Anda di halaman 1dari 5

Asal Usul Sejarah Kain Songket - Kain songket merupakan kain tenun khas Indonesia yang sudah

terkenal keindahannya hingga ke mancanegara. Warnanya yang indah serta motifnya yang cantik
membuat banyak orang tertarik untuk memilikinya. Beberapa orang mengatakan, kata songket berasal
dari istilah kata sungkit dalam bahasa Melayu. Kata sungkit berarti mencukil atau mengait. Hal ini
dipengaruhi oleh metode pembuatannya yaitu mengaitkan kain tenun dan memasukkan benang emas.

Namun ternyata ada teori lain mengenai asal kata songket, yaitu berasal dari kata di-songsong dan di-
teket. Di-songsong karena dalam pembuatannya menggunakan alat yang dilempar diantara benang lalu
disongsong atau dijemput. Sedangkan teket dalam bahasa Palembang lama memiliki arti sulam.
Pembuatan kain songket dapat memakan waktu yang cukup lama. Untuk membuat satu lembar kain
songket hingga selesai dibutuhkan waktu hingga 3 bulan.

Pada awalnya, kain songket hanya digunakan oleh kalangan bangsawan. Namun karena perkembangan
jaman, kain songket sekarang bisa dimiliki oleh siapa saja. Tentu saja untuk mendapatkan kain songket
yang berkualitas baik membutuhkan pengorbanan yang cukup karena harganya tidak murah.

Kain songket merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Sriwijaya yang menjadi cikal bakal kota
Palembang. Kain ini seperti menjadi bukti kebesaran dan kemakmuran Kerajaan Sriwijaya waktu ini.
Karena kain songket dibuat menggunakan benang emas yang berkilauan. Di bawah ini ada gambar
motif-motif kain songket Palembang. Sejarah tentang asal muasal kain songket dikaitkan dengan
Kerajaan Sriwijaya dan kawasan permukiman dan budaya Melayu, serta diperkenalkan oleh pedagang
India atau Arab. Sementara, Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari
perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera
sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket.

Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan
penggunaan sehelai jarum leper. Menurut tradisi, teknik tenun seperti ini berasal dari utara. Akan tetapi
menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun
ini pertama kali di Palembang dan Jambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Kerajaan Sriwijaya
(abad ke-7 sampai ke-11).

Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain ini dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga
maritim pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena pusat kerajinan songket paling
mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songketa dalah kain mewah yang aslinya memerlukan
sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik.
Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi
Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama
dengan batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada
bukti pasti bahwa penenun local telah menggunakan benang emass awal tahun 600-anhingga 700-an
masehi. Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang lama di Sumatera. Songket Palembang
merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala
Kain". Songket eksklusif, memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan
songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket
sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan mulai memakai songket
sarung dengan baju kurung.

Motif Songket

Songket mempunyai motif-motif tradisional yang merupakan cirri khas budaya wilayah penghasil
kerajinan ini. Misalnya, motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak
Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam yang
merupakan khas songket Pandai Sikek dan Minangkabau. Beberapa pemerintah daerah telah
mempatenkan motif songket tradisional mereka. Dari 71 motif songket yang dimiliki Sumatera Selatan,
baru 22 motif yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia .Dari 22 motif songket Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo
Intan, LepusPulis, Nampan Perak, dan Limar Beranti. Sementara 49 motif lainnya belum terdaftar. Selain
motif Berante Berakam, beberapa motif lain yang belum terdaftar yakni motif
SongketLepusBintangBerakam, NagoBesaung, Limar Tigo Negeri Tabur Intan, Limar Tigo Negeri Cantik
Manis, Lepus Bintang Penuh, Limar Penuh Mawar Berkandang, dan sejumlah motif lainnya. Dan
sekarang di indonesia lagi marak maraknya jual tenun di toko online atau di toko kios pasar sekarang
sudah banyak yang menjualnya untuk kebutuhan pemerintahan yang setiap hari rabu dan kamis wajib
pakai pakaian khas indonesia

Sejak dahulu kala hingga kini, songket adalah pilihan popular untuk busana adat perkawinan Melayu,
Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali.Kain ini sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada
pengantin wanita sebagai salahsatu hantaran persembahan perkawinan. Di masa kini, busana resmi laki-
laki Melayu pun kerap mengenakan songket sebagai kain yang dililitkan di atas celana panjang atau
menjadi destar, tanjak, atau ikat kepala.Sedangkan untuk kaum perempuannya songket dililitkan
sebagai kain sarung yang dipadu-padankan dengan kebaya atau baju kurung.

Meskipun berasal dari kerajinan tradisional, industri songket merupakan kerajinan yang terus hidup dan
dinamis. Para pengrajin songket terutama di Palembang kini berusaha menciptakan motif-motif baru
yang lebih modern dan pilihan warna-warna yang lebih lembut. Hal ini sebagai upaya agar songket
senantiasa mengikuti zaman dan digemari masyarakat. Nahh sekiranya cukup postingan kami saat ini
semoga bermanfaat bagi kita semuanya.

Pada dasarnya penggolongan motif batik yang ada di indonesia di bagi menjadi dua macam yaitu batik
motif geometris dan batik motif non geometris. Adapun pengertian dan contoh motifnya adalah sebagai
berikut :
Motif geometris adalah motif batik dengan ornamen susunan geometris dengan ciri khas berbentuk
seperti ilmu ukur biasa, seperti segiempat yang panjang atau lingkaran, contoh: Ganggang, Kawung ,
golongan Banji, Ceplok. Pada motif ini juga ada yang tersusun dalam garis miring, sehingga bentuknya
berbentuk belah ketupat, seperti contohnya: golongan parang dan udan liris
Motif Non Geometris merupakan jenis motif batik dimana bentuk motifnya tidak teratur jika dilihat
menurut geometris atau di buat secara acak .
Pada Motif yang ada pada motif non geometris terdiri dari beberapa bentuk ornamen-
ornamen tumbuhan, Pohon Hayat, Candi, Binatang, Meru, Burung, Garuda, Ular dimana dalam
susunan tidak teratur Contoh: Buketan, Semen, Terang Bulan.

Anda mungkin juga menyukai