lainnya Di Indonesia.
Teknik pembuatan pun hampir serupa dari tiap-tiap daerah, yang membedakan nya biasanya
terletak dari motif dan ragam coraknya. Namun ada beberapa corak dan motif tadi yang hampir
sama di tiap daerahnya, tidak hanya motif dan corak, penamaanya pun hampir sama seperti,
Motif Pucuk Rebung, Siku keluang,Tampuk manggis, semut beriring, itik pulang petang dan
lain-lain
3. Sejarah Songket Melayu Riau
Orang yang pertama memperkenalkan tenun ini adalah wanita bernama Wan siti Binti Wan
Karim, seorang pengrajin yang di datangkan dari kerajaan Trengganu Malaysia pada masa
kesultanan Melayu di Riau yaitu kesultanan Siak Sri Indrapura (sekarang menjadi kabupaten
siak) yang di perintah oleh sultan Sayid Ali (1784-1810) pada masa itu. Wan Siti adalah seorang
Wanita yang cakap dan terampil dalam bertenun dan beliau mengajarkan bagaimana bertenun
kain songket, bagi sultan dan kaum bangsawan Siak, tenunan ini menjadi simbol keagungan dan
kewibawaan, sedangkan bagi pengerajinnya merupakasimbol pengabdian kepada sultan dan
keluarganya. Karena pada saat itu hubungan kenegerian Kesultanan Siak dengan negerinegeri
melayu di semenanjung sangat lah erat, terutama juga dalam hal seni dan budaya melayu yang
satu. Pada awalnya kain tenun siak ini dibuat terbatas bagi kalangan bangsawan saja terutama
Sultan dan para keluarga serta para pembesar kerajaan di kalangan Istana Siak, kemudian
menyebar di sekitar keraton kesultanan Siak dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Siak. Tokoh Wanita Melayu Riau yang sangat berperan dalam mengembangkan kerajinan kain
tenun songket melayu Siak di Riau adalah Tengku Maharatu. Tengku Maharatu adalah
permaisuri Sultan Syarif Kasim II (sultan syarif kasim II merupakan pahlawan Nasional dari
provinsi Riau pada masa Indonesia memulai kemerdekaaan) yang kedua, setelah permaisuri
pertama, Tengku Agung meninggal dunia. Dia melanjutkan perjuangan kakaknya dalam
meningkatkan kedudukan kaum perempuan di Siak dan sekitarnya, yaitu dengan mengajarkan
cara bertenun yang kemudian dikenal dengan nama tenun Siak. Tenun Siak yang merupakan
hasil karya kaum perempuan telah menjadi pakaian adat Melayu Riau yang dipergunakan dalam
pakaian adat pernikahan dan upacara lainnya.
4. Alat Serta Bahan Yang Di Gunakan Pada Tenun Songket
Pada awalnya tenun yang diajarkan adalah merupakan tenun tumpu dan kemudian bertukar ganti
dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan "Kik".alat tenun Kik adalah alat tenun yang
cukup sederhana dari bahan kayu berukuran sekitar 1 x 2 meter. Sesuai dengan ukuran alatnya,
maka lebar kain yang dihasilkan tidaklah lebar sehingga tidak cukup untuk satu kain sarung,
maka haruslah di sambung dua yang disebut dengan kain "Berkampuh". Akibatnya untuk
mendapatkan sehelai kain, terpaksa harus ditenun dua kali dan kemudian hasilnya disambung
untuk bagian atas dan bagian bawah yang sudah barang tentu memakan waktu yang lama.
Seiring berkembangnya waktu penggunaan alat tenun “Kik” yang kurang efisien kini di ganti
dengan alat yang baru yang bernama Alat tenun bukan mesin (ATBM) hingga kini. Kekurangan
kekurangan pada alat tenunn “Kik” Tadi di sempurnakan oleh ATBM sehingga untuk membuat
selembar sarung songket tidak perlu di sambung dua kali. Dalam bertenun songket memerlukan
bahan baku benang, untuk benang dasar nya sendiri disebut benang lungsi/Lusi/Lungsin yang
terbuat dari sutera ataupun katun berwarna yang kemudian dipadukan dengan benang emas dan
perak sebagai ornamen/motif atau hiasan yang biasa di sebut benang pakan. Dikarenakan benang
sutera sudah susah didapat, maka lama kelamaan orang hanya menggunakan benang katun. Dan
hinggakini kain tenun songket siak dikembangkan pembuatannnya melalui benang katun
tersebut.
5. Ragam Jenis Songket Melayu Riau
Secara keseluruhan di provinsi Riau Terdapat beberapa Ragam tenun Songket antara lain ; Tenun
Songket Melayu Siak, Tenun Songket Melayu Pekanbaru, dan Tenun Songket Indragiri. Ketiga-
tiganya masuk dalam Songket melayu Riau. Seperti yang sudah di ketahui, tenun songket melayu
Siak merupakan yang pertama masuk ke wilayah Riau, melalui trengganu (malaysia) kemudian
menyebar ke kesultanan Siak Sri Indrapura. Songket berkembang sangat pesat di kesultanan
Siak, dari songket melayu Siak inilah yang menjadi cikal bakal dari songket melayu pekanbaru.
Dari Asal usul tenun Songket melayu pekanbaru ini bermula pada saat Kesultanan Siak
memindahkan pusat pemerintahan sekaligus ibukota kerajaan dari mempura (Siak) ke Kampung
Bukit, Senapelan (Pekanbaru). dari kawasan yang berada di tepian sungai Siak Itulah bermula
negeri yang bernama Pekanbaru, kemudian Songket serta merta menyebar kewilayah sekitar
tersebut. Songket Indragiri telah ada sejak puluhan tahun yang lalu di Kerajaan Indragiri
(sekarang terdapat 2 kabupaten bernama kabupaten Indragiri hilir dan indragiri hulu). Asal mula
kain tenun Indragiri dibawa oleh orang-orang perehu atau disebut dengan orang dagang yang
menetap di Indragiri yang berpusat di Kota Rengat. Pada masa tertentu sesudah berakhirnya
masa Kerajaan Indragiri, tenun ini sempat menghilang dan sulit dicari. Kain hasil tenunan lama
tersebut hanya dimiliki orang – orang tertentu, yaitu keluarga raja atau pembesar kerajaan yang
menyimpannya dengan hati-hati sekali. Barulah pada sekitar tahun 1992, Pemerintah Daerah
Kabupaten Indragiri Hulu kembali mengkaji dan mengangkat tenun ini dan menumbuhkan
kembali tenun songket indragiri. Dikabupaten Indragiri Hilir , khususnya di Kecamatan Khairiah
Mandah, masyarakat Melayu juga membuat kerajinan tenun songket dengan alat tenun tumpu.
Motif-motif yang dipakai tidak menggunakan benang emas. Tenun ini banyak memiliki
kesamaan dengan tenun Bugis. Kerajaan tenun songket di daerah Indraggiri Hilir juga
dikembangkan oleh masyarakat pendatang dari Sulawesi Selatan (suku bugis) yang merantau ke
Indragiri Hilir untuk berkebun kelapa dan membuka lahan pertanian. Keterampilan bertenun
yang telah mereka miliki didaerah asalnya mereka kembangkan di tempat yang baru. Saat ini,
industri kerajinan tenun Songket Indragiri Hilir telah menyebar ke beberapa wilayah di
Kabupaten Indragiri Hilir.
6. Proses Pembuatan Songket Melayu Riau
Proses pembuatan kali ini yaitu proses yang menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang
terbagi atas beberapa tahapan diantaranya :
1. Tahap persiapan
Yang perlu di lakukan pada tahap persiapan ini yaitu :
• Persiapan membuat motif tenunan. Ini merupakan tahap paling awal yang perlu di lakukan
dalam proses menenun. Umumnya motif yang di buat yaitu motif yang sudah ada dan menjadi
ciri khas dari songket Riau. Namun perlu kreatifitas dari para penenun nantinya dalam
menciptakan ide-ide baru serta motif baru, sehingga menambah motif songket melayu Riau ini
• Mempersiapkan bahan-bahan, seperti benang, warna apa yang di inginkan, dan juga jumlah
yang di perlukan dalam menenun nantinya.
• mempersiapkan peralatan yang di perlukan, karena keberadaan peralatan sangat menentukan
kelancaran proses pembuatan tenunan. biasanya peralatan menun (ATBM) sudah tersedia tinggal
mengecek apa ada masalah pada alat tersebut.
2. Tahap Perendaman
• Untuk bahan benang menggunakan benang katun yang banyak di jual di pasaran.
• Benang di rendam terlebih dahulu dan di beri cairan pemutih pada benang yaitu water glass,
alkali, H2O2 diaduk satu persatu hingga merata dalam satu bak pemutih dicampur dengan air.
• Lama perendaman memakan waktu 1 hari 1 malam.
3. Tahap Pewarnaan dan penjemuran
• Benang yang di rendam di atas kemudian diangkat tahap berikutnya yaitu penjemuran benang
menggunakan bambu atau kayu sebagai pengait. Penjemuran benang tidak boleh mengenai sinar
matahari langsung. penjemuran memakan waktu 1 jam, jika di rasa sudah cukup benang diangkat
dan masuk tahap selanjutnya.
• Pewarnaan benang di warnai sesuai dengan warna kain yang hendak di buat.
• Pewarna menggunakan pewarna buatan yang lebih mudah di jumpai oleh peserta pelatihan.
Zaman dulu untuk membuat pewarna kain songket masih menggunakan pewarna alami seperti
dari serat kulit pohon angsana, pohon sepang, kulit kayu tinggi, buah kesumba dan lainlain.
Namun bahan bahan seperti itu sangat susah di jumpai zaman sekarang. Jadi pewarnaan yang di
gunakan pada pelatihan menggunakan pewarnaan buatan yang lebih mudah di jumpai.
• Setelah benang diwarnai tahapan selanjutnya yaitu penjemuran benang. Penjemuran tidak boleh
di lakukan di bawah sinar matahari langsung. Tujuannya agar benang yang sudah di warnai tidak
mudah rusak dan warna tidak cepat pudar.
4. Tahap mengelos
• Tahapan ini yaitu benang yang sebelumnya di jemur kemudian diangkat dan selanjutnya
benang di kelos menggunakan alat yang bernama kincir. (masing masing daerah berbeda-berbeda
terkait penamaan alat dan tahapan ini)
• Tujuan mengelos yaitu benang dapat di jadikan bonbin.
5. Tahap menghani Proses penghanian benang (hani boom) merupakan proses pembuatan benang
rentang yang merupakan bahan baku utama pada proses pembuatan kain tenun songket. Proses
penghanian benang meliputi:
• Benang bobin yang sebelumnya telah jadi kemudian di kumpulan dan selanjutnya di susun di
rak-rak hani
• Proses penghanian selanjutnya yaitu dimulai dengan pengelosan benang ke bobin terus
dipasang di rak hani supaya mudah tidak kusut dan putus, dan benang yang ada di bobin
dimasukkan ke mata gun yang jumlah nya tidak terlalu banyak, baru dimasukkan ke sisir yang
yang pendek. Kemudian benangnya ditarik tidak terlalu panjang untuk diikat di mesin hani yang
besar, lalu digulung dengan hitungan meter sesuai berapa panjang yang hendak kita hanikan.
Penghanian ke mesin hani, dilakukan berkali-kali, karena jumlah bobin yang digunakan tidak
terlalu banyak, sekitar 1000 bobin. Setelah siap digulung benang tersebut kemudian ditarik
sekitar 1 m, lalu diikat di kayu hani boom tersebut sebanyak benang yang sudah kita gulung tadi.
Penggulungan di kayu hani boom hampir sama dengan penggulungan di mesin hani boom.
Melakukannya juga berkali-kali, dengan lebar sesuai yang kita kehendaki. Biasanya sesuai
takaran yang sering dipergunakan sekarang adalah sekitar 120 cm. Baru kemudian gulungan
benang tersebut siap untuk dipergunakan pada menin tenun ATBM sebagai benang rentang.
6. pencucukan Benang
• benang yang sudah diani di rentangkan menjadi benang longsi, dan di tarik ke pangkal dengan
terlebih dahulu disisipkan menggunakan gun (karap), dan sisir besi.
• proses awal pembuatan yaitu menyusun benang dan menyusunya pada ujung ATBM, proses ini
disebut dengan (mengani). kemudian benang yang diani di rentangkan menjadi benang longsi,
dan di tarik ke pangkal dengan terlebih dahulu disisipkan menggunakan gun (karap), dan sisir
besi.
7. Proses pembuatan kain tenun
• Setelah proses pemasukan benang ke Gun dan Sisir sudah selesai, maka benang Hani Boom
yang ada diatas mesin di turunkan dan di rentangkan untuk kemudian di Stel dan diikat.
• Tahap berikutnya yaitu proses menenun songket melayu Riau. pangkal gabungan tadi
kemudian di ikatkan pada paku penggulung, selanjutnya benang pakan di masukan dari sisi kiri
dan kanan melalui sebuah torak (teropong), yang di dalamnya terdapat pleting (gulungan
benang). lalu, sisir besi kemudian di hentakan kearah penenun (disebut melantak), sehingga
terbentuk garis kain baru dari hasil persilangan dua benang longsen dan benang pakan. begitu
seterusnya hingga menjadi selembar sarung songket. bersamaaan dengan itu kemudian penenun
menyisipkan benang emas atau perak diantara benang longsen yang ada. proses ini di sebut
memungut. semakin banyak motif yang di beri, maka semakin lama pula pengerjaan dalam
membuat sehelai songket.
7. Motif Dan Corak Songket Melayu Riau
Songket melayu riau mempunyai banyak sekali corak serta motif dan variasi. Songket melayu
Riau banyak mengambil motif di awan seperti dari tumbuhan serta hewan, juga beberapa benda
luar angkasa seprti bulan dan bintang. Di Masing masing motif serta variasi tersebut terdapat
filosofi yang terkandung di dalamnya. Proses stilirisasi terhadap apa yang di lihat di lingkungan
sekitar menunjukkan betapa perajin songket dahulunya tidak hanya memiliki pemahaman yang
mendalam terhadap alam di sekitarnya, tetapi juga memiliki imajinasi yang tinggi kemudian di
lukiskan dalam selembar tenun songket. Berikut beberapa motif dan corak dalam songket melayu
Riau, diantaranya :
1. Pucuk rebung bersiku keluang Pucuk dengan variant Tampuk manggis memiliki filosofi
yaitu rebung bersiku keluang Dipakai untuk tenun dan tekat Laba beruntung muka belakang
Sampailah pinta terkabul niat
2. Pucuk rebung berpetak wajit dengan Variant Tampuk manggis memiliki filosofi Pucuk
rebung berpetak wajit Didalamnya ada kuntum bercabang Kasih bersambung nasib pun baik
Hidup sejahtera dadapun lapang
3. Pucuk rebung daun melambai Pucuk rebung daun melambai Di puncaknya mahligai putri
Tuah sekampung hidup damai Dimana tegak bertambah rezeki
4. Wajik petak tabur Hiasan wajik petaak tabur Walau bertabur serasi juga Sanggam duduk
bermanis tutur Tahu bersyukur budinya mulia
5. Pucuk Rebung berkawan memiliki filosofi Hiasan pucuk rebung berkawan Tanda hidup
mengandung iman Tanda berkaum menjaga teman Tanda sayang tak berkesudahan
6. Tampuk manggis bersilang memiliki filosofi Hiasan tampuk manggis bersilang Tidak berisi
kiri kananya Nama elok hidup terpandang Variant Tiada umpat kejinya
7. Wajit laksamana raja dengan Variant Tampuk manggis tersamar memiliki filosofi Memakai
wajit laksemana raja Besar bertuah kecilnya manja Akan menjadi seberang kerja Akan tertegak
adat lembaga
8. Kaluk paku bersela kuntum Kaluk paku memiliki filosofi bersela kuntum Tangkainya rapat
hiasan indah Niat sampai mulut tersenyum Kasih berlebih sayang bertambah
9. Mumbung nipah berpadi tabur memiliki filosofi Hiasan bernama mumbung nipah Berpadu
dengan buah padi Hidup rukun rezeki berlimpah Dunia akhirat tuah berdiri
10 . Tampuk manggis berpetak wajit memiliki filosofi Tampuk manggis berpetak wajit Boleh
tunggal boleh berpadu Laku buruk orang kan jijik Hidup menyesal karena malu

Anda mungkin juga menyukai