Anda di halaman 1dari 7

CIRI – CIRI CANDI DI JAWA TENGAH

Pada abad ke – 7 sampai dengan awal abad ke – 8, di Jawa Tengah terdapat sebuah kerajaan
Hindu bernama Kalingga. Pada akhir paruh pertama abad ke – 8, diperkirakan tahun 732
Masehi, Raja Sanjaya mengubah nama Kalingga menjadi Matarm. Selanjutnya, Mataram
diperintahkan oleh keturunan Sanjaya (Wangsa Sanjaya). Selama masa pemerintahan Raja
Sanjaya, diperkirakan telah dibangun candi – candi Syiwa di Pegunungan Dieng. Pada akhir
masa pemerintahan Raja Sanjaya, datanglah Raja Syailendra yang berasal dari Kerajaan
Sriwijaya (di Palembang) yang berhasil menguasai wilayah selatan di Jawa Tengah. Kekuasaan
Mataram Hindu terdesak ke wilayah utara Jawa Tengah (Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, 2014, https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_tengah, 1 Oktober 2019).

Pemerintahan Raja Syailendra yang beragama Buddha ini dilanjutkan oleh keturunannya,
Wangsa Syailendra. Dengan demikian, selama kurang lebih satu abad, yaitu tahun 750 – 850
Masehi, Jawa Tengah dikuasai oleh dua pemerintahan, yaitu pemerintahan Wangsa Sanjaya
yang beragama Hindu dan Wangsa Syailendra yang menganut agama Buddha Mahayana.
Pada masa inilah sebagian besar candi di Jawa Tengah dibangun. Oleh karena itu, candi –
candi di Jawa Tengah bagian Utara pada umumnya adalah candi – candi Hindu, sedangkan di
wilayah selatan adalah candi – candi Buddha. Kedua Wangsa yang berkuasa di Jawa Tengah
tersebut akhirnya dipersatukan melalui pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani,
Putra Maharaja Samaratungga dari Wangsa Syailendra (Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, 2014, https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_tengah, 1 Oktober 2019).

Berikut merupakan ciri – ciri Candi yang berada di Jawa Tengah :

1. Candi di Jawa Tengah umumnya menghadap ke Timur

Gambar 1. Peta Candi di Jawa Tengah. Sumber :


http://ekoarifin.blogspot.com/2011/05/indonesia-arkeology-
travel-guide.html
2. Bangunan candi dibangun dengan material batu andesit
Batu Candi merupakan jenis batuan lavastone, batu ini terbentuk dari lava gunung
berapi yang telah mengeras/membeku (CV. Sinergi Stone, 2015,
http://batuandesit.info/batu-andesit-hitam/, 1 Oktober 2019).

Gambar 2. Batu Andesit. Gambar 3. Candi Borobudur.


Sumber : Google Sumber : Google

Gambar 4. Candi Prambanan. Gambar 5. Candi Mendhut.


Sumber : Google Sumber : Google

3. Bangunan candi umumnya bertubuh tambun dan terletak di tengah pelataran

Gambar 6. Candi Prambanan.


Sumber : Google

Candi Prambanan terletak di tengah halaman dan bertubuh tambun atau gemuk.
Gambar 7. Candi Mendhut.
Sumber : Album Arsitektur Candi, 2009

Candi Mendhut berada di tengah halaman dan bertubuh tambun atau gemuk.

4. Di atas ambang pintu dan relung terdapat hiasan kepala Kala (Kalamakara) tanpa
rahang bawah

Gambar 8. Candi Kalasan.


Sumber : Album Arsitektur Candi, 2009
Kalamakara adalah salah satu bentuk wajah raksasa dan diapit oleh relief wanita cantik,
desain ornamentis yang selalu menghiasi bagian atas pintu candi-candi di Jawa. Bentuk
kalamakara ini merupakan salah satu wujud ornamen figuratif yang memiliki fungsi
spirutual, yaitu sebagai 'tolak balak' (pengusir roh-roh Jahat). Biasa kita menyebutkan
penolak sial atau penolak ancaman batin yang tidak tampak secara lahiriah. Dalam
cerita Hindu dan Budha, KALAMAKARA itu awalnya berupa dewa yang tampan. Ia
mendapat hukuman dan kutukan dari Sang Hyang Widi, berubah menjadi raksasa yang
buas dan setiap binatang yang dijumpainya dimakan dan diterkamnya. Dan terakhir
memakan tubuhnya sendiri dan tinggal kepalanya yang kita sebut KALAMAKARA itu.
(Serba Sejarah, http://serbasejarah.blogspot.com/2011/05/kalamakara.html, 1 Oktober
2019)

5. Bentuk atap candi umumnya melebar dengan puncak berbentuk ratna atau stupa

Gambar 9. Stupa.
Sumber : Google

Gambar 10. Ratna.


Sumber : Google
Bentuk atap candi berbeda, berdasarkan agamanya. Candi yang berlandaskan agama
Buddha mempunyai atap berbentuk setengah bola yang disebut stupa, sedangkan candi
yang berlandaskan agama Hindu mempunyai atap yang meruncing disebut ratna.

6. Reliefnya dipahat secara dalam dan objek dalam reliefnya digambarkan secara naturalis

Gambar 11. Relief seri Gandawyaha di


Candi Borobudur.
Sumber : Album Arsitektur Candi, 2009

Gambar 12. Relief Candi Pawon.


Sumber : Album Arsitektur Candi, 2009
Gambar 13. Relief seri Lalitawistara di
langkan I Borobudur.
Sumber : Album Arsitektur Candi, 2009

Relief pada candi dipahat secara naturalisme yang mengutamakan keakuratan dan
kemiripan objek yang dilukis agar tampak natural dan realistis seperti referensinya yang
terdapat di alam. (Serupa.id, 2018, https://serupa.id/naturalisme/, 1 Oktober 2019).
Relief pada candi berbeda – beda, tergantung agamanya. Pada candi Hindu, reliefnya
menceritakan kisah kisah Hindu seperti Garudeya, Ramayana, Mahabarata, dsb.
Sedangkan candi Buddha, reliefnya menceritakan kisah – kisah Buddha seperti Jataka,
Lalitavistara, dll.
(BPCB Jateng, 2019, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/candi-hindu-dan-
buddha-bagaimana-cara-membedakannya/, 24 September 2019).
DAFTAR PUSTAKA

1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2014. Kepustakaan Candi Jawa Tengah.


dikutip 1 Oktober 2019 dari perpusnas : https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-
jawa_tengah
2. NN. 2012. Indonesia Arkeology Travel Guide. Dikutip 1 Oktober 2019 dari blogspot :
http://ekoarifin.blogspot.com/2011/05/indonesia-arkeology-travel-guide.html
3. CV. Sinergi Stone. 2015. Batu Andesit. Dikutip 1 Oktober 2019 dari batu andesit :
http://batuandesit.info/batu-andesit-hitam/
4. Soeroto, Myrtha. 2009. Album Arsitektur Candi – Cagar Budaya Klasik Hindhu Budha.
Batam : Yayasan Keluarga Batam Myrtle Publishing.
5. Serba Sejarah. 2011. Kalamakara. Dikutip 1 Oktober 2019 dari serbasejarah :
http://serbasejarah.blogspot.com/2011/05/kalamakara.html
6. BPCB Jateng. 2019. Candi Hindu dan Buddha, Bagaimana Cara Membedakannya?.
Dikutip 24 September 2019 dari kemendikbud :
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/candi-hindu-dan-buddha-bagaimana-
cara-membedakannya/

Anda mungkin juga menyukai