Novel Ranai Rena ini merupakan novel dengan genre fiksi merupakan
salah satu dari sekian banyak karya dari seorang penulis Ida Ernawati. Novel ini
mengusung kisah perjalanan kehidupan dan romantisnya dua orang penyiar radio,
dengan banyak lika-liku yang harus dilalui. Bahkan sebelum novel Ranai Rena
terbit untuk publik, novel ini sudah dibaca oleh beberapa tokoh masyarakat
seperti Samsudin Adlawi yaitu Direktur Radar Banyuwangi), Andaru Intan
yang merupakan seorang penulis, Mh. Qowim penulis Novel Hiroshima;Cinta
Tanpa Batas, Istu Handono, M.Pd yang merupakan Kepala Cabang Dinas
Pendidikan Wilayah Kebupaten Banyuwangi, Estuninhsih, S.Pd.,MM.,M.Pd.
yaitu Kepala SMALB Negeri Banyuwangi. Komentar beberapa tokoh yang
tertuang dalam bagian halaman depan novel ini merupakan komentar positif yang
mendukung novel ini sangat layak dibaca publik, sehingga sangat meyakinkan
pembaca bahwa cerita yang tertuang dalam novel Ranai Rena ini merupakan
cerita yang memiliki imajinasi tinggi. Ida Ernawati yang merupakan penulis dari
novel Ranai Rena ini sebelumnya sudah memiliki karya-karya yang telah banyak
dikonsumsi masyarakat seperti Antalogi Puisi Dua Penyair "Dua dan Ranai
Mara" yang terbit tahun 2011, Antalogi Puisi Bersama "Sepenggal Rindu
dalam Kotak Imajinasi" terbit tahun 2015, Antalogi Kisah Inspiratif Bersama
31 Penulis Nusantara "Kenangan Masa Kecil yang Membekas di Hati" terbit
tahun 2015, dan masih ada beberapa beberapa buku yang ditulis olehnya.
Novel ini menceritakan tentang kehidupan Sasi Kirana, seorang penyair
radio yang suka menulis syair-syair puitis hingga menemukan cintanya lewat
radio, harus mengalami beribu luka diusianya yang remaja. Awalnya hidupanya
penuh dengan kebahagiaan beserta dengan hadirnya Mas Radit. Lalu masalah
demi masalah tiba. Dimulai sejak malam itu, dimana mahkota miliknya harus
direnggut oleh lelaki biadab yang melakukannya saat Sasi tidak sadar. Bagaimana
ia harus mencampakkan Mas Radit, lelaki yang ia sayangi tanpa memberikan
kejelasan sedikitpun, sampai akhirnya ia harus hidup dalam pernikahan yang tidak
pernah ia inginkan hanya untuk menutupi aibnya.
Kehidupannya tidak sama seperti dulu bahkan menjadi gelap baginya.
Seorang penyiar yang mengasuh acara islami, terkena kasus yang bahkan bukan ia
pelakunya. Bangkit! Tidak mudah untuk dilakukan. Ini hanya soal waktu.
Ia mulai belajar dari pengalaman-pengalamannya dan cerita orang-orang
disekitarnya. Sasi mulai menuliskan perjalanan hidupnya yang pahit. Ia tidak
pernah menyangka tulisan itu membuat hidupnya perlahan berubah. Hingga ia
bertemu kembali dengan lelaki pemilik hatinya dulu. Dan dengan terpaksa ia
menceritakan yang sesungguhnya. Pada akhirnya Rena menemukan titik balik
kehidupannya, kali ini bukan lagi ranai mara namun ranai bahagia. Karena mara
telah berlalu dalam sederet waktu di dalam hidupnya. Kini, ia bisa hidup bahagia
bersama pria yang dicintainya.
Analisis
Cover buku adalah bagian yang penting dari sebuah buku novel, karena
merupakan yang pertama kali pembaca lihat. Novel “Ranai Rena” ini menyajikan
cover buku yang menarik dan artistik. Pemilihan warna cover yang manis
menambah kesan romantis dari novel ini. Ilustrasi gambarnya pun cukup memberi
gambaran yang jelas mengenai kisah yang diceritakan dalam novel ini.
Cara penulis yang membagi cerita di dalam novel ini menjadi beberapa
chapter membuat pembaca yang membaca novel “Ranai Rena” ini tidak cepat
bosan sebab setiap chapter menyajikan pokok permasalahan yang berbeda-beda
namun masih terhubung dengan chapter sebelumnya dan saling melengkapi.
Setiap chapter juga tidak terlalu panjang sehingga tidak akan membuat penat
pembaca. Pemilihan judul untuk setiap chapter juga menarik. Hal yang menarik
dari novel “Ranai Rena” ini salah satunya juga pemakaian bahasa oleh penulis
yang indah dan sarat makna. Banyaknya pemakaian kalimat yang bermakna
konotatif di dalam novel “Ranai Rena” ini membuat kesan romantis serta puitis
semakin terasa dan pembaca juga tidak akan bosan karena pemakaian kalimat-
kalimat bermakna konotatif itu akan membuat pembaca untuk mengartikan sendiri
apa yang sebenarnya dimaksud oleh penulis.
Pemilihan kata-kata dalam novel “Ranai Rena” juga mudah dipahami dan
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, walaupun beberapa
kata ada yang mungkin berasal dari bahasa daerah dan sulit dipahami namun
penulis tidak lupa menjelaskan makna kata tersebut di dalam ceritanya misalnya
saja kata bernala-nala, disana penulis menjelaskan maksud dari kata bernala-nala.
Permasalahan yang diangkat penulis dalam novel “Ranai Rena” ini juga
tidak terlalu berat untuk dicerna pembaca remaja. Masalah yang diangkat penulis
dalam setiap chapter tidak jauh dari kehidupan remaja SMA dan mahasiswa.
Konten cerita yang diceritakan juga bukanlah konten yang terlalu dewasa
sehingga cocok untuk pembaca remaja. Di dalam novel “Ranai Rena” ini, penulis
juga pandai mengontrol alur. Penulis memadukan antara alur maju dan mundur
untuk semakin memperjelas kisah di dalam novel ini. Di satu waktu, penulis
memakai alur mundur untuk menjelaskan kisah yang terselip atau belum terkuak
kebenarannya. Lalu beralih kembali ke alur masa sekarang.
Satu lagi yang menonjol dalam novel “Ranai Rena” ini yang patut untuk
diapresiasi yaitu bagaimana penulis juga menyelipkan kearifan budaya lokal
Banyuwangi dalam novel ini. Misalnya saja Tari Gandrung, makanan-makanan
khas dan makanan jalanan Banyuwangi, serta tempat-tempat wisata yang dapat
dikunjungi di Banyuwangi. Pembaca diajak keluar sejenak dari permasalahan
cerita untuk menikmati kearifan budaya lokal Banyuwangi. Tidak hanya itu, di
dalam novel ini penulis juga banyak menyelipkan nilai budi pekerti dan sopan
santun terhadap orang yang lebih tua, misalnya saja disaat tokoh Rena berkunjung
ke rumah tokoh Radit, bagaimana perilaku Rena di depan ibu Radit saat itu. Tidak
kalah pentingnya lagi, adalah nilai ibadah yang selalu penulis sisipkan dalam
tingkah laku tokoh novel “Ranai Rena” ini misalnya saja seperti kebiasaan sholat
dhuha, sholat malam seperti sholat istikharah, dan sholat tepat waktu.
Dari segi pesan moral, banyak sekali pesan yang bisa pembaca petik dalam
novel “Ranai Rena” ini, apalagi untuk kalangan remaja yang menginjak masa
SMA. Tidak lain tidak bukan adalah masalah romansa. Cinta dan pasangan hidup
memang penting. Namun, alangkah baiknya bagi kita untuk membahagiakan
orang tua dahulu, mengejar mimpi kita terlebih dahulu. Semuanya sudah ada yang
mengatur, yakni Allah SWT. Kalau memang jodoh, apapun rintangannya pasti
akan dipertemukan kembali. Jangan pernah putus asa dalam menjalani hidup ini.
Walaupun kita melakukan kekhilafan dan dosa, semasih kita bernafas masih ada
kesempatan untuk bertaubat dan menjalani hidup yang lebih baik. Yang terpenting
adalah jangan pernah melupakan Allah SWT.
Di dalam novel ini juga tersirat pesan untuk hati-hati dalam memilih
pergaulan. Jangan sampai kita terjerumus dalam barang haram hanya karena ingin
melarikan diri dari masalah hidup. Jangan gegabah dalam mengambil keputusan,
sebaiknya kita meminta petunjuk kepada Allah SWT melalui shalat istikharah
untuk mencari jalan keluar permasalahan kita.
Tidak banyak kekurangan dalam novel “Ranai Rena” ini. Salah satunya
adalah ketika berganti sudut pandang, misalnya dari tokoh “Aku” atau si Rena ke
sudut pandang tokoh lain misalnya tokoh Hendra. Penggunaan kata gantinya
masih sama yaitu “Aku”, namun tidak ada tanda kalau berganti sudut pandang ke
tokoh lain. Jadi, ketika pembaca membacanya sedikit kebingungan “Apakah ini
masih sudut pandang Rena ? Tapi kok ceritanya berbeda ? Oh ternyata ini sudut
pandang si Hendra”. Butuh beberapa waktu bagi beberapa pembaca untuk
menyadari kalau itu sudah bukan sudut pandang Rena lagi. Hal ini terkadang
membuat bingung pembaca memahami jalan ceritanya, karena bertabrakan
dengan kisah tokoh pendukungnya.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dalam novel "Ranai
Rena" ini, pada intinya novel “Ranai Rena” mampu menghadirkan novel dengan
cerita dan tata bahasa yang menggunakan syair-syair indah. Novel ini pantas
dibaca untuk siapa saja, terutama untuk wanita supaya bisa lebih berhati-hati
dalam menjaga diri dan mengambil keputusan dalam hidup ini kaitannya dengan
mimpi dan cinta. Sesuai konsepnya yang inspirasional, novel ini memberikan kita
banyak inspirasi, pesan dan kesan yang dapat mengalir hingga ke lubuk hati dan
pikiran.