Anda di halaman 1dari 38

1

BAB 1
Seni Rupa Tradisi, Modern, Dan
Kontemporer Indonesia

Seni rupa Modern adalah istilah umum yang digunakan untuk
kecenderungan karya seni yang diproduksi sejak akhir abad 19 hingga sekitar tahu 1970
an. Seni rupa modern menunjuk kepada suatu pendekatan baru dalam seni dimana tidak
lagi mementingkan representasi subjek secara realistis penemuan fotografi menyebabkan
fungsi penggambaran di dalam seni menjadi absolut, para seniman modern berksperimen
mengeksplorasi cara baru dalam melihat sesuatu, dengan ide segar tentang alam, material
dan fungsi ini, seringkali bergerak melaju kearah abstrak.
Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu
adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa.
Seni rupa kontemporer dapat dikatakan sebagai sebuah wacana dalam
praktek seni rupa di Barat yaitu praktek seni rupa yang menunjuk kepada kecenderungan
posmodern. Kecenderungan ini menyiratkan wacana dalam praktek seni rupa yang anti
modern. Hal ini disebabkan karena salah satu paradigma kemunculan posmodern adalah
paradigma yang menolak moernisme.
Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak
modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah
sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi seni kontemporer
adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai
zaman sekarang.
Dalam bab ini, kalian akan mempelajari tahap-tahap perkembangan seni rupa
Indonesia sekaligus kesalingterpengaruhannya, baik antarsuku maupun dalam
persentuhan dengan seni diluar nusantara. Untuk hal itu, beberapa subab dalam bab ini
akan menguraikan seni tradisi, modern, dan kontemporer.
2


A.Seni Rupa Tradisi
Perbedaan budaya penduduk nusantara dari satu pulau dengan pulau lainnya
maupun perbedaan antarsuku dengan suku lainnya menghasilkan perbedaan ekspresi
benda-benda seni yang mereka hasilkan. Masyarakat Nusantara berkarya dengan
dilandasi kepercayaan yang mereka yakini, seperti animisme, dinamisme, Hindu, Budha,
Islam dan sebagainya. Dari sudut ekspresi, persamaan yang tampak adalah adanya
kecenderungan untuk membuat abstraksi dari setiap objek yang digambar.
Dalam kepercayaan mereka, benda-benda upacara pun merupakan perwujudan
dari dunia arwah atau dunia dewa-dewi yang selama ini belum mereka ketahui sehingga
mereka melakukan pengubahan bentuk-bentuk hewan, manusia, atau tumbuhan yang ada
didunia. Seni rupa tradisi ini dapat dikelompokkan ke dalam seni lukis, seni gerabah, seni
prasasti, seni arsitektur, seni arca, seni wayang, dan seni kriya.

1. Seni Lukis dan Seni Hias.
Pola lukis atau hias di Nusantara
banyak keseragaman, terutama pola
geometrik yang mempunyai sifat
universal. Pola geometrik ini antara lain
berupa motif anyaman, tumpal, meander,
lingkaran, tanda, titik-titik, garis-garis
lurus, pilin berganda, swastika, huruf S,
dan sebagainya. Pola geometric adalah pola hias tradisional yang selalu memegang
peranan. Pola ini mengandung arti sosial, geogrefis dan religius.
Pada zaman prasejarah, lukisan bukan hanya merupakan suatu keindahan yang
digunakan sebagai hiasan belaka, tetapi juga mengandung makna tertentu. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kekuatan sehingga akhirnya ditabukan. Pemikiran tentang
adanya sesuatu di luar jangkauan manusia membuat mereka menciptakan seuatu sebagai
manifestasinya.
Lukisan pada zaman ini umumnya dapat dijumpai di dinding-dinding gua tempat
mereka tinggal. Namun, pada perkembangan selanjutnya, mereka pun melukis di tempat
3

yang dianggap keramat. Akibatnya, benda tersebut berubah fungsi menjadi benda
upacara. Umumnya, lukisan-lukisan itu berupa tubuh manusia dan hewan yang dianggap
punya kekuatan yang membahayakan. Selain itu, ada juga lukisan cap tangan.




2. Tembikar
Gerabah ini mulai mulai berperan
pada mesa manusia mengenal bercocok
tanam dan mengalami kemajuan teknik pada
masa perundagian. Benda ini umumnya
digunakan sebagai tempat menyimpan
makanan, masak, penyimpanan air, dan juga
digunakan sebagai bekal kubur. Kalaupun ada
gerabah yang mempunyai pola hias, polanya masih sangat sederhana, seperti pola
anyaman dan gores dengan pola garis-garis sejajar atau pola lingkaran. Gerabah masa ini
ditemukan antara lain di kendenglembu (Banyuwangi), klapadua (Bogor), Serpong
(Tanggerang), kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi Selatan).
4

Gerabah pada masa perundagian mengalami teknik yang lebih maju dan pola
hiasnya lebih beragam. Pola geometrik memang masih berlaku, namun variasi-variasi
lokal juga mempengaruhi, seperti lingkaran memusat, garis-garis sejajar atau bersilang,
persegi, tumpal, dan goresan-goresan serupa pancaran sinar. Gerabah disini ditemukan di
Buni (Bekasi), Kalumpang (Sulsel), Melolo (Sumba), dan anyer Kramatjati (Jakarta).

3. Prasasti
Prasasti mulai dikenal dan berkembang pada masa berdirinya kerajaan-kerajaan di
Nusantara. Bentuk prasasti ini ada yang digoreskan di batu (Lingopala) dan ada juga yang
diatas perunggu (tamra prasasti). Fungsi prasasti ini digunakan sebagai suatu peristiwa
yang sangat penting, misalnya penobatan raja, penaklukan wilayah, dan pertukaran
utusan untuk sebuah kepentingan tertentu. Huruf-huruf yang digunakan adalah huruf
palawa dengan bahasa Sangsekerta, misalnya prasasti pada batu Yupa di kutai dan
prasasti Tarumanaga di Bogor(Jawa Bogor), Jakarta dan banten.
Pada abad ke 7-8 muncul
kerajaan Sriwijaya di Sumatra yang
prasasti-prasastinya menggunakan
huruf Pallawa, tetapi bahasanya
menggunakan huruf Melayu Kuno.
Sekitar abad XI, tumbuh suatu bentuk
huruf yang dinamai huruf Kadiri,
menurut tempat asalnya, atau
biasanya juga disebut huruf kwadrat,
karena bentuknya menyerupai kotak
geometris. Adakalanya tulisan itu
digoreskan pada punggung sebuah arca, guci batu dan sebagainya. Sementara itu, pada
prasasti tembaga biasanya dituliskan pada kedua sisi lempeng perunggu yang berbentuk
segiempat atau persegi panjang.
5




4. Arsitektur.
Dilihat dari fungsinya, seni
arsitektur setidaknya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni
bangunan sakral dan bangunan profan.
Bangunan sakral, misalnya tempat
pemujaan atau tempat beribadah,
meskipun secara lahiriah mengambil
bentuk dari India, inti pemujaan nenek
moyang masih memegang peranan penting. Sementara itu, bangunan profan antara lain
berupa istana, rumah-rumah tinggal, saluran air, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk arsitektur tradisi ini juga sangat beragam, bergantung pada
wilayah tempat bangunan itu berada dan mendapat pengaruh dari mana. Bangunan rumah
adat di Minangkabau di Sumatra Barat, misalnya, struktur atapnya menyerupai lunas
perahu yang estetis, tersusun beberapa tingkat. Teknik konstruksinya disatukan tanpa
memakai paku, tiang disambung, dan palang pembentuk rangka dipasak ditempat.
Atapnya terbuat dari serat ijuk yang bisa bertahan sampai ratusan tahun.

6

Ada pula bangunan rumah
panjang mentawai atau
biasa disebut uma. Uma
berdiri diatas tiang-tiang
dan dibangun tanpa paku,
dibuat dengan teknik
konstruksi tanggam
sambung atau ikatan. Satu
uma bisa dihuni oleh
selusin keluarga dan
bersama-sama mereka
membuat satuan social
terpisah-juga disebut uma-
yang menjadi dasar
kelompok bangunan masyarakat Mentawai dan uma dianggap hanya akan makmur di
tempat yang disetujui oleh leluhur.
Selain dua rumah diatas, masih ada lagi beragam konstruksi rumah adat yang lain,
misalnya rumah adat Nias, rumah panjang adat Kalimantan, rumah adat Jawa, rumah adat
Sunda, dan sebagainya. Seni arsitektur lainnya adalah candi, pembangunan kota, masjid,
dan istana. Candi rata-rata dibuat dari materi bebatuan yang tersusun berundak-undak.
Pilar dan tiang tidak ditemukan pada candi batu. Bentuk arsitektur candi umumnya
berupa bangunan berongga dan berdinding batu dengan atap bertingkat si atasnya, dan
tingginya di atas alas tiang atau lantai bawah tanah.
Warisan lain seni arsitektur Nusantara adalah bangunan masjid. Pada sebagian
besar masjid lama di Jawa, dari masjid agung dalam gugs istana hingga masjid di desa
sederhana, sacara khusus meliputi beberapa-jika tidak semua-ciri-ciri ini, khususnya
penggunaan atap tumpang ganda atau tiga, sementara masjid di Sumatra memiliki banyak
sifat yang sama.

7




5. Patung atau Arca.
Suatu tradisi baru patung
berkembang pada masa
Hindu-Budha yang mendapat
pengaruh India. Garis
lengkung dan bidang
cembung yang dominan
menggambarkan alam
semesta yang berombak-
ombak dan melambai. Di
samping itu, ada mata yang
setengah menutup yang
sesuai dengan gaya klasik gupta dan kesan jubah yang dipakai para dewa.
Perkembangan seni arca mengalami beberapa tahap, diantaranya arca batu dijawa
barat, arca Jawa Tengah sekitar abad ke-8-9, arca Jawa Tengah bagian selatan sekitar
abad ke-9-10, arca zaman kerajaan Erlangga sekitar abad ke-10-11, arca zaman kerajaan
Singosari sekitar abad ke-12, arca zaman kerajaan Majapahit awal dan akhir, arca
berdasar konsep Hindu, arca perunggu dan logam, arca perak serta arca emas.
Seni patung yang kebanyakan ditemukkan sangat erat hubungannya dengan
bangunan candi. Patung-patung ini ada yang terpisah dari bangunan, artinya berdiri
sendiri, ada juga yang menyatu dengan bangunan, patung ini kerap disebut pula sebagai
8

relief. Banyak diantara patung-patung ini sekarang diperkirakan berasal dari masa yang
baru dan dijadikan dugaan bahwa bentuk dan gaya seni tertentu merupakan warisan
kebiasaan yang jauh lebih tua.
Patung-patung dari lembah Bada, Sulawesi Selatan, dibuat dalam relief lembut,
tangan yang melengkung ke daerah perut seperti untuk melingkari alat kelamin yang
mencolok. Wajah hanya terdiri atas hidung dan mata, sementara mulut dihilangkan.
Patung ini mungkin dipahat pada akhir abad ke-14.






6. Kriya
Seni yang satu ini dikerjakan oleh suatu golongan yang kerap disebut dengan para
perajin. Dan ini dapat dilihat pada relief-relief candi, misalnya kegiatan para perajin yang
sedang membuat tempayan dapat ditemukan pada relief kaki tutup candi Borobudur.
Dari peninggalan-peninggalan purbakala yang sampai pada kita, dapat diketahui
bahwa para perajin ini membuat alat-alat, baik untuk keperluan sehari-hari maupun untuk
9

keperluan upacara. Bahan-bahan yang digunakan dapat digolongkan antara lain sebagai
berikut.

Bahan tanah liat atau terakota.
Untuk keperluan sehari-hari: bak air, kendi, guji, pelita, celengan,
boneka, binatang, miniatur, bangunan, saluran air, genting dan lain-lain.
Untuk keperluan upacara: bentuk-bentuk stupika yang biasa berisi
materai dengan mantra-mantra agama Budha atau relief panteon Budha.
Bahan perunggu.
Untuk keperluan sehari-
hari: lampu, gayung, dandang,
mangkuk, sendok, tempat
wewangian, cermin, dan lain-lain.
Untuk keperluan upacara:
wajra (peralatan upacara untuk
pendeta), genta berhiaskan cakra,
lembu, naga, dan lain-lain.


Bahan logam mulia.
Untuk keperluan
sehari-hari: gelang, bandul
kalung, dan bodong.
Terkadang, benda-benda
ini diberi permata warna
merah, putih atau hijau.
Untuk keperluan
upacara: biasanya banyak
ditemukan dalam peti baru berupa bentuk kura-kura, bunga, garuda, lembu,
kadang juga berbentuk topeng atau wayang.

10

A. Seni Rupa Modern
Modrenisasi dalam bidang seni adalah cerminan dari usaha pembaruan, pencarian
kemungkinan baru, dan penjelajahan ke daerah-daerah baru yang belum sempat terjemah.
Pada umumnya, titik pusat kegiatan ini merupakan aspirasi atau pemikiran angkatan
muda yang menghendaki suatu penyegaran terhadap nilai-nilai dan bentuk seni yang
sudah mendapat tempat dimasyarakat.
Cirri umum dari seni rupa modern adalah semangat untuk terus-menerus
memperbaharui yang telah ada. Ia menjadi gerakan yang tidak mengenal puas dan terus
mencari bentuk baru.

1. Seni Rupa Modren pada Masa Raden Saleh.
Dalam seni rupa Nusantara, gerakan pembaruan menuju ke arah seni rupa
modern dirintis oleh seorang pemuda jawa yang bernama Raden Saleh Syarif Bustaman
atau lebih dikenal dengan nama Raden Saleh (1816-1880). Sebagai warga pribumi, Raden
Saleh mendapatkan kesempatan yang jarang terjadi untuk belajar seni lukis di belanda
pada awal abad ke-19 atau pada masa penjajahan situasi waktu itu mungkin yang
menyebabkannya mencoba menyamai orang belanda dengan menguasai bentuk seni baru
yang dilakukannya dengan baik.
Sambutan yang diterimanya di beberapa
kerajaan Eropa membuktikan bahwa
keterampilan dan bakatnya memang
besar. Tanpa diragukan, Raden Saleh
kemudian menjadi pelukis Indonesia
terbaik masa penjajahan.
Selama tinggal di Eropa selama lebih dari 20 tahun, karya-karya Raden Saleh
dengan kuat dipengaruhi oleh karya-karya Delacroix, yang romantik serta harmoni warna
barunya telah mengguncangkan dunia seni Prancis kontemporer. Hal ini tampak ketika ia
mengikuti Horace Vernet, seorang pelukis binatang terkenal, ke Algeria. Selain itu,
seperti Vernet, Raden Saleh menciptakan lukisan-lukisan binatang yang bagus sekali,
terutama binatang-binatang yang berkelahi dengan garangnya. Kemudian, ketika ia
11

menetap di Jakarta, ia mengelola sebuah kebun binatang kecil yang menyediakan
fasilitasnya studi binatangnya.
Ketika Raden Saleh kembali ke
Indonesia tahun 1851, ia telah menjadi
seorang pelukis ternama yang diberi
gelar bangsawan di beberapa istana
Eropa dengan gelar Pelukis Kerajaan
bagi Raja Holland. Di Indonesia dia
bekerja sebagai pemelihara koleksi seni
pemerintahan kolonial. Sekitar tahun 1870, ia kembali dan tinggal di Eropa selama 4
tahun. Sekembalinya ke Jawa, ia pindah ke Bogordan tinggal di sana sampai meninggal
tahun 1877. Sebagai keturunan bangsawan, ia diterima di istana-istana Jawa Tengah. Ia
sempat tinggal beberapa tahun di Yogyakarta, tempat ia melukis potret Sultan serta
keluarganya.

Namun demikian, Raden Saleh, yang karya seninya merupakan pembuktian
romantisme abad ke-19 Eropa, pantas dianggap perintis seni rupa modern Indonesia.
Meskipun Raden Saleh tidak melahirkan penerus, dalam beberapa tahun berselang,
muncul beberapa pelukis pemandangan. Beberapa bahkan telah melampaui guru-guru
serta model-model mereka, yaitu para naturalis Belanda atau Eropa yang lain yang telah
datang ke kepulauan Indonesia untuk melukis Hindia yang Molek atau mooi Indie.

2. Mooi I ndie.
mooi Indie atau Hindia yang molek adalah sebutanm bagi sebuah fenomena seni
rupa Indonesia yang berkembang pada periode kedua seni rupa Indonesia setelah Raden
Saleh. Peralihan dari Raden Saleh sebagai perintis ke seni rupa mooi Indie melewati
rentang waktu yang cukup lama, yakni kurang lebih sekitar 60 tahun dihitung sejak
wafatnya Raden Saleh tahun 1880 sampai munculnya periode mooi Indie tahun 1940-an.
Sebutan seni rupa mooi Indie muncul karena umumnya seni rupa pada masa itu
merupakan seni lukis pemandangan alam yang indah. Sanento Yuliman mengatakan
bahwa seni rupa corak ini muncul mula-mula untuk kepentingan Belanda. Belanda
12

banyak mengirim pelukis ke Indonesia untuk melukis pemandangan alam yang kemudian
dibawa ke negeri lain dan dipersembahkan kepada penguasa dan elit-elit Belanda. Berikut
ini adalah beberapa tokoh yang penting dalam seni rupa mooi Indie.

Abdullah Suriosubroto (1878-1941).
Abdullah bisa dikatakan
sebagai seniman pertama yang
menyambungkan mata rantai seni rupa
Indonesia yang terputus sejak wafatnya
Raden Saleh. Abdullah adalah anak dari
dokter Wahidin Sudirohusodo, tokoh
pergerakan nasional dan salah satu
pendiri organisasi boedi Oetomo. Karena lebih mementingkan minat melukisnya, tanpa
sepengetahuan ayahnya, Abdullah mengikuti pelajaran di akademik seni rupa di Belanda
dan tidak belajar pada perguruan tinggi kedokteran. Bakat melukisnya yang sejak
bersekolah di Solo agaknya sudah disadari, mendapat pengembangan dan pemantapan
yang baik di akademi seni rupa. Dengan bekal kemahiran khusus dalam melukis
pemandangan alam, sepulangnya di Indonesia, Abdullah banyak dikagumi.
Ada beberapa alasan yang bisa
dikemukakan mengapa Abdullah
memilih tempat kegiatannya di
Bandung. Pertama, karena kegagalannya
memenuhi harapan orangtuanya, untuk
melanjutkan studynya sebagai dokter
yang terpandang, membuatnya segan
berdiam di kota orangtuanya. Kedua, karena peranan kota Bandung sebagai salah satu
kegiatan seni lukis waktu itu sesudah Jakarta, dimana banyak orang asing berdiam
sebagai konsumen utama seni lukis baru. Ketiga, Bandung merupakan daerah yang
berada di tengah-tengah alam raya yang indah, dikelilingi gunung-gunung dengan
tamasya yang penuh warna hijau kesegaran, merupakan surga bagi seorang pelukis
pemandangan.
13

Pada masanya, lukisan-lukisan Abdullah mampu membawa rasa keharuan dan
perasaan romantis, bahkan menimbulkan kerinduan akan kehidupan yang tentram; sorga
yang sudah banyak hilang ditelan hiruk pikuk keramaian kota. Tidaklah mengherankan
jika lukisan-lukisannya berdaya tarik tinggi bagi orang asing dan orang Indonesia sendiri
yang melihatnya sebagai identifikasi tanah airnya; Indonesia yang subur dan kaya akan
indahnya.
Di Bandung pula kemudian Abdullah mengembangkan kemahirannya kepada
sejumlah muridnya, termasuk seorang anaknya yang kemudian menjadi pelukis terkenal,
yaitu Basuki Abdullah..

Mas Pirngadie (1875-1936)
Ia lahir dalam keluarga ningrat dan merupakan salah satu pelukis naturalis
Indonesia yang paling berbakat. Ia belajar melukis dengan cat air dari pelukis Belanda,
Du Chattel, dan kemudian menjadi guru bagi pelukis-pelukis lainnya seperti Sudjojono
dan Suromo. Mas Pirngadie mula-mula adalah seorang pembuat draf yang sangat hebat
yang dipekerjakan oleh The Royal Batavian Society serta Dinas Purbakala Pemerintah
Netherlands Indies di Batavia untu membuat gambar rekontruksi peninggalan-
peninggalan kuno yang rusak serta temuan-temuan arkeologi. Dia melukis pemandangan-
pemandangan dan juga jenis-jenis rakyat. Lukisannya adalah seni tepat, sangat teliti,
indah dengan kehalusan besar dalam bentuk dan rasa.

Wakidi (1888-1979)
Selain dua nama besar diatas,
masih ada seorang seniman yang sekitar
tahun 1960-an dianggap sabagai warga
generasi tua pelukis-pelukis
pemandangan, yaitu Wakidi. Bersama
kedua pelukis tersebut, ia dianggap
sebagai salah seorang pelukis terkemuka
zaman penjajahan Belanda awal abad ke-20. Wakidilah yang mendirikan Sekolah Kayu
14

Tanam di Sumatera Barat. Ia, yang mengajarkan seni selama bertahun-tahun,
menghasilkan sejumlah lukisan pemandangan alam, khususnya latar disekitar rumahnya,
jurang-jurang, gunung-gunung, sungai-sungai, serta sawah-sawah dan lereng Lembah
Sianok di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

3. Persagi.
Perkembangan berikutnya dalam seni rupa modern Indonesia ditandaidengan
munculnya sebuah organisasi yang memiliki haluan melukis yang berbeda dari mooi
Indie. Organisasi itu ialah Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Persagi didirikan
pada 23 Oktober 1938 oleh S.sudjojono dan Agus Djaja. Persagi didirikan untuk
membangun sebuah pandangan yang menetapkan seni rupa modern Indonesia seharusnya
mencerminkan pandangan pribadi seniman yang hidup dalam lingkungan tertentu
sehingga karyanya dapat mengungkapkan gagasan budaya yang mencirikan sebuah
bangsa. Persagi menetang gaya seni rupa mooi Indie yang dianggap hanya mengindahkan
alam, jauh dari realitas social mayarakat.
Para aktivis Persagi juga
berpendapat bahwa seni tidak hanya
dimaksudkan untuk menunjukkan
kemampuan teknis sebagaimana
pendekatan para pelukis mooi Indie.
Gagasan ini secara langsung
mencerminkan perasaan Sudjojono
mengenai perjuangan kemerdekaan negaranya. Dalam dunia seni, filosofi baru
menghadapi tantangan besar karena orang Indonesia masih sangat terpengaruhi oleh
kejayaan masa lampau yang diwakili oleh Borobudur dan karya seni kuno lainnya
sehingga mereka tidak terlalu siap untuk menerima bentuk seni modern. Yang diinginkan
Persagi adalah sikap nasional asli yang tidak mempelajari masa lalu, tetapi berusaha
menciptakan seni baru.
Sudjojono percaya bahwa perasaan dan gaya Indonesia yang asli terpendam
dalam diri para senimannya dan hanya menunggu untuk dibebaskan. Ia sendiri telah
belajar melukis dengan Pirngadie dan Yazaki, seorang pelukis Jepang yang tinggal di
15

Jakarta. Dalam tema dan ekspresi, lukisan ini benar-benar tidak ada yang mendahului
dalam kancah seni Indonesia. Lukisan itu dianggap mempunyai penanganan yang sangat
bebas dan imajinatif, warna-warna kuat tetapi halus. Karya lainnya yang mempunyai
gaya dan bentuk baru adalah Cap Go Me. Lukisan ini menggambarkan kegembiraan yang
tidak karuan dari sekerumunan orang pada perayaan tahun baru Cina.

Akan tetapi, 10 tahun kemudian, keberanian Sudjojono dalam kesegaran bentuk
dan perasaan lenyap. Hamper dengan terpaksa kemudian ia pun menggunakan pembuatan
yang dekat fotografis dari apa yang ia istilahkan realitas. Organisasi Persagi yang
berangggotakan Emiria Sunasa, G.A. Sukirno, Sudjardjo, Herbert Hutagalung, S. Tutur,
Surono, Oton Laksamana, Ramli, Sumitro, Suaeb Sastradiwirja, Ateng Rusyan, Saptarita,
dan Abdulsalam ini akhirnya bubar pada tahun 1942,seiring hengkangnya pemerintahan
Belanda dan tahun dimulainya periode baru pendudukan jepang di Indonesia.



4. Poetera dan Keimin Bunka Shidoso.
Selama pendudukan (1942-1945), jepang menuntut kemenangan atas rakyat
Indonesia dengan menekankan factor Asia. Salah satu upaya untuk itu adalah melalui
pembentukan Poetera dan Keimin Bunka Shidoso (KBS). Poetera (Poesat Tenaga Rakjat)
merupakan sebuah organisasi politik yang didirikan pada masa pendudukan Jepang pada
tahun 1942 oleh orang-orang Indonesia. Organisasi bertujuan untuk memanfaatkan
daya dalam masyarakat.
Tujuan seksi budaya Poetera yang dipimpin oleh Sudjojono dan Affandi adalah
memperkenalkan dan mempopulerkan seni ke seluruh rakyat Indonesia. Upaya ini
16

bermanfaat dalam menyatukan
seniman dan mendorong dunia seni,
terutama untuk mengembangkan
seni modern Indonesia. Selanjutnya,
organisasi patriotik ini dapat
melindungi seni dari penggunaan
sebagai alat propaganda pemerintah militer Jepang.
Masih pada tahun 1942, Poetera mulai menyelenggarakan berbagai pameran
untuk seniman muda yang berpusat di Jakarta, di antaranya pameran tunggal pertama
Basuki Abdullah, Affandi, Kartono Yudhokusumo, dan Nyoman Ngendon. Pada tinjauan
karya Affandi, para pengamat seni yakin bahwa karya seni Indonesia sedang bergerak
kearah yang lebih baik. Kemudian, pameran bersama juga diselenggarakan untuk lebih
memperkenalkan para seniman kepada masyarakat dan memberikan kesempatan pada
masyarakat untuk melihat karya seni ini.
Sebelumnya, pada tahun 1943, Jepang mendirikan KBS (Keimin Bunka
Shidoso) atau Pusat Kebudayaan. Disana terdapat beberapa seksi yang tersedia untuk
sastra, musik, tari, drama, film, dan seni murni. Seksi ini dikepalai oleh Agus Djaja yang
sebelumnya berperan sebagai ketua pendiri Persagi. Setelah pembubaran Poetera, Jepang
meminta Sudjojono, Basuki Abdullah, Affandi, Otto Djaja, dan Subanto untuk mengajar
di seksi seni KBS. Mereka memutuskan untuk belajar melukis di Jakarta di bawah
bimbingan para perintis.
Seperti pimpinan-pimpinan politik yang bekerja sama dengan jepang demi
mengejar tujuan-tujuan nasional, para seniman KBS dihadapkan pada sebuah dilemma,
yakni ketika Jepang menuntut pengabdian mereka bagi tujuan-tujuan bagi yang merusak
bangsa mereka. Misalnya, ketika para penguasa Jepang merekrut Romusha, yaitu para
pekerja paksa yang dikirim untuk membangun jalan-jalan di Burma serta bagian-bagian
lain di Asia Tenggara di bawah kondisi yang tidak berperikemanusiaan, jepang
mengundang para seniman untuk menyerahkan lukisan-luisan untuk sebuah pameran
yang dimaksudkan untuk stimulasi perekrutan romusha.
Gambar-gambar yang menentang, seperti Affandi yang melukis kerangka-
kerangka kurus pada keadaan sekitar yang suram, ditolak dalam pameran itu. Selama
17

pendudukan Jepanglah dorongan yang dahulu diberikan Persagi menemukan
kemajuannya. Namun, demikian revolusi pecah pada agustus 1945 dan banyak pelukis
Indonesia menerjunkan dirinya ke arus aktivitas-aktivitas revolusioner.



5. Affandi
Ekspresionisme adalah sebuah aliran dalam seni rupa yang menonjolkan
ekspresi seniman dalam berkarya. Realitas atau objek yang dilukis sepenuhnya diolah
berdasarkan spontanitas perasaan dan pandangan seniman. Jadi, dalam aliran ini seniman
menjadi pusat penciptaan karya lukis.
Dalam sejarah seni rupa modern Indonesia, salah satu tokoh yang sangat
terkenal adalah Affandi. Pada masa awal kemerdekaan, kekacauan dan pergolakan sangat
terasa. Namun, para seniman masih sempat mendapatkan waktu untuk mengorganisir
beberapa asosiasi seniman.
Sebuah organisasi yang sama,
yaitu Seni Rupa Masyarakat, telah
didirikan di Yogyakarta oleh Affandi
dan seniman-seniman lain, dan
organisasi itu digabung dengan SIM.
Affandi bergabung dengan Hendra
dalam mendirikan Pelukis Rakyat di
Yogyakarta, sebuah asosiasi di bawah pimpinan Hendra yang tetap merupakan satu dari
kelompok seni paling aktif di Indonesia sampai tahun 1957.
18

Tahun 1948, Affandi kembali ke Jakarta dan bersama beberapa rekan membantu
mendirikan Gabungan Pelukis Indonesia. Pada tahun 1949, ia mengadakan pameran India
atas bantuan pemerintah India. Awal 1950-an, ia melanjutkan pameran ke Eropa, diikuti
dengan kunjungan singkat ke Brazil tahun 1953, serta mengunjungi AS tahun 1967.
Pengalaman di luar negeri memperluas pandangannya dalam seni dan dan memenuhi apa
yang selalu ia rencanakan untuk dilakukan, yakni menilai suasan seni kontemporer
Indonesia dari sudut pandang sebuah bangsa yang meneguhkan kemerdekaannya.
Bila menengok pada awal melukisnya, Affandi tidak dapat belajar seni pada
lembaga akademis karena pada masa penjajahan Belanda lembaga semacam itu tidak ada.
Ia menjadi model pada sebuah studio milik seniman asal Italia di Bandung dan melalui
pengalaman ini ia menguasai teknik melukis model. Gaya Affandi adalah emosional dan
ekspresionis. Ia meniadakan penggunaan kuas dan menggunakan cat langsung di atas
kanvas dengan tangannya. Ia merasa bahwa melukis dengan teknik pencetannya yang
terkenal itu dapat mengungkapkan kedalaman kemanusiaan yang tersembunyi melalui
seni.
Ia memercayai rasa kemampuan pengamatannya untuk menggambar alam dan
misteri kehidupan di dalam karyanya. Lukisan-lukisan yang terkenal, di antaranya
berjudul Ibuku (1941) yang menandai gaya awal naturalisnya yang matang sebelum ia
menjadi semakin ekspresionis, Menara Eiffel (1950-an) yang menunjukan keasyikannya
dengan matahari yang seolah mendorong menara ke belakang dengan sinarnya, dan
Andong Desa (1963) yang mencerminkan simpatinya pada orang biasa dan
kekagumannya terhadap ketabahannya dalam menjalani tekanan hidup.


19


6. Achmad Sadali.
Dari masa hiruk-pikuk gejolka revolusi sampai
mulai memudarnya sekitar tahun 1950-an yang ditandai
dengan banyaknya sanggra-sanggar seni, dikenallah
kemudian dengan babak baru dalam sejarah seni rupa
modern Indonesia, yakni lahirnya pendidikan formal seni
rupa yang membuka penjajahan teroritis dan penggarapan
bidang kesenirupaan yang sangat luas.
Pendidikan formal seni didirikan oleh
pemerintahan Belanda untuk mendidik mahasiswa
Indonesia menjadi guru seni. Karena hubungan budaya
antarsekolah ini dengan Eropa dan AS, seni abstrak antara
tahun 1947 dan 1970 sangat disukai. Pada akhir tahun 1960-
an, para seniman Bandung mulai merintis hubungan seni
avant garde internasional dengan seni tradisional Indonesia
dan menciptakan perpaduan antara Timur dan Barat.
Kenyataan bahwa seni rupa Bandung semula berkembang dari suatu institut
teknelogi jajahan Belanda memberikan kesempatan pada mahasiswa Indonesia untuk
mengenal berbagai kecendrungan Internasional dalam seni rupa. Jenis subjek (sosok,
potret, alam benda dan pemandangan) dan gaya
(figuratif dan abstraksi geometris ) termasuk dalam
lingkup seni internasional. Mulder memperkenalkan
seni abstrak pada saat seni figuratif atau nasionalis
dipromosikan oleh Soekarno dan pemeritah Indonesia.
Ia mengecilkan ciri Barat pada karya-karya yang dibuat
para seniman dibandingkan karya-karya yang realistis
dan kemasyarakatan dari para seniman Yogyakarta.
Setelah kepergian Mulder ke Belanda tahun 1958, para seniman Bandung
melanjutkan arah abstrak mereka. Karya yang mereka hasilkan diilhami oleh pengalaman
yang mereka peroleh dari luar negeri. Di antara para mahasiswa yang kemudian menjadi
20

pelukis terkenal sekarang itu adalah Achmad Sadali atau yang lebih dikenal dengan nama
Sadali.
Sadali lahir di Garut, Jawa Barat, dalam keluarga pembuat batik. Setelah lulus
dari Fakulstas Kesenian ITB tahun 1953, segeralah ia dapat mengenali banyak pusat
kesenian di dunia. Ia belajar seni di Amerika Serikat dan Belanda. Sadali mengunjungi
Australia dan Pakistan saat studi keliling. Ia banyak menerima penghargaan dan telah
mengerjakan berbagai pesanan umum termasuk dekorasi gedung MPR/DPR Indonesia.
Dia sering dianggap Bapak Seni Abstrak di
Indonesia, dan merupakan salah satu dari sedikit pelukis
yang karyanya non representatif. Walaupun ia tidak
menggunakan pulasan-pulasan kuas yang ekspresif,
lukisannya tidak dingin. Lukisan itu lebih berwujud
perasaan akrab, hangat, cocok dengan
monumentalitasnya. Penggunaan warna emas lembut
pada kanvasnya hampir menjadi cirri dan kadang-kadang trampak dalam karya para
pelukis muda yang sangat terkesan oleh karyanya. Pada saat itu juga, ia ditetapkan
sebagai Kepala Departemen Seni Rupa ITB.


C Seni Rupa Kontemporer.
Seni rupa kontemporer merupakan gerakan seni rupa yang tumbuh pada
pertengahan dekade1980-an; jauh dari pengamatan kritis dan institusi seni rupa. Pada
dekade itu, atas prakarsa mandiri, seni rupa itu muncul, dipamerkan di galeri-galeri
alternatif yang diadakan para perupanya sendiri. Akan tetapi, cara ini berhasil menarik
perhatian para kurator mancanegara dan dalam beberapa tahun terakhir, seni rupa ini
tampil dalam beberapa pameran Internasional. Secara umum, dapat dikatakan bahwa seni
rupa ini hampir tidak menunjukkan adanya suatu genre, apalagi gaya atau isme. Ia hanya
merupakan kelompok yang cenderung memperlihatkan proses perubahan yang mendasar
pada pengertian seni rupa modern.
21

Gerakan seni rupa kontemporer ini
merupakan gejala pencapaian lebih lanjut dari gejala
lain yang berlangsung pada decade 1970-an yang
bernapas pemberontakan. Oleh karena itu, pada
dekade 1980-an, setelah munculnya perkembangan
pascapemberontakan, dasar-dasar seni rupa
pemberontakan itu menjadi jelas; menentang prinsip-
prinsip modernisasi. Seni rupa kontemporer tahun
1980-an sangat diwarnai oleh perkembangan yang
berlawanan, yaitu komodifikasi kecantikan lukisan. Arus ini meluaskan praktik seni lukis
dan menyerap sejumlah besar perupa, khususnya pelukis. Kendati dasar
perkembangannya seni rupa komersial, tidak dapat disangkal bahwa terdapat pula
perkembangan seni lukis yang berkualitas di antara seni lukis komoditi ini.
Seni rupa kontemporer mempunyai ciri pluralisme, mengandung berbagai
kecendrungan yang berkembang dari berbagai dasar. Seni rupa ini berbeda dengan seni
rupa modern yang percaya pada perkembangan sejarah monolier dengan asas post hoc,
ergo propter hoc, tentang pengaruh dan kontinuitas.

Sebagian seni rupa era 1980-an masih memperlihatkan cirri seni rupa
pemberontakan, menentang depolitisasi seni rupa. Karya-karya ini terlihat paada karya
para perupa Harsono, Dadang Christanto, Mulyono, dan Samsar Siahaan yang
mempunyai kaitan langsung dengan masalah sosial dalam konteks politik. Mereka
banyak mempermasalahkan HAM, isu yang sering dikaitkan dengan tahanan politik dan
praktik-praktik represif dalam menjalankan pemerintahan.
Jenis seni rupa kontemporer ini setidaknya terlihat dalam dua rupa, yakni yang
popular disebut sebagai seni instalasi dan seni pertunjukan. Dengan keluar dari wilayah
artistik, makna karya-karya itu tidak terletak pada konteks perkembangan seni rupa, tetapi
pada konteks budaya. Kecendrungan untuk menggunakan seni Instalasi ini (karya seni
yang terdiri atas koposisi dan manipulasi objek-objek untuk menyampaikan sebuah
pesan) sebagai sebuah cara ungkap telah tampak di Indonesia pada tahun 1970-an dalam
22

bentuk percobaan dengan multimedia di Pusat Kebudayaan Taman Ismail Marzuki,
Jakarta.




23


BAB 2
Seni Rupa Tradisi, Modern dan Kontemporer
Mancanegara

Tidak ada perbedaan yang mendasar di antara kebudayaan berbagai bangsa di
dunia pada masa prasejarah. Mereka mengalami zaman batu, saat segala peralatan yang
mereka butuhkan hampir semuanya masih menggunakan batu. Hidup mengandalkan hasil
berburu sebab teknologi untuk menggarap lahan belum terpikirkan lebih jauh. Seperti
bangsa kita pada kehidupan presejarah, mereka pun meninggalkan jejak lukisan alami di
gua-gua dengan tujuan awal bahwa apa yang mereka lukis diharapkan kelak menjadi
kenyataan atau hanya sebuah ekspresi nalurilah manusia yang kreatif. Bisa jadi pula
lukisan-lukisan itu adalah perlambang-perlambang yang sakral dan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan mereka.
Seperti nenek moyang kita di nusantara, tahap-tahap berikutnya adalah tahap
perkembangan ke arah kehidupan yang lebih baik. Dari sinilah peradaban sejarah
menemukan bentuknya yang lebih baik. Tahapan-tahapan kebudayaan dari klasik,
modern, sampai kontemporer pun terbentuk.
Dalam bab ini, kalian akan mempelajari corak-corak seni dalam berbagai
tahapan terbentuk di mancanegara. Untuk itu, dalam seni tradisi akan dipilih seni tradisi
dari Mesopotamia dan Jepang, sedangkan untuk seni modern dan kontemporer dipilih
perkembangan yang terjadi di Barat. Mesopotamia dipilih karena bangsa ini merupakan
salah satu bangsa dengan kebudayaan tertua di dunia. Jepang dipilih sebab bangsa ini
memiliki perhatian tersendiri terhadap tradisi. Bahkan sampai sekarang, Jepang masih
kuat mempertahankan tradisinya. Sementara itu, barat merupakan sumber munculnya seni
modern yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.

A. Seni Rupa Tradisi.
24

1. Keramik Mesopotamia
Sejak sekitar tahun 4500 SM, Mesopotamia sudah mengenal seni keramik. Dari
hasil identifikasi atas pecahan keramik yang ditemukan, dapat disimpulkan ada 3 gaya
keramik Mesopotamia.
a. Keramik gaya Ubaid.
Keramik Ubaid dibuat dengan tangan dan dihias dengan desain geometris.
b. Keramik gaya Erekh.
Gaya keramik ini lebih sederhana dan dibuat dengan bantuan alat pelarik atau
putaran.
c. Keramik gaya Jemdet Naser.

Selain itu, juga ditemukan beberapa jenis keramik lain, yakni sebagai berikut:
Keramik Tembikar
Keramik ini merupakan hasil tembikar yang diupam halus atau dihiasi dengan
desain-desain sederhana.
Keramik Samatra
Gaya keramik ini berupa hiasan tumbuhan, hewan dan sosok manusia dari
tembikar yang sudah halus dan rumit.
Keramik Berglasir (Glasir Alkaline)
Di antara benda-benda keramik dari masa Mesopotamia kuno, ada benda
keramik yang sudah berglasir, yaitu glasir alkaline. Keramik ini menggunakan
soda, boraks, dan potassium karbonat sebagai bahan peleleh atau pelebur, dan
tidak menggunakan okside timbel atau lead (PbO) di dalam glasir. Glasir alkaline
itu digunakan pada badan keramik kuarsa (quartz-frit body) yang disebut sebagai
Egyptian Faience. Bejana-bejana itu tidak banyak menggunakan warna, yakni
hanya warna hijau yang dihasilkan dari oksida tembaga yang dicampur pada glasir
alkaline.Bejana-bejana itu cenderung meniru raut-raut dan hiasan realif dari
bejana logam.
Disamping ditemukan di daerah-daerah di atas, pada abad ke-2 Masehi, benda-
benda keramik juga ditemukan di Kreta. Di kota ini juga dilakukan teknik mengglasir
dengan menggunakan banyak warna. Pada masa mulainya zaman Islam, yaitu pada abad
25

ke-7 sampai 8 Masehi, keramik Islam sebenarnya masih melanjutkan tradisi keramik
setempat dan mengadakan penyesuaian dan percobaan-percobaan untuk mengembangkan
teknik dan gaya baru. Hiasan-hiasannya berbentuk tulisan atau kaligrafi, berdasarkan
pada beragam tulisan Arab yang dikembangkan dari Alquran. Penggambaran tumbuh-
tumbuhan dilakukan melalui beragam tahap penggayaan menjadi geometris murni.
Selama tahap penggayaan itu, hiasan arabes Islam menjadi bentuk yang paling banyak
digunakan untuk mengisi suatu ruang sacara lengkap.
Sampai sekitar tahun 800 Masehi, tidak terjadi perubahan besar dalam keramik
Islam. Hal yang banyak terjadi adalah peniruan-peniruan dari karya sebelumnya.
Keramik yang merupakan modifikasi gaya ini diproduksi hinggap mencapai kejayaannya
pada abad ke-9 Masehi. Seni keramik masa Islam ini kemudian dibagi dalam tiga masa,
yaitu masa awal (abad ke-9-10 M), masa pertengahan (abad ke-12-14 M), dan masa akhir
(abad ke-15-19 M).

2. Karya Seni Tradisi J epang: Keramik
Jepang, selain terkenal dengan kerja keras penduduknya, juga menyimpan hasil
budaya masa lalunya yang gemilang. Salah satunya adalah seni keramik yang dapat
dikategorikan menjadi 3 kategori:
a. Keramik Yomon
b. Keramik Yayoi
c. Keramik Kofun
Ketiga jenis keramik tersebut digolongkan sebagai jenis seni keramik
masyarakat primitif atau zaman prasejarah. Menurut legenda jepang, seorang perajin
keramik yang bernama Kato Shirozaemon telah kembali dari perantauannya di negeri
Cina pada awal abad ke XIII. Selanjutnya, ia menetap di daerah Seto dimana ia
menemukan tanah liat sejenis stoneware yang memenuhi syarat untuk membuat benda
keramik sejenis dengan keramik Tenmoku , yaitu keramik khas Cina yang berglasir tebal
mengkilap dan warnanya merupakan kombinasi warna coklat dan hitam berbintik-bintik
seperti diliputi lapisan minyak.

a. Keramik Yomon.
26

Keramik Yomon diperkirakan dibuat sekitar tahun 5000 sampai 4000 SM.
Keramik Yomon sering dianggap sebagai gambaran umum wujud keramik hasil karya
seni masyarakat primitif jepang. Bisa
dikatakan bahwa sifat-sifat keramik primitif
Jepang tidak terlalu berbeda dengan sifat-sifat
keramik masyarakat primitif bangsa-bangsa
lain di luar Jepang. Keramik Yomon biasanya
berupa wadah yang dibentuk dengan teknik
pilit atau ulir. Penciptaan seni keramik ini
dapat diketahui melalui percobaan radiasi
karbon terhadap benda keramik, di antaranya keramik Yomon. Keramik yomon selama
ini dianggap sebagai hasil kreasi yang mencerminkan keindahan ekspresi masyarakat
primitif yang belum dipengaruhi peradaban dari daerah mana pun.

b. Keramik Yayoi.
Keramik Yayoi dianggap sebagai seni keramik yang
lebih maju daripada keramik Yomon. Keramik ini dihasilkan
oleh para pendatang Korea di Jepang, dua abad sebelum
Masehi. Peradaban yang dikembangkan oleh kelompok
pendatang baru ini selanjutnya disebut Yayoi. Masyarakat ini
dikenal memiliki keterampilan mengolah tanah untuk
bercocok tanam dan keterampilan menuang perunggu dan
besi.

c. Keramik Kofun.
Zaman selanjutnya adalah zaman keramik kofun. Kofun artinya kuburan tua.
Pada zaman ini, masyarakat Jepang memiliki tradisi menyertakan barang-barang ke
dalam kubur. Mereka menetap di daerah-daerah dataran rendah sekitar sungai dan pantai.
Tradisi ini dilakukan apabila ada orang yang meninggal, semua barang-barang
kesayangan dan miliknya akan disertakan ke dalam kuburannya, antara lain, topi dari
27

tembaga, cermin tembaga, senjata-senjata tajam, benda keramik, dan barang-barang yang
bersifat pribadi, seperti anting-anting dan cincin.

Seni Keramik yang Lain
Di jepang juga dikenal 2 jenis keramik lain, yaitu Keramik Sue dan keramik
Haniwa. Keramik Sue berasal dari istilah bahas Jepang yaitu sueru yang artinya
persembahan. Keramik ini sering pula disebut Keramik ini sering pula disebut keramik
Iwaibo atau Yamato yang artinya jambangan keramat. Keramik ini mempunyai
kelebihan-kelebihan disbanding dengan keramik primitif zaman sebelumnya. Sue
mempunyai kelebihan pada segi bentuk dan pengolahan teknis, berdinding tipis merata
dan dan bentuk-bentuk bendanya hampir simetris. Kelebihan lainnya, warna permukaan
dindingnya cerah, licin, dan pada permukaan keramiknya sering kelihatan tanda-tanda
mengkilap dilapisi dengan glasir garam atau glasir abu.
Selanjutnya, terdapat keramik Haniwa.
Keramik ini juga merupakan keramik kubur yang
berbentuk figur manusia, binatang, dan objek-
objek lain yang bukan benda hidup. Bentuk figur
ini disebut Haniwa, artinya lingkaran tanah liat.
Biasanya keramik ini ditemukan menancap di
dalam tanah yang satu sama lainnya berjajar tapi
melingkari timbunan tanah perkuburan.

Tradisi pembuatan keramik Haniwa muncul karena masyarakat pada waktu itu
mempunyai kepercayaan bahwa figur-figur Haniwa yang ditancapkan di tanah kuburan
memiliki jiwa sebagai pengganti pengorbanan jiwa manusia. Melalui figur Haniwa,
pemerhati dapat mengenal atau membayangkan kegiatan sehari-hari masyarakat pada
zaman kofun, seperti cara-cara berpakaian, serta gaya hidup masyarakatnya. Daya tarik
keramik Haniwa terletak dari penampilan karakter dari bentuk figur-figurnya, misalnya
wajah yang gembira, sedih, dan wajah yang gagah. Contoh figur Haniwa adalah kuda-
kudaan.

28

B. Seni Rupa Modern
Dari Baratlah awal modernisasi tumbuh dan berkembang, kemudian meluas ke
seluruh dunia. Secara garis besar, tahap-tahap menuju seni rupa modern di Barat dapat
disusun sebagai berikut:
a. Dasar-dasar seni Eropa:
1. Seni Yunani,
2. Seni Mesopotamia,
3. Seni Helenis.
b. Seni Abad Pertengahan:
1. Seni Kristiani purba,
2. Seni Bizantium,
3. Seni romaneska,
4. Gotik.
c. Seni Renaissance:
1. Seni Renaissance tua,
2. Seni Renaissance menengah,
3. Seni Renaissance akhir.
d. Seni BArok dan Rokoko.
e. Seni klasik.
f. Dasar-dasar seni modern:
1. Neoklasik,
2. Romantik,
3. Realisme,
4. Impresionisme.

Seni rupa modern Barat berhubungan dengan seni klasik Yunani dan Romawi.
Dilihat dari perkembangan sejarahnya yang linear, persambungan seni modern Barat ke
kebudayaan seni 2 bangsa besar itu memang tidak terhalang oleh periode lain. Seni klasik
di Yunani juga tidak muncul begitu saja, tetapi melalui suatu perjalanan yang cukup
panjang. Bahkan, pada tahap awal yang disebut seni Mycenae, hasil-hasil karya
patungnya masih kuat dipengaruhi tradisi seni patung Mesir. Dalam seni patung ini,
29

tampak kaki kiri melangkah ke depan, sedangkan bobot tubuh tetap di tengah, muka kaku
ke depan, dan tangan tergantung di kiri dan kanan dengan posisi mengepal atau
memegang tongkat pendek.
Dalam waktu yang tidak lama, Yunani
menanjak dari seni Mycenae ke masa yang
gemilang, yaitu masa naturalisidealis. Masa
keemasan ini diawali oleh 2 budaya dari 2
bangsa, yaitu bangsa Doria dan bangsa Ionia.
Dengan pandangan yang berbeda dan ditambah
langgam Korintia, ketiganya menyumbangkan
dan mengangkat bangsa Yunani ke taraf paling
tinggi dalam keseniannya, terutama dalam segi teknik dengan bentuk seni naturalis-
idealis. Dewa-dewi mereka diambil dari wujud manusia secara naturalis-ideal. Dikatakan
ideal karena pada kenyataan sehari-hari, tidak mungkin menemukan manusia sesempurna
bentuk patung-patung tadi, ketampanan, ukuran badan, dan lainnya.
Keruntuhan ini sebenarnya telah dimulai sejak masa Helenis, yaitu ketika
budaya ini bercampur baur dengan budaya dari Asia tua
atau kebudayaan di sekitar lautan Mediterania. Faktor
pudarnya masa klasik ini sebenarnya bukan karena
berbaurnya dengan budaya Asia tua, melainkan para
seniman pada masa itu mulai meninggalkan sifat-sifat
klasik, seperti kesederhanaan adeluhung, yakni
keharmonisan. Sifat-sifat tersebut hilang karena para
seniman sudah betul-betul menguasai teknik berkarya
sehingga apapun dan bagaimanapun bentuk yang
mereka buat dapat diselesaikan dengan sempurna. Di satu sisi, kesenian mulai memudar,
di lain sisi, politik pun semakin tidak menentu sehingga akhirnya runtuhlah masa Yunani
dan diteruskan oleh masa Romawi.

1. Renaissance
30

Kehadiran tradisi naturalis yang berazas kaidah-kaidah Yunani kuno, yang
dipelopori Giotto, mendapat sambutan yang cukup antusias dari rakyat dan para
seniman lukis lainnya. Mereka mampu melepas diri dari abad kegelapan yang lukisan
para pelukis selalu berkisar pada keagungan Bunda Maria dan yang lainnya, yang
berkaitan dengan ajaran dan kepentingan agama. Zaman kebangkitan atau yang lebih
dikenal dengan zaman renaissance pun tumbuh.
Pada zaman renaissance, tercapai suatu seni yang
realistis, terutama setelah ditemukannya ilmu
perspektif. Dengan ilmu ini gereja-gereja dipenuhi
lukisan cerita keagamaan dari injil sehingga tak
ubahnya injil yang dikomikkan.
Awal zaman renaissance sebetulnya sudah
dimulai dengan adanya pelepasan seni terhadap suat
kepentingan, yaitu kepentingan agama. Menjelang akhir
masa ini, para pelukis bahkan sudah mencapai taraf realistis yang sempurna secara
kasat mata.
Tradisi itu berlangsung cukup lama. Seni kembali mengalami stagnansi, seperti
tidak ada ide atau konsep baru di dalam seni. Pada masa rokoko, yaitu masa terakhir
dari zaman renaissance, Prancis pun mengalami hal yang sama. Tokoh-tokoh pelukis
pada gerakan renaissance antara lain : Giotto, Fra Angelino, Ghirlandaio, Botticelli,
Leonardo da Vinci, Michelangelo, Raphael, Giorgione, Ttian, Correggio, Veronese,
Durer, dan Peter Broughel.


2. Neoklasik dan Romantisme
Pada tahun 1789, pecah revolusi di Prancis. Revolusi tersebut merupakan titik
akhir dari kekuasaan feodalisme Prancis. Pertiwa tersebut membawa pengaruh hampir ke
seluruh dunia. Bagi Prancis sendiri, peristiwa ini membawa pengaruh yang sangat besar
di segala bidang, termasuk bidang kesenian.
Keikutsertaan seni dalam revolusi tersebut disebabkan oleh situasi itu menjadi
medan pelepasan kehidupan kesenian dari pengaruh kerajaan, yang sebelumnya Gereja
31

pun terlebih dahulu memutuskan hubungannya dengan seniman. Revolusi Prancis
tersebut menyebabkan seniman kembali menjadi sosok yang bebas. Seniman tidak lagi
terikat pada Raja atau pun Gereja. Mereka melukis hanya demi kepentingan hati belaka.
Dari kenyataan inilah, perjalanan sejarah kesenian mencatat dimulainya gelar tatanan
seni lukis modern yang lebih member keleluasan secara individu kepada pelakunya.
Pelukis neoklasik yang menonjol di antaranya Jacques Luis David. Ia banyak
membuat pembaharuan dalam segi tema walaupun dalam segi teknik sama sekali tidak
memberi keleluasaan gerak., kaidah klasik yang kerap teknik sangat kental, yang
akhirnya membekenggu kebebasan yang baru diperolehnya.
David beserta kelompoknya berhasil menyumbangkan idealisme dalam berkarya
seni yang bersandar pada kaidah-kaidah klasih di Prancis yang kemudian dikenal
dengan nama aliran neoklasik. Setelah bertahan
puluhan tahun, aliran tersebut mulai dipertanyakan,
bahkan ditentang keras oleh kaum romantisme
dengan beberapa alasan :
1. Neoklasik terlalu formal dalam
berkarya
2. Tidak pernah menonjolkan peran unsur
pribadi
3. Menampilakan tema cerita klasik sebgaia cerminan hidup bangsa
Kaum romantisme sebaliknya. Romantisme berkarya melalui :
1. Pendekatan emosional
2. Lebih banyak menampilkan tema kehidupan dunia misteri, cerita roman,
atau eksotis dari negeri Cina, Islam, dan Afrika
3. Mengutamakan peran pribadi seniman, seperti pengolahan komposisi yang
dinamis serta penggunaan unsur-unsur warna gelap dan terang yang
didramatisir
Kecenderungan pada antiklasik dan anti renaissance telah muncul sejak abad ke
18. Berdampingan dengan lahir kembali gaya klasik yang menjadi bagian utuh
dari kebudayaan kelas menengah yang sedang menanjak, muncullah
kecendrungan yang seiring tetapi bertentangan tersebut dengan bentuknya yang
32

tidak lazim, mengharukan, bersifat pribadi, dan bersifat melarikan diri kearah
yang lain, yakni abad pertengahan.
3. Realisme
Tokoh-tokoh aliran realisme antara lain : Francisco de Goya, Honore Daumer,
dan Gustav Coubet. Tema para pelukis zaman ini tidak jauh dengan kehidupan sehari-
hariyang diangkat dengan citra estetik menjadi sebuah karya. Mereka memandang dunia
tanpa ilusi dan menggunakan penghayatan untuk menemukan dunia. Bagi mereka seni
pada dasarnya adalah seni yang konkret, melukis segala sesuatu yang betul-betul ada dan
nyata. Keadaan ini memang bertentangan dengan aliran romantisme yang lebih memberi
kebebasan emosi pelukisnya.

4. Impresionisme
Impresionisme merupakan lanjutan dari realisme. Aliran ini berawal ketika para
pelukis yang melukis diluar ruangan setelah ditemukannya cat tube. Visi dan gagasannya
pun berkembang dari realisme. Mereka juga fanatik dengan masalah lingkungan tempat
mereka melukis, seperti sinar matahari. Karena sinar matahari sering berubah, banyak
dari mereka yang datang bersamaan ke tempat melukis dan menyelesaikan lukisannya
dengan cara cepat atau selesai pada saat itu juga.
Dari cara kerja tersebut akhirnya
timbul bentuk-bentuk yang impres atau
bentuk lukisan yang kabur dan tidak
mendetail. Lama kelamaan ciri ini
33

menjadi kebanggan mereka. Mereka tidak lagi melukis objeknya, namun kilasan-kilasan
sinar yang dipantulkan dari benda-benda yang ada di alam. Banyak pula yang menyebut
aliran ini sebagai aliran realism warna atau cahaya.
Impresionisme lahir sekitar tahun 1874 dan telah mengorganisir pameran dari 30
orang pelukis. Karena heterogennya lukisan dalam kumpulan mereka, mereka kesulitan
membuat nama. Mereka kemudian menamainya dengan Painter Sculteaurs, Graveurs.
Namun nama ini tidak bertahan lama.

5. Pascaimpresionisme
1886, pelukis aliran impresionisme diterima sebagai seniman yang bersungguh-
sungguh oleh sebagian besar pengkritik dan masyarakat. Akan tetapi, justru pada saat
karya mereka tentang kehidupan sehari-hari yang lincah dan penuh warna itu tidak lagi
dirasakan kasar dan belum selesai, para pelukis itu dan sekelompok angkatan muda
pengikut mereka merasa bahwa ,mereka telah mengabaikan terlalu banyak unsur melukis
yang mendasar dalam usaha mengungkapkan perasaan sesaat tentang cahaya dan warna.
Auguste renoir, pelukis masa impressionisme, kemudian mempelajari kembali
asas bentuk pada karya Rubens dan karya seniman Venesia. Penyelidikan yang lebih
teratur dilakukan terhadao sifat ruang trimatra, nilai ungkapan pada garis, racana, warna,
dan sifat perlambangan yang wastra, terutama oleh empat orang seniman, yakniSeurat,
van Gogh, Cezanne, dan Gauguin.


6. Fauvisme
Fauvizme adalah aliran seni lukis yang berkembang di Prancis pada akhir abad
ke-19.landasan kekaryaannya berpegang pada konsep seni ekspresionisme yang telah
dipelopori oleh Van Gogh. Fauvisme berasal dari kata les fauves (bahasa Prancis) yang
artinya bonatang liar. Istilah ini dipakai oleh kritikus Louis Vauxcelles ketika melihat
keliaran pada sekelompok pelukis muda yang mengadakan pameran di salin dautomne
milik Rousseau tahun 1905.
34


Pelopor fauvisme diantaranya Henri Mattise (1869-1954). Ia pernah mrngatakan
bahwa fauvisme lahir karena reaksi terhadap metodisme yang lamban dan tidak tepat
pada neoimpressionisme seurat dan Paul Signac. Menurut Mattise, melukis harus
jujur, tidak mengada-ada, berjalan di atas kepentingan puncak keinginan.

7. Ekspresionisme di Jerman
Ekspresionisme adalah suatu aliran dalam seni lukis abad ke-20 yang dilahirkan
di Jernam. Beberapa waktu lamanya aliran ini berkembang disana. Ada yang
mendefenisikan ekspresionisme sebagai kebebasan mendistorsi bentuk dan warna untuk
melahirkan emosi ataupun sensasi dari dalam.
Secara didasari atau tidak, dengan beberapa pengecualian, teryata ekspresionis-
ekspresionis yang murni adalah orang-orang dari Eropa Utara yang lebih dekat dengan
sifat yang digambarkan Worringer.
Ekspresionisme terbagi tiga kelompok, Die Brucke, Der blaue Reiter, dan Die
Neue Sachlichkeit.

8. Kubisme
Berasal dari kata cubic yang berarti kubus atau kotak. Kubus dilihat sebagai
unsur dasar yang membentuk tiap benda yang ada di alam. Sebutan ini dimulai ketika ada
juri dan kritikus seni menolak lukisan Georges Braque. Aliran yang lahir pada 1907 ini
merupakan kelanjutan dari pandangan Paul Cezanne tentang objek yang ditambah dengan
pengenalan atas patung primiitif dari Afrika dan Iberia oleh tokoh-tokohnya.
35

Dalam karya kubisme, bentuk-bentuk formal yang terlihat dialam diabaikan.
Objek hanya ditangkap secara esensial, kemudian diungkapkan dalam bentuk geometris
dan diorganisasikan seteliti mungkin. Kubisme terbagi dalam tiga periode.
Periode analitis, banyak perbaikan terhadap kibusme, yang kemudian dikenal
kubisme analitis. Kubisme mulai mengembangkan teori yang benar kubistik, yaitu teori
simultanitas. Objek harus dianalisis, dipecah menjadi faset-fasetnya, dan analisis mesti
dijalankan dari beberapa sudut pandang yang kemudian dilukis kembali.
Periode kedua adalah kubisme sintetis (lawan analitis) yang diperkenalkan oleh
Juan Gris. Dalam kelompok ini, onjek lukisan disusun dari bidang-bidang berlainan
warna yang saling menumpah dan transparan sehingga membentuk objek yang
dilukisnya.

9. Orphisme
Lahir tahun 1911 dengan tokoh utama Robert Delaunay. Robert mengaburkan
bentuk objek dengan tujuan mempertajam dan menegaskan warna dalam lukisan. Meski
awalnya Delaunay banyak dipengaruhi oleh fauvisme dan Neoimpresionisme Signa,
1909-1910 ia beeralih dari kubisme ke bentuk Orphisme.
Orphisme berasal dari kata orphism, yang diambil dari musik orphius, yang
berarti binatang yang ganas dan menegangkan. Aliran ini berawal dari banyak kumpulan
pelukis.

10. Futurisme
Lahir di Italia tahun 1909 yang digagas oleh sastrawan Filippo Marinetti.
Gerakan ini mendukung perkembangan tipografi sebagai unsur ekspresi dalam desain.
Artinya, dalam futurisme, huruf tidak hanya diperlakukan sebagai tanda bunyi, melainkan
juga sebagai lambang rupa untuk menyampaikan suatu makna.
Aspek gerakan menurut Futurisme terbagi dua yaitu, gerakan absolut, garis-garis
dinamis yang menunjukkan suatu objek dapat dipecah-pecah menurut tendensi tertentu,
di mana tendensi terhadap gerakan dapat diwujudkan dengan bentuk-bentuk abstrak yang
dinamis. Gerakan relatif, gerakan yang sebenarnya terjadi pada suatu objek.
36


11.Dadaisme
Lahir ditengah perang dunia I tahun 1916. Tokoh utama adalah Rumania. Tristan
Tzara dan temannya, Marcel Janco, penulis Jerman Hugo Ball, dan Richard
Huelsendbeck, serta seni rupawan Prancis, Hans Arp.
Semangat kelompok ini menolak hukum seni dan keindahan yang sudah ada sebagai
protes terhadap nilai-nilai sosial yang makin menjadi runyam.

11. Surealisme
Mereka menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki dua aspek, yaitu aspek yang
sering terlihat sehari-hari dan aspek metafisit yang hanya dapat ditangkap oleh orang dan
saat-saat tertentu. Dari pernyataan itu mereka melahirkan pittura metafisica yang
merupakan cara baru untuk melihat dunia.

12. Konstruktivisme
Lahit 1917. Kontruktivisme bukan suatu gaya abstrak dalam seni. Ia bersifat
propagandis, melalui bentuk-bentuk geometris sederhana mengalihkan konteks sastra
kedalam bentuk penggambaran objek yang aktual.

13. Ekspresionisme Abstrak
Lahir di Amerika 1946, aliran ini merupaya meninggalkan bentuk alam dan seni
harus dimurnikan, tidak semata-mata terdiri dari unsur abstrak seperti garis dan warna.
Gerakan ini dapat dikatakan gerakan seni yang paling dinamis di Amerika.
14. Seni Rupa Kinetik dan Optik
Dua aliran ini merupakan gerakan yang memiliki keterkaitan akar konsep dan gejala
visual garap. Keduanya mendasarkan diri pada konsep seeing is believing, dengan dasar
eksperimen yang pernah dilkakukan oleh Schelemer dan Robert Delaunay sekitar 1920.

15. Pop Art
37

Istilah pop art pertama kali digunakan oleh kritikus Inggris, Lawrence Alloway,
1954, yang ditujukan untuk memberi julukan seni populer yaitu produk industrialisasi
seni yang berkembang secara massal seperti musik pop, film, dsb.
Pop art berakar dan sangat berpengaruh di Amerika, yang menggambarkan lingkungan
dan mental konsumerisme tempat keburukan menjadi suatu yang indah.


C. SENI RUPA KONTEMPORER
Di lingkungan internasional perkembangan seni rupa kontemporer atau kerap dikenal
dengan sebutan post-modern era 1980 ditunjang oleh perkembangan teori-teori pasca
meodernisasi. Pascamodernisasi atau postmodern artinya suatu masa ketika orang
memercayai bahwa zaman modern telah berlalu digantikan oleh era baru yang memiliki
paradigma atau pandangan yang berbeda terhadap berbagai persoalan dalam masyarakat.
Makna kata tidak dihubungkan dengan benda yang ada didunia. Contohnya, kata bunga
bukan menunjukkan pengertian bunga, yakni berdasarkan kenyataan menunjuk bagian
tumbuhan yang akan menjadi buah. Makna kata itu didasarkan pada kesepakatan yang
menunjukkan perbedaannya dengan yang lain.
Salah satu jenis seni rupa kontemporer yang cukup menonjol adalah seni rupa
instalasi yang sudah dikenal sejak 1920-an karena senantiasa tampil pada gerakan avant
garde radikal. Ciri seni rupa minimal ini dapat dilihat dari karya-karya structural yang
dikonstruksikan di ruang pameran. Pada modernisme awal, gerakan dadanisme menetang
prinsip seni untuk seni dengan menentang institusi seni rupa avant garde dengan
menolak pembedaan museum dan pabrik, seni murni dan desain.


38

Anda mungkin juga menyukai