Anda di halaman 1dari 150

SKRIPSI

KONSTRUKSI GENDER DALAM RELASI INTIMATE RELATIONSHIP


PADA NOVEL FRIENDZONE: LEMPAR KODE SEMBUNYI HATI
KARYA ALNIRA

(SEBUAH ANALISIS FRAMING)

Disusun Oleh:

Ratnawati

1632010014

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN

2020

i
KONSTRUKSI GENDER DALAM RELASI INTIMATE RELATIONSHIP
PADA NOVEL FRIENDZONE: LEMPAR KODE SEMBUNYI HATI
KARYA ALNIRA

(SEBUAH ANALISIS FRAMING)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna

Memperoleh gelar Sarjana (S-1)

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Merdeka Madiun

Disusun Oleh:

RATNAWATI

NPM: 16.32.01.0014

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN

2020

ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Merdeka Madiun:

Judul : KONSTRUKSI GENDER DALAM RELASI INTIMATE


RELATIONSHIP PADA NOVEL FRIENDZONE: LEMPAR
KODE SEMBUNYI HATI KARYA ALNIRA (SEBUAH
ANALISIS FRAMING)

Nama : RATNAWATI

NPM : 16.32.01.0014

Hari/Tanggal : Jum’at, 7 Februari 2020

Tempat : Ruang Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Merdeka Madiun

Tim Penguji Skripsi

1. Dr. Nunik Hariyani, S.Sos. M.A. ( )

2. Veny Ari Sejati, S.Sos. M.Si. . ( )

3. Maria Magdalena Widiantari, S.Sos. M.Si. ( )

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dra. Endang Murti, M.Si.


NIDN. 0704066601

iv
v
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Konstruksi Gender dalam Relasi Intimate Relationship
pada novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati Karya Alnira (Sebuah
Analisis Framing). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bentuk
pengekspresian perasaan antara pria dan wanita dalam intimate relationship
melalui tokoh novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati, serta
menemukan relasi yang terdapat antara konstruksi gender dan intimate
relationship melalui analisis framing model Gamson dan Modigliani.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, di mana data yang
disajikan tidak berbentuk angka-angka dan lebih menekankan pada makna
dibanding generalisasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
menggunakan teknik dokumentasi dan teknik observasi unobtrusive, di mana
teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk meneliti naskah teks,
tulisan, dan rekaman audio visual. Penelitian ini dilakukan selama bulan
Oktobber 2019 hingga Januari 2020 dengan objek penelitian novel
Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati karya Alnira, cetakan februari 2018
dengan jumlah 300 halaman. Kemudian objek dibedah menggunakan analisis
Framing model Gamson dan Modigliani untuk melihat bagaimana bentuk
pengekspresian perasaan yang dikonstruksi oleh gender pada tokoh Dira dan
Ransi dalam novel tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah, gender dapat
memengaruhi pengekspresian seorang pria dan wanita dalam mengungkapkan
perasaannya, di mana pria mengekspresikan perasaannya melalui gestur dan
tindakan non-verbal, sementara wanita membutuhkan sebuah pengakuan akan
status hubungan melalui verbalnya. Selain itu konstruksi gender akan
memberikan pengaruh pada keberhasilan relasi intim antara pria dan wanita,
apabila kesalahpahaman yang terjadi akibat perbedaan pola percakapan dapat
diselesaikan.

Kata kunci: Konstruksi Gender, Framing, Novel, Relasi Intim

vi
ABSTRACT
This thesis is titled Gender Construction in Intimate Relationship on “Friendzone:
Lempar Kode Sembunyi Hati” Novel by Alnira (A Framing Analysis). The
purpose of this research is to find the expression of feelings between men and
women in intimate relationships through the novel characters, and discover the
relationships that exist between gender construction and intimate relationships
through the analysis of the Gamson and Modigliani framing models. This research
uses descriptive qualitative method, where the data presented, are not in the form
of numbers and more emphasis on meaning rather than generalization. Data
collection techniques used are using documentation techniques and unobtrusive
observation techniques, where this technique is a technique used to examine texts,
and audio-visual recordings. This research was conducted during the 2019
October to January 2020. The research object is the novel “Friendzone: Lempar
Kode Sembunyi Hati” by Alnira, that released on February 2018 with 300 pages.
Then the object is dissected using the Gamson and Modigliani Framing analysis
model to see how the expression of feelings constructed by gender in Dira and
Ransi characters on the novel. The results of this research are, gender can affect
the expression of a man and woman in expressing their feelings, where men
express their feelings through gestures and non-verbal actions, while women need
a recognition of the status of the relationship through their verbal. In addition,
gender construction will influence the success of intimate relationships between
men and women, if misunderstandings that occur due to differences in
conversation patterns can be resolved.

Keywords: Gender Construction, Framing, Novel, Intimate Relationship

vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Bermimpilah setinggi bintang, agar saat jatuh masih ada awan yang akan
menangkap kita”

-Anonim-

“Your drama has a long way to go before it’s over, so don’t force yourself to go
quickly. If you go slowly, you can see a lot more, in more detail than the people
who go quickly. If you ask me who would grow more between those two, i’d say
it’s the one who goes slowly and sees a lot.”
-Kang Teacher (Dream High, 2011)-

“Take a deep breath, and show must go on”

Bismillahirrahmanirrahim…
Skripsi ini saya persembahkan…
Kepada mereka yang selalu saya cintai dan mencintai saya
Kedua orang tua saya, yang selalu melindungi dan menopang saya
Meski mereka tahu, angin lebih kencang menerpa mereka
Ayah… Mama… satu mimpi kita telah tercapai…
Setelah ini, kita ngumpul dan mulai semuanya dari awal lagi…

Dan… kepada Mama Ci… yang dengan setulus hati aku mencintainya
Semoga Allah merengkuhmu dalam kehangatan, dan memberikanmu
kenyamanan di surga-Nya
Mulai sekarang… kita curhat lewat doa ya…
(14-04-1969/05-02-2020)

viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul KONSTRUKSI GENDER DALAM RELASI INTIMATE
RELATIONSHIP PADA NOVEL FRIENDZONE: Lempar Kode Sembunyi Hati
KARYA ALNIRA (SEBUAH ANALISIS FRAMING).
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka
Madiun. Dalam penyusunan skripsi ini penulis dapat mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Merdeka Madiun, Dr.Ir. Luluk Sulistiyo Budi, M.P.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Drs. Bambang Sulistiono, M.Si.
3. Ibu Dr.Nunik Hariyani, S.Sos, M.A selaku Dosen pembimbing I yang selalu
membuat jantung berdebar setiap kali melakukan bimbingan.
4. Ibu Veny Ari Sejati, S.Sos, M.Si selaku Dosen pembimbing II sekaligus
Dosen Wali yang selalu membantu setiap jalan saya selama tiga setengah
tahun masa studi.
5. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Dosen Program
Studi Ilmu Komunikasi, Pak Fikri, Bu Maria, Bu Zulin, Pak Candra, Bu Febi
dan Almh. Bu Dewi yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis
hingga menyelesaikan studi dan tak pernah lelah memberikan saran kepada
saya.
6. Yang tercinta dan paling dicintai, tujuan hidup saya, Ke dua Orang Tua,
Bapak Ali Rochmat dan Ibu Dahlia yang setiap waktunya dihabiskan untuk
mendoakan saya, berjuang untuk saya, menjaga saya dan tak pernah lelah
memberikan semangat kepada saya.
7. Mama Ci, yang sudah seperti ibu kedua untuk saya, yang telah merawat saya,
menjaga saya, mendengarkan saya, melindungi saya dan membantu keluarga
saya, yang kini sudah tenang dalam rengkuhan sang pencipta.
8. Om Agus dan Tante Ani yang sudah seperti orang tua saya selama di Madiun.
9. Komunitas Kerak Telor tercinta yang selalu mendukung dan menghibur serta
mendoakan saya
10. Seluruh keluaga besar yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
11. The Sims City (Rosi, Zelvi, dan Paula) sahabat-sahabat tercinta yang sudah
menemani saya sejak awal menginjakkan kaki di Universitas Merdeka
Madiun, sahabat-sahabat yang selalu setia mendengarkan cerita saya,
menghibur, mendukung, dan tempat saya berdiskusi.

ix
12. Cabe Unmer (Mbak Ratih, Maris dan Offy), sahabat-sahabat tersayang yang
selalu memberikan perhatian, pengertian dan selalu berjuang bersama saya.
13. IKOMAN Squad (Reny, Nila, Artha dan Tiara) yang selalu meramaikan hari-
hari saya.
14. Gesrek (Nanda, Riri, Mawad dan Fia) sahabat sejak lama yang telah melalui
masa-masa puber bersama saya, yang meski jauh selalu siap untuk
mendengarkan segala cerita saya.
15. Ocha, My Sisturrr, teman kecil, teman alay, teman curhat, teman inspirasi,
yang sudah mengetahui segala bentukan saya sejak masih kecil, yang selama
masa skripsi saling berbagi keluh dan kesah, saling berbagi cerita, dan selalu
mendukung serta mengembalikan rasa percaya diri saya.
16. Lulum, yang sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri, yang meski jauh
selalu pasang badan setiap saya mengalami kesulitan.
17. Teman-teman prodi Ilmu Komunikasi Angkatan 2016, yang selama ini telah
berjuang bersama saya dalam melalui masa studi.
18. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu segala kritik, saran dan
petunjuk dari semua pihak senantiasa penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
ilmu yang bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Madiun, 30 Januari 2020


Penulis

RATNAWATI

x
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN..................................................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................................vi
ABSTRACT......................................................................................................................vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................................viii
KATA PENGANTAR......................................................................................................ix
DAFTAR ISI....................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................9
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................................9
1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI........................................11
2.1. Tinjauan Pustaka................................................................................................11
2.2. Landasan Teori...................................................................................................24
2.2.1. Komunikasi Gender...........................................................................24
2.2.2. Novel.................................................................................................28
2.2.3. Relasi Komunikasi Interpersonal.......................................................31
2.2.4. Konstruksi Realitas............................................................................33
2.2.5. Intimate Relationship.........................................................................36
2.2.6. Analisis Framing................................................................................40
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................47
3.1. Jenis Penelitian...................................................................................................47
3.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................................48
3.3. Korpus Linguistik..............................................................................................48
3.4. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................49
3.5. Teknik Analisis Data..........................................................................................51
3.6. Penyajian Data...................................................................................................52
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN..............................................52
4.1. Riwayat Penulis.................................................................................................54
4.2. Tentang Novel ..................................................................................................55
4.3. Sinopsis Cerita...................................................................................................56
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................58
5.1. Hasil Penelitian.................................................................................................58
5.1.1. Konstruksi Gender..................................................................................58
5.1.1.1. Elemen Inti (Idea Element)...........................................................59
5.1.1.2. Perangkat Penjelas.........................................................................89
5.1.2. Konstruksi Gender dalam Intimate Relationship.................................111
5.2. Pembahasan ....................................................................................................118

xi
BAB VI PENUTUP.......................................................................................................129
6.1. Kesimpulan......................................................................................................129
6.2. Saran................................................................................................................131
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................133
LAMPIRAN..................................................................................................................136

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Segitiga Cinta Sternberg..............................................................................38
Gambar 2.2 Taxonomy of Kinds of Love.........................................................................39
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir......................................................................................46
Gambar 4.1. Sampul Depan Novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati.............55

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Elemen-elemen pembingkaian model Gamson dan Modigliani......................43


Tabel 4.1 Data Buku........................................................................................................55
Tabel 5.1. Awal pertemuan Mina dengan keluarga angkat Dira.....................................62
Tabel 5.2. Kesepakatan keluarga Mina dengan keluarga angkat Dira............................63
Tabel 5.3. Bentuk keperdulian ibu angkat Dira pada Dira kecil.....................................64
Tabel 5.4. Perlakuan ibu kandung Dira pada Dira kecil..................................................65
Tabel 5.5. Relasi Dira dengan Ibu Kandungnya..............................................................66
Tabel 5.6. Relasi Dira dengan Ayah angkatnya..............................................................67
Tabel 5.7. Kedekatan Dira dengan Ayah angkatnya.......................................................67
Tabel 5.8. Relasi Dira dengan Ibu angkatnya..................................................................68
Tabel 5.9. Konstruksi sikap Dira karena masa lalu Mina................................................69
Tabel 5.10. Relasi Dira dengan Angga............................................................................70
Tabel 5.11. Relasi Dira dengan Wisnu............................................................................70
Tabel 5.12. Relasi Dira dengan Ransi.............................................................................71
Tabel 5.13. Relasi Dira dengan Maya.............................................................................72
Tabel 5.14. Relasi Dira dengan Ransi yang melibatkan Intimate Relationship..............73
Tabel 5.15. Ambisi Ransi untuk menunjukkan eksistensinya.........................................74
Tabel 5.16. Interaksi Ransi dengan Dira ........................................................................75
Tabel 5.17. Ego Ransi sebagai seorang pria....................................................................77
Tabel 5.18. Bentuk sikap tanggung jawab Ransi.............................................................78
Tabel 5.19. Konstruksi gender Ransi...............................................................................79
Tabel 5.20. Perbedaan pola percakapan Dira dan Ransi.................................................80
Tabel 5.21. Pemaknaan sikap Ransi kepada Mega..........................................................81
Tabel 5.22. Kontak antara Ransi dan Dira.......................................................................84
Tabel 5.23. Persepsi Dira dengan Ransi..........................................................................85
Tabel 5.24. Sikap terbuka Ransi dengan Dira.................................................................85
Tabel 5.25. Kontak fisik yang melibatkan emosional Dira dan Ransi............................87
Tabel 5.26. Kode Ransi pada Dira...................................................................................87
Tabel 5.27. Elemen Metaphors dari Konstruksi Gender.................................................90
Tabel 5.28. Elemen Metaphors dari Konstruksi Gender.................................................91
Tabel 5.29. Elemen Metaphors dari Konstruksi Gender.................................................92
Tabel 5.30. Elemen Catchphrases dari Konstruksi Gender............................................93
Tabel 5.31. Elemen Catchphrases dari Konstruksi Gender............................................94
Tabel 5.32. Elemen Exemplaars dari Konstruksi Gender...............................................96
Tabel 5.33. Elemen Depiction dari Konstruksi Gender...................................................97
Tabel 5.34. Elemen Metaphors dari Konstruksi Gender.................................................98
Tabel 5.35 Elemen Appeal to Principle dari Konstruksi Gender..................................100
Tabel 5.36. Elemen Appeal to Principle dari Konstruksi Gender.................................101

xiii
Tabel 5.37. Elemen Consequences dari Konstruksi Gender..........................................103
Tabel 5.38. Hasil Penelitian Menggunakan Model Gamson dan Modigliani................104
Tabel 5.39. Jenis Intimate Relationship ‘Liking’...........................................................115
Tabel 5.40. Jenis Intimate Relationship ‘Romantic Love’.............................................116
Tabel 5.41. Jenis Intimate Relationship ‘Consummate Love’.......................................117

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses komunikasi selalu terjadi setiap saat dalam kehidupan sosial

seorang manusia, tak hanya untuk melakukan pertukaran gagasan antar

individunya, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam rangka

menunjukkan eksistensi diri seseorang, dalam komunikasi sendiri, banyak

diketahui berbagai jenis komunikasi yang dilakukan untuk menyamakan

presepsi atau menyepakati makna mengenai suatu gagasan yang dimiliki

kepada individu maupun khalayak luas, salah satu jenis dalam komunikasi

adalah komunikasi verbal. Komunikasi verbal merupakan segala jenis

komunikasi yang berhubungan dengan bahasa yang bukan sebuah simbol,

dalam komunikasi verbal banyak sekali hal-hal yang dapat memengaruhi

konstruksi makna yang ingin disampaikan, seperti latar belakang budaya,

tempat asal, latar belakang pendidikan dan juga jenis kelamin.

Menurut Mulyana (Mulyana, 2014: 315) Komunikasi Verbal, terdapat perbedaan


cara berkomunikasi yang dilakukan oleh pria dan wanita. Wanita cenderung
menggunakan pertanyaan sebagai strategi memelihara pembicaraan, serta
memulai giliran berbicara dengan secara langsung mengakui andil pembicaraan
sebelumnya serta lebih sering membuat asumsi yang diyakininya adalah suatu
kebenaran, pria cenderung tidak mengakui apa yang dikatakan sebelumnya,
melainkan menyatakan pendapatnya.

Pola komunikasi yang terjadi antara pria dan wanita sering disebut

sebagai komunikasi gender, Pola komunikasi yang terjadi antara pria dan

wanita menunjukkan sebuah identitas diri, pria maskulin dan wanita feminin,

maka dari itu, pria dan wanita memiliki caranya sendiri dalam

mengekspresikan dirinya sendiri, baik mengekspresikan diri dalam hal yang

1
2

berhubungan dengan emosional nya maupun interaksinya. Dalam hal ini,

peneliti tertarik untuk meneliti pengekspresian pria dan wanita yang dapat

memengaruhi keintiman hubungannya (Intimate Relationship).

Jika dilihat dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita temui perbedaan

cara berkomunikasi pria dan wanita yang dapat memengaruhi relasi keintiman

dalam hubungannya. Permasalahan-permasalahan yang sering ditemui

tersebut antara lain seperti pertengkaran dalam hubungan, kesalahpahaman

dalam mengekspresikan perasaan, hingga terjadinya perceraian dalam

hubungan pernikahan. Hal-hal tersebut seringkali ditemui dan salah satu

faktor penting yang memengaruhinya adalah makna-makna komunikasi yang

tidak sampai dengan baik karena adanya perbedaan pola komunikasi antara

pria dan wanita. Bahkan dilansir dari kompasiana.com salah satu penyebab

adanya perceraian adalah kurangnya komunikasi antara pasangan

(https://www.kompasiana.com/satrioarismunandar/59ec43f5b464260cf1372b

e2/arvan-pradiansyah-penyebab-perceraian-adalah-kurangnya-komitmen?

page=all Diakses 16 November 2019).

Novel yang merupakan cara penulis dalam menyampaikan gagasan/ ide

pemikirannya lewat karya sastra, banyak menceritakan sesuatu yang dekat

dengan kehidupan sehari-hari sehingga mudah untuk membuat pembacanya

terbawa suasana yang digambarkan penulis. Novel juga dapat berperan

sebagai media untuk mengkonstruksi realitas yang ada di masyarakat. Seperti,

kebudayaan di sekitar mereka, pribadi-pribadi yang ada di sekitar mereka, dan

persepsi-persepsi yang ada di masyarakat. Novel dengan genre romantis yang


3

banyak menceritakan tentang hubungan percintaan antara pria dan wanita

menjadi sebuah media untuk menyampaikan bagaimana pola komunikasi

antara pria dan wanita yang bahkan di dalamnya pun dapat ditemui

permasalahan-permasalahan dalam relasi intim yang juga sering kita temui

dalam kehidupan sehari-hari seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh

karena itu, novel juga dapat dikaji sebagai obyek penelitian untuk melihat

relasi keintiman antara pria dan wanita yang dapat dilihat melalui konteks

komunikasi dalam dialog atau narasi dalam novel bergenre romantis tersebut.

Novel pada umumnya dijadikan sebuah riset dalam kajian sastra, namun

dalam penelitian ini, peneliti akan menjadikan novel sebagai obyek penelitian

yang dilihat dari perspektif komunikasi, karena tanpa disadari dalam novel

banyak terkandung makna-makna komunikasi yang tersembunyi dalam narasi

dan dialog yang dibuat oleh penulis novel. Novel dijadikan sebagai media

massa yang dapat memengaruhi pembacanya baik dalam segi emosional

maupun memengaruhi pembacanya dari segi gagasan. Jika penulis novel

menggambarkan sebuah cerita yang sedih, pembacanya dapat ikut menangis,

jika penulis menggambarkan sesuatu yang romantis, pembacanya juga dapat

ikut tersipu. Bahkan novel juga dapat dijadikan sebagai media penyampai

informasi, sebut saja novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya

Hamka, yang di dalamnya menggambarkan kebudayaan Minang, hal tersebut

membuat pembacanya menjadi mengerti mengenai kebudayaan Minang dan

seolah-olah ikut terbawa sebagai tokoh dalam novel tersebut, pembaca dapat

merasakan persoalan yang sering terjadi dalam budaya Minang tanpa harus
4

mengalaminya secara langsung. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat

efek yang diberikan oleh novel pada pembacanya.

Sebelum adanya penelitian ini, banyak penelitian yang juga meneliti

gender dalam novel, namun kebanyakan dari penelitian tersebut membingkai

bagaimana sebuah novel dapat mengkonstruksi sebuah gender tertentu,

misalnya penelitian yang disusun oleh Andini Khaerunnisa yang meneliti

bagaimana pelaziman konstruksi cantik di masyarakat yang digambarkan

dalam novel After Dark karya Haruki Murakami. Penelitian yang juga

meneliti tentang gender yang menggunakan analisis framing lainnya

kebanyakan juga meneliti media lain seperti surat kabar, atau berita online.

Salah satunya adalah penelitian oleh Ismar Rasoki Hasibuan yang

membingkai pemberitaan surat kabar pada Miss World 2013. dilihat dari dua

contoh penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih berfokus bagaimana

konstruksi gender dapat memengaruhi seseorang dalam mengungkapkan/

mengekspresikan perasaan cintanya sehingga terdapat relasi dalam

membangun sebuah Intimate Relationship serta untuk membongkar makna

yang dikomunikasikan antara pria dan wanita berdasarkan konstruksi gender

sehingga permasalahan yang terjadi karena kesalahpahaman dalam

komunikasi dapat diselesaikan tanpa harus terjadi sebuah perpisahan dalam

suatu hubungan antara pria dan wanita.

Alnira adalah nama pena yang dipilih oleh penulis satu ini untuk berkarir

di dunia literasi, penulis asal Palembang ini dikenal karena karya-karya nya

yang lekat akan novel roman dan chicklit, yang membedakannya dengan
5

penulis novel genre roman yang lain adalah karyanya yang seringkali

mengangkat isu-isu yang sesuai dengan realita yang ada sehingga cerita yang

disajikan terasa dekat dengan pembacanya, dan sejak tahun 2017 sampai

tahun 2019, Alnira telah menerbitkan 16 Novel. Novel "Friendzone: Lempar

Kode Sembunyi Hati" ini merupakan novel populer. Menurut Sumardjo

(Sumardjo, 1993: 18) Novel Populer disebut juga sebagai novel hiburan

karena sifatnya yang menghibur, ciri-ciri novel ini berbeda dengan novel

sastra. Novel populer lebih banyak bertemakan percintaan, dan biasanya

cerita yang disampaikan bertujuan untuk “meruntuhkan air mata pembaca”.

Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) mengkategorikan tema

percintaan menjadi beberapa kategori yaitu, Teenlit, Chicklit, Metropop, dan

Amore. Teenlit adalah singkatan dari Teen Literature merupakan sastra

populer bertema kehidupan remaja dengan segala macam kisah yang memang

dialami oleh remaja pada umumnya, mulai dari sulitnya proses mencari jati

diri sampai dengan percintaan remaja. Chicklit dimaknai sebagai novel

bertemakan percintaan dengan latar belakang kehidupan metropolitan dan

tokoh utama yang kebanyakan adalah perempuan karir. Metropop merupakan

jenis novel yang muncul karena perkembangan dari genre chicklit, novel jenis

ini menceritakan kehidupan metropolitan yang memiliki tokoh utama baik

laki-laki maupun perempuan dalam menjalani kehidupan yang metropolis.

Amore merupakan jenis novel baru yang dimiliki penerbit Gramedia Pustaka

Utama, novel ini merupakan novel roman yang berakhir bahagia.


6

Novel berjudul "Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati" merupakan

karya Alnira yang ke-8, dan pertama kali diterbitkan pada bulan Februari

2018 oleh penerbit Grasindo. Novel yang memiliki 300 halaman ini

mengisahkan tentang sekelompok sahabat yang terdiri dari 3 orang laki-laki

dan 2 orang perempuan yang berjanji untuk bersahabat selamanya dan tidak

ada yang boleh jatuh cinta satu sama lain, namun sayangnya, perjanjian itu

hanyalah sebuah perjanjian yang tidak bisa mengatur perasaan seseorang,

karena nyatanya tiga orang di antara mereka melanggar perjanjian tersebut.

Novel ini tidak berfokus pada kelima sahabat tersebut, melainkan hanya dua

di antara mereka yaitu Dira dan Ransi. Novel yang dirilis pada tahun 2018 ini

berhasil menjadi Best Seller. Dalam industri penerbitan, novel dianggap

sebagai media massa dikarenakan selain menjadi media informasi, novel juga

diterbitkan dengan berorientasi pada selera pasar. Penerbit akan lebih

mengutamakan untuk menerbitkan buku yang laku di pasaran karena dengan

banyak peminat akan suatu novel maka akan semakin banyak pula

pemasukan yang diterima penerbit, oleh karena hal tersebut, kemudian

muncullah istilah Best Seller. Dilansir dari manistebu.com, novel dapat

dikategorikan best seller apabila novel berhasil mencapai penjualan yang

tinggi, dengan jumlah minimal penjualan mencapai 3500 eksemplar. Kategori

best seller sendiri dibagi menjadi 4 kategori, dengan rincian best seller

standar sejumlah 3.500 eksemplar, medium sejumlah 7000 eksemplar, laris

sejumlah 15.000 eksemplar, dan ekstra laris sejumlah 35.000 eksemplar.

Diungkap oleh gramedia dalam acara Indonesia Book Fair pada tahun 2012,
7

dalam per tahunnya, buku dapat disebut best seller apabila penjualannya

mencapai 50.000 eksemplar. Buku "Friendzone: Lempar Kode Sembunyi

Hati" karya Alnira ini, masuk dalam kategori Best Seller Medium dengan

penjualan mencapai 8.000 eksemplar. Jika dilihat melalui situs Goodreads,

novel "Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati" ini memiliki rating 4.15

dari skala 5, yang membuat novel ini menjadi salah satu novel rekomendasi.

Cerita ini dimulai oleh Andira Ramadhani, seorang Financial Adviser

dan keempat sahabatnya yaitu Maya, Angga, Ransi dan Wisnu yang mulai

menjalin persahabatan mereka setelah acara reuni dengan teman SMP nya.

Setelah acara reuni tersebut, mereka yang semakin dekat memutuskan untuk

membuat sebuah perjanjian dengan tujuan agar tidak merusak persabatan

yang terjalin di antara mereka, yaitu untuk tidak jatuh cinta satu sama lainnya

namun, menepati perjanjian itu tidaklah mudah, perjanjian itu hanyalah

tinggal perjanjian karena beberapa tahun setelah perjanjian itu dibuat, tiga

dari mereka melanggar perjanjian tersebut. Salah satunya adalah Dira yang

mencintai Ransi. Diantara keempat sahabatnya, Dira memang lebih dekat

dengan Ransi. Ransi yang selalu ada untuk Dira, Ransi yang selalu bercerita

kepada Dira, dan Ransi yang terkadang menyelipkan kode-kode misterius

yang tak pernah dimengerti Dira. Kedekatan tersebut jugalah yang membuat

Dira lama kelamaan merasa nyaman dan akhirnya menaruh perasaannya pada

Ransi, namun sayangnya Ransi yang terlalu cuek dan rasional membuat Dira

sulit untuk menebak bagaimana perasaan yang dmiliki Ransi untuk Dira. Dira

terkadang merasa bahwa Ransi juga memiliki perasaan yang sama karena
8

tingkah Ransi yang seringkali berlaku manis kepada Dira, namun terkadang

Dira ragu tentang perasaan Ransi karena Ransi yang tak pernah mengatakan

secara gamblang perasaannya. Berbagai kesalahpahaman juga terjadi

mengiringi perjalanan Dira dan Ransi, hingga nantinya Dira dan Ransi akan

menemukan suatu titik balik hubungan mereka.

Bagaimana penulis menggambarkan kontrasnya sikap Dira, seorang

perempuan yang membutuhkan penjelasan secara gamblang dan Ransi,

seorang laki-laki yang sedikit berbicara namun banyak bertindak inilah yang

menggambarkan bagaimana perbedaan pola pikir, serta pola berkomunikasi

dan berbahasa antara pria dan wanita dalam mengekspresikan perasaannya

dan hal tersebut berimbas pada keintiman hubungan mereka. Kejadian yang

digambarkan dalam hubungan Ransi dan Dira juga seringkali ditemukan di

kehidupan sehari-hari, yaitu dalam hubungan persahabatan antara pria dan

wanita akan ada pihak yang menyimpan perasaan lebih kepada pihak yang

lain, dan seringkali dalam mengungkapkan perasaannya seseorang akan

melakukan suatu tindakan yang secara tidak langsung merupakan bentuk

ungkapan dari perasaan cinta yang dimilikinya, dalam mengungkapkan

perasaannya secara tidak langsung ini lah terdapat perbedaan antara pria dan

wanita dalam mengekspresikannya, Karena seringkali terjadi kesalahpahaman

akibat tidak dapat memaknai dengan tepat bagaimana penyampaian ekspresi

cinta dari pria maupun wanita, hal ini, kemudian menjadi permasalahan dalam

relasi intim yang digambarkan dalam novel Friendzone: Lempar Kode

Sembunyi Hati. Adanya permasalahan dalam relasi intim yang juga dapat
9

dikaji melalui novel membuat peneliti tertarik dan berfokus untuk

menganalisis konstruksi gender dalam relasi Intimate Relationship yang

terdapat dalam novel Friendzone karya Alnira tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah, Bagaimana bentuk pengekspresian perasaan yang dikonstruksi oleh

gender dalam Intimate Relationship pada novel “Friendzone: Lempar Kode

Sembunyi Hati” jika dianalisis menggunakan Analisis Framing model

Gamson dan Modigliani ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menemukan bentuk pengekspresian perasaan antara pria dan wanita

dalam intimate relationship melalui tokoh novel “Friendzone: Lempar

Kode Sembunyi Hati”

2. Untuk menemukan relasi yang terdapat pada konstruksi gender dan

intimate relationship melalui analisis Framing model Gamson dan

Modigliani pada novel “Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati”.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

perkembangan ilmu komunikasi, terutama dalam hal berikut:

a. Pada kajian konstruksi gender,diharapkan dapat memberikan

informasi, bahwa secara teoritis, konstruksi gender yang terbentuk


10

pada seseorang didasari oleh bagaimana lingkungan memberikan

label, tingkatan pendidikan seseorang, masa lalu dan relasi dengan

orang lain.

b. Pada kajian komunikasi gender, diharapkan dapat memberikan

informasi bahwa secara teoritis, diketahui adanya perbedaan pola

percapakan yang terjadi antara pria dan wanita dalam

menyampaikan maksudnya.

c. Pada kajian analisis framing, terutama model Gamson dan

Modigliani, diharapkan dapat memberikan informasi bahwa dalam

mengkaji penelitian secara tekstual khususnya novel dapat

digunakan analisis ini untuk menemukan makna bingkai yang ingin

disampaikan oleh penulis novel.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat bahwa terdapat komunikasi yang terjalin

dipengaruhi oleh gender seseorang, serta memberikan referensi kepada

peneliti berikutnya yang tertarik untuk mengkaji konstruksi gender dalam

novel menggunakan perspektif komunikasi dengan analisis Framing

model Gamson dan Modigliani serta memberikan informasi bahwa novel

dapat dikaji dalam berbagai ilmu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya, Penelitian mengenai Analisis Framing dari Novel telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu dan menghasilkan hasil yang berbeda.

Kemudian penelitian-penelitian tersebut dijadikan acuan peneliti dalam

melakukan penelitian ini. Andini Khaerunnisa dalam penelitiannya

(Khaerunnisa, 2016) menemukan adanya konsep cantik yang digambarkan

dalam novel After Dark karya Murakami, di mana konsep cantik tersebut

kemudian dilazimkan pada konsep cantik yang terdapat dalam lingkungan

sekitar, untuk menemukan konsep cantik dalam novel tersebut, Andini

melakukan penelitian yang menggunakan analisis Framing model Gamson

dan Modigliani. Andini, meneliti dialog dan narasi yang mengandung

elemen-elemen penyusun framing untuk menemukan konstruksi cantik yang

ingin dikemukakan oleh penulis Haruki Murakami dalam novel After Dark

tersebut. Andini, kemudian menyajikan datanya dalam bentuk tabel dan

penjelasan akan dialog-dialog yang telah dikategorikan dalam elemen-elemen

framing, untuk melazimkan konsep cantik yang telah ditemukan olehnya, ia

menggunakan teori pengkondisian klasik oleh Pavlov yang dijabarkan oleh

Hergenhanh dan Olson melalui unconditional stimulus, unconditional

respons, neutral stimulus, conditioned stimulus, dan conditioned respons.

Penelitian berikutnya yang juga menjadi referensi untuk mendukung

penelitian ini adalah penelitian oleh Ismar Roki Hasibuan (Hasibuan, 2015)

11
12

yang menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani

untuk membandingkan dua buah berita mengenai Miss World tahun 2013

oleh Harian Sindo dan Republika. Ia menggunakan model Gamson dan

Modigliani untuk melihat bagaimana media dan wartawan menyediakan

sebuah isu, apa yang ditonjolkan dan apa yang dihilangkan. Hasibuan

mengambil penggalan berita yang kemudian dikategorikan berdasarkan

elemen framing model Gamson dan Modigliani. Selain dengan analisis

framing, ia juga menemukan adanya konstruksi isu yang dibentuk oleh kedua

media tersebut dalam mengemas sebuah pemberitaan dengan obyek yang

sama. Hasil yang didapatkan menyimpulkan bahwa media merupakan agen

konstruksi yang membentuk realitas suatu kejadian pada masyarakat umum.

Bingkai yang ditemukan pada dua media tersebut adalah terjadinya perbedaan

pemberitaan antara kedua media tersebut, di mana sindo cenderung menjadi

pihak pendukung diadakannya kegiatan Miss World, sedangkan Republika

merupakan pihak yang kontra.

Penelitian berikutnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh oleh

Muhammad Munawir Pohan (Pohan, 2018) yang meneliti nilai siri yang

terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wick. Pohan tertarik

dalam penelitian ini, dikarenakan cerita dalam novel tersebut sangat erat

kaitannya dengan kehidupan orang Makassar, sementara Hamka yang

notabene penulis dari novel tersebut adalah seseorang yang berasal dari

Minangkabau, dengan menggunakan analisis framing model Gamson dan

Modigliani, Pohan bertujuan untuk menemukan makna siri yang


13

direkonstruksi oleh Hamka dalam novelnya tersebut. Hasil yang didapatkan

Pohan dari penelitian ini mengenai konstruksi realitas adalah bahwa pada

dasarnya, konstruksi realitas tersebut sangat dipengaruhi oleh cara pandang

dan latar belakang seseorang, hal itu digambarkan oleh tokoh Zainuddin.

Hamka mengemas karakter Zainuddin sebagai sosok berdarah Makassar-

Minang, latar belakang ini cukup memengaruhi Zainuddin dalam menafsirkan

konstruksi realitas yang dikenakan pada dirinya. Hamka yang notabene

seorang ulama, banyak menghubungkan siri’ dengan agama Islam. Sehingga

penggambaran siri’ dalam novel tersebut tidak jauh dari unsur-unsur dakwah.

Dilihat melalui sudut pandang Hamka yang berasal dari Minangkabau,

Hamka cukup paham dengan makna siri’ yang dianut masyarakat Makassar,

namun pencitraan nilai siri’ pada diri Zainuddin masih lemah. Begitu pula

tokoh Zainuddin dalam cerita diposisikan sebagai seseorang yang berdarah

Makassar-Minang, secara lahiriah bisa saja darah Minang melekat pada diri

Zainuddin, sehingga tidak sepenuhnya ia mampu memegang kokoh adat

Makassar.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian oleh Lita Andari Susanti

(Susanti, 2018). Susanti melihat aspek gender melalui pandangan feminis,

dengan obyek penelitiannya adalah novel genduk karya Sunardi Mardjuki,

pada penelitian ini Susanti menggunakan pendekatan feminis, di mana

feminis dianggap sebagai sifat perempuan yang bertujuan untuk

meningkatkan kedudukan perempuan agar sejajar dengan kedudukan laki-

laki. Susanti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mendeskripsikan


14

latar sosio-historis pengarang, mendeskripsikan struktur yang membangun

novel Genduk karya Sundari Mardjuki ditinjau dari sastra feminis,

mendeskripsikan aspek gender yang terkandung dalam novel Genduk karya

Sundari Mardjuki serta mendeskripsikan implementasi analisis aspek gender

dalam novel Genduk sebagai pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini

dijadikan referensi untuk melihat pandangan yang berdasarkan pada aspek

gender, di mana dalam hasil penelitian oleh Susanti ini, disebutkan bahwa

Terdapat lima aspek gender yang ada pada novel Genduk karya Ahmad

Sundari Mardjuki, yaitu gender dan marginalisasi perempuan, dalam novel

ini, bentuk marginalisasi perempuan dilihat dengan adanya pemiskinan atas

perempuan yang disebabkan oleh aspek gender. Gender dan subordinasi,

bentuk subordinasi dalam gender dapat terjadi melalui berbagai aspek dari

tempat ke tempat, dan dari waktu ke waktu. Subordinasi sendiri dapat

dimaknai sebagai peran dan posisi perempuan yang lebih rendah

dibandingkan peran dan posisi laki-laki. Gender dan steorotipe, dalam novel

genduk dapat dilihat dari bentuk hinaan yang diberikan kepada keluarga tanpa

ayah yang sampai saat ini, dalam lingkungan masyarakat masih dianggap

tabu. Gender dan kekerasan, Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender

disebut gender-related violence, dalam novel genduk sendiri, bentuk

kekerasan yang terjadi pada perempuan adalah adanya pelecehan dan

pemerkosaan yang terjadi karena perempuan dianggap makhluk yang lebih

lemah daripada laki-laki. Gender dan beban kerja, peran gender perempuan

adalah memelihara dan mengelola rumah sehingga tidak cocok untuk menjadi
15

kepala rumah tangga, semua pekerjaan domestic menjadi tanggung jawab

kaum perempuan.

Penelitian berikutnya yang juga menjadi referensi adalah jurnal oleh

Endang Sulistijani (Sulistijani, 2017), Sulistijani menyatakan bahwa manusia

mengungkapkan ekspresi cintanya bermacam-macam, misalnya dengan

perhatian, kesetiaan, atau dengan rasa tanggung jawab. Sulistijani

menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan meneliti dialog dan narasi

yang terdapat dalam kumpulan cerpen bertema cinta. Ekspresi cinta yang

dianalisis dalam penelitian ini diambil dari proses komunikasi antarpersonal

dari tokoh yang terdapat dalam cerpen-cerpen bertema cinta, dengan

menggunakan teori Sternberg tentang cinta, dapat diketahui bagaimana

ekspresi cinta yang berkaitan dengan dengan intimacy, passion, dession atau

commitment dari setiap tokoh perempuan dan laki-lakidalam cerpen-cerpen

tersebut.

Iqbal Muhidin dalam penelitiannya (Muhidin, 2017) meneliti novel

berjudul Amina yang meceritakan tentang adanya ketimpangan yang

menyebabkan terjadinya ketidakadilan berdasarkan gender seseorang.

Ketimpangan yang terbentuk disebabkan oleh pandangan bahwa perempuan

merupakan makhluk lemah dan cengeng sementara laki-laki dianggap sebagai

makhluk yang kuat dan bertanggung jawab, sehingga timbul anggapan bahwa

laki-laki lebih unggul dibandingkan perempuan. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan tujuan untuk menemukan konstruksi

gender yang direpresentasi dalam novel Amina. Data yang


16

ditampilkan oleh Muhidin berbentuk tabel dari dialog yang terdapat pada

novel Amina, serta menggunakan teknik analisis isi (Content Analysis). Hasil

penelitian yang didapatkan berdasarkan analisis isi dari dialog dalam novel

Amina, ditemukan adanya ketidakadilan gender terutama pada masyarakat

yang masih menganut budaya patriarki di mana peran laki-laki dan

perempuan dibingkai oleh sistem yang menempatkan ayah sebagai penguasa.

Marlia Rahma Diani (Diani, 2015) dalam penelitiannya meneliti bentuk

intimate relationship yang terjalin antara pasangan ta’aruf, dengan tujuan

memahami jalinan komunikasi yang terbentuk pada pasangan ta’aruf dalam

membentuk Intimate Relationship. Diani melakukan wawancara pada

pasangan ta’aruf untuk menemukan data yang diperlukan dalam

penelitiannya. Diani tertarik untuk mengambil penelitiaan ini dikarenakan

adanya batasan-batasan yang terjadi pada pasangan ta’aruf saat melakukan

masa penjajakan yang menyebabkan adanya hambatan dalam berkomunikasi

untuk membangun intimate relationship. Hasil penelitian yang ditemukan

setelah melakukan wawancara dengan informan, ditemukan bahwa dalam

proses ta’aruf, peran seorang mediator merupakan peran yang sangat penting,

di mana mediator bertugas sebagai fasilitator antara kedua pasangan untuk

saling mengenal satu sama lain serta sebagai penengah dan tempat untuk

dimintai pendapat bagi pasangan ta’aruf. Intimate relationship antara

pasangan ta’aruf berawal pada ketertarikan yang terjalin saat melakukan


17

pertemuan pertama serta melalui pertukaran biodata yang bersifat sangat

pribadi antara pasangan ta’aruf.

Benazir Bona P, Deddy Mulyana dan Dadang Sugiana (Sugiana, 2018)

melakukan penelitian untuk menemukan peran dan posisi perempuan

Indonesia dalam perkawinan campur dengan menggunakan perspektif

individu mengenai peran dan posisi gender dalam sebuah perkawinan sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, masyarakat, terutama keluarga. Serta

menggunakan perspektif fenomenologi yang berfokus pada interaksi simbolik

dan konstruksi realitas yang dikenakan pada perempuan Indonesia yang

melakukan kawin campur dengan laki-laki bule yang berasal dari budaya

barat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan

pengamatan terhadap tujuh informan. Informan penelitian ditentukan

menggunakan teknik snowball sampling. Hasil penelitian menemukan model

konstruksi makna peran dan posisi perempuan indonesia pelaku kawin

campur. Melalui interaksi informan dengan sang suami, informan kemudian

mendefinisikan peran dan posisi diri informan dalam kehidupan perkawinan

sejalan dengan prinsip kesetaraan yang diberlakukan oleh suami yang terbagi

atas empat pemaknaan kesetaraan yang berbeda, yakni setara parsial, setara

kodrati, setara mutlak, dan setara pragmatis. Kontribusi penelitian ini adalah

penemuan model konstruksi makna peran dan posisi perempuan dalam

keluarga dan masyarakat bagi perempuan Indonesia pelaku kawin campur.

Berikutnya adalah penelitian oleh Ajeng Novita Tunjungsari

(Tunjungsari, 2017) yang bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana para


18

pasangan membangun intimate relationship dan bagaimana upaya mengelola

konflik yang muncul dalam hubungannya. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif, paradigma interpretif, dan teknik analisa data yang

digunakan mengacu pada metode fenomenologi. Subjek penelitian adalah dua

pasang informan yang berpacaran. Hasil penelitian ini menemukan bahwa

pada pasangan pertama tahapan yang dilalui untuk membangun intimate

relationship adalah tahap perkenalan hingga tahap pengikatan. Pasangan

pertama tidak membuat komitmen saat awal menjalin hubungan. Konflik

yang muncul dalam hubungannya disebabkan karena adanya perbedaan

pendapat antar individu, sikap temperamental, dan ego yang tinggi dari salah

satu individu dalam hubungan. Upaya yang dilakukan untuk mengelola

konflik yang muncul adalah dengan berdiskusi, dan mentoleransi perbedaan

yang menyebabkan konflik. Sedangkan pasangan kedua membangun intimate

relationship melalui tahap perkenalan hingga tahap kebersamaan, di mana

pasangan kedua membuat komitmen dalam menjalin hubungan. Konflik yang

muncul dalam hubungan pasangan kedua disebabkan karena ada perbedaan

sikap atau respon, dan melanggaran komitmen yang dilakukan oleh individu

dalam hubungan. Upaya yang dilakukan oleh pasangan kedua untuk

mengelola konflik adalah dengan mengabaikan konflik, berdiskusi, dan

mengalah kepada pasangannya. Hal tersebut dilakukan untuk

mempertahankan hubungan dan loyal terhadap pasangannya.

Kemudian, penelitian yang dijadikan referensi adalah jurnal oleh Priscilla

Christanty (Christanty, 2012) yang membahas mengenai image Sukarno


19

sebagai seorang pemimpin otoriter. Hal ini diteliti melalui analisis framing

model Gamson dan Modigliani, dengan menganalisis dialog yang terjadi

antara tokoh-tokoh fiktif dan narasi-narasi yang berkaitan dengan Sukarno

dan Indonesia di tahun 1965 yang meliputi elemen-elemen dalam model

Gamson dan Modigliani. Penelitian mengungkapkan bahwa pengarang

melakukan framing image otoriter terhadap Sukarno melalui metafora dan

julukan negatif sehingga mengarahkan khalayak kepada sudut pandang yang

diinginkan pengarang.

Jurnal berikutnya yang juga dijadikan referensi dalam melakukan

penelitian ini adalah peneliitian oleh Fitriana Diah Proboastiningrum

(Proboastiningrum, 2016) dalam penelitiannya, Proboastiningrum melakukan

studi kasus dengan subyek 3 remaja awal yang sedang hamil.

Proboastiningrum melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk

mendeskripsikan penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja yang

mengalami kehamilan di luar nikah. Proboastiningrum menggunakan teknik

pengumpulan data observasi dan wawancara. Observasi yang dilakukan

bertujuan untuk memperoleh sumber data dan informasi melalui pengamatan

langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan observasi yang

berstruktur. Sedangkan, wawancara dilakukan oleh peneliti dengan tujuan

melengkapi data-data yang diperoleh dari proses observasi. Wawancara yang

dilakukannya adalah wawancara berstruktur dan disusun secara garis besar

saja, agar wawancara dapat dikendalikan sehingga tidak menyimpang dari inti

permasalahan .Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data,


20

dan verification. saat pertama kali mengetahui bahwa dirinya hamil,ketiga

subyek merasa kacau, bingung, takut, menyesal, dan malu terhadap dirinya

sendiri. Mereka sama-sama memiliki pemikiran untuk menggugurkan

kandungannya, namun Namun seiring berjalannya waktu, para subyek sudah

dapat menerima keadaan mereka Penyesuaian sosial remaja yang dalam

keadaan hamil diluar nikah yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana

remaja tersebut dapat menyesuaikan dirinya dengan orang lain dalam keadaan

dirinya yang sudah menjadi bahan pembicaraan masyarakat.

Selain artikel jurnal yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa

buku yang juga dijadikan acuan dalam penelitian ini. Buku Psikologi

Perkembangan Anak edisi keenam yang ditulis oleh Elizabeth B. Hurlock

dijadikan acuan oleh peneliti dalam memahami perkembangan psikologi

remaja dan pembentukan sifat seseorang terbentuk yang dipengaruhi oleh

lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya. Buku ini dijadikan acuan

untuk memudahkan peneiti dalam memahami penokohan dari tokoh Ransi

dan Dira dalam novel “Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati”

Berikutnya, buku yang dijadikan acuan adalah buku oleh Deborah

Tannen yang berjudul “You Just Don’t Understand: Woman and Men In

Conversation.” Buku ini menjelaskan bahwa dalam percakapannya, pria dan

wanita memiliki perbedaan yang didasari oleh perbedaan budaya yang

menyebabkan munculnya kesalahpahaman pria dan wanita untuk melakukan

percakapan, karena adanya perbedaan budaya yang membentuk pria dan

wanita, percakapan yang dilakukan antara pria wanita pun menjadi


21

percakapan Cross-Culture (lintas budaya) dari segi unsur pembentuk

sosialnya.

Berikutnya adalah buku oleh John Gray yang berjudul “Men Are From

Mars, Women Are From Venus: The Classic Guide To Understanding The

Opposite Sex” Buku ini menjelaskan dengan detail soal perbedaan-perbedaan

yang dimiliki pria dan wanita. Mulai dari sebutan untuk pria sebagai

pemberes masalah dan wanita sebagai panitia perbaikan rumah,  alasan

kenapa saat ada masalah pria cenderung “masuk gua” dan wanita memilih

untuk lebih banyak bicara, kebutuhan-kebutuhan emosional pria dan wanita,

cara-cara efektif mencegah pertengkaran, hingga tips-tips aplikatif untuk

menjaga cinta tetap hidup.

Buku berikutnya adalah buku oleh Joseph A. DeVito yang berjudul

Human Communication Edisi ke-5 dan Edisi ke-13, di dalam buku tersebut

dijelaskan bagaimana manusia berkomunikasi dan juga dijelaskan mengenai

relasi intim. Joseph A. DeVito dalam Edisi ke-5 menjelaskan mengenai hal-

hal yang dapat memengaruhi perkembangan hubungan yang dipengaruhi oleh

daya tarik seseorang, sedangkan dalam Edisi ke-13, Joseph A. DeVito

menjelaskan mengenai komunikasi yang terjalin dalam hubungan romantis.

Komunikasi dalam hubungan percintaan akan melibatkan perasaan yang

berbeda, ketika seseorang berbicara dengan orang yang dicintai, orang

tersebut akan berbicara dengan nada yang lebih lembut.

Kemudian, buku berikutnya adalah buku “Intimate Relationship” oleh

Rowland S. Miller yang di dalamnya menjelaskan bahwa kesan pertama


22

sangat penting dalam perkembangan suatu hubungan, dalam kesan pertama

semua hal akan diputuskan untuk mmasa depan suatu hubungan.

Berikutnya adalah “The Triangular Theory of Love” oleh Robert J.

Sternberg, menurut Sternberg dalam cinta terdapat tiga hal yang dapat

menjadi unsur pembentuk cinta, yaitu keintiman, gairah dan

keputusan/komitmen. Keintiman mengacu pada kedekatan dan keterikatan

dalam hubungan percintaan. Gairah mengacu pada romantisme, dan

ketertarikan fisik. Keputusan dan komitmen, jika dalam hubungan jangka

pendek adalah keputusan seseorang untuk jatuh cinta, sedangkan dalam

hubungan jangka panjang adalah komitmen untuk memertahankan perasaan

cinta tersebut.

Kemudian, buku yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah buku

“Teori Pengkajian Fiksi” oleh Burhan Nurgiyantoro, yang di dalamnya

terdapat penjelasan mengenai karya-karya fiksi, salah satunya adalah Novel.

Nurgiyantoro memaknai novel sebagai sebuah prosa singkat yang berasal dari

bahasa Italia, Novella. Sedangkan karya fiksi merupakan prosa naratif yang

bersifat imajinatif namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran

yang mendramatiasi hubungan-hubungan antarmanusia.

Buku beikutnya adalah buku Tony McEnery dan Andrew Hardie yang

berjudul “Corpus Linguistics: Methods, Theory and Practice” yang

menjelaskan, mengenai penggunaan korpus linguistik dalam penelitian yang

merupakan bagian dari metode penelitian teks, dari buku ini, peneliti

meminjam teori korpus linguistik Neo-Firthian yang berfokus pada Kolokasi


23

dan Wacana. Kolokasi menunjukkan bahwa aspek penting makna sebuah kata

bukan hanya terkandung didalamnya tetapi juga bergantung pada kata lain

yang menyertainya. Caranya yaitu dengan meneliti pola yang muncul

bersamaan dalam korpus. Wacana (discourse) mengacu pada unit bahasa di

atas tingkatan kalimat. Sebuah karakteristik bahasa yang ditemukan dalam

sebuah kelompok teks atau lebih luas lagi dalam bahasa komunitas.

Berikutnya adalah buku dari Eriyanto yang berjudul “Analisis Framing”

dalam buku ini dijelaskan berbagai model dari analisis Framing, salah satunya

adalah model Gamson dan Modigliani, yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini. Model Gamson dan Modigliani memiliki elemen-elemen

analisis yang terdiri dari Framing Device dan Reasoning Device. Dalam

Framing Device terdapat elemen Metaphor, Catchphrases, Exemplaar,

Depiction dan Visual Image, sedangkan dalam Reasoning Device terdapat

Roots, Appeals to principle dan Consequence.

Penelitian-penelitian dan buku-buku yang dijadikan acuan tersebut

memiliki pola pikir sama dengan penelitian yang akan diteliti, walaupun

begitu, terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya. Penelitian ini akan lebih memfokuskan pada bagaimana

pengekspresian perasaan dua tokoh yang dikonstruksi oleh gender dalam

relasinya dengan perkembangan Intimate Relationship antara dua orang tokoh

utama dalam novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati karya Alnira.

Tingkat kebaruan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya

bahwa penelitian ini membahas bagaimana Intimate Relationship yang


24

dikonstruksi gender dalam novel, pada penelitian-penelitian sebelumnya,

kajian novel dalam perspektif komunikasi lebih berfokus pada konstruksi

gender salah satu tokohnya, sedangkan dalam penelitian ini, kajian novel

yang dilihat melalui perspektif komunikasi berfokus pada relasi intim yang

dimiliki dua tokoh dan dipengaruhi oleh konstruksi gender yang digambarkan

melalui narasi dan dialog dalam novel “Friendzone: Lempar Kode Sembunyi

Hati”. Penelitian ini juga akan menggunakan Analisis Framing model

Gamson dan Modigliani sebagai teknik analisis datanya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Komunikasi Gender

Komunikasi adalah suatu hal yang menyentuh hampir seluruh

kehidupan manusia, Komunikasi sendiri, didefinisikan sebagai kegiatan

pertukaran pesan antara komunikator kepada komunikan yang diperantarai

oleh media tertentu dengan tujuan untuk mendapat timbal balik dan

kesamaan persepsi untuk mencapai komunikasi yang efektif. Komunikasi

dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kebudayaan, kedudukan, latar

belakang pendidikan usia dan gender. Adapun, gender secara etimologis

berasal dari bahasa latin yaitu, genus yang berarti jenis atau tipe, secara

umum, Gender adalah perbedaan peran dan kewajiban pada laki-laki

maupun perempuan dari sudut pandang nilai dan tingkah laku. Gender

menjadi tolak ukur untuk perbedaan laki-laki dan perempuan secara sosial

bukan kodrati. Gender sendiri dapat dirincikan menjadi Feminin dan

Maskulin, Maskulin didefinisikan sebagai sifat yang dipercaya dan


25

dibentuk oleh budaya untuk sebagai ciri-ciri ideal bagi laki-laki,

sedangkan Feminin adalah sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya

sebagai ciri-ciri ideal bagi perempuan (Hoyenga & Hoyenga, 1993: 5-6).

Theodor Reik berpendapat (dalam Connell, 1987: 168) bahwa terdapat

perbedaan tajam antara pria dan wanita dalam hal emosional. Sandra Bem

(dalam Connell, 1987: 171-172) juga menyatakan bahwa untuk mengukur

tingkat maskulin dan feminin seseorang, dapat dilihat melalui ambisi yang

dimiliki, usaha yang dilakukan seseorang, rasa sayang akan seseorang

maupun sesuatu, dan kesukaan pada anak kecil. Sedangkan, menurt West

& Zimmerman (West dan Zimmerman, 1987: 125), Gender merupakan

status yang kita terima, setelah terkonstruksi oleh keadaan psikologis,

sosial dan budaya seseorang. Komunikasi Gender sendiri diartikan sebagai

sebuah proses komunikasi yang terjalin untuk meunjukkan sebuah

identitas diri antara pria dan wanita.

Wanita cenderung menggunakan pertanyaan sebagai strategi


memelihara pembicaraan, serta memulai giliran berbicara dengan
secara langsung mengakui andil pembicaraan sebelumnya serta lebih
sering membuat asumsi yang diyakininya adalah suatu kebenaran,
pria cenderung tidak mengakui apa yang dikatakan sebelumnya,
melainkan menyatakan pendapatnya (Mulyana, 2014: 315).

Dalam Genderlect Theory atau yang sering disebut sebagai genderlect

styles yang dikemukakan oleh Deborah Tannen, seorang profesor

linguistik asal Amerika. Mengkaji bahwa perbedaan laki-laki dan

perempuan didasari oleh perbedaan budaya (Tannen, 1990: 140).

Perbedaan budaya oleh Tannen kemudian dikategorikan menjadi 6 jenis

perbedaan yang meliputi, status dan dukungan, bagi pria dunia merupakan
26

tempat yang kompetitif di mana bagi pria percakapan dan ucapak

digunakan untuk untuk membangun status sedangkan bagi wanita, dunia

adalah jaringan koneksi untuk mencari dan menawarkan dukungan.

Kategori berikutnya adalah saran dan memahami, di mana wanita mencari

kenyamanan dan simpati untuk masalah mereka, sementara pria akan

mencari solusi untuk masalah tersebut. Kategori yang selanjutnya adalah

informasi dan perasaan, Tannen menyatakan bahwa percakapan pria

berorientasi pada pesan, yaitu berdasarkan pada komunikasi

informasi. Bagi wanita, percakapan jauh lebih penting untuk membangun

hubungan dan memperkuat hubungan sosial. Berikutnya adalah, perintah

dan permintaan, pria akan menggunakan perintah langsung ketika

berbicara dengan orang lain. Sedangkan Wanita mendorong penggunaan

bentuk permintaan yang sopan. Kategori berikutnya adalah, konflik dan

kompromi, Tannen menegaskan bahwa sebagian besar wanita menghindari

konflik dalam bahasa dengan cara apa pun, dan alih-alih berusaha

menyelesaikan perselisihan tanpa konfrontasi langsung, untuk

mempertahankan hubungan dan hubungan yang positif. Laki-laki, di sisi

lain, lebih cenderung menggunakan konfrontasi sebagai cara

menyelesaikan perbedaan dan dengan demikian menegosiasikan status.

Kategori yang terakhir adalah kemerdekaan dan keintiman, Tannen

menegaskan bahwa wanita melihat dunia sebagai jaringan komunikasi dan

hubungan, wanita cenderung memandang keintiman merupakan kunci

untuk mencapai konsesnsus dan menghindari superioritas, sedangkan pria,


27

cenderung melihat dunia dalam hal status dan menganggap kemerdekaan

sebagai kunci untuk menetapkan status mereka.

(https://en.wikipedia.org/wiki/Difference_theory Diakses pada 31

desember 2019)

Karena Penelitian ini membahas mengenai konstruksi Gender maka,

peneliti meminjam teori Tannen yang berpendapat bahwa gaya percakapan

yang terjadi dapat menimbulkan suatu kesalah pahaman dan dapat

memengaruhi komunikasi itu sendiri. Menurut Tannen (Tannen, 1990: 36-

40), ketika sebuah pertanyaan muncul mengenai siapa yang lebih banyak

bicara antara perempuan atau laki-laki, Tannen menjelaskan bahwa dalam

berbicara Perempuan lebih nyaman dengan Private Speaking karena bagi

kebanyakan perempuan, sebuah pembicaraan merupakan tempat untuk

membangun sebuah koneksi dan hubungan. Berbeda dengan laki-laki yang

kebanyakan lebih menyukai Public Speaking karena hal itu menunjukkan

sebuah kekuatan dan kemandirian. Oleh karena hal itu, laki-laki cenderung

untuk berbicara di forum yang lebih besar. Selain itu, seorang perempuan

biasanya menganggap bahwa berbicara dimaknai sebagai bentuk interaksi,

memberitahukan apa yang ada di pikirannya untuk menunjukkan

keterlibatannya dalam interaksi dan mendengarkan pembicaraan sebagai

bentuk ketertarikan dan kepedulian sedangkan bagi laki-laki, berbicara,

memberitahukan apa yang ada di pikirannya dan mendengarkan

pembicaraan dimaknai sebagai sebuah informasi. yang suka untuk

mendominasi pembicaran. Seorang perempuan juga cenderung


28

memberikan pertanyaan-pertanyaan secara detail agar lawan bicara

memberikan persetujuan, sedangkan laki-laki bertanya untuk menunjukan

statusnya (kekuasaan). Dalam menghadapi suatu konflik, perempuan lebih

menganggap konflik sebagai ancaman, sedangkan laki-laki memandang

konflik sebagai sebuah tantangan yang harus dilalui.

2.2.2. Novel

Oleh karena penelitian ini mengkaji novel sebagai obyek

penelitiannya, dalam menyusun landasan teori mengenai novel, peneliti

mengutip pendapat Altenberg dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 1998: 2)

yang mengemukakan bahwa fiksi merupakan prosa naratif yang bersifat

imajinatif namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang

mendramatiasi hubungan-hubungan antarmanusia. Ian Watt seorang

sejarawan sastra inggris dalam bukunya yang berjudul The Rise of Novel

(1957) (https://id.wikipedia.org/wiki/Novel Diakses pada 31 Desember

2019), menyatakan bahwa novel muncul pada awal abad ke-18 Novella

yang merupakan bahasa italia dan dimaknai sebagai kisah prosa singkat

kemudian istilah tersebut diserap ke dalam bahasa inggris, menjadi Novel.

Menurut Abrams (Abrams, 1999: 190) Novel yang awalnya disebut

sebagai Novella yang merupakan bahasa italia dan dimaknai sebagai kisah

prosa singkat tersebut, ika dibandingkan dengan cerpen, novel dapat

menyampaikan suatu permasalahan yang kompleks secara penuh dan

dapat mengkreasikan sebuah dunia yang relevan. Dalam kajian sastra

Indonesia, Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur,


29

yaitu unsur Intrinsik dan unsur ekstrinsik yang mana keduanya saling

berkaitan dan saling berpengaruh yang di dalamnya terdapat nilai-nilai

budaya, sosial, pendidikan dan moral.

Novel memiliki tema tertentu yang menjadi gagasan utama/gambaran

besar perjalanan cerita fiksi. Selain itu, di dalam novel terdapat tokoh yang

merupakan pelaku utama sebuah cerita di mana masing-masing tokohnya

memiliki penokohan/watak berbeda. Selain itu, untuk menyampaikan

gagasannya penulis Novel biasanya menggambarkan sebuah alur/plot yang

didukung oleh setting cerita untuk memahami keseluruhan cerita yang

ingin disampaikan penulis. Dalam penulisan novel, narasi yang ditulis

merupakan sudut pandang dan setiap novel memiliki ciri khas tertentu

yang dilihat dari gaya bahasa penulis cerita tersebut, sudut pandang dan

gaya bahasa ini sangat penting, karena bagaimana penulis menceritakan

cerita yang dapat membawa pembaca untuk lebih terbawa pada alur cerita

tergantung dari sudut pandang siapa penulis menceritakannya, apakah

penulis berperan sebagai sudut pandang orang ketiga atau sudut pandang

orang pertama. Tidak hanya hal-hal tersebut, setiap novel pasti memiliki

makna di dalamnya, karena setiap penulis pasti akan menyampaikan

gagasannya yang secara tidak langsung bertujuan untuk menyampaikan

pesan tertentu pada pembacanya. Selain unsur-unsur di dalam novelnya,

Novel juga dipengarui oleh unsur-unsur di luar novelnya seperti biografi

dan latar belakang penulis, kisah dibalik layar dan nilai yang terkandung

dalam novel.
30

Di dalam novel, penulis memberikan arahan kepada pembaca untuk

mengetahui dan memahami pesan yang ingin disampaikannya. Novel

memiliki nilai estetik dengan tujuan menghibur yang membuat banyak

orang tertarik untuk membaca dan memahaminya, oleh karena daya tarik

tersebut novel dapat dikategorikan sebagai salah satu media yang dapat

menjadi sarana penyampai informasi kepada khalayak banyak.

Dimuat pada harian Joglosemar edisi 22 Oktober 2012, Novel sebagai

bagian dari komunikasi massa turut berperan dalam suatu praktik

diseminasi pesan-pesan tertentu. Pesan itu sendiri dikonstruksi oleh sang

komunikator melalui sebuah setting, ruang waktu dan penokohan yang ada

dalam alur cerita yang disajikan. Novel juga dapat memberikan pengaruh

dan inspirasi luar biasa karena ia merupakan wadah komunikasi di mana

seorang penulis menanamkan pesan-pesan yang ingin disampaikannya

baik secara eksplisit bahkan implisit sekalipun. Novel sebagai budaya

populer sendiri merupakan perkembangan yang cukup pesat, Menurut

Sumardjo, Menurut Sumardjo (Sumardjo, 1993: 18) Novel Populer disebut

juga sebagai novel hiburan karena sifatnya yang menghibur, ciri-ciri novel

ini berbeda dengan novel sastra. Novel populer lebih banyak bertemakan

percintaan, dan biasanya cerita yang disampaikan bertujuan untuk

“meruntuhkan air mata pembaca”.

Novel sastra biasa mengangkat tema kehidupan, tetapi digambarkan

secara abstrak, atau dengan kata lain, membuat pembaca harus berpikir

keras maksud dari si pengarang. Sementara novel populer lebih banyak


31

bertemakan percintaan (Sumardjo, 1995: 18). Tahun 1970-an, novel

populer dengan tema percintaan banyak ditulis perempuan, seperti Marga

T., La Rose, Iskasiah Sumarto, Sri Bekti Subakir, Yati Maryati Wijarja,

Toti Totilawati, dan NH Dini. Namun, ada pula laki-laki yang menulis

novel dengan tema percintaan, seperti Ashadi Siregar. Pada masa itu,

Ashadi Siregar dikenal sama populernya dengan perempuan pengarang

yang menulis novel dengan tema cinta asmara (Sumardjo, 1995: 142).

Sebagai fokus kajian dalam penelitian ini adalah sebuah novel karya

Alnira berjudul “Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati”, yang

merupakan novel ke-8 nya, dan diterbitkan oleh penerbit Grasindo pada

Februari 2018, dengan jumlah 300 halaman.

2.2.3. Relasi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah

komunikasi yang paling sering dilakukan. Jika didefinisikan, Komunikasi

Antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, yang

memungkinkan tiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Sebagai komunikasi yang

paling lengkap dan paling sempurna, Komunikasi Antarpribadi berperan

penting hingga kapanpun, dan pada nyatanya komunikasi antarpribadi

membuat orang lebih akrab dari sebelumnya (Mulyana, 2014: 81). Itulah

alasan mengapa Komunikasi antarpribadi akan sangat berpengaruh dalam

terjalinnya sebuah hubungan.


32

Menurut Knapp dan Vangelisti (Knapp dan Vangelisti, 2005: 31-35)

dalam perkembangan hubungan antarpribadi, terdapat beberapa tahap yang

dilewati. Tahap-tahap tersebut, dirinci sebagai berikut: Inisiasi (Initiating),

masa ini, adalah masa awal, di mana pada masa ini terjadi perkenalan

antara dua individu dengan tujuan untuk mengadakan kontak dan

menyatakan minat. Tahap berikutnya adalah, eksperimen (experimenting),

pada masa ini kedua individu mulai mencari informasi mengenai satu

sama lainnya dengan mencoba berbagai macam topik percakapan, tahap

selanjutnya adalah, intensifikasi (intensifying), pada tahap ini terjadi

perubahan sikap baik verbal dan non-verbal, di mana hubungan yang

terjalin lebih intim dari sebelumnya. Berikutnya adalah tahap integrasi

(integrating), yaitu tahap di mana keduanya memutuskan untuk menjalin

sebuah hubungan, dan tahap terakhir dalam perkembangan hubungan

adalah ikatan (bonding), pada tahapan ini, hubungan yang terjalin jauh

lebih formal dan ritualistik, seperti ikatan pertunangan atau pernikahan.

Setelah terbentuk sebuah ikatan dalam hubungan, Knapp menyatakan

bahwa dapat terjadi kemerosotan hubungan yang ditandai dalam beberapa

tahap sebagai berikut, Pembedaan (Differentiating), merupakan tahap yang

terjadi ketika kedua individu mulai membatasi kepentingan individual

mereka mulai memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan daripada

kesamaan-kesamaan.

Tahap berikutnya, adalah Pembatasan (Circumscribing), pada tahap

ini pasangan mulai mengurangi frekuensi dan keintiman komunikasi


33

mereka. Topik-topik tertentu yang memunculkan perdebatan berusaha

dihindari. Sikap yang terbentuk pun menjadi lebih formal. Tahap

berikutnya adalah, Stagnasi (Stagnating) pada fase ini mulai terjadi

kemerosotan hubungan yang semakin jauh sehingga kedua individu

mencoba untuk bertahan dengan alasan-alasan yang tidak berhubungan

dengan daya tarik terhadap pasangannya. Fase selanjutnya adalah,

Penghindaran (Avoiding) fase ini adalah suatu taktik untuk meminimalkan

penderitaan atas pengalaman hubungan yang sangat merosot, kontak fisik

yang terjadi antara pasangan pada fase ini, mulai berkurang. Fase yang

terakhir adalah, Pemutusan (Terminating) adalah tahap final dalam suatu

hubungan. Menurut Knapp, pemutusan hubungan bisa terjadi setelah suatu

percakapan singkat maupun setelah tumbuhnya keintiman sepanjang

hidup. Umumnya, semakin lama dan semakin penting hubungan itu,

semakin menyakitkan perpisahan yang terjadi. 

2.2.4. Konstruksi Realitas

Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis, realitas adalah

konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Istilah Konstruksi sosial

atau realitas diperkenalkan oleh Berger & Luckmann menggambarkan

proses sosial berdasarkan tindakan dan interaksinya, di mana individu

menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan

dialami secara subjektif.

Peter L Berger dalam bukunya yang berjudul The Social

Construction of Reality juga menyebutkan bahwa realitas tidak hanya


34

dibentuk secara ilmu, juga tidak diturunkan oleh Tuhan. Sebaliknya,

realitas itu dibentuk dan dikonstruksi manusia (Berger, 1991: 118).

Pemahaman itu menyiratkan bahwa realitas berpotensi berwajah ganda

dan plural. Setiap individu dapat memiliki konstruksi yang berbeda-beda

terhadap suatu realitas. Setiap individu yang mempunyai pengalaman,

preferensi, tingkat pendidikan, lingkungan atau pergaulan sosial tertentu

akan menafsirkan atau memaknakan realitas berdasarkan konstruksi-nya

masing-masing.

Dalam perkembangan psikologisnya, seseorang banyak dipengaruhi

oleh lingkungan. Menurut Hurlock (Hurlock, 1978: 250) Sikap seseorang

terhadap orang lain maupun lingkungannya sebagian besar akan

tergantung pada pengalaman belajar selama bertahun-tahun. Selama masa

pra-sekolah, keluarga merupakan agen sosialisasi yang terpenting, ketika

anak-anak memasuki sekolah, guru mulai memasukkan pengaruh

terhadap sosialisasi, serta pengaruh teman sebaya yang justru lebih kuat

dari pengaruh guru maupun keluarga. Pengalaman-pengalaman pada

masa anak-anak inilah yang paling berperan dalam pembentukan karakter

seseorang. Banyaknya pengalaman kebahagiaan membuat anak akan

semakin mencari pengalaman serupa untuk menjadi orang yang memiliki

sifat sosial. Sebaliknya, pengalaman yang tidak menyenangkan akan

berimbas buruk pada kehidupan sosial seseorang. Pengalaman awal

dengan anggota keluarga tidak semata-mata dengan orang tuanya saja,


35

namun juga dengan saudara, kakek, nenek. Semua anggota keluarga

memiliki aspeknya sendiri-sendiri dalam membentuk kepribadian

seseorang. Pengalaman sosial di luar rumah akan melengkapi

pengalaman di dalam rumah dan merupakan penentu penting dalam

perilaku seseorang. Jika seseorang merasa senang dengan hubungan yang

terjalin dengan orang lain, ia akan berusaha menyesuaikan dirinya untuk

diterima di lingkungannya, jika seseorang bergaul bersama orang yang

lebih tua, ia akan berusaha untuk mengimbangi agar tidak tertinggal dan

hal tersebut akan mengembangkan pola perilaku yang lebih matang

Masyarakat pada kenyataannya berada sebagai kenyataan subjektif

maupun objektif. Sejauh yang menyangkut feomena masyarakat, momen-

momen itu tidak dapat dipikirkan sebagai sesuatu yang berlangsung

dalam urutan waktu, yang sebenarnya adalah masyarakat dan setiap

bagiannya secara serentak dikarakterisasi oleh momen-momen tersebut.

Meskipun begitu, individu tidak dilahirkan sebagai anggota masyarakat,

namun individu hanya dilahirkan dengan suatu predisposisi ke arah

sosialisasi, dan ia menjadi anggota masyarakat. Teori ini berisi tentang

kenyataan yang dibangun secara sosial, serta kenyataan dan pengetahuan

merupakan dua istilah kunci untuk memahaminya. Kenyataan adalah

suatu kualitas yang terdapat dalam realitas-realitas yang diakui memiliki

keberadaan (being) yang tersendiri sehingga tidak tergantung kepada

kehendak manusia. Sedangkan, pengetahuan adalah kepastian bahwa

realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.


36

2.2.5. Intimate Relationship

Intimate Relationship diartikan sebagai hubungan interpersonal yang

melibatkan sentuhan dan emosi seorang individu, Intimate Relationship

seringkali dikategorikan sebagai hubungan cinta antara laki-laki, namun

dapat dikategorikan pula sebagai hubungan dekat yang terjalin antara

teman, keluarga, atau kolega. Seperti persahabatan, hubungan cinta

(Intimate Relationship) juga dipegaruhi oleh budaya dan gender. Di

Amerika, perbedaan antara pria dan wanita saat jatuh cinta sangat

terlihat. Dalam puisi, novel dan media massa pria dan wanita

digambarkan akan memiliki perilaku yang sangat berbeda saat mereka

jatuh cinta, sedang jatuh cinta dan saat mengakhiri hubungan.

Lord Byron (dalam DeVito, 2015: 218) mengatakan “cinta bagi pria

adalah bagian yang berbeda dari kehidupannya sedangkan cinta bagi

wanita adalah keseluruhan eksistensi”. Wanita digambarkan emosional

dan sangat mengagungkan perasaan cinta, sedangkan laki-laki adalah

individu yang logis dan membedaka antara kehidupan dan percintaan.

Suatu hubungan percintaan memiliki pola komunikasi yang berbeda, di

mana komunikasi yang terjalin akan melibatkan perasaan yang terikat

antar individunya. Ketika berkomunikasi dengan orang yang dicintai,

biasanya seseorang akan berbicara dengan lebih lembut dan banyak

mengungkapkan kalimat-kalimat santun seperti “terima kasih”, “tolong”,

dan lain-lain. Komunikasi yang terjalin juga akan lebih intim, termasuk

mengungkapkan rahasia yang tidak pernah diberitahukan kepada orang


37

lain disertai dengan gestur-gestur khusus yang di dalamnya terdapat

makna tersembunyi mengenai keintiman yang terjalin. Kedua belah pihak

yang sedang jatuh cinta biasanya berkomunikasi dengan tatap muka atau

menggunakan media telepon, mereka biasanya mengekspresikan

dukungan serta membicarakan sesuatu dengan lebih kooperatif. Dilihat

dari segi non-verbal nya, pihak yang sedang jatuh cinta akan lebih sering

menggunakan kontak mata untuk berbicara mengenai perasaan mereka,

lebih sering bersentuhan, dan lebih banyak mengirimkan simbol-simbol

yang menunjukkan bahwa terdapat ikatan spesial di antara pihak-pihak

tersebut.

Kesan pertama dalam Intimate Relationship merupakan hal krusial

yang dapat memengaruhi perkembangan hubungan seseorang. Pertemuan

pertama memberikan efek pada interpretasi seseorang terhadap orang

lain, selain itu, kesan pertama juga dapat memengaruhi pilihan kita untuk

mengumpulkan informasi tentang sesuatu yang kita cari pada diri

seseorang. Ketika kita ingin menguji kesan pertama kita tentang

seseorang, maka biasanya kita akan mendorong diri kita untuk

mengumpulkan data yang ingin kita percayai (Miller, 2015: 106).

Hal yang paling penting adalah daya tarik, menurut Joseph DeVito

daya tarik dibangun oleh lima faktor utama. Pada awalnya daya tarik

dipengaruhi oleh fisik dan kepribadian, kebanyakan dari kita akan lebih

menyukai orang dengan fisik menarik dibanding yang fisiknya tidak

menarik. Jika kita sudah tertarik pada seseorang maka akan terbentuklah
38

karakteristik-karakteristik positif pada orang yang disukai. Biasanya

individu yang menurut kita menarik adalah orang yang memiliki

kedekatan tertentu dengan kita, seperti yang diduga, jarak fisik

merupakan hal penting dalam tahap-tahap awal interaksi. Selain jarak,

seseorang akan lebih mudah tertarik pada individu yang menghargai diri

kita, penghargaan dapat berupa pujian ataupun hadiah. Ketertarikan

seseorang akan lebih besar lagi jika diantara mereka terdapat sebuah

kesamaan atau justru saling melengkapi (DeVito, 1997: 218-219).

Sternberg merumuskan teori cinta dalam segitiga cinta yang tersusun

atas keintiman, gairah, keputusan/komitmen. Ketiga unsur tersebut saling

melengkapi untuk membentuk suatu hubungan romantis.

Gambar. 2.1. Segitiga cinta Sternberg

Segitiga cinta Sternberg menjelaskan bahwa cinta yang sempurna

terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas keintiman, gairah dan

keputusan/komitmen. Keintiman mengacu pada kedekatan dan

keterikatan dalam hubungan percintaan. Gairah mengacu pada


39

romantisme, dan ketertarikan fisik. Keputusan dan komitmen, jika dalam

hubungan jangka pendek adalah keputusan seseorang untuk jatuh cinta,

sedangkan dalam hubungan jangka panjang adalah komitmen untuk

memertahankan perasaan cinta tersebut. Sternberg (Sternberg, 1986: 123-

124) membagi cinta menjadi 8 jenis yang diuraikan dalam Taxonomy of

Kinds of Love.

Gambar 2.2. Taxonomy of Kinds of Love

Nonlove, dimaknai sebagai kondisi ketika tidak terdapat tiga

komponen yang membangun hubungan cinta tersebut, kondisi ini terjadi

ketika awal perkenalan, karena pada saat tersebut belum ada perasaan

yang terlibat. Liking dimaknai sebagai kondisi ketika keintiman

mendominasi, hal ini terjadi dalam hubungan pertemanan, di mana satu

sama lainnya merasakan unsur kedekatan dan keterikatan tanpa ada

gairah sama sekali. Infatuted Love, dimaknai sebagai kondisi ketika

gairah lebih mendominasi dalam hubungan cinta pada pandangan

pertama, pada saat seseorang jatuh cinta pada pandangan pertama, maka
40

yang pertama menarik perhatiannya adalah ketertarikan secara fisik.

Empty Love, dimaknai sebagai kondisi ketika komitmen dan keputusan

mendominasi, dalam hubungan ini ketika seseorang sudah memutuskan

untuk berkomitmen untuk mencintai, maka hubungan akan terjalin secara

stagnan (lurus) meskipun sudah kehilangan keintiman dan gairah di

dalamnya. Romantic Love, dimaknai sebagai kondisi ketika keintiman

dan gairah melebur menjadi satu, hal ini bisa ditemukan dalam hubungan

sepasang kekasih yang belum ada komitmen serius, sehingga hubungan

tersebut bisa saja berakhir. Companionate Love, dimaknai sebagai

kondisi ketika keintiman dan komitmen mendominasi hubungan, hal ini

dapat ditemui dalam hubungan persahabatan, di mana dalam hubungan

tersebut terdapat keintiman dan komitmen untuk menjaga hubungan

persahabatan tersebut. Fatuous Love, dimaknai sebagai kondisi ketika

gairah dan komitmen mendominasi, hubungan ini dapat ditemui pada

sebuah hubungan serius yang dilakukan dalam jangka dekat, di mana

komitmen tersebut terbentuk kkarena adanya gairah. Consummate Love,

dimaknai sebagai hubungan cinta yang sempurna karena memiliki 3

komponen penyusunya, meskipun membutuhkan usaha besar untuk

mencapai tahap ini, namun jika consummate love sudah dimiliki, maka

hubungan cinta seseorang dapat menjadi hubungan jangka panjang.

2.2.6. Analisis Framing

Analisis Framing sendiri merupakan metode analisis yang bertujuan

untuk membongkar isi pesan atau makna yang terdapat di dalam media
41

massa sekarang ini. Metode analisis framing ini digunakan untuk

mengetahui bagaimana realitas dibingkai dalam media. Dengan

demikian, realitas sosial akan dipahami, dimaknai dan dikonstruksi

dengan bentukan dan makna tertentu. Sebagai salah satu bentuk analisis

teks media, analisis framing termasuk kepada paradigma konstruksionis,

di mana paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan sendiri terhadap

suatu media.

Sobur (Sobur, 2009: 161) menjelaskan pada dasarnya analisis

framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,

khususnya untuk menganalisis teks media. Beterson lah orang pertama

yang memaparkan konsep ini pada tahun 1955. Pada awalnya, frame

diartikan sebagai struktur atau perangkat kepercayaan yang

mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang

menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.

Lalu, Goffman pada tahun 1974 membantunya untuk

mengembangkannya sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of

behavior) yang membawa para pembaca dalam membaca realitas.

Eriyanto (Eriyanto, 2012: 11) menyatakan, ada dua esensi utama dari

framing. Yaitu, bagaimana peristiwa dimaknai. Hal tersebut berhubungan

dnegan bagian yang tercantum di isi media ataupun tidak. Yang kedua

adalah bagiamana fakta itu ditulis. Poin ini berkaitan dengan pemakaian

kata, kalimat, dan visual untuk mendukung gagasan. Analisis Framing

yang digagas oleh William A. Gamson bersama Andre Modigliani


42

menjelaskan bahwa frame dipandang sebagai cara bercerita atau gugusan

ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstuksi

makna dari peristiwa yang berkitan dengan satu wacana.

Menurut Gamson (dalam Eriyanto, 2012: 221-222), dalam gerakan


sosial terdapat tiga bingkai, pertama Aggregate frame yaitu proses
pendefinisian isu sebagai masalah sosial. Bagaimana orang yang
mendengar frame tersebut akan sdar bahwa isu tersebut adalah masalah
yang memengaruhi setiap individu. Kedua Consensus frame, yaitu
proses pendefinisian yang berkaitan dengan masalah sosial hanya dapat
diselesaikan dengan tindakan kolektif. Ketiga Collective Action Frame,
yaitu proses pendefinisian yang berkaitan dengan kenapa harus
dilakukan tindakan kolektif. Kemudian Collective action frame
dikonstruksi oleh tiga elemen, yaitu Injustice frame yang ditandai
dengan konstruksi peristiwa, Agency frame berhubungan dengan
pembentukkan konstruksi siapa kawana atau lawan, dan Identify frame
untuk mengindentifikasi perbedaan individu dengan individu lainnya.
Dengan Framing, akan diketahui bagaimana perspektif yang

digunakan dalam menuliskan sebuah peristiwa dalam media. Perspektif

ini kemudian disebut sebagai kemasan (package) yang merupakan

rangkaian ide yang menunjukkan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa

mana yang relevan. Gamson memandang bahwa Framing dinilai

memiliki ide-ide sentral yang didukung oleh perangkat-perangkat wacana

seperti: kata, kalimat, dan bantuan visual gambar atau grafis. Kemudian,

semua elemen tersebut mengarah kepada suatu ide dan mendukung ide

sentral dari isi media tersebut. Berikut adalah perangkat framing model

Gamson dan Modigliani:

Tabel 2.1. Elemen-elemen pembingkaian model Gamson dan Moigliani


Frame
Central Organizing idea for making sense of relevant events, suggesting
what is at issues
Framing Devices Reasoning Devices
(Perangkat Framing) (Perangkat Penalaran)
43

1. Methapors 1.  Roots
Perumpamaan atau Analisis klausal atau sebab
pengandaian akibat
2. Catchprases 2. Appeals to principle
Frase yang menarik, kontras, Premis dasar, klaim-klai moral.
menonjol dalam suatu wacana.
3. Exemplaar 3. Consequence
Mengaitkan bingkai dengan Efek atau konsekuensi yang
contoh, uraian (bisa teori, didapat dari bingkai.
perbandingan) yang
memperjelas bingkai.
4. Depiction
Penggambaran atau pelukisan
suatu isu yang bersifat
konotatif. Depiction ini
umumnya berupa kosakata,
leksion untuk melabeli sesuatu  
5. Visual Image
Gambar, Grafik, citra yang
mendukunng bingkai secara
keseluruhan.  

Dalam analisis framing model Gamson dan Modigliani (dalam

Eriyanto, 2012: 225 ) ini, terdapat dua aspek penting yaitu perangkat

framing dan perangkat penalaran. Perangkat Framing lebih menekankan

pada aspek bagaimana kita melihat sebuah isu, perangkat ini

berhubungan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan

dalam teks, sedangkan Perangkat penalaran berhubungan dengan kohesi

dan koherensi dari teks tersebut yang merujuk pada gagasan tertentu.

Perangkat Framing sendiri terdiri dari Metaphors, catchprases,


44

exemplaars, depiction dan Visual Image. Metaphors dipahami sebagai

cara memindahkan makna dengan merelasikan dua fakta melalui analogi,

atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak,

sebagai, umpama, laksana. Catchphrases dimaknai sebagai bentuk kata

atau istilah (frase) yang mencerminkan sebuah fakta yang merujuk

pemikiran atau semangat sosial demi mendukung kekuatan tertentu.

Dalam sebuah teks atau dialog, wujudnya berupa jargon, slogan, atau

semboyan yang ditonjolkan. Exemplaars adalah cara mengemas atau

menguraikan fakta tertentu secara mendalam agar memiliki makna yang

lebih untuk dijadikan rujukan. Posisinya menjadi pelengkap dalam

kesatuan wacana atau bingkai pada sebuah teks atau dialog mengenai isu

tertentu. Tujuannya untuk memperoleh pembenaran isu sosial yang sedang

diangkat, bisa berupa contoh, uraian, teori, dan perbandingan yang bisa

memperjelas bingkai. Elemen berikutnya adala Depictions yang

merupakan penggambaran fakta atau isu tertentu dengan menggunakan

kalimat konotatif, istilah, kata, leksikon untuk melabeli sesuatu supaya

tertentu supaya khalayak terarah ke citra tertentu. Dengan tujuan

menguatkan harapan, kekuatan, posisi moral, dan perubahan. Serta

pemakaian kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangka, sehingga

mampu menempatkan seseorang atau pihak tertentu pada posisi tidak

berdaya karena kekuatan konotasinya mampu melakukan kekerasan

simbolik. Kemudian, Visual images, dimaknai sebagai perangkat yang

dalam bentuk gambar, diagram, grafik, diagram, tabel, kartun, dan


45

sejenisnya untuk mendukung dan menekankan pesan yang ingin

ditonjolkan.

Elemen-Elemen berikutnya merupakan bagian dari Perangkat

Penalaran yang terdiri dari Roots, Appeal to Principle dan Consequence.

Elemen yang pertama adalah Roots (analisis kausal), yang merupakan

pemberatan isu dengan menghubungkan suatu objek atau lebih yang

dianggap menjadi sebab timbulnya hal yang lain. Berikutnya ada Appeal

to Principle yang merupakan upaya memberikan alasan tentang

kebenaran suatu isu dengan menggunakan logika dan klaim moral,

pemikiran, dan prinsip untuk mengkonstruksi realitas. Elemen yang

terakhir adalah Consequence atau diartikan sebagai konsekuensi yang

didapat pada akhir pembingkaian tentang suatu isu tertentu dalam teks

atau dialog dalam media yang sudah terangkum pada efek atau

konsekuensi dalam bingkai.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka terbentuklah sebuah

kerangka berpikir dari penelitian :

Novel Friendzone:Lempar
Kode Sembunyi Hati Karya
Alnira

Dialog dan Narasi dalam Novel

Elemen Inti (Idea Element):


1. Konstruksi Realitas
2. Komunikasi Interpersonal
3. Komunikasi Gender
4. Intimate Relationship

Framing Devices
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif, adapun jenis

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, di mana data yang disajikan tidak

berupa angka-angka. Sugiyono (Sugiyono, 2011 : 9) mengemukakan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat dan

digunakan untuk meneliti objek ilmiah, di mana peneliti merupakan intrumen

kunci, dan hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna

dibanding generalisasi. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk

memahami fenomena atau gejala sosial dan lebih menitik beratkan pada

gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada merincinya

menjadi variabel-variabel yang terkait. Dalam penelitian kualitatif, peneliti

yang menjadi instrumen penelitiannya haruslah memiliki wawasan dan

referensi luas, dalam melakukan penelitian harus bersifat holistik agar dapat

menemukan hasil penelitian yang bersifat menyeluruh.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif


dan metode unobtrusive. Observasi unobtrusive biasa disebut sebagai
unobtrusive measures-unobtrusive methods non reactive methods
merupakan observasi yang tidak mengubah perilaku natural subjek.
Observasi jenis ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat
ataupun menyembunyikan identitas sebagai observer. Contoh observasi
unobtrusive methods adalah observasi yang dilakukan pada naskah, teks,
tulisan, dan rekaman audio visual, materi budaya (objek fisik), jejak-jejak
perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di museum, isi dari
buku-buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware techniques;
kamera, video, dll, rekaman politik, dan demografi (Babbie, 1998: 308).

46
47

Peneliti menggunakan metode ini, karena peneliti ingin melihat

pengekspresian perasaan yang dikonstrusi oleh gender dan berhubungan

dengan relasi intim dalam novel “Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati”

karya Alnira.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

kualitatif. Dalam penelitian ini, sumber data dibagi menjadi dua bagian, yakni

data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data pokok atau data utama. Dalam penelitian ini

yang termasuk data primer adalah narasi dan dialog dalam Novel

“Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati” karya Alnira yang

mengandung Metaphor, Catchphrases, Exemplaars, Depiction, dan

Visual Image serta Roots, Appeal to Principle, dan Concequence.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan atau pelengkap dari data primer

yang ada. Dalam penelitian ini data sekundernya berupa informasi

yang didapat dari literatur, jurnal, internet dan sumber-sumber lainnya

yang mendukung dan berhubungan dengan topik penelitian.

3.3. Korpus Linguistik

McEnery dan Herdie (McEnery dan Herdie, 2012: 1) memaknai bahwa

Korpus Linguistik sebagai sebuah bidang yang memfokuskan pada prosedur,

atau metode mempelajari, atau meneliti bahasa. Dalam Korpus Linguistik


48

kemudian dibagi lagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah Korpus

Linguistik Neo Firtihian yang merupakan gabungan dari pendapat beberapa

ahli yang awalnya dikemukakan oleh J.R. Firth yang kemudian didukung oleh

John Sinclair. Sinclair merupakan salah satu orang yang mmenggabungkan

pendapat J.R Firth dengan metode Korpus Linguistik. Dua hal yang kemudian

dijadikan fokus oleh Neo Firthian adalah Kolokasi dan Wacana (Discourse).

Kolokasi menunjukkan bahwa aspek penting makna sebuah kata bukan hanya

terkandung didalamnya tetapi juga bergantung pada kata lain yang

menyertainya. Caranya yaitu dengan meneliti pola yang muncul bersamaan

dalam korpus. Wacana (discourse) mengacu pada unit bahasa di atas

tingkatan kalimat. Sebuah karakteristik bahasa yang ditemukan dalam sebuah

kelompok teks atau lebih luas lagi dalam bahasa komunitas (McEnery dan

Herdie, 2012: 122, 123, 133)

Jika dilihat dari penjelasan di atas, penelitian ini dapat dilakukan dengan

metode Korpus Linguistik Neo-Firthian yang lebih berfokus pada Kolokasi, di

mana penelitian ini yang berfokus pada pengekspresian perasaan tokohnya

dapat diteliti dengan melihat satu kesinambungan dari narasi maupun dialog

yang terdapat di dalam novel "Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati"

karya Alnira.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan data–data yang

berupa pemaparan hasil penelitian dari narasi dan dialog dalam novel

“Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati” karya Alnira yang mengandung


49

Metaphor, Catchphrases, Exemplaars, Depiction, Visual Image, Roots,

Appeal to Principle, dan Concequence serta data berupa literatur, hasil

penelitian, jurnal serta internet yang mendukung peneliti agar mendapatkan

hasil penelitian yang memuaskan dalam bentuk despkriptif kualitatif. Peneliti

mengumpulkan data dengan teknik dokumentasi dan teknik unobtrusive.

Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2011: 329-330) Dokumentasi merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumentasi bisa berupa tulisan, catatan

harian, biografi, dokumen gambar, karya seni dan lain-lain. Dengan

menggunakan teknik dokumentasi, maka peneliti akan menelaah referensi-

referensi yang berhubungan dengan fokus penelitian, baik dalam bentuk

buku, internet, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik unobtrusive merupakan bagian dari observasi, namun unobtrusive

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah observasi yang dilakukan

pada naskah, teks, tulisan, dan rekaman audio visual, materi budaya (objek

fisik), jejak-jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di

museum, isi dari buku-buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware

techniques; kamera, video, dll, rekaman politik, dan demografi (Babbie,

1998: 308). Penelitian difokuskan dan dibatasi pada Novel Friendzone:

Lempar Kode Sembunyi Hati karya Alnira yang merupakan novel ke-8 nya,

dan diterbitkan oleh penerbit Grasindo pada Februari 2018, dengan jumlah

300 halaman. Serta lebih menekankan interaksi antara tokoh utama Ransi dan

Dira dalam pengekspresian perasaannya yang membangun relasi intim,

kemudian penelitian akan dilanjutkan menggunakan analisis framing, di mana


50

pembingkaian dilakukan untuk menemukan makna dan konstruksi gender

yang terbentuk antara dua tokoh dalam pengekspresian perasaan tokoh dalam

relasinya dengan Intimate Relationship. Dalam teknik pengumpulan data

untuk analisis framing model Gamson dan Modigliani, peneliti akan melihat

dialog dan narasi yang juga dapat dikategorikan dalam elemen-elemen

analisis (Methapor, Catchphrases, Exemplaars, Depiction, dan Visual Image

serta Roots, Appeal to Principle, dan Concequence) seperti kalimat, paragraf,

ilustrasi dan metafor.

Selain itu, untuk menemukan identifikasi level individual yang bertujuan

untuk menemukan keselarasan antara frame yang muncul dalam wacana

tekstual dengan respon interpretatif khalayak. Peneliti akan melakukan

wawancara pada satu pembaca novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi

Hati dengan bertanya mengenai relasi yang terjadi antara konstruksi gender

dan Intimate Relationship dalam novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi

Hati, jika dilihat melalui elemen-elemen analisis framing Gamson dan

Modigliani (Methapor, Catchphrases, Exemplaars, Depiction, dan Visual

Image serta Roots, Appeal to Principle, dan Concequence) yang telah

dijelaskan sebelumnya.

3.5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing model Gamson dan

Modigliani. Analisis framing model ini akan meneliti dan membongkar

makna yang terbentuk tergantung pada gagasan sentral yang didukung oleh

perangkat-perangkat wacana seperti: kata, kalimat, dan bantuan visual


51

gambar atau grafis. Untuk kemudian dibagi lagi menjadi elemen-elemen yang

mengarah pada gagasan sentral tersebut. Dalam analisis framing model

Gamson dan Modigliani satu bagian akan menjelaskan bagian lain. Inti dari

sebuah gagasan akan dipengaruhi oleh gagasan lain yang memiliki elemen-

elemen di mana elemen-elemen tersebut saling berkaitan satu sama lainnya.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan analisis data kualitatif. Menurut

Bogdan dan Biklen (dalam Sugiyono, 2011: 21-22) karakteristik penelitian

kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata

atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. Selain itu, analisis

kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah di mana peneliti adalah

instrumen kunci, serta lebih menekankan pada proses daripada produk dan

lebih menekankan makna.

Peneliti akan menganalisis pengekspresian perasaan tokoh yang

dikonstrusi oleh gender dan perkembangannya dalam relasi intim yang

terdapat dalam novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati karya Alnira

dengan cara menunjukkan elemen-elemen yang mengkonstruksi makna

melalui beberapa dialog dan narasi yang dituliskan oleh Pengarang yang di

dalamnya terdapat Metaphor, Catchphrases, Exemplaars, Depiction, Visual

Image, Roots, Appeal to Principle, dan Concequence.

3.6. Penyajian Data

Data yang diperoleh peneliti dari hasil framing novel "Friendzone:

Lempar Kode Sembunyi Hati", kemudian disajikan dalam bentuk uraian dan

tabel setelah peneliti melakukan teknik pengolahan data dengan membingkai


52

narasi dan dialog yang menunjukan makna dalam pengekspresian perasaan

dan berpengaruh pada relasi Intimate Relationship yang terkonstruksi oleh

gender, dilihat dari segi komunikasi gender, komunikasi interpersonal,

konstruksi realitasnya, serta penokohan. Dalam penyajian data, peneliti harus

dapat menyajikan secara sistematis sehingga data yang diperoleh dapat

menjelaskan dan menjawab permasalahan yang diteliti.


BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

4.1. Riwayat Penulis

Alnira adalah nama pena yang dipilih oleh penulis satu ini untuk berkarir

di dunia literasi, penulis asal Palembang ini dikenal karena karya-karya nya

yang lekat akan novel roman dan chicklit, yang membedakannya dengan

penulis novel genre roman yang lain adalah karyanya yang seringkali

mengangkat isu-isu yang sesuai dengan realita yang ada sehingga cerita yang

disajikan terasa dekat dengan pembacanya. Beberapa novelnya bahkan

berhasil menjadi novel best seller dan masuk rak rekomendasi di beberapa

kota yang ada di Indonesia. Mulai aktif menulis sebagai Author di Platform

Wattpad sejak 2014, akhirnya Alnira berhasil menerbitkan buku pertamanya

yang berjudul Crazy Proposal pada tahun 2017 dan sejak saat itu sampai

tahun 2019 ini, Alnira telah berhasil menerbitkan 16 Novel dengan genre

berbeda.

Alnira, memiliki ciri khas dari semua novel yang diterbitkannya, yaitu

selalu menggunakan karakter yang menggunakan topi lebar sebagai covernya.

Hal itu diungkapkannya dalam satah satu postingannya di Wattpad yang

bertajuk Diary Alnira, di mana Alnira bercerita mengenai dirinya sendiri

sebagai seorang penulis. Ia mengungkapkan bahwa seorang penulis haruslah

memiliki ciri khas, dan baginya perempuan dengan topi lebar mencerminkan,

seorang karakter yang memiliki sikap elegan dari karakter itu sendiri.

(https://www.wattpad.com/story/121089041-diary-alnira)

53
54

Selain sebagai seorang penulis, Alnira juga sering mengisi seminar,

workshop dan Talkshow diberbagai tempat untuk menyebarkan sikap

kecintaan akan literasi. Alnira dapat dilihat aktivitasnya melalui Twitter

(@alnira03), Instagram (@alnira_03), dan wattpad (Alnira03)

4.2. Tentang Novel

Gambar 4.1. Sampul Depan Novel "Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati"

Tabel. 4.1. Data Buku

Judul "Friendzone: Lempar Kode Sembunyi


Hati"
Penulis Alnira
genre Roman, Friendship, Chicklit, Slice of Life
Penerbit Grasindo
Tahun Terbit 2018
Cetakan Cetakan Pertama, 2018
Halaman 300
ISBN 978-602-452-842-3

Novel ini merupakan karya ke-8 Alnira yang merupakan salah satu novel

Best Seller. Dengan menggunakan sudut pandang Orang pertama sebagai

pelaku utama, di mana orang pertama di sini adalah Dira pembaca seakan-
55

akan diajak untuk ikut andil dalam kehidupan Dira. Novel ini memiliki

konflik yang seringkali kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

mudah bagi pembaca untuk ikut terbawa arus cerita ini. Pembaca akan merasa

penasaran degan perkembangan kisah cinta Dira dan Ransi, hingga diakhir

cerita nanti kita akan dihadapkan dengan konklusi konflik yang memuaskan.

4.3. Sinopsis Cerita

Cerita ini dimulai oleh Andira Ramadhani, seorang Financial Adviser

dan keempat sahabatnya yaitu Maya, Angga, Ransi dan Wisnu yang mulai

menjalin persahabatan mereka setelah acara reuni dengan teman SMP nya.

Setelah acara reuni tersebut, mereka yang semakin dekat memutuskan untuk

membuat sebuah perjanjian dengan tujuan agar tidak merusak persabatan

yang terjalin di antara mereka, yaitu untuk tidak jatuh cinta satu sama lainnya.

Namun sayangnya, menepati perjanjian itu tidaklah mudah, perjanjian itu

hanyalah tinggal perjanjian karena beberapa tahun setelah perjanjian itu

dibuat, tiga dari mereka melanggar perjanjian tersebut. Salah satunya adalah

Dira yang mencintai Ransi. Diantara keempat sahabatnya, Dira memang lebih

dekat dengan Ransi. Ransi yang selalu ada untuk Dira, Ransi yang selalu

bercerita kepada Dira, dan Ransi yang terkadang menyelipkan kode-kode

misterius yang tak pernah dimengerti Dira. Kedekatan tersebut jugalah yang

membuat Dira lama kelamaan merasa nyaman dan akhirnya menaruh

perasaannya pada Ransi, namun sayangnya Ransi yang terlalu cuek dan

rasional membuat Dira sulit untuk menebak bagaimana perasaan yang dmiliki

Ransi untuk Dira. Dira terkadang merasa bahwa Ransi juga memiliki
56

perasaan yang sama karena tingkah Ransi yang seringkali berlaku manis

kepada Dira, namun terkadang Dira ragu tentang perasaan Ransi karena Ransi

yang tak pernah mengatakan secara gamblang perasaannya. Bahkan

terkadang Dira merasa lelah dengan perkataan Ransi yang seolah memiliki

perasaan padanya namun terkadang juga terkesan dingin dan membatasi

perlakuannya hanya sebagai sahabat Dira. Berbagai kesalah pahaman juga

terjadi mengiringi perjalanan Dira dan Ransi, hingga nantinya Dira dan Ransi

akan menemukan suatu titik balik hubungan mereka.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan novel “Friendzone: Lempar Kode Sembunyi

Hati” karya Alnira cetakan 2018 sebagai obyek penelitiannya. Metode

penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Analisis

Framing model Gamson dan Modigliani yang bertujuan untuk membongkar

makna konstruksi gender dalam relasi Intimate Relationship pada novel

“Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati” ini.

5.1.1. Konstruksi Gender

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti akan

menjabarkan hasil penelitian menggunakan dua garis besar penjabaran yang

dibagi menjadi Elemen Inti (Idea Element) untuk mencari gagasan sentral

dalam novel dan perangkat penjelasannya yang merupakan bagian dari

elemen analisis framing yang terdiri atas dua sub bagian, yaitu Framing

Device dan Reasoning Device. Elemen Inti (Idea Element) akan terdiri dari

komunikasi gender, relasi komunikasi interpersonal, konstruksi realitas dan

teori intimate relationship. Perangkat penjelasannya akan terdiri dari

Framing Device yang dilihat dari segi Methapor, Catchphrases, Exemplaar,

Depiction dan Visual Image, sedangkan Reasoning Device akan terdiri dari

Roots, Appeal to Principle, dan Concequence.

57
58

5.1.1.1. Elemen Inti (Idea Element)

Novel dapat dikategorikan sebagai media massa yang bertujuan

untuk memberikan informasi pada masyarakat yang melebur bersama

narasi fiktif penulis novel. Sebagai budaya populer, novel kemudian

kembali digolongkan menjadi novel populer yang didominasi dengan

cerita romantis, dilihat dari perspektif komunikasi, novel mengandung

makna-makna dari sebuah tujuan yang ingin disampaikan penulis.

Makna-makna dalam novel ini memiliki sebuah gagasan inti yang

dibingkai sedemikian rupa melalui cerita oleh penulis, dalam penelitian

ini, peneliti ingin menemukan konstruksi gender dalam relasi Intimate

Relationship yang dibingkai oleh penulis novel pada novel “Friendzone:

Lempar Kode Sembunyi Hati”.

Alnira, menggambarkan dua tokoh utama dalam novel ini, yaitu Dira

dan Ransi sebagai dua manusia yang mewakili peran gender dalam

kehidupan sosial, di mana seorang pria dewasa digambarkan sebagai

seseorang yang menanggung beban tanggung jawab, menjaga, dan

memiliki ego tertentu untuk menjaga harga dirinya serta lebih banyak

menunjukkan perasaannya melalui tindakan dan sedikit berbicara.

Sedangkan perempuan dianggap sebagai seseorang yang meskipun

mandiri tetap membutuhkan perlindungan dan dituntut untuk dapat

menjaga diri. Menurut Deborah Tannen dalam percakapannya, pria dan

wanita memiliki perbedaan yang didasari oleh perbedaan budaya yang

menyebabkan munculnya kesalahpahaman pria dan wanita untuk


59

melakukan percakapan, karena adanya perbedaan budaya yang

membentuk pria dan wanita, percakapan yang dilakukan antara pria

wanita pun menjadi percakapan Cross-Culture (lintas budaya) dari segi

unsur pembentuk sosialnya. Unsur pembentuk sosial ini akan

mengkonstruksi realitas dari pria dan wanita, unsur-unsur yang akan

mengkonstruksi realitas tersebut meliputi latar belakang, usia, pendidikan,

dan pengalaman yang dimiliki. Konstruksi realitas pun ikut berperan

dalam mengkonstruksi gender seseorang, di mana gender merupakan

sesuatu yang muncul dari pengalaman yang diberikan lingkungan latar

belakang seseorang pada diri orang tersebut. Penelitian ini, melihat

konstruksi realitas yang terbentuk pada dua tokoh utama yaitu Dira dan

Ransi berdasarkan latar belakang dari kedua tokoh tersebut.

Dira adalah gadis berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai Finansial

Adviser, ia diceritakan sebagai anak diluar nikah yang ditolak oleh ibu

kandungnya dan kemudian diangkat oleh sepasang suami istri yang dalam

novel ini diceritakan sebagai Ayah dan Ibu yang sudah menganggap Dira

seperti anak kandungnya, Dira menjadi anak bungsu dari 6 bersaudara di

keluarga tersebut yang kemudian pada usia 19th, Ayah angkat Dira

meninggal yang menyebabkan ia berhenti dari kuliahnya dan memilih

untuk bekerja, setelah menemukan pekerjaan tetap sebagai Finansial

Adviser ia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya. Dira memiliki 4

orang sahabat yang sudah bersamanya sejak masa SMP dulu, sahabatnya

terdiri dari Angga, Wisnu, Ransi dan Maya, ketiga sahabat laki-laki Dira,
60

amat sangat protektif pada Dira dan Maya dan berusaha untuk menjaga

dua orang perempuan tersebut. Dira kemudian diceritakan memiliki

perasaan khusus pada Ransi.

Konstruksi realitas Dira digambarkan pada relasi Dira dengan ibu

kandungnya, orang tua angkatnya, sahabatnya dan juga pada Ransi

sebagai pria yang dicintai oleh Dira.

Konstruksi realitas Dira yang terbentuk melalui relasi Dira dengan

ibu kandungnya (Tante Mina) diceritakan pada bab 25, Pada usia 17

tahun Dira memberanikan diri untuk bertanya kepada orang tuanya,

mengenai kenyataan ‘apakah ia benar-benar anak kandung orang tuanya

atau tidak’, hal ini Dira tanyakan karena banyaknya kejanggalan dalam

keluarganya, seperti ibu yang melahirkan pada usia 25 tahun, selisih usia

Dira dengan kakaknya yang berselisih 17 tahun, dan salah satu kakak

Dira yang pernah mengatakan bahwa Dira merupakan anak angkat dan

ibu kandungnya yang tinggal di Tangerang dan sering dikunjungi

keluarga Dira pada saat ia liburan bernama Tante Mina, serta Tante Mina

yang selalu meminta Dira untuk memanggilnya dengan sebutan Mama.

Latar belakang mengenai hal ini terdapat dalam penggalan-penggalan

berikut:
61

Tabel. 5.1. Awal Pertemuan Mina dengan keluarga angkat Dira

Penggalan: Makna:
“Ibu dan keluarga Tante Mina itu Awal mula keluarga angkat Dira
tetangga satu kampung. Kami lumayan bertemu dengan Mina yang sedang
dekat. Sampai saat Mina datang kesini mengandung Dira namun dikucilkan
sambil menangis. Dia mengaku hamil oleh keluarga Mina, karena hal tersebut
dan dikucilkan oleh keluarganya. merupakan aib, bahkan keluarga Mina
Orang yang menghamilinya itu tak segan untuk menggugurkan
pacarnya yang dulu sama-sama kandungan Mina dengan cara kekerasan
bekerja di percetakan. Katanya mereka yaitu menginjak perut Mina.
khilaf. Pria itu nggak mau tanggung
jawab. Kakak pertama Mirna dan
omnya sudah mencari pria itu, cuma
dia nggak mau bertanggung jawab.
Hal ini aib besar bagi keluarga
mereka. Nyai (Ibu Tante) menyuruh
untuk menggugurkan kandungannya.
Bahkan Wak Cek (Kakak perempuan
Tante Mina) pernah menginjak
perutnya. Sampai Mina sudah tidak
tahan lagi dan lari kesini.” (Dalam bab
25: 251)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan di atas, diceritakan awal mula keluarga angkat Dira

menemui Mina dalam keadaan hamil, dalam penggalan tersebut

dijelaskan bahwa kehamilan Mina tidak diterima keluarganya dan

dianggap sebagai aib yang besar, hal ini seringkali dialami pada

kenyataan sehari-hari, di mana seorang wanita yang hamil di luar nikah

akan dianggap sebagai aib yang besar dan tidak diterima keluarga bahkan

dianggap sampah masyarakat.


62

Tabel. 5.2.Kesepakatan keluarga Mina dengan keluarga angkat Dira

Penggalan: Makna:
“Ibu Menampung Mina saat usia Keluarga angkat Dira menampung
kandungannya masih tiga bulan. Mina yang sedang dalam keadaan
Selama di sini, Ibu sering hamil, Ibu angkat Dira seringkali
memergokinya memakan nanas muda menemui Mina yang berusaha
ataupun ragi untuk membuat tapai. Ibu menggugurkan kandungannya, karena
tahu dia ingin menggugurkan janin itu. simpati keluarga angkat Dira
Ibu marah besar waktu itu. Sampai memutuskan untuk bertemu keluarga
akhirnya Ibu dan Ayah memutuskan Mina untuk membuat kesepakatan agar
untuk menemui keluarga Mina. Kami mereka dapat menganggkat bayi dalam
siap mengasuh anak yang ada di kandungan Mina (Dira) sebagai anak
kandungan Mina, mau itu laki-laki atau mereka.
perempuan, kami siap
membesarkannya. Setelah anak itu
lahir, anak itu menjadi anak kami. Itu
yang dikatakan ayah kamu.” (Dalam
bab 25: 251)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan berikutnya, diceritakan bahwa Mina berusaha

untuk menggugurkan kandungannya, yang membuat keluarga angkat

Dira merasa simpati akan bayi yang dikandung oleh Mina sehingga

keluarga angkat Dira memutuskan untuk membuat kesepakatan agar

dapat mengangkat bayi yang dkandung Mina sebagai anak kandung

mereka.

Dalam sebuah penelitian oleh Fitriana Diah Proboastiningrrum berjudul


“Studi Kasus Penyesuaian Diri dan Sosial Remaja Hamil di Luar Nikah”
pada tahun 2016, dinyatakan bahwa kehamilan yang terjadi di luar nikah
akan berdampak pada fisik dan psikis orang yang mengalaminya,
penerimaan dan penghakiman yang buruk dari lingkungan bahkan dari
keluarga sendiri akan menyebabkan remaja yang hamil di luar nikah
semakin terpuruk dengan oleh kesalahan yang telah dilakukannya, respon
negatif yang diberikan kepadanya akan mendorong remaja melakukan hal
yang tidak dibenarkan seperti aborsi sampai bunuh diri .
Sesuai dengan penelitian tersebut, dalam novel ini diceritakan
63

perilaku negatif yang dilakukan Mina pada kandungannya, yaitu

percobaan aborsi, hal ini dikarenakan respon negatif yang diberikan oleh

keluarganya, membuat kondisi psikis Mina tidak stabil dan menganggap

bahwa dengan aborsi semuanya akan kembali seperti sebelumnya.

Tabel. 5.3. Bentuk keperdulian ibu angkat Dira pada Dira kecil

Penggalan: Makna:
Aku mendekap mulutku saat Dira yang mendengar cerita ibu
mendengarnya. Bagaimana kedua angkatnya merasa bahwa keluarga
pasangan suami istri ini begitu berbaik angkatnya benar-benar memiliki
hati untuk menampung anak tak keikhlasan luar biasa karena berkenan
diinginkan? Padahal aku tahu mereka merawat Dira tanpa menghiraukan
sudah memiliki banyak anak, dengan kondisi keluarga mereka yang
kehidupan yang sederhana, bukan sederhana dengan banyak anak.
kehidupan yang bergelimang harta. Keluarga Mina menyetujui kesepakatan
“Akhirnya keluarga mereka setuju. yang diajukan keluarga angkat Dira.
Mina akhirnya kami rawat hingga saat Bahkan setelah lahir, Ibu angkat Dira
melahirkan tiba. Waktu Dira lahir, Ibu langsung memeriksa keadaan Dira kecil
langsung meminta bidan untuk karena takut bahwa percobaan
memeriksa keadaan Dira. Apa ada pengguguran yang dulu pernah
yang cacat atau kelainan karena Ibu dilakukan akan berimbas pada
takut upaya pengguguran janin itu kesehatan Dira kecil.
berpengaruh ke kamu” (Dalam bab 25:
251-252)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Penggalan di atas mennceritakan bagaimana keluarga Dira benar-

benar memerdulikan kondisi Dira kecil yang baru saja dilahirkan, niat

tulus keluarga angkat Dira membuat Dira merasa tersentuh.


64

Tabel. 5.4. Perlakuan Ibu Kandung Dira pada Dira Kecil

Penggalan: Makna:
“Ternyata setelah lahir, Mina masih Sikap Mina pada Dira kecil tidak
ingin melakukan hal-hal gila. Ibu berubah, karena ia tetap mencoba untuk
pernah memergokinya hampir membunuh Dira, hal ini menyebabkan
menenggelamkan Dira di bak mandi keluarga angkat Dira memutuskan
bayi. Untung saat itu ibu lihat. Dari untuk menjauhkan Mina dari Dira agar
situ itu menyuruh Mina untuk menjauh Mina dapat kembali ke kehidupan
dulu dari Dira. Ayah juga bilang lamanya, dan Dira akan diasuh
supaya Mina kembali bekerja dan sepenuhnya. Keluarga Mina pun
biarkan kami merawat Dira. Karena membantu untuk menyelesaikan
sesuai kesepakatan dulu, Dira memang administrasi untuk Dira bahkan berjanji
akan kami jadikan anak. Ayah dibantu untuk ikut membantu membesarkan
Mang Cik (adik laki-laki Tante Mina) Dira dari segi finansial namun
mengurus akte di catatan sipil. Saat itu sayangnya, hal itu tidak pernah
Tante Mina memutuskan merantau ke dilakukan, dan keluarga Mina hanya
Jakarta sedangkan Mang Cik sedang lepas tangan.
pendidikan kehakiman, juga berjanji
akan menyekolahkan Dira hingga
kemanapun. Walau nyatanya tidak
pernah terealisasi.” (Dalam bab 25:
252)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan berikutnya terdapat perilaku Mina yang masih

belum berubah, di mana Mina masih berusaha untuk membunuh Dira

kecil, hal tersebut memicu kemarahan keluarga angkat Dira yang

menganggap bahwa perilaku tersebut merupakan hal yang salah,

sehingga diputuskan untuk menjauhkan Mina dari Dira, agar Mina dapat

kembali ke kehidupannya, dan Dira akan sepenuhnya dirawat oleh

keluarga angkatnya tersebut. Dalam penggalan lain, diceritakan

bagaimana akhirnya hubungan yang terbentuk antara Dira dan ibu

kandungnya:
65

Tabel. 5.5. Relasi Dira dengan Ibu Kandungnya

Penggalan: Makna:
Beberapa kali Tante Mina memintaku Perasaan Dira mengenai ibu
untuk menolongnya. Aku sebenarnya kandungnya, yang terkadang meminta
ingin membantu keluarga mereka, tapi bantuannya. Dira masih merasa kesal
keluargaku di sini juga banyak yang jika ingat apa yang dilakukan ibu
harus aku bantu, makanya aku tidak kandungnya dahulu.
bisa rutin mengirimkan uang.
Aku bukan orang yang cukup berbaik
hati. Masih ada rasa kesal melingkupi
hatiku saat mengingat apa yang dulu
tengah dilakukan Tante Mina padaku.
Aku yang tak pernah diinginkan
bahkan sejak tumbuh di rahumnya.
(Dalam bab 26: 259)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dari penggalan di atas diketahui bahwa relasi Dira dengan ibu

kandungnya tidaklah akrab, karena Dira masih merasa sakit hati pada apa

yang telah dilakukan ibu kandungnya dulu, dari penggalan-penggalan

tersebut dapat dilihat bahwa konstruksi realitas yang terbentuk akibat

masa lalu membuat Dira tidak terlalu akrab dengan ibu kandungnya, ia

hanya sebatas menjalankan kewajiban sebagai seorang anak tapi tidak

seakrab Dira dengan ibu angkatnya.

Konstruksi realitas Dira juga dapat dilihat berdasarkan relasinya

dengan kedua orang tua angkatnya, di mana Dira tumbuh dengan kasih

sayang dan amat sangat dijaga oleh ayah angkatnya, meskipun ayahnya

tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya secara langsung. Hal ini

terdapat dalam penggalan-penggalan berikut:


66

Tabel. 5.6. Relasi Dira dengan Ayah angkatnya


Penggalan: Makna:
Aku menyelesaikan SD di Madrasah, Ayah Dira ingin mengenalkan Dira
karena Ayah ingin mengenalkan agama dengan agama sejak kecil untuk
padaku sejak kecil. Walaupun membentuk kepribadian Dira, dan
tempatnya sangat jauh dari rumah, tapi selalu menjemput Dira..
Ayah rela mengantar jemputku setiap
hari. Beliau hanya absen saat sakit dan
meminta kakakku mengambil alih
tugasnya untuk menjemput.
See? Betapa protektifnya ayahku
(Dalam bab 25: 246)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan tersebut, Ayah Dira ingin mengajarkan ilmu agama

pada Dira sejak dini, ayah Dira juga bersikap amat sangat protektif pada

Dira dengan cara selalu menjemput Dira sekolah meskipun jarak antara

rumah dan sekolah Dira sangat jauh. Ayah Dira digambarkan sebagai

orang yang sedikit berbicara dan lebih banyak bertindak, perannya

sebagai ayah membuatnya untuk lebih berhati-hati dalam menjaga anak-

anaknya.

Tabel. 5.7. Kedekatan Dira dengan Ayah angkatnya

Penggalan: Makna:
Ayah selalu datar. Satu-satunya yang Ayah Dira lebih banyak menunjukkan
aku sadari kalau ayah menyayangiku kasih sayangnya melalui tindakan
adalah, saat beliau akan pergi ke dibandingkan dengan menyatakannya
Tanah Suci., beliau memeluk tubuhku melalui lisan. Ayah Dira akan selalu
erat sambil menangis. Atau saat beliau menjaga Dira sampai nantinya Dira
divonis tidak akan bisa bertahan hidup menikah.
saat dirawat di King Abdul Aziz
Hospital, tapi beliau menyempatkan
diri untuk menelponku, menanyakan
sekolahku dengan suara serak yang
aku tahu berasal dari usahanya
menahan tangis.
Dibalik semua sikapnya aku tahu Ayah
menyayangiku. Aku tahu Ayah akan
67

selalu menjadi pasukan terdepan yang


membelaku. Sampai muncul seseorang
yang mengambil tugas Ayah selama
ini. Sosok yang akan aku jadikan imam
dan yang akan selalu aku hormati.
(Dalam bab 25: 249)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan tersebut dijelaskan bahwa meskipun ayah Dira

seseorang yang jarang berbicara, ia tetap menunjukkan rasa kasih

sayangnya pada Dira melalui tindakan yang ia lakukan bahkan sampai

akhir hayatnya.

Tabel. 5.8. Relasi Dira dengan Ibu angkatnya

Penggalan: Makna:
“Ayah sama Ibu nggak pernah Meskipun hanya anak angkat, keluarga
membandingkan Dira dengan anak- angkat Dira tidak pernah
anak yang lain, kan?” membandingkan Dira dengan anak
Aku menggeleng kuat. Tentu saja tidak. kandung mereka dan memperlakukan
Ibu dan Ayah memperlakukanku seperti Dira seperti anak kandung mereka
anak kandung sendiri. Bahkan aku sendiri.
mendapat kasih sayang lebih dari
kakak-kakakku. Sesuatu yang kadang
membuat mereka merasa iri padaku.
“Dira anak Ayah sama Ibu. Apapun
yang terjadi Dira anak kami” kata Ibu
sambil membawa tubuhku ke
pelukannya. Lalu kami menangis
bersama… (Dalam bab 25: 252-253)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan di atas diceritakan, bahwa meskipun bukan anak

kandung, Dira tetap mendapatkan porsi kasih sayang yang sama dengan

kakak-kakaknya bahkan orang tua angkat Dira cenderung lebih

menyayangi Dira, ini menyatakan bahwa meskipun Dira adalah anak

yang awalnya tidak diinginkan, ia tetap dibesarkan dengan penuh kasih

sayang oleh keluarganya. Selain itu, dapat diamati bahwa interaksi antara
68

ibu Dira dan Dira amat sangat akrab, terbukti dari bagaimana Dira dan

Ibu angkatnya menangis bersama dan saling berpelukan.

Berdasarkan latar belakang yang dimiliki Dira, pengalaman tersebut

mengkonstruksi realitas Dira, sehingga menempa Dira menjadi lebih

menjaga diri belajar dari apa yang dialami oleh ibu kandungnya. Hal

tersebut diceritakan dalam penggalan berikut:

Tabel. 5.9. Konstruksi sikap Dira karena masa lalu Mina

Penggalan: Makna:
Sejak mengetahui kenyataan Dira menjadi lebih menjaga dirinya
sesungguhnya tentang asal usulku. Aku setelah ia mengetahui apa yang terjadi
malah lebih menjaga diri. Aku tidak pada ibunya dulu, ia tidak ingin apa
mau jatuh ke lubang yang sama seperti yang ia alami akan dialami oleh
ibu kandungku. Aku tidak mau anakku anaknya nanti.
mengalami hal yang pernah aku
rasakan (Dalam bab 25: 253)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan ini, pengalaman yang terjadi sebelumnya,

menempa Dira dan mengkonstruksi realitas dalam diri Dira, yang

membuat ia belajar dari masa lalu untuk lebih berhati-hati di masa

depannya.

Selain relasi Dira dengan keluarga angkat maupun Ibu kandungnya,

Konstruksi realitas Dira juga dapat dilihat melalui relasi Dira dengan

sahabat-sahabatnya, Dira dan sahabat-sahabatnya sudah berteman sejak

SMP, terdiri dari 3 orang laki-laki yaitu Ransi, Wisnu dan Angga serta 1

orang perempuan bernama Maya. Dalam relasinya, hubungan Dira dan

sahabatnya terbentuk sangat dekat. Tiga orang sahabt laki-laki Dira


69

sangatlah menjaga Dira dan Maya agar tidak terjerumus ke dalam

pergaulan yang salah. Hal ini terdapat pada penggalan-penggalan berikut:

Tabel. 5.10. Relasi Dira dengan Angga

Penggalan: Makna:
Layaknya seorang kakak yang protektif Angga yang tahu bahwa Dira memiliki
terhadap adik kecilnya. Angga mulai kekasih, mulai memberikan nasihat
mengeluarkan petuah-petuahnya. pada Dira untuk menjaga dirinya.
“Jangan mau diapa-apain”
“Jangan pulang malem-malem sama
dia”
“Jangan ikut-ikutan dia nongkrong
sama klub mobilnya.” (Dalam bab 7: .
49)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan di atas, Angga yang merupakan salah satu sahabat

Dira, memberikan nasihat kepada Dira untuk menjaga dirinya saat

bersama kekasihnya, bagi Dira, Angga sudah dianggap seperti kakaknya

sendiri, lantaran sikap protektif yang ditunjukkan Angga secara langsung.

Tabel. 5.11. Relasi Dira dengan Wisnu

Penggalan: Makna:
Aku masuk ke kamarku dan Wisnu mengirimkan pesan kepada Dira
membaringkan tuuh di atas kasur. untuk menanyakan keberadaan Dira
Mengecek ponselku yang sedari tadi setelah diantar pulang oleh Ransi yang
bergetar saat itu sedang ada sedikit masalah
Wisnu Nugraha: Dianterin sampe dengan Dira
rumah, Dir? Apa diturunin di jalan?
Aku mendengus membaca pesan itu.
Andira Ramadhani: Sampai rumah.
(Dalam bab 13: 107)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Meskipun Wisnu tidak terang-terangan menjaga Dira, namun Wisnu

merupakan sahabat Dira yang seringkali menjadi tempat curhat Dira dan

juga mengetahui dengan benar perasaan Dira pada Ransi, karena Wisnu
70

juga mengalami apa yang Dira rasakan, yaitu jatuh cinta pada sahabatnya

sendiri, dalam hal ini, Wisnu jatuh cinta pada Maya. Bentuk perhatian

yang diberikan Wisnu biasanya berupa candaan dan terkesan usil.

Tabel. 5.12. Relasi Dira dengan Ransi

Penggalan: Makna:
Ragu-ragu aku naik ke atas motorku Ransi yang melihat Dira mengenakan
saat Ransi bersuara. “Nggak bawa rok, memutuskan untuk memberikan
celana?” tanyanya saat melihatku jaketnya pada Dira, agar Dira dapat
mengenakan rok. menutupi pahanya.
“Nggak.”
“Kebiasaan. Nih pakai.” Dia membuka
jaketnya, lalu memberikannya padaku
untuk menutupi paha. (Dalam bab 3:
23)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan di atas, merupakan salah satu bentuk relasi Dira

dengan Ransi, meskipun Ransi adalah seseorang yang jarang bicara,

Ransi menunjukkan perhatiannya pada Dira melalui tindakan. Di antara

sahabat-sahabatnya yang lain, Dira paling dekat dengan Ransi begitupula

sebaliknya. Karena perhatian-perhatian kecil yang diberikan Ransi inilah

yang kemudian membuat Dira jatuh cinta kepada Ransi.

Tabel. 5.13. Relasi Dira dengan Maya

Penggalan: Makna:
Aku menarik tubuh kurus Maya ke Dira menenangkan Maya yang baru
pelukanku. Dia mulai menangis saja putus dari pacarnya, Dira berusaha
kembali. untuk mendengarkan Maya dan
“Aku nggak tahu salah aku apa. Tapi, memberikan nasihat kepada Maya.
dia mutusin aku.” isaknya. Aku tidak
banyak bicara hanya mengusap lembut
kepalanya saja. Sampai tangisnya
sudah reda aku baru berani bicara.
“Mungkin ini cara Tuhan buat pisahin
71

kalian, May. Dia bukan yang terbaik.


Mungkin akan ada cowok lain yang
lebih baik dari dia yang bisa jagain
kamu. Bukan hanya jagain fisik kamu,
tapi menjaga harga diri kamu juga.
(Dalam bab 4: . 29)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan tersebut, dijelaskan bahwa Dira menenangkan

Maya yang sedih karena putus cinta, hubungan yang dimiliki Dira dan

Maya seperti sepasang saudara, karena dalam persahabatan mereka hanya

Dira dan Maya yang perempuan, maka mereka hanya memiliki satu sama

lain untuk berbicara dari hati ke hati. Dira dan Maya saling menjaga

perasaan satu dengan lainnya.

Terlepas dari hubungan persahabatan mereka, Dira memiliki

perasaan Khusus pada Ransi karena kedekatan mereka yang jauh lebih

dekat dibanding dengan yang lain, Dira dan Ransi juga lebih terbuka

pada satu sama lainnya, sehingga hal tersebut menimbulkan perasaan

lebih Dira pada Ransi.

Tabel. 5.14. Relasi Dira dengan Ransi yang melibatkan Intimate Relationship

Penggalan: Makna:
Aku ingat sekali kapan kali pertama Dira mengingat kali pertama
aku menyadari perasaan ini tidak lagi perasaannya pada Ransi mulai berubah
murni antara sahabat, tapi sudah menjadi cinta, yaitu, ketika ia melihat
berkembang menjadi cinta, saat ulang binar bahagia di mata Ransi ketika
tahunnya yang ke dua puluh dua. Aku mencicipi kue buatan Dira.
yang memang senang membuat kue,
kali pertama membuat kue tar khusus
untuknya. Saat dia mencicipi kue itu
aku melihat binar bahagianya. (Dalam
bab 3. .21)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Bentuk perhatian Ransi yang memberikan pujian pada kue buatan


72

Dira membuat Dira merasa dihargai hasil kerja kerasnya, hal tersebut

membentuk sebuah relasi yang lebih intim sehingga perhatian kecil

tersebut membuat Dira menaruh harapan lebih pada Ransi.

Alnira, menceritakan peran gender yang diwakili oleh Dira dan

Ransi, jika sebelumnya telah dibahas mengenai konstruksi realitas yang

terbentuk pada tokoh Dira, maka peneliti akan membahas mengenai

konstruksi realitas yang terbentuk pada tokoh Ransi. Konstruksi realitas

tokoh Ransi, juga dilihat melalui latar belakang yang digambarkan Alnira

mengenai tokoh Ransi, dikarenakan cerita ini menggunakan sudut

pandang Dira, maka kisah mengenai latar belakang Ransi diceritakan

secara sekilas dalam narasi pada novel ini.

Ransi merupakan pria berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai

seorang guru di sebuah sekolah standar internasional. Ayahnya juga

berprofesi sebagai seorang guru dan merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara, Ransi digambarkan sebagai seseorang yang jarang bicara dan

tertutup. Diantara sahabat-sahabatnya, hanya Ransi yang merupakan

lulusan S-2. Relasi Ransi dengan kedua orang tuanya cenderung tertutup,

Ransi digambarkan sebagai tokoh yang lebih banyak melakukan tindakan

dalam menunjukkan perasaannya dibandingkan melalui kata-kata. Hal ini

juga dapat dipengaruhi oleh profesi Ransi yang merupakan seorang guru

di sekolah berstandar internasional sekaligus anak pertama dalam

keluarganya, di mana hal tersebut, menuntut Ransi untuk menjadi

panutan dan selalu berusaha dengan baik, seperti pernyataan Leman


73

(Leman, 2009: 16) yang mengatakan bahwa anak pertama akan dididik

sebagai orang yang dapat melakukan segala sesuatunya sendiri. Hal ini

sesuai dengan apa yang terjadi pada Ransi. Meskipun begitu, dikeranakan

latar belakangnya yang dibesarkan oleh ayah yang merupakan seorang

guru, hal itu menjadi beban Ransi untuk menunjukkan eksistensi nya

yang juga bercita-cita menjadi guru. Hal ini terdapat dalam penggalan

berikut:

Tabel. 5.15. Ambisi Ransi untuk menunjukkan eksistensinya

Penggalan: Makna:
Namun, saat dia mengantarku pulang Dalam penggalan tersebut, Ransi
dia baru bercerita alasan sebenarnya. menyatakan bahwa dirinya hanya ingin
“Aku gak mau dikira KKN. Aku mau dihargai karena kesuksesannya sendiri,
cari kerja memang karena hasil aku, dan bukan dipengaruhi oleh kedudukan
Dir. Aku gak mau nanti kalau kinerjaku yang dimiliki oleh Bapaknya, serta ia
buruk, terus bapakku ikut dibawa- tidak mau membebankan Bapaknya,
bawa. Aku sudah kebayang kalau kerja apabila ia bekerja di tempat yang sama
di sana pasti jadi beban.” dan kinerjanya justru tidak sesuai
“Iya juga, sih.” dengan harapan. Maka dari itu, agar
“Aku tahu Mama pengin aku cepat nantinya tidak dipandang sebelah mata
dapat kerja. Aku juga maunya begitu. oleh orang lain, ia memilih untuk
Tapi, aku nerusin S-2 karena ingin meneruskan sekolahnya, ia bekerja
mengubah nasib, Dir. Dengan keras demi mencapai cita-cita yang ia
meningkatkan kualitas, aku juga gak miliki.
akan dipandang sebelah mata
nantinya. Niat aku juga dapet kerja.
Tapi, bukan di tempat yang sama
dengan Papa.” (Dalam bab 6: . 42-43)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan tersebut, dijelaskan bahwa Ransi ingin

menunjukkan eksistensinya tanpa harus dibayangi oleh nama Ayahnya,

yang juga berkecimpung dalam dunia yang sama dengan Ransi.

Dalam relasi Ransi dengan Dira, Ransi lebih banyak menunjukkan


74

perhatiannya pada Dira melalui tindakan-tindakan, Ransi sendiri

diceritakan juga memiliki perasaan yang sama pada Dira sejak lama, hal

tersebut jugalah yang membuat Ransi lebih nyaman bercerita kepada Dira

dibandingkan dengan sahabat-sahabatnya yang lain.

Tabel. 5.16. Interaksi Ransi dengan Dira

Penggalan: Makna:
“Kamu nggak coba jelasin sama mama Ransi bercerita pada Dira mengenai
kamu?” tanyaku. alasannya melanjutkan kuliah S-2,
“Aku belum berani ngomong, ini juga ketika itu belum ada yang mengetahui
ngomongnya baru sama kamu.” bahwa Ransi ingin melanjutkan
“Kenapa ngomongnya sama aku?” sekolahnya, Ransi baru bercerita hanya
“Kamu kan sahabat aku, Dir.” pada Dira karena Ransi merasa jauh
Lagi-lagi kata itu yang keluar dari lebih nyaman untuk bercerita pada
mulutnya. Dira.
“Ya kenapa aku? Kan ada yang lain?”
“Ya karena aku nyamannya cerita
sama kamu” ujarnya.
Aku diam. Awalnya aku pikir itu hanya
jawaban asal saja yang keluar dari
mulutnya. Tapi sejak saat itu dia selalu
menghubungiku ketika ada sesuatu
yang dianggapnya penting dan butuh
teman untuk berbagi. (Dalam bab 6: 43)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan tersebut Ransi bercerita mengenai alasannya

memilih melanjutkan kuliah dibandingkan bekerja, Ransi lebih memilih

untuk mengatakan hal tersebut pada Dira dibandingkan bercerita pada

orang tua dan sahabatnya yang lain. Dira dan Ransi yang diceritakan

dalam novel ini, mewakili peran gender masing-masing, yaitu feminin

dan maskulin. Peran gender yang dimiliki pria dan wanita sangatlah

berbeda.

Menurut Yulfita Rahardjo pada presentasinya dalam kegiatan


75

“Sosialisasi Penyusunan dan Penelaahan RKAKL yang Responsif


Gender” tahun 2010 lalu, menyatakan bahwa Gender menciptakan
status dan peran untuk perempuan dan untuk laki atau yang dianggap
patut untuk perempuan dan untuk laki‐laki. Misalnya status laki‐laki
disuatu keluarga atau masyrakat budaya tertentu adalah Kepala
keluarga, perannya sebagai mencari nafkah utama. Perempuan
berstatus ibu rumahtangga, peranya mengurus rumahtangga. Gender
juga mengatur relasi antara laki‐laki dan perempuan. Misalnya laki‐
laki sebagai pengambil keputusan untuk hal‐hal tertentu/ hal‐hal yang
dianggap penting. Perempuan menjalankan keputusan atau
perempuan pengambil keputusan untuk hal-hal yang sehari‐hari.
Pernyataan ini sesuai dengan yang terdapat dalam novel Friendzone:

Lempar Kode Sembunyi Hati”. Alnira, menceritakan tokoh Ransi yang

sebagai laki-laki yang penuh tanggung jawab dan memiliki ego nya

sendiri, lebih banyak bertindak dibandingkan berbicara, sedangkan tokoh

Dira digammbarkan sebagai perempuan mandiri yang emosional dan

mengungkapkan segala sesuatu secara gamblang. Hal ini terdapat dalam

penggalan-penggalan berikut:

Tabel. 5.17. Ego Ransi sebagai seorang Pria


Penggalan: Makna:
“Ransi udah kerja sekarang, Dir,” kata Maya memberitahu Dira bahwa Ransi
Maya waktu itu. telah bekerja, Maya menyampaikan
“Ya apa urusannya sama aku?” bahwa Ransi kemungkinan juga
“Kamu mau sampai kapan mau marah memiliki perasaan pada Dira, namun
sama dia?” merasa minder dengan penghasilan
Aku mengangkat bahu. “Aku rasa dia yang dihasilkan Ransi
itu juga suka sama kamu, tapi dia
malu. Kamu udah kerja, gaji kamu
besar. Dia belum jadi apa-apa.
Sekarang pun gaji dia juga masih di
bawah kamu.”
Menurutku terlalu konyol kalau dia
berpikir seperti itu. Walaupun aku tahu
masalah penghasilan itu sensitif. Tapi,
setiap orang yang baru memulai karier
pasti tidak langsung mendapatkan
penghasilan yang besar, kan? (Dalam
bab 13: 107)
76

(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Penggalan di atas merupakan salah satu bentuk konstruksi gender,

seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa pria berperan sebagai seorang

kepala keluarga nantinya, dan bertanggung jawab pada keluarganya,

budaya yang terjadi di lingkungan sekitar mengenai penghasilan pria

yang di bawah penghasilan perempuan masih merupakan hal tabu, pria

dengan penghasilan di bawah penghasilan perempuan seringkali

dianggap tidak mumpuni sebagai kepala keluarga. Pada penggalan di atas

Maya bercerita bahwa kemungkinan Ransi juga menyukai Dira namun ia

tidak percaya diri dengan penghasilannya, namun bagi Dira, meskipun

masalah penghasilan merupakan masalah sensitif namun itu merupakan

hal wajar.

Tabel. 5.18.Bentuk sikap tanggung jawab Ransi


Penggalan: Makna:
“Aku nggak mau membebani orang Ransi tengah menyampaikan
tua, Dir. Aku harus buktikan sama pendapatnya, bahwa ia ingin melamar
orang tua calonku nanti kalau aku bisa seseorang ketika ia merasa sudah
bertanggung jawab dengan anaknya. mampu untuk bertanggung jawab pada
Aku malu ngelamar anak orang kalau keluarganya
belum punya apa-apa, Dir.”
(Dalam bab 14: 127)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Pada penggalan di atas Ransi berkata bahwa ia baru berani melamar

seseorang apabila ia sudah mampu untuk bertanggung jawab pada

keluarga, karena bagi Ransi hal itu merupakan sesuatu yang fatal jika

nantinya ia menjadi seorang kepala keluarga.


77

Tabel. 5.19. Konstruksi gender Ransi


Penggalan: Makna:
“Aku nggak cueklah kalau sama istri Ransi sedang bercerita pada Dira bahwa
nanti. Aku pasti sayang sama dia,” ia akan memperlakukan istrinya dengan
ucapnya dengan suara berbisik. sayang, ia pun tidak keberatan jika
“Emang kamu cari yang gimana?” istrinya ingin berkarier, ketika Dira
tanyaku berpendapat bahwa ia ingin menjadi ibu
Ransi diam sejenak sebelum menjawab, rumah tangga setelah menikah nanti,
“Yang bisa ngerti aku. Kamu tahu kan Ransi pun mengemukakan pendapatnya
menurut orang aku ini aneh. Jadi bahwa ia juga tidak masalah pada ibu
istriku nanti harus orang yang sabar rumah tangga. Percakapan ini
menghadapi keanehan aku. Dan satu merupakan salah satu bentuk
lagi, aku nggak masalah sama wanita percakapan di mana Ransi
karier” ucapnya. mengemukakan mengenai perasaannya
“Oh kalau aku sih, kalau udah nikah pada Dira namun tidak secara
nanti nggak mau kerja lagi,” kataku gamblang.
cuek
“Oh, aku juga nggak masalah sama ibu
rumah tangga.” (Dalam bab 14: 127)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Penggalan di atas merupakan salah satu bentuk konstruksi gender, di

mana pada saat menikah, hal yang seringkali diperdebatkan adalah peran

perempuan nantinya, perempuan yang sudah menikah dianggap wajib

untuk menjadi ibu rumah tangga dan mengurus segala kewajiban rumah,

namun pada penggalan ini diceritakan bahwa Ransi tidak merasa masalah

pada apapun kegiatan yang dijalani istrinya nanti.

Pola komunikasi yang terjalin antara Dira dan Ransi pun dipengaruhi

oleh gender, komunikasi gender ini dapat dilihat melalui nilai dan

tingkah laku yang dilakukan oleh tokoh. Sandra Bem (dalam Connell

1987: 171-172) juga menyatakan bahwa untuk mengukur tingkat

maskulin dan feminin seseorang, dapat dilihat melalui ambisi yang

dimiliki, usaha yang dilakukan seseorang, rasa sayang akan seseorang


78

maupun sesuatu, dan kesukaan pada anak kecil. Serta Theodor Reik yang

berpendapat (dalam Connell, 1987: 168) bahwa terdapat perbedaan tajam

antara pria dan wanita dalam hal emosional.

Pola komunikasi gender antara tokoh Dira dan Ransi, terdapat dalam

penggalan-penggalan berikut:

Tabel. 5.20. Perbedaan pola percakapan Dira dan Ransi

Penggalan: Makna:
“Ran” panggilku. Dalam penggalan tersebut, Dira
“Hm.” bertanya mengenai pendapat Ransi
“Kalau salah satu diantara kita ada tentang sahabat mereka yang menjalin
yang jadian gimana?” hubungan lebih. Lalu Ransi berkata
“Ya… bagus” bahwa hal tersebut merupakan sesuatu
Aku menahan senyumku. Apa itu yang bagus. Dira menganggap
artinya ada kemungkinan untuk tanggapan Ransi tersebut sebagai salah
hubunganku dengannya? (Dalam bab 3: satu kemungkinan untuk menjalin
. 31) hubungan lebih dengan Ransi
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dialog di atas, menjelaskan perbedaan pola komunikasi pria dan

wanita. Dira memulai percakapan dengan pernyataan menggantung dan

disambung dengan pertanyaan untuk melanjutkan obrolan, sedangkan

Ransi langsung to the point pada pernyataannya untuk menjawab Dira.

Selain itu, Dira juga langsung membuat asumsi sendiri yang dia tangkap

melalui percakapan singkatnya dengan Ransi, hal ini sesuai dengan

pernyataan Mulyana yang menyatakan bahwa Wanita cenderung

menggunakan pertanyaan sebagai strategi memelihara pembicaraan, serta

memulai giliran berbicara dengan secara langsung mengakui andil

pembicaraan sebelumnya serta lebih sering membuat asumsi yang


79

diyakininya adalah suatu kebenaran, pria cenderung tidak mengakui apa

yang dikatakan sebelumnya, melainkan menyatakan pendapatnya.

Menurut Tannen (Tannen, 1990: 140) perbedaan pola percakapann laki-

laki dan perempuan didasari oleh perbedaan budaya. Tannen menyatakan

bahwa ketidakpahaman laki-laki dan perempuan pada gaya percakapan

dapat menimbulkan masalah baru. Pembicaraan laki-laki umumnya

terfokus pada pelayanan status dan kemandirian sedangkan perempuan

terfokus pada koneksitas. Perbedaan pola percakapan pria dan wanita

juga terdapat pada penggalan berikut:

Tabel. 5.21. Pemaknaan sikap Ransi pada Mega

Penggalan: Makna:
“Itu karena Aya, yang minta aku Dalam penggalan tersebut, Ransi
temenin dia ke wisuda Mega, ya nggak menyatakan bahwa ia memberikan
mungkin aku nggak bawa apa-apa. Ya bunga kepada Mega dalam acara
udah, aku beliin mawar putih, kan wisudanya, hanya sebagai bentuk
artinya tanda pertemanan.” pertemanan dan rasa sopan, namun bagi
“Aduh, Ransi! Kamu tahu nggak sih, Dira yang notabene seorang
cewek itu mau dikasih mawar putih perempuan, menyatakan bahwa hal
kek, hitam kek, ungu, kuning, namanya tersebut merupakan bentuk perhatian
dikasih bunga ya sama. Kamu cinta lebih pada perempuan
dia! Udah titik.”
“Jadi, nggak boleh ngasih cewek
bunga?” tanyanya sambil menatapku
“Ya iyalah, kalau cuma anggep dia
temen doang. Ceweknya jadi ke-ge-er-
an Ransi.” (Dalam bab 11: . 91)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Pada penggalan ini, Ransi diceritakan diminta untuk menemani

temannya yang bernama Aya untuk datang ke wisuda Mega, karena

merasa tidak sopan jika tidak membawa sesuatu, Ransi memutuskan

untuk membawa bunga yang kemudian disalah artikan Mega sebagai


80

bukti bahwa Ransi memiliki perasaan lebih pada Mega. Sebagai pria,

Ransi menganggap hal tersebut hanya sebatas sopan santun dan tidak

berpikir lebih bahwa hal tersebut dapat membuat Mega mengira bahwa

Ransi memiliki perasaan lebih kepadanya, pada penggalan di atas, Ransi

bercerita pada Dira yang langsung ditanggapi oleh Dira, bahwa semua

perempuan yang mendapatkan bunga dari dari seorang pria apapun

warnanya akan merasa bahwa pria tersebut memiliki perasaan suka pada

perempuan tersebut.

Berdasarkan dengan yang dinyatakan oleh Deborah Tannen, ketika

Ransi hanya menganggap bahwa ia tidak memberikan harapan lebih pada

Mega melainkan dengan pernyataan bahwa bunga yang diberikan sebagai

bentuk pertemanan saja, hal ini menggambarkan bahwa Ransi yang

notabene pria hanya fokus pada bagaimana ia menghargai Mega sebagai

temannya, dan membawa bunga agar dianggap sopan. Berbeda dengan

Mega yang beranggapan bahwa Ransi datang ke wisudanya dan

memberikan bunga mengartikan bahwa Ransi suka pada Mega, yang

sesuai dengan gambaran Tannen bahwa wanita lebih berfokus pada

hubungan dan koneksi yang dimiliki.

Hal ini menimbulkan kesalahpahaman sampai akhirnya Dira yang

juga seorang perempuan memberikan pandangan dari perspektif

perempuan mengenai apa yang dilakukan Ransi tersebut. Selain itu, hal

ini juga menggambarkan perbedaan tingkah laku antara pria dan wanita

yang sangat kontras, di mana seorang pria lebih menggunakan logikanya


81

dalam melakukan sesuatu, sementara seorang wanita akan lebih

menggunakan emosionalnya.

Hubungan yang terjalin antara tokoh Dira dan Ransi, tidak terlepas

dari adanya sebuah komunikasi interpersonal yang membentuk relasi

antara keduanya keduanya. Tahap awal pembentukan relasi tersebut,

dimulai dengan kontak yang membuat indra manusia bekerja untuk

menilai dan membentuk sebuah persepsi, di mana persepsi akan

memengaruhi keputusan seseorang untuk semakin mengenal. Mulyana

(Mulyana, 2014: 81) memaknai Komunikasi interpersonal sebagai

komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, yang memungkinkan tiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara

verbal maupun nonverbal. Alnira menceritakan dalam novel ini, bahwa

diantara sahabat-sahabatnya yang lain, Dira merasa lebih terikat pada

Ransi begitupula sebaliknya, hal ini dikarenakan Dira dan Ransi jauh

lebih memahami satu sama lain serta adanya rasa tertarik yang tumbuh

dalam diri keduanya. Hal ini terdapat dalam penggalan-penggalan

berikut:

Tabel. 5.22. Kontak antara Ransi dan Dira

Penggalan: Makna:
Aku merasakan butir-butiran hujan itu Ransi dan Dira terjebak dalam hujan,
mulai membasahi kami. Ransi dengan mereka memutuskan untuk berteduh.
cepat membelokkan motornya ke Saat berteduh, Dira memberikan Tisu
sebuah ruko. Aku turun dan mengelap pada Rannsi untuk mengusap wajahnya
lenganku yang basah dengan tisu. yang kebasahan, Ransi juga
“Nih.” aku memberikan tisu pada memberikan jaketnya pada Dira yang
Ransi. Dia menerimanya, lalu kedinginan, membuat Dira merasa
82

mengusap wajahnya yang sedikit seperti dipeluk oleh Ransi.


basah.
Kami berdua berdiri sambil
memandang hujan yang cukup deras.
Beberapa orang juga banyak yang ikut
berteduh di sini.
“Pakai nih. Dingin kan?” ransi
membuka jaketnya dan menyerahkan
padaku.
“Makasih.” aku langsung mengenakan
jaket itu. Wangi khas tubuh Ransi. Aku
jadi merasa dipeluknya (Dalam bab 4:
31)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan di atas, terbentuk sebuah konntak antara Dira dan

Ransi yang saling menunjukkan kepedulian satu sama lainnya, kontak

inilah yang akan membentuk sebuah persepsi yang menentukan awal

terbentuknya sebuah relasi.


83

Tabel. 5.23. Persepsi Dira tentang Ransi

Penggalan: Makna:
Ya, aku tidak bisa mengekang rasa Dira merasa perasaannya pada Ransi
cintaku kepada Ransi, sekuat apa pun semakin tumbuh, hal ini dikarenakan
aku berusaha untuk menghindarinya. sikap baik Ransi yang dilakukan Ransi
Ternyata perasaan cinta itu juga dengan sikap dingin sehingga bagi Dira
semakin kuat. Salahkan dia yang hal tersebut terlihat keren.
bersikap baik dengan cara yang dingin
kepadaku. Sehingga dia terlihat cool
dan keren di mataku. (Dalam bab 5: 33)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dalam penggalan di atas, terdapat pernyataan yang menunjukkan

bahwa perilaku Ransi yang baik dengan ditunjukkan melalui sikap

dinginnya, membuat sebuah persepsi terbentuk dalam diri Dira, bahwa

Ransi dan sikapnya sangatlah keren dan membuat Dira semakin jatuh

cinta.

Tabel. 5.24. Sikap terbuka Ransi dengan Dira


Penggalan: Makna:
Aku mendengus. “Ini masukin Dira meminta Ransi untuk
password-nya.” memasukkan password ponselnya,
“Kamu aja yang ketik, jasmerah namun Ransi jutstru memberitahukan
password-nya” pada Dira password ponselnya tersebut,
“Idih, dikasih tahu,” kataku sambil karena bagi Ransi, tidak ada yang Dira
mengetikkan kata itu di laptopnya. tidak tahu, karena sudah tidak ada
“Sama kamu ini, aku bilang kan udah rahasia diantara mereka.
nggak ada rahasia.”
Katanya sambil mengusap kepalaki. Ya
Tuhan, gimana caranya aku bisa move
on? (Dalam bab 10: 84)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Pada penggalan ini dijelaskan, bahwa karena relasi yang terjalin

antara Dira dan Ransi sangat dekat, bagi Ransi ia sudah tidak memiliki

rahasia apapun untuk disembunyikan pada Dira, dari nonverbal yang


84

ditunjukkan oleh Ransi pada Dira pun menunjukkan bahwa Ransi

menyayangi Dira, terlihat dari bagaimana Ransi mengusap kepala Dira,

hal ini membuktikan bahwa pada hubungan Dira dan Ransi terjalin

sebuah relasi komunikasi interpersonal yang sangat dekat.

Pada hubungan Interpersonal, dikenal sebuah istilah yaitu Intimate

Relationship, di mana Intimate Relationship diartikan sebagai hubungan

interpersonal yang melibatkan sentuhan dan emosi seorang individu,

Intimate Relationship seringkali dikategorikan sebagai hubungan cinta

antara laki-laki, namun dapat dikategorikan pula sebagai hubungan dekat

yang terjalin antara teman, keluarga, atau kolega. Seperti persahabatan,

hubungan cinta (Intimate Relationship) juga dipegaruhi oleh budaya dan

gender. Hubungan yang terjalin antara Dira dan Ransi, pada awalnya

diceritakan sebagai sahabat dekat, namun tanpa keduanya sadari,

keduanya saling memendam perasaan untuk satu sama lainnya, hal ini

membangun sebuah Intimate Relationship yang lebih dari sekedar

sahabat karena melibatkan sebuah emosi di dalamnya. Hal ini terdapat

dalam penggalan berikut:


85

Tabel. 5.25.Kontak fisik yang melibatkan emosional Dira dan Ransi

Penggalan: Makna:
Saat dia akan menyalakan mesin Ransi meng-input sidik jari Dira di
motornya, Ransi memanggilku. Walau handphone nya, karena bagi Ransi tidak
bingung aku mendekat padanya. ada yang perlu dirahasiakan dari Dira,
“Kenapa?” Ransi menarik tangan maka ia juga melakukan hal tersebut
kananku, lalu meletakkannya di finger agar hanya Dira yang bisa membuka
print ponselnya. Aku diam tak berkutik ponselnya selain Ransi sendiri.
saat Ransi menekankan telunjukku ke Dira yang tangannya bersentuhan
ponselnya. Tangan besarnya dengan tangan Ransi merasakan
melingkupi tanganku, dan getaran itu kembali perasaannya pada Ransi.
kembali. Setelah mati selama setahun
terakhir, debaran itu kembali tumbuh
di hatiku.
“Nah, selesai. Sekarang selain aku,
cuma kamu yang bisa buka-buka
handphone-ku,” katanya sambil
memasang senyum manisnya. (Dalam
bab 14: 129)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Pada penggalan tersebut, perilaku yang ditunjukkan Ransi

menunjukkan bahwa Ransi memiliki perasaan yang lebih dari sahabat

dengan Dira, ia tidak ingin menyimpan rahasianya dari Dira. Pada saat

itu pun, terjadi sebuah kontak fisik yang memunculkan perasaan suka

Dira kembali. Hal ini akan kembali menumbuhkan sebuah ikatan dalam

mempererat intimate relationship yang terjalin antara Dira dan Ransi.

Tabel. 5.26. Kode Ransi pada Dira

Penggalan: Makna:
Dia tersenyum lalu menyuruhku duduk. Ransi mengajak Dira makan, saat itu ia
Tidak lama kemudian Ransi membawa memberitahukan Dira, apabila ia makan
nampan berisi makanan. Dia memesan dengan Ransi, maka Dira harus
nasi paket, yang terdiri dari nasi, membiasakan dirinya dengan
ayam, dan minum. kesederhanaan Ransi, seolah-olah, ia
“Kamu harus nyesuaiin diri kalau akan terus mengajak Dira makan
perginya sama aku,” katanya sambil bersama.
menaruh makanan itu di depanku.
86

“Maksudnya?”
“Ya, selera makan kamu yang mahal
itu harus diturunin dikit kalau perginya
sama aku, Dir. Dibiasain ya?”
Aku cukup tercengang dengan
ucapannya, dan langsung mengangguk.
Lalu dia langsung berjalan menuju
wastafel untuk mencuci tangan. (Dalam
bab 15: 140)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Penggalan di atas juga menunjukkan sikap Ransi yang berbeda

dengan Dira, hal ini terdapat dalam penggalan bahwa Dira harus

membiasakan dirinya ketika makan dengan Ransi, seolah-olah mereka

akan sering pergi dan makan bersama. Bahkan, sikap Ransi ini membuat

Dira sempat tercengang.

Penggalan-penggalan tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh

Lord Byron (dalam DeVito, 2015: 218) sebelumnya bahwa ketika

berkomunikasi dengan orang yang dicintai, biasanya seseorang akan

berbicara dengan lebih lembut dan banyak mengungkapkan kalimat-

kalimat santun seperti “terima kasih”, “tolong”, dan lain-lain.

Komunikasi yang terjalin juga akan lebih intim, termasuk

mengungkapkan rahasia yang tidak pernah diberitahukan kepada orang

lain disertai dengan gestur-gestur khusus yang di dalamnya terdapat

makna tersembunyi mengenai keintiman yang terjalin.

Pada komunikasi yang terjalin antara Dira dan Ransi pun terdapat

sebuah keintiman yang ditunjukkan lebih banyak melalui non-verbal nya,

bagaimana Ransi mengijinkan Dira untuk membuka ponsel yang


87

notabene merupakan benda yang penuh privasi. Sampai dengan senyum

dan kontak fisik yang memunculkan keintiman tertentu diantara Dira dan

Ransi.

Dalam novel ini, bentuk konstruksi gender dalam intimate

relationship yang digambarkan Alnira berkembang seiring berjalannya

cerita, Alnira menceritakan kejadian-kejadian yang banyak terjadi dalam

hubungan persahabatan antara pria dan wanita yang kemudian

berkembang menjadi sebuah hubungan romantis di dalamnya di mana hal

tersebut akan dikonstruksi oleh gender seseorang. Konstruksi gender

yang ingin disampaikan oleh Alnira dalam novel ini pun akan dijabarkan

menggunakan perangkat penjelasannya yang terdiri atas framing devices

(perangkat framing) dan reasoning devices (perangkat penalaran).

V.1.1.2. Perangkat Penjelas

Gagasan-gagasan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis novel

dalam teks novel, didukung oleh penggunaan simbol untuk menekankan

sebuah makna yang dikembangkan dalam teks. Alnira menuangkan

gagasannya mengenai konstruksi gender dalam intimate relationship pada

beberapa narasi dan dialog yang ada dalam novel ini, di mana untuk

menjabarkan makna yang ingin disampaikan dalam penggalan tersebut

akan dijelaskan melalui perangkat penjelasannya yang terdiri atas dua sub

bagian, yaitu perangkat pembingkai (Framing Devices) dan perangkat

penalaran (Reasoning Devices)


88

a. Perangkat Pembingkai (Framing Devices)

Elemen-elemen pembingkai yang terdiri dari Methapor,

Catchphrases, Exemplaar, Depiction dan Visual Image.

1) Methapors

Alnira mendeskripsikan sebuah pengekspresian perasaan

cinta yang dikonstruksi oleh gender menggunakan metafora

(Metaphors) dalam penggalan-penggalan berikut:

Tabel. 5.27. Elemen Metaphors dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
“Hahaha, kamu tahu nggak. Kalau Ransi mengumpamakan Dira sebagai
diibaratkan, kamu itu sungai dan aku aliran sungai, dan dirinya merupakan
lautnya.” laut. Ransi mengatakan hal tersebut,
“Maksudnya?” dengan tujuan untuk memberitahukan
“Kamu tahu nggak? Air sungai itu kepada Dira, bahwa ke mana pun Dira
bermuaranya ke mana?” pergi, dengan siapa pun Dira memiliki
“Laut?” kekasih, pada akhirnya Dira akan tetap
“Nah, itu tau. Jadi mau ke mana pun kembali kepada Ransi
alirannya, air sungai itu tetap
bermuara ke laut. Cuma itu aja yang
perlu kamu inget,” katanya sambil
mengusap kepalaku. (Dalam bab 20:
198)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dibagian ini, Ransi mulai terbuka akan perasaannya pada

Dira, Ransi mengibaratkan dirinya sebagai Laut dan Dira sebagai

sungai, yang berarti ke mana pun Dira pergi, melabuhkan

hatinya, pada akhirnya Dira akan tetap kembali pada Ransi. Ransi

mengatakan pada Dira, bahwa yang harus Dira ketahui adalah,

pada akhirnya nanti mereka akan tetap bersama-sama.


89

Penggalan ini menyiratkan, bahwa sebuah perasaan yang

kuat, akan menggerakkan seseorang untuk terus menjalin sebuah

relasi intim pada orag lain.

Tabel. 5.28. Elemen Metaphors dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
“Itu kunci aku kasih buat kamu. Ransi mengumpamakan perasaan
Memang nggak kasatmata, sama kaya cintanya pada Dira seperti sebuah
perasaan aku ke kamu. Nggak bisa kunci, meskipun tidak terlihat, namun
dipegang tapi bisa kamu rasa. Aku Dira dapat merasakannya. Ransi hanya
kasih kunci itu ke kamu, yang artinya memberikan perasaannya kepada Dira,
kamu adalah satu-satunya wanita yang satu-satunya perempuan yang akan
punya akses untuk jadi istriku. Dan menjadi istrinya, dan perasaan yang ia
kunci itu gak ada duplikatnya,” miliki hanya diberikan untuk Dira dan
katanya sambil mencium tanganku tidak diberikan kepada orang lain, yang
yang sedang digenggamnya. (Dalam merupakan komitmen Ransi, bahwa ia
bab 23: 234) akan mencintai Dira seumur hidupnya.
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dira, yang pada dasarnya membutuhkan penjelasan, meminta

penegasan pada Ransi akan perasaan Ransi pada Dira. Dalam hal

ini Ransi mengatakan bahwa perasaannya adalah sebuah kunci

untuk memasuki hatinya, di mana Dira adalah satu-satunya

perempuan yang Ransi cintai, ia memberikan seluruh

perasaannya hanya kepada Dira. Karena Dira telah menguasai

perasaan Ransi, itu artinya hanya Dira yang kelak akan menjadi

istri Ransi satu-satunya. Ia berkomitmen bahwa, perasaan yang

dimilikinya untuk Dira tidak akan ada duplikatnya, perasaan cinta

itu hanya diberikan Ransi khusus kepada Dira.

Dialog Ransi ini menyiratkan, bahwa dalam sebuah

hubungan cinta dibutuhkan sebuah komitmen untuk melengkapi


90

segitiga cinta yang sempurna, seperti yang dinyatakan oleh

Sternberg bahwa cinta yang sempurna terdiri dari tiga komponen

yang terdiri atas keintiman, gairah dan keputusan/komitmen.

Dalam penggalan ini,, Ransi sudah memiliki keintiman yang

terbangun awalnya dalam hubungan persahabatan, secara fisik

pun Ransi sudah memilikinya, hubungan ini kemudian dilengkapi

oleh Ransi dengan berani berkomitmen pada Dira untuk

menjadikan Dira, satu-satunya wanita yang akan menjadi

istrinya.

Tabel. 5.29. Elemen Metaphors dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
Ransi tersentak dari lamunannya, lalu Ransi sedang melamunkan masa
tiba-tiba berkata, lalunya, dan ia tersadar bahwa selama
“Aku salah selama ini,” bisiknya. ini, ia lah orang yang selalu
Dira mengerutkan keningnya bingung. membutuhkan kehadiran Dira, dan
“Salah apa?” selalu mencari Dira. Ia sadar bahwa
“Selama ini aku bukan laut, tapi selama ini ia adalah sungai dan Dira
sungai.” Lautnya, ke mena pun Ransi pergi,
Dira semakin bertambah bingung. Dia hanya Dira tempatnya untuk pulang
duduk lalu menangkup pipi Ransi
dengan kedua tangannya.”Kamu
ngomong apa sih? Capek ya abis
kerja?”
Ransi menatap mata Dira. “Aku baru
sadar selama ini aku yang selalu cari
kamu, aku yang selama ini butuh kamu.
Aku yang selama ini sungai, kamu yang
jadi lautnya.” (Dalam bab Epilog: 299)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Setelah berjalannya waktu, Ransi menyadari bahwa selama

ini, Dira adalah tempatnya untuk pulang, Ransi yang sangat

mencintai Dira, selalu membutuhkan kehadiran Dira


91

disampingnya, dan ke mana pun Ransi pergi, ia tetap hanya akan

berakhir pada Dira, oleh karena itu, ia mengatakan bahwa selama

ini ia salah, selama ini Ransi adalah sungai dan Dira adalah

lautnya.

2) Catchphrases

Elemen Catchphrases dalam novel ini, terdapat pada

penggalan berikut:

Tabel. 5.30. Elemen Catchphrases dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
Aku menggeleng. “Itu khusus untuk Dira memiliki sebuah e-mail berisi
orang yang serius mau melamar aku, masa lalunya, yang hanya boleh dibaca
Ran, calon imam aku. Kamu harus jadi oleh pria yang serius untuk
orang itu dulu kalau mau baca itu,” melamarnya, Ransi yang ingin
tegasku. membacanya tidak diperbolehkan oleh
Dia menganggukm lalu kami sama- Dira, kecuali, jika Ransi serius ingin
sama diam. Tidak ada percakapan lagi menjadi suami Dira, maka Dira akan
hingga Ransi membereskan semua mengijinkannya. Ransi tidak secara
barang-barangnya dan bersiap pulang. gamblang menyebutkan tekadnya untuk
Aku mengantarnya sampai ke depan melamar Dira, namun ia menyatakan
pintu. Aku kira tidak akan ada bahwa jika ia benar-benar serius
percakapan lagi, tapi Ransi berbalik mencintai seorang gadis, maka ia akan
dan memandangku. Wajahnya serius berusaha keras untuk mengejar gadis
sekali saat ini. tersebut.
“Perlu kamu tahu, Dir, kalau aku suka
sama orang, aku yang akan datang
sendiri untuk kejar Dia.” (Dalam bab
18: 164)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Catchphrases dimaknai sebagai frase khas cerminan fakta

yang merujuk pada pemikiran atau semangat akan suatu hal.

Dalam penggalan ini, Dira memberitahukan pada Ransi bahwa ia

memiliki sebuah kisah masa lalu yang hanya boleh dibaca oleh

calon suaminya kelak, ketika Ransi meminta untuk membacanya,


92

Dira menyatakan bahwa Ransi harus menjadi calon suaminya

terlebih dahulu untuk dapat membaca hal tersebut. Pernyataan

Dira ini memantik sebuah keyakinan dalam diri Ransi, sehingga

Ransi menyatakan dengan sungguh-sungguh akan tekadnya,

bahwa jika ia mencintai seorang wanita, maka ia yang akan

bergerak unruk menghampiri dan mengejar wanita tersebut.

Tabel. 5.31. Elemen Catchphrases dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
Aku menggenggam erat tangannya. Dira menegaskan bahwa dulu ia juga
“Kamu tahu, Ran, aku dulu juga pernah hidup susah bahkan sampai
pernah susah. Kamu tahu kan kalau harus berhenti kuliah, maka ia
aku dulu harus berhenti kuliah karena menegaskan pada Ransi, bahwa
ayahku meninnggal? Harus kerja untuk nantinya jika mereka menikah,
cari biaya kuliah. Aku bukan anak penghasilan Ransi yang tidak sebesar
orang kaya yang manja, kita bisa teman-temannya yang lain bukanlah
sama-sama cari uang, kan?” sebuah masalah, karena mereka bisa
“Justru kamu pernah hidup susah mencarinya bersama-sama. Namun bagi
jadinya aku nggak mau ngajak kamu Ransi, justru karena Dira pernah hidup
susah lagi.” (Dalam bab 23: 231) susah. Ketika menikah dengannya, ia
tak ingin Dira merasakan kesusahan itu
lagi.
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Dibagian ini, Dira menegaskan bahwa, jika nantinya Ransi

dan Dira menikah, maka Dira tidak akan mempersoalkan masalah

materi, karena dahulu, Dira pernah mengalami hidup yang cukup

sulit. Ia merasa bahwa masalah materi dapat diselesaikan

bersama-sama, namun bagi Ransi ia sudah bertekad untuk

membahagiakan Dira sebagai istrinya nanti, justru karena ia

mengetahui keadaan Dira dahulu, ia tidak ingin Dira

merasakannya kembali.
93

Dalam penggalan di atas sosok pria yang digambarkan

melalui tokoh Ransi, dibentuk sebagai pihak yang bertanggung

jawab pada apa yang telah menjadi keputusannya, di mana pria

berperan untuk mengejar seorang perempuan dan digambarkan,

jika berani untuk berkomitmen maka harus bertanggung jawab

dalam menafkahi keluarganya dengan mengerahkan seluruh

kemampuannya. Alnira menggambarkan pula realita yang sering

terjadi, di mana dalam rumah tangga hal-hal yang menyangkut

materi merupakan hal yang cukup sensitif, sehingga harus

dibicarakan secara perlahan.

3) Exemplaars

Penggunaan elemen exemplaars terdapat pada penggalan

berikut:

Tabel. 5.32. Elemen Exemplaars dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
“Kamu yakin suka aku dari tujuh tahun Ransi mempertanyakan, jika memang
lalu, tapi kamu jadian sama orang lain, Dira menyukainya sejak tujuh tahun
Dir,” katanya sambil menatap tajam lalu, kenapa Dira tetap berpacaran
padaku. dengan orang lain sebelumnya. Bagi
“Tapi itu kan karena kamu nggak ada Dira, hal itu wajar, karena Ransi tidak
kepastian! Wajar kalau aku berusaha pernah menyatakan secara langsung
melupakan kamu.” (Dalam bab 28: perasaannya kepada Dira
278)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Elemen Exemplaars dimaknai sebagai elemen yang

melengkapi sebuah pernyataan untuk membenarkan suatu


94

perspektif tertentu. Pada penggalan di atas, Dira menjadikan

pernyataannya sebagai pembenaran perspektifnya, di mana dalam

menunggu jelasnya perasaan Ransi dahulu, tidak salah jika ia

berkencan dengan orang lain, karena menunggu Ransi tanpa

kepastian merupakan sesuatu yang sia-sia. Ia berkencan dengan

orang lain, dengan tujuan untuk belajar melupakan perasaannya

pada Ransi.

4) Depiction

Elemen Depiction dalam novel ini, terdapat pada penggalan

berikut:

Tabel. 5.33.Elemen Depiction dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
“Dir, rasa itu bisa datang dengan Kakak Dira membandingkan Ransi dan
sendirinya. Kamu jangan nutup mata. Zaki. Zaki dinilai lebih stabil dalam hal
Ransi nggak ada kepastian. Si Zaki pekerjaan dan lebih siap untuk melamar
kayaknya kalau kamu pancing dikit Dira dibanding Ransi yang hanya
juga udah siap ngelamar. Kalau sama seorang guru.
Zaki kamu nggak harus nunggu dua
tahun, Dir. Dia udah punya rumah,
mobil, kerjaan. Dia juga mapan.
Apalagi yang kamu cari?” (Dalam bab
22: 214)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Depiction, merupakan penggambaran fakta menggunakan

sebuah istilah yang dapat memancing asumsi pembaca akan

sebuah permasalahan. Pada penggalan di atas, dialog yang

dilontarkan oleh Kakak Dira menjabarkan perbandingan antara

Zaki dan Ransi. Dalam dialog ini, dijelaskan bahwa Zaki dinilai
95

lebih siap untuk menikah dengan Dira dibandingkan Ransi yang

tidak ada kejelasan, dari segi finansial dan kejelasan hubungan,

bagi Kakak Dira, Zaki akan jauh lebih siap, dibandingkan Ransi

yang masih baru menjadi seorang guru, dinilai secara finansial

belum lah siap. Hal ini menegaskan, bagaimana seobuah kesiapan

laki-laki dalam menikahi seorang perempuan dinilai dari segi

finansialnya.

Dialog kakak Dira ini, menyiratkan bahwa ada sebuah

penilaian tertentu yang dikenakan pada kaum pria dalam hal

tanggung jawab dan kesiapan menikah, yaitu kondisi finansial

sang pria.

b. Perangkat Penalaran (Reasoning Device)

Konstruksi gender yang digambarkan Alnira dalam novelnya,

diperjelas dengan adanya perangkat penalaran, di mana sebuah konstruksi

gender dapat berelasi dengan Intimate relationship. Dalam novel ini,

dijelaskan bahwa dalam sebuah hubungan romantis antara pria dan

wanita, masa lalu dan masa yang akan datang merupakan sesuatu yang

jadi pertimbangan besar, di mana masa lalu dianggap sebagai sesuatu

yang akan memengaruhi keputusan untuk melanjutkan sebuah hubungan,

dan masa depan dianggap sesuatu yang menjadi sebuah harapan dalam

berlangsungnnya sebuah hubungan. Hal tersebut terkonstruksi dalam

penggalan berikut:
96

1) Roots (Analisis Klausal)

Roots memiliki tujuan untuk memberikan sebuah kesimpulan

dengan meempertimbangkan adanya hubungan sebab-akibat yang

terjadi. Hal tersebut, dapat dilihat pada penggalan berikut:

Tabel. 5.34. Elemen Roots dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
“Pernah! Kamu jadian sama Mega. Dira menyatakan bahwa Ransi pernah
Dan kamu lebih milih kasih tahu Fia memiliki kekasih sebelumnya, bahkan
kalau kamu sakit, daripada kasih tahu ketika Ransi sedang sakit, ia lebih
aku!” tukasku memilih untuk mengabari Fia
“Mega itu nggak masuk hitungan. Asal (perempuan yang menyukai Ransi)
kamu tahu, dia itu jadi tumbal aja, daripada dirinya. Ransi menjelaskan
ngerti kamu? Dan Fia? Dia itu cuma bahwa hal tersebut ia lakukan, dengan
rekan kerja aku.” tujuan untuk membuat Dira cemburu.
Aku memandangnya tak percaya Bagi Ransi, apapun yang bersangkutan
“Maksudnya kamu sengaja jadian dengan Dira sudah berada di luar
sama dia supaya aku cemburu?” logikanya.
Ransi mengangguk “Aku jahat
memang. Tapi, aku memang sering
kehilangan logika kalau berhubungan
sama kamu!” (Dalam bab 28: 279)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Bagian ini menjelaskan bahwa karena Ransi yang dulu

menunjukkan kedekatan dengan gadis lain, menyebabkan Dira

mempertanyakan perasaan Ransi yang kemudian dijelaskan

Ransi, sebagai salah satu bentuk pembuktian Ransi akan perasaan

Dira kepadanya, apakah jika ia pergi dengan perempuan lain,

Dira akan menunjukkan kecemburuan atau sebaliknya. Bagi

Ransi, segala hal yang berhubungan dengan Dira akan berada di

luar nalarnya. Dialog Ransi tersebut, menyiratkan bahwa pada

nyatanya, perasaan cinta Ransi pada Dira telah mengganggu ego


97

Ransi sebagai seorang pria yang bergerak menggunakan

logikanya dibanding emosionalnya, karena dalam konteks ini,

Ransi telah bertindak mengikuti emosionalnya untuk membuat

Dira cemburu padanya.

2) Appeal to Principle (Klaim Moral)

Appeal to Principle yang merupakan upaya memberikan

alasan tentang kebenaran suatu isu dengan menggunakan logika

dan klaim moral, pemikiran, dan prinsip untuk mengkonstruksi

realitas. Hal ini terdapat pada penggalan berikut:

Tabel. 5.35. Elemen Appeal to Principal dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
“Aku terlalu pengecut untuk tanya ke Dira mengatakan bahwa ia merasa
dia. Feeling aku bilang dia ada rasa Ransi memiliki perasaan yang sama,
juga sama aku. Tapi, aku takut namun ia tidak mau menyatakannya
seandainya aku ngomong sejujurnya terlebih dahulu karena takut Ransi
malah bikin dia menjauh. Dan aku juga menjauhinya, dan ia masih berprinsip
masih mempertahankan prinsip, bahwa seharusnya laki-laki lah yang
perempuan itu dikejar, bukan mengejar perempuan bukan sebaliknya.
mengejar” (Dalam bab 19: 167)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Pada penggalan di atas, Dira menyatakan bahwa ia yakin

Ransi juga menyukainya, namun ia takut untuk mengatakannya,

karena ia takut Ransi akan menjauhinya dan ia juga meyakini

bahwa seharusnya perempuan adalah pihak yang dikejar

bukannya mengejar.
98

Alnira menekankan pada penggalan ini, bahwa seorang

wanita seringkali mengalami kebimbangan untuk menyatakan

perasaannya terlebih dahulu, karena masalah harga diri, dan

ketakutan untuk dijauhi oleh pria yang disukai.

Tabel. 5.36.Elemen Appeal to Principal dari Konstruksi Gender

Penggalan: Makna:
Aku tersenyum, lalu menggenggam Dira bertanya kepada Ransi, mengapa
tangan Ransi.”Apa alasan kamu tetap Ransi tetap memilihnya setelah tahu
pilih aku?” masa lalu dari Dira. Karena menurut
“Kenapa harus ada alasan untuk Dira, perempuan akan selalu dilihat dari
nggak pilih kamu?” Dia membalikkan masa lalunya, sedangkan laki-laki
pertanyaanku.“Kamu tahu, Ran, dilihat dari masa depannya.
perempuan itu dilihat dari masa
lalunya, sedangkan pria dilihat dari
masa depannya,” ujarku.
Ransi balas menggenggam tanganku.
“Itu bukan masa lalu kamu, itu masa
lalu ibu kandung kamu. Dan setelah
aku baca email kamu, aku malah
semakinn ingin melindungi kamu.
Terlalu banyak kesakitan yang kamu
pikul selama ini, terlebih setelah ayah
kamu meninggal. Aku mau jadi perisai
buat kamu. Nggak mau ada yang
nyakitin kamu lagi.” (Dalam bab 29:
285)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Pada pennggalan di atas, Dira menanyakan keputusan Ransi

yang tetap menerimanya, sementara Ransi telah mengetahui masa

lalu Dira yang notabene merupakan anak yang lahir di luar nikah,

karena bagi Dira, wanita dinilai berdasarkan masa lalunya,

sedangkan pria dinilai dari masa depannya. Ransi yang

mendengar pernyataan Dira, menyatakan bahwa hal tersebut


99

membuatnya semakin ingin melindungi dan menjaga Dira,

sehingga Dira tidak akan merasa terluka lagi.

Dalam penggalan tersebut, Alnira menekankan bahwa

lingkungan sosial telah membentuk sebuah realitas, di mana

seorang perempuan lebih dinilai berdasarkan latar belakang yang

membentuknya, penilaian tersebut, akan tetap terbentuk

meskipun yang terjadi di masa sekarang adalah sesuatu yang

bertolak-belakang dengan apa yang terjadi di masa lalu. Alnira

juga menyatakan bahwa pria akan dilihat dari bagaimana masa

depannya, pria yang nantinya berperan sebagai kepala rumah

tangga, diwajibkan untuk dapat menyejahterakan keluarganya,

hal itu menuntut pada rencana dan keadaan yang dimiliki saat ini

untuk menilai akan seperti apa masa depan yang terbentuk

nantinya.

3) Consequences

Dalam novel ini, diceritakan dua orang tokoh pria dan

wanita, yaitu Dira dan Ransi yang sebenarnya saling mencintai

namun, sulit untuk mengungkapkan perasaan mereka, Dira yang

tidak memahami sikap yang ditunjukkan Ransi dan takut jika ia

salah akan asumsinya mengenai perasaan Ransi kepadanya.

Sementara Ransi menganggap bahwa sikapnya selama ini, telah

mewakili
Tabel. perasaannya
5.37. Elemen pada Dira
Consequences tanpa
dari harus ditunjukkan
Konstruksi Gender secara

lisan, serta terkendala akan kondisi finansialnya yang saat itu


100

belum stabil dibandingkan Dira yang sudah memiliki pekerjaan

tetap. Konsekuensi yang diterima pada novel akhir novel ini

adalah, dua orang tokoh utama yang selama ini saling salah

paham, perlahan mulai memperbaiki hubungan mereka dengan

banyak berinteraksi dan saling menjelaskan maksud masing-

masing untuk mengurai kesalahpahaman yang terjadi. Dira

sebagai perempuan, memahami posisinya yang harus mengerti

akan Ransi, dan Ransi sebagai laki-laki, memahami posisinya

untuk membimbing dan menjaga Dira. Hal tersebut dapat dilihat

pada penggalan berikut:

Penggalan: Makna:
“Iya, dulu rencananya memang seperti Ransi melamar Dira, kepada Ibu nya. Ia
itu, Bu. Tapi setelah saya pikir ulang menyatakan bahwa ia tidak bisa
dan berunding dengan keluarga, mengadakan pesta yang meriah, namun
sepertinya semakin cepat semakin baik. ia tetap sanggup untuk memuliakan
Tapi saya tidak bisa mengadakan pesta Dira dalam memberikan mahar. Bagi
yang mewah. Namun, untuk mahar, ibu Dira, ia tidak mengukur hal tersebut
Inshaallah saya bisa memuliakan Dira, melalui materi, Ibu Dira tidak masalah
Bu.” dengan pernikahan sederhana, dan
Aku hanya bisa terdiam sambil jumlah mahar yang diberikan oleh
menatap wajah Ransi, ini bukan mimpi Ransi.
kan?
“Ibu juga gak mematok harga, Ran.
Lagi pula dari zaman anak ibu yang
pertama sampai kakak di atas Dira
memang pernikahannya sederhana
saja. Kalau soal mahar, sebaik-baiknya
wanita, itu yang maharnya murah.”
“Benar memang, Bu. Tapi sebagai
laki-laki yang mencintai calon istrinya,
saya ingin memuliakan Dira dalam
memberikan mahar,” katanya mantap
(Dalam bab 29: 291)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)
101

Penggalan di atas menggambarkan bahwa sesederhana

apapun kondisi seorang pria, ia tetap memiliki kewajiban untuk

memuliakan seorang perempuan yang ia cintai, ketika ia berani

berkomitmen untuk menikahi seorang perempuan. Dengan

meminta ijin pada orang tua dan memuliakan anak

perempuannya, hal tersebut menjadi bukti keseriusan seorang

pria akan perasaannya pada seorang wanita. Seperti yang

disebutkan Sternberg bahwa Keputusan dan komitmen, jika

dalam hubungan jangka pendek adalah keputusan seseorang

untuk jatuh cinta, sedangkan dalam hubungan jangka panjang

adalah komitmen untuk memertahankan perasaan cinta tersebut.

Dalam penggalan di atas, Ransi memutuskan untuk memiliki

hubungan jangka panjang, yaitu pernikahan.

Dari hasil penelitian di atas maka, berikut tabel analisis framing

model Gamson dan Modigliani yang terbentuk:

Tabel. 5.38. Hasil Penelitian Menggunakan Model Gamson dan Modigliani

Frame
(Konstruksi Gender dalam Novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati
Perangkat Framing
(Framing Device)
Metaphors  “Hahaha, kamu tahu nggak. Kalau
diibaratkan, kamu itu sungai dan
aku lautnya.”
“Maksudnya?”
“Kamu tahu nggak? Air sungai itu
bermuaranya ke mana?”
“Laut?”
“Nah, itu tau. Jadi mau ke mana
102

pun alirannya, air sungai itu tetap


bermuara ke laut. Cuma itu aja
yang perlu kamu inget,” katanya
sambil mengusap kepalaku. (Dalam
bab 20: 198)

 “Itu kunci aku kasih buat kamu.


Memang nggak kasatmata, sama
kaya perasaan aku ke kamu. Nggak
bisa dipegang tapi bisa kamu rasa.
Aku kasih kunci itu ke kamu, yang
artinya kamu adalah satu-satunya
wanita yang punya akses untuk
jadi istriku. Dan kunci itu gak ada
duplikatnya,” katanya sambil
mencium tanganku yang sedang
digenggamnya. (Dalam bab 23:
234)

 Ransi tersentak dari lamunannya,


lalu tiba-tiba berkata,
“Aku salah selama ini,” bisiknya.
Dira mengerutkan keningnya
bingung. “Salah apa?”
“Selama ini aku bukan laut, tapi
sungai.”
Dira semakin bertambah bingung.
Dia duduk lalu menangkup pipi
Ransi dengan kedua
tangannya.”Kamu ngomong apa
sih? Capek ya abis kerja?”
Ransi menatap mata Dira. “Aku
baru sadar selama ini aku yang
selalu cari kamu, aku yang selama
ini butuh kamu. Aku yang selama
ini sungai, kamu yang jadi
lautnya.” (Dalam bab Epilog: 299)
Catchphrases  Aku menggeleng. “Itu khusus
untuk orang yang serius mau
melamar aku, Ran, calon imam
aku. Kamu harus jadi orang itu
dulu kalau mau baca itu,” tegasku.
Dia menganggukm lalu kami
sama-sama diam.
Tidak ada percakapan lagi hingga
Ransi membereskan semua barang-
103

barangnya dan bersiap pulang.


Aku mengantarnya sampai ke
depan pintu. Aku kira tidak akan
ada percakapan lagi, tapi Ransi
berbalik dan memandangku.
Wajahnya serius sekali saat ini.
“Perlu kamu tahu, Dir, kalau aku
suka sama orang, aku yang akan
datang sendiri untuk kejar Dia.”
(Dalam bab 18: 164)

 Aku menggenggam erat tangannya.


“Kamu tahu, Ran, aku dulu juga
pernah susah. Kamu tahu kan
kalau aku dulu harus berhenti
kuliah karena ayahku meninnggal?
Harus kerja untuk cari biaya
kuliah. Aku bukan anak orang kaya
yang manja, kita bisa sama-sama
cari uang, kan?”
“Justru kamu pernah hidup susah
jadinya aku nggak mau ngajak
kamu susah lagi.” (Dalam bab 23:
231)
 “Kamu yakin suka aku dari tujuh
tahun lalu, tapi kamu jadian sama
orang lain, Dir,” katanya sambil
menatap tajam padaku.
Exemplaars
“Tapi itu kan karena kamu nggak
ada kepastian! Wajar kalau aku
berusaha melupakan kamu.”
(Dalam bab 28: 278)
 “Dir, rasa itu bisa datang dengan
sendirinya. Kamu jangan nutup
mata. Ransi nggak ada kepastian.
Si Zaki kayaknya kalau kamu
pancing dikit juga udah siap
Depiction ngelamar. Kalau sama Zaki kamu
nggak harus nunggu dua tahun,
Dir. Dia udah punya rumah, mobil,
kerjaan. Dia juga mapan. Apalagi
yang kamu cari?” (Dalam bab 22:
214)
Tidak ada penggambaran secara visual
Visual Image di dalam novel Friendzone: Lempar
Kode Sembunyi Hati
104

Perangkat Penalaran
(Reasoning Device)
 “Pernah! Kamu jadian sama
Mega. Dan kamu lebih milih kasih
tahu Fia kalau kamu sakit,
daripada kasih tahu aku!” tukasku
“Mega itu nggak masuk hitungan.
Asal kamu tahu, dia itu jadi tumbal
aja, ngerti kamu? Dan Fia? Dia itu
cuma rekan kerja aku.”
Roots (Analisis Klausal)
Aku memandangnya tak percaya
“Maksudnya kamu sengaja jadian
sama dia supaya aku cemburu?”
Ransi mengangguk “Aku jahat
memang. Tapi, aku memang sering
kehilangan logika kalau
berhubungan sama kamu!” (Dalam
bab 28: 279)
 Aku tersenyum, lalu menggenggam
tangan Ransi.”Apa alasan kamu
tetap pilih aku?”
“Kenapa harus ada alasan untuk
nggak pilih kamu?” Dia
membalikkan pertanyaanku.
“Kamu tahu, Ran, perempuan itu
dilihat dari masa lalunya,
sedangkan pria dilihat dari masa
depannya,” ujarku.
Ransi balas menggenggam
Appeal to Principle (Klaim Moral)
tanganku. “Itu bukan masa lalu
kamu, itu masa lalu ibu kandung
kamu. Dan setelah aku baca email
kamu, aku malah semakinn ingin
melindungi kamu. Terlalu banyak
kesakitan yang kamu pikul selama
ini, terlebih setelah ayah kamu
meninggal. Aku mau jadi perisai
buat kamu. Nggak mau ada yang
nyakitin kamu lagi.” (Dalam bab
29: 285)
Consequence  “Iya, dulu rencananya memang
seperti itu, Bu. Tapi setelah saya
pikir ulang dan berunding dengan
keluarga, sepertinya semakin cepat
semakin baik. Tapi saya tidak bisa
mengadakan pesta yang mewah.
105

Namun, untuk mahar, Inshaallah


saya bisa memuliakan Dira, Bu.”
Aku hanya bisa terdiam sambil
menatap wajah Ransi, ini bukan
mimpi kan?
“Ibu juga gak mematok harga,
Ran. Lagi pula dari zaman anak
ibu yang pertama sampai kakak di
atas Dira memang pernikahannya
sederhana saja. Kalau soal mahar,
sebaik-baiknya wanita, itu yang
maharnya murah.”
“Benar memang, Bu. Tapi sebagai
laki-laki yang mencintai calon
istrinya, saya ingin memuliakan
Dira dalam memberikan mahar,”
katanya mantap (Dalam bab 29:
291)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Berdasarkan hasil analisis di atas, konstruksi gender yang Alnira coba

sampaikan kepada pembacanya dibagi menjadi dua konstruksi gender,

yaitu peran pria maskulin dan wanita feminin, yang dibentuk oleh

lingkungan, latar belakang, usia, dan profesi. Pria maskulin menurut

Alnira adalah seorang pria yang berani bertanggung jawab dalam segala

keputusannya, pria yang mandiri, serta berani berkomitmen dalam sebuah

hubungan. Konstruksi gender yang terbentuk pada tokoh Ransi, sebagai

pria maskulin, juga dapat dilihat melalui passion nya dalam suatu hal,

seperti tokoh Ransi yang memang memiliki passion dalam dunia

pendidikan, Alnira juga menggambarkan bahwa seorang pria akan dilihat

masa depannya, berdasarkan dengan kondisi finansial yang dimilikinya.

Dalam novel ini, diceritakan pula, banyaknya stigma masyarakat yang

menganggap bahwa pria dapat dikatakan mampu bertanggung jawab pada


106

keluarganya sendiri apabila sudah memiliki kondisi pekerjaan yang tetap

dan kondisi finansial yang stabil. Alnira mencoba untuk mematahkan

stigma ini, dengan menggambarkan bahwa, meskipun finansial seorang

pria merupakan hal yang sensitif, namun hal tersebut tidak bisa dijadikan

sebuah acuan untuk mengkategorikan pria sebagai pria bertanggung

jawab, sebaliknya, Alnira menggambarkan tokoh Ransi dengan kondisi

finansial sederhana, namun memiliki sikap yang bijaksana, bertanggung

jawab serta menghargai seorang perempuan, dan justru karena sikap

tersebut, tokoh Dira menjadi jatuh cinta pada Ransi, ini membuktikan

bahwa kondisi finansial bukanlah satu-satunya hal yang dapat

dipertimbangkan untuk menyebut seorang pria sebagai pria yang

bertanggung jawab. Pria yang dinilai bertanggung jawab juga dapat

dilihat melalui berbagai aspek seperti sikap yang ditunjukkan, keteguhan

hati serta rasa peduli.

Konstruksi gender yang terbentuk pada tokoh Dira adalah bahwa

masa lalu bagi seorang wanita merupakan sebuah hal krusial, dalam novel

ini diceritakan bahwa masa lalu Dira merupakan sebuah puncak konflik

yang membuat Dira merasa takut tidak diterima oleh Ransi dan

keluarganya. Stigma masyarakat akan anak diluar nikah masih sangatlah

negatif, anak diluar nikah seringkali dianggap aib, begitupula dalam novel

ini, di mana kehadiran Dira dianggap aib oleh keluarga ibu kandungnya,

meski begitu, masa lalu ini dijadikan sebuah pegangan bagi Dira untuk

tidak melakukan kesalahan yang sama dengan ibunya. Alnira


107

menggambarkan wanita feminin sebagai wanita yang berani, mandiri,

namun masih memiliki sisi lembut dan penuh kasih sayang dalam dirinya.

Seperti Dira yang meskipun banyak hal yang bisa ia lakukan sendiri

seperti bekerja untuk membiayai kuliahnya sendiri dan membiayai

keluarganya, namun ia tetap membutuhkan kehadiran seorang pria

sebagai tempatnya untuk berlindung.

Alnira juga mencoba menjelaskan pada pembacanya, bahwa dalam

sebuah hubungan seorang wanita membutuhkan kejelasan akan status

hubungan dan perasaan yang dimiliki oleh pria yang dicintainya. Seorang

wanita lebih condong untuk percaya pada pengungkapan perasaan secara

verbal dibandingkan pengungkapan secara non-verbal. Pegungkapan

perasaan secara non-verbal, dianggap sebagai sesuatu yang bermakna

ganda sehingga dapat memunculkan sebuah asumsi individual. Alnira

juga menceritakan, bahwa seorang wanita tidak ingin mengungkapkan

perasaannya terlebih dahulu pada pria yang disukainya, karena takut

apabila pengungkapan perasaannya tidak sesuai harapan, maka akan ada

penilaian yang diberikan kepada dirinya. Sedangkan bagi pria, dalam

sebuah hubungan segala sesuatunya tidak perlu dinyatakan secara verbal,

pria lebih banyak menunjukkan perasaannya melalui sikap dan aksi secara

langsung.

5.1.2. Konstruksi Gender dalam Relasi Intimate Relationship

Setelah melihat hasil konstruksi sebelumnya, dapat dilihat bahwa Alnira

memandang gender sebagai sesuatu yang lahir karena dibentuk oleh


108

lingkungan sosial serta latar belakang dari seseorang. Sebagai penulis novel,

Alnira menyelipkan gagasan yang ingin ia sampaikan mengenai realita yang

sering terjadi dalam kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan peran

gender seseorang.

Konstruksi gender sendiri, memiliki relasi yang erat terhadap sebuah

Intimate relationship. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Intimate

Relationship merupakan sebuah hubungan dekat yang terjalin yang di

dalamnya melibatkan emosi dan perasaan. Hubungan yang terjalin antara pria

dan wanita tidak lepas dari adanya komunikasi gender yang terjalin. Alnira

menggambarkan dalam hubungan, terdapat perbedaan sikap antara pria dan

wanita yang memengaruhi relasi intim tersebut. Bentuk pengekspresian dari

perasaan yang dimiliki akan berlaku berbeda antara pria dan wanita. Hal

tersebut sejalan dengan pemikiran Tannen yang menyatakan bahwa

ketidakpahaman laki-laki dan perempuan pada gaya percakapan dapat

menimbulkan masalah baru. Pembicaraan laki-laki umumnya terfokus pada

pelayanan status dan kemandirian sedangkan perempuan terfokus pada

koneksitas. (Tannen, 1990: 140).

Alnira menggambarkan tokoh Ransi yang lebih banyak mengutarakan

perasaannya melalui tindakan dibandingkan menyatakannya secara verbal.

Ransi seringkali menunjukkan kontak langsung secara intim dengan Dira.

Bersama Dira, Ransi lebih banyak bercerita dan tidak menyembunyikan

rahasia. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Lord Byron (dalam DeVito,

2015: 218) yang menyatakan bahwa ketika berkomunikasi dengan orang yang
109

dicintai, biasanya seseorang akan berbicara dengan lebih lembut dan banyak

mengungkapkan kalimat-kalimat santun seperti “terima kasih”, “tolong”, dan

lain-lain. Komunikasi yang terjalin juga akan lebih intim, termasuk

mengungkapkan rahasia yang tidak pernah diberitahukan kepada orang lain

disertai dengan gestur-gestur khusus yang di dalamnya terdapat makna

tersembunyi mengenai keintiman yang terjalin.

Sedangkan Dira, lebih banyak mengungkapkannya secara verbal, bagi

Dira, sikap yang ditunjukkan Ransi justru dapat bermakna ganda dan

menimbulkan sebuah asumsi negatif akan perasaan Ransi pada Dira. Sebagai

seoorang perempuan, Dira lebih banyak mengambil keputusan yang menuruti

emosionalnya, ia juga membutuhkan sebuah pengakuan akan hubungan yang

terjalin antara mereka berdua, dalam hubungannya pun Dira lebih banyak

mengajukan pertanyaan pada Ransi untuk menuntut kejelasan dalam

hubungan yang mereka miliki, seperti:

“Sebenarnya perasaan kamu ke aku itu gimana sih, Ran?” (Bab 22: 221)

“Abis ini kamu nggak akan hilang-hilang lagi, kan?” (Bab 23: 229)

“Apa alasan kamu tetap pilih aku?” (Bab 29: 285)

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Dira, menunjukkan bahwa Dira

menginginkan sebuah penegasan untuk menjelaskan sebuah status yang

mereka jalani. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Mulyana (2014:

315) bahwa Wanita cenderung menggunakan pertanyaan sebagai strategi

memelihara pembicaraan, serta memulai giliran berbicara dengan secara

langsung mengakui andil pembicaraan sebelumnya serta lebih sering


110

membuat asumsi yang diyakininya adalah suatu kebenaran. Sedangkan

sebagai wanita, Dira tidak berani untuk menyatakan perasaannya kepada

Ransi terlebih dahulu, karena masalah harga diri seorang perempuan yang

kodratnya adalah untuk dikejar bukannya mengejar.

Untuk mengidentifikasi tingkat keselarasan antara frame yang muncul

dalam wacana tekstual dengan respon interpretatif khalayak maka dibutuhkan

adanya identifikasi level individual, identifikasi level individual ini dilakukan

dengan menggunakan wawancara kepada salah satu pembaca novel

Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati. Peneliti melakukan wawancara

kepada Rosi Dwi Oktaviana, seorang mahasiswa program studi Ilmu

Administrasi Negara, Universitas Merdeka Madiun yang juga seorang

pembaca novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati, peneliti

menanyakan perihal relasi yang terjadi antara konstruksi gender dan Intimate

Relationship dalam novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati, jika

dilihat melalui elemen-elemen analisis framing Gamson dan Modigliani yang

telah dijelaskan sebelumnya.

Berdasarkan penggalan-penggalan yang telah dibingkai melalui elemen

analisis sebelumnya, Saudari Rosi Dwi Oktaviani menyatakan bahwa pada

elemen-elemen analisis framing sebelumnya, memang terdapat konstruksi

gender yang dapat memengaruhi intimate relationship, terlihat dari

bagaimana cara Ransi menyampaikan perasaannya dengan kata-kata dan

tindakan misterius yang membuat Dira bingung menanggapi perasaan Ransi

padanya. Saudari Rosi juga menyatakan bahwa hal tersebut kadang juga
111

terjadi dalam kehidupan sehari-hari, wanita seringkali mengalami

kebingungan akan perasaan pria yang disukainya, karena pria lebih

menunjukkannya melalui tindakan dan tidak menyatakannya secara langsung,

hal tersebut sering memunculkan dua asumsi antara ‘pria ini menyukai saya’

dan ‘pria ini tidak menyukai saya’ sedangkan, sebagai seorang wanita,

menyatakan perasaan terlebih dahulu kepada pria bukanlah hal lumrah. Jika

kesalahpahaman ini berlanjut, maka keduanya akan terus terjebak pada

perasaan masing-masing tanpa ada penyelesaian.

Konstruksi gender dalam relasi Intimate Relationship, memunculkan

berbagai bentuk perbedaan yang dapat memengaruhi hubungan yang terjadi

antara dua orang yang saling mencintai. Perbedaan dalam gender inilah, yang

apabila tidak menemukan titik tengahnya, akan timbul permasalahan jangka

panjang, namun apabila dapat ditemui titik tengahnya, maka akan semakin

mempererat hubungan yang terjalin. Seperti yang terjadi dalam novel ini, di

mana pada awalnya, karena adanya kesalahan komunikasi antara Dira dan

Ransi dalam mengekspresikan perasaan mereka, keduanya hanya terjebak

pada perasaan masing-masing tanpa ada penyelesaian, namun ketika Dira

berani mengambil langkah untuk bertanya kepada Ransi, yang kemudian

dijelaskan oleh Ransi makna dari sikapnya pada Dira, pada akhirnya

menemukan kejelasan hubungan mereka dan semakin mempererat hubungan

keduanya.

Jika dilihat melalui segitiga cinta Sternberg, hubungan yang terjalin

antara Dira dan Ransi pada awalnya merupakan jenis hubungan Liking, di

Tabel 5.39. Jenis Intimate Relationship ‘Liking’


112

mana di mana satu sama lainnya merasakan unsur kedekatan dan keterikatan

tanpa ada gairah sama sekali. Jenis hubungan ini terjjadi pada awal

pertemmuan mereka berdua yang dijelaskan pada penggalan berikut:

Jenis Hubungan Penggalan


DIRA:
“Kamu Ransi kan?” tanyaku pada
salah satu dari mereka. Pria itu
mempunyai tinggi yang tidak jauh
berbeda dengan Angga. Rambutnya
sedikit panjang, dengan tubuh yang
kurus. Benar-benar tidak berubah sejak
dulu. (Dalam bab 1: 4)

RANSI:
Di SMP, bertahun-tahun lalu, tanpa
Dira tahu, Ransi sudah menaruh rasa
Liking kagum pada Dira, di saat gadis itu
maju untuk pengambilan nilai Bahasa
Indonesia. Saat itu mereka diminta
untuk mendongeng. Satu-satunya orang
yang mendapatkan nilai tertinggi
adalah Dira. Ransi harus mengakui
kalau cara Dira bercerita di depan
kelas untuk anak usia 12 tahun begitu
mengagumkan. (Dalam bab Epilog:
298)

(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Pada penggalan di atas, dapat dilihat bahwa pada awal pertemuan

mereka, jenis hubungan yang terjadi adalah jenis liking. Sternberg

menjelaskan bahwa jenis hubungan ini, adalah jenis hubungan yang biasa

terjadi pada hubungan pertemanan, di mana keintiman/kedekatan

mendominasi tanpa ada gairah yang terlibat. Seperti Dira yang hanya melihat

Ransi sekilas, dan hanya menilai bahwa penampilan Ransi tidak berubah
113

tanpa ada unsur ketertarikan yang ada. Sedangkan Ransi hanya merasa kagum

dengan Dira yang saat itu mendapat nilai tertinggi di dalam kelas.

Seiring berjalannya cerita, Alnira menggambarkan hubungan keduanya

yang mulai berkembang menjadi jenis hubungan Romantic Love, yaitu

kondisi ketika keintiman dan gairah melebur menjadi satu, Hal ini terdapat

pada penggalan berikut:

Tabel 5.40. Jenis Intimate Relationship ‘Romantic Love’

Jenis Hubungan Penggalan


Aku mendongak dan dia masih tetap di
posisi yang sama. Mata kami sama-
sama beradu.
“Kamu mau cium aku?” pertanyaanku
itu membuat Ransi tersentak kaget, lalu
menarik tanganku hingga berjalan
beberapa langkah mengikutinya. Tapi
Romatic Love kemudian dia melepaskan cekalannya
dari tanganku.
“Argh! Jadi mau bawa pulang kamu,”
katanya, lalu dia langsung mengenakan
helmnya yang ada di atas motor.
(Dalam bab 19: 182)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Pada penggalan di atas, dapat dilihat perkembangan hubungan Dira dan

Ransi, yang sudah mulai ada gairah/ketertarikan antara keduanya. Suasana

dan gestur antara Dira dan Ransi menunjukkan adanya sebuah ketertarikan

secara emosional maupun secara fisik. Sternberg sendiri menyatakan bahwa

jenis hubungan ini bisa ditemukan dalam hubungan sepasang kekasih yang

belum ada komitmen serius, sehingga hubungan tersebut bisa saja berakhir.
114

Pada akhir cerita Alnira menceritakan bahwa hubungan keduanya

berkembang menjadi hubungan jeni Consummate Love di mana, ketiga unsur

cinta dalam segitiga cinta Sternberg sudah dipenuhi. Hal ini dapat ditemukan

pada penggalan berikut:

Tabel 5.41. Jenis Intimate Relationship ‘Consummate Love’

Jenis Hubungan Penggalan


Mereka sudah menikah tujuh bulan
yang lalu. Pernikahan sederhana yang
memang menjadi impian Dira, dengan
sentuhan adat Sumatera yang kental.
Salah satu foto pernikahan mereka
terpajang di ruangan ini. Foto Dira
dan Ransi yanng mengenakan Aesan
Pasangko-baju adat Palembang yang
Consummate Love didominasi oleh warna merah dan
emas. Senyum lebar keduanya menjadi
bukti kebahagiaan di hari itu, karena
setelah tujuh tahun sama-sama
menyimpan rasa, akhirnya keduanya
bisa dipersatukan dalam ikatan yang
kuat. (Dalam bab Epilog: 297)
(Sumber: Hasil Penelitian, 2019)

Pada penggalan di atas, diceritakan bahwa Dira dan Ransi pada akhirnya

menikah setelah tujuh tahun saling memendam rasa. Hal ini menunjukkan

bahwa hubungan keduanya telah berkembang menjadi jenis hubungan

Consummate Love, di mana dalam hubungan ini telah memiliki keintiman,

gairah dan komitmen. Sternberg menyatakan bahwa untuk mencapai

Consummate Love diperlukan usaha yang besar, namun jika Consummate

Love sudah dimiliki, maka hubungan cinta seseorang akan menjadi hubungan

jangka panjang. Consummate Love sendiri, dimaknai sebagai hubungan cinta


115

yang sempurna karena memiliki 3 komponen penyusunya.

5.2. Pembahasan

Sebelumnya telah dijelaskan, bahwa terdapat konstruksi gender yang

dibangun Alnira selaku penulis novel pada tokoh Dira dan Ransi, di mana

konstruksi gender tersebut dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki oleh

tokoh-tokoh tersebut. Dira yang digambarkan sebagai perempuan mandiri

yang memiliki masa lalu yang cukup sulit diterima masyarakat, mencintai

Ransi namun tidak ingin menyatakan perasaannya terlebih dahulu, sedangkan

Ransi dianggap sebagai pria yang penuh tanggung jawab dan pendiam yang

kurang dapat mengekspresikan perasaannya melalui lisan, dan lebih banyak

melakukannya dengan tindakan.

Dalam perkembangan hubungan yang mereka alami terdapat berbagai

kesalahpahaman, karena pola percakapan antara pria dan wanita yang pada

dasarnya berbeda seperti yang dikatakan oleh Tannen sebelumnya bahwa pria

dan wanita memiliki perbedaan yang didasari oleh perbedaan budaya yang

menyebabkan munculnya kesalahpahaman pria dan wanita untuk melakukan

percakapan, berdasarkan perbedaan budaya yang membentuk pria dan wanita.

Pengkonstruksian gender tersebut dapat diketahui melalui analisis framing

model Gamson dan Modigliani yang disusun oleh elemen inti (idea element)

dan perangkat pembingkai (framing devices). Elemen inti yang ditemukan

membentuk konstruksi gender yang berdasarkan pada konstruksi realitas atas

latar belakang Dira dan Ransi. Berdasarkan pada teori konstruksi realitas oleh
116

Peter L Berger dalam bukunya yang berjudul The Social Construction of

Reality juga menyebutkan bahwa realitas tidak hanya dibentuk secara ilmu,

juga tidak diturunkan oleh Tuhan. Sebaliknya, realitas itu dibentuk dan

dikonstruksi manusia (Berger, 1991: 118).

Pemahaman itu menyiratkan bahwa realitas berpotensi berwajah ganda

dan plural. Setiap individu dapat memiliki konstruksi yang berbeda-beda

terhadap suatu realitas. Setiap individu yang mempunyai pengalaman,

preferensi, tingkat pendidikan, lingkungan atau pergaulan sosial tertentu akan

menafsirkan atau memaknakan realitas berdasarkan konstruksi-nya masing-

masing. Realitas Dira terbentuk karena adanya relasi Dira dengan ibu

kandung, orang tua angkat, sahabat-sahabat Dira dan relasinya dengan Ransi.

Relasi-relasi nya ini mengkonstruksi Dira sebagai perempuan yang mandiri,

teguh pendirian serta berhati-hati dalam pergaulannya. Dira yang merupakan

anak di luar nikah memutuskan untuk menjaga jarak dan lebih berhati-hati

dalam memilih pasangan, karena ia tidak ingin apa yang terjadi pada ibunya

akan terjadi kembali kepada dirinya. Lingkungan Dira yang notabene

memiliki banyak sahabat lelaki dibandingkan perempuan, membuat Dira

dijaga layaknya Adik oleh sahabat-sahabat Dira yaitu Angga, Wisnu, Ransi

dan juga Maya. Penjagaan ini menyebabkan Dira banyak diberikan nasihat

dalam memilih pasangan. Sedangkan relasi yang terbentuk antara Dira dan

ransi merupakan relasi yang lebih intim di mana terdapat sebuah ikatan

emosional antara keduanya. Hal itu menyebabkan adanya beberapa perubahan

dalam sikap Dira untuk menghadapi ransi, seperti lebih terbukanya Dira pada
117

Ransi, Dira yang merupakan perempuan mandiri, dapat menjadi seseorang

yang lebih ketergantungan pada kehadiran Ransi, serta Dira lebih menaruh

perhatian pada Ransi.

Konstruksi realitas Ransi juga terbentuk karena latar belakang Ransi yang

terhubung pada relasi Ransi dengan keluarganya, serta realitas Ransi dengan

Dira. Latar belakang Ransi yang merupakan anak pertama serta seorang putra

dari orangtua yang memiliki latar belakang pendidikan membuat Ransi

menjadi seorang pria yang bertanggung jawab, disiplin, pendiam serta

tertutup, hal ini dikarenakan ransi harus menjadi panutan bagi adik-adiknya

serta murid-murid yang diajarnya. Cita-cita Ransi sebagai seorang guru pun

menjadi sebuah beban tersendiri dikarenakan Ayah ransi yang juga bekerja di

bidang pendidikan, oleh karena hal tersebut Ransi berusaha untuk

membuktikan eksistensi nya agar diakui sebagai seorang guru yang dapat

berkembang berdasarkan kerja kerasnya sendiri, tanpa harus dibantu oleh

kedudukan yang dimiliki ayahnya. Relasi yang terbentuk antara Ransi dengan

Dira pun merupakan sebuah relasi intim yang terikat oleh emosional, hal ini

dapat dilihat dari bagaimana sikap rasi yang tampak berbeda dalam menyikapi

Dira. Ransi dalam menghadapi Dira tampak lebih ekspresif, serta lebih

terbuka dan perhatian, meskipun hal tersebut, lebih banyak ditunjukan melalui

non-verbal dibandingkan verbalnya.

Komunikasi gender yang terjalin antara Dira dan rasi menggambarkan

adanya perbedaan pola percakapan antara pria dan wanita di mana pria lebih

banyak menganggap bahwa Komunikasi yang terjalin adalah sesuatu yang


118

dianggap sebagai sumber informasi serta Pelayanan status Sedangkan bagi

wanita pola  percakapan merupakan sesuatu untuk menjalin koneksi.

berdasarkan hasil penelitian, pola komunikasi yang digunakan Ransi kepada

Mega yang merupakan teman perempuannya adalah sesuatu yang

berlandaskan sopan santun tanpa melibatkan emosional, sedangkan bagi Dira,

jika melihat dari perspektif wanita sikap yang ditunjukkan Ransi tersebut

dapat menimbulkan salah paham pada Mega. Hal ini sejalan dengan teori

yang dikemukakan oleh Tannen bahwa, percakapan pria berorientasi pada

pesan, yaitu berdasarkan pada komunikasi informasi. Bagi wanita, percakapan

jauh lebih penting untuk membangun hubungan dan memperkuat hubungan

sosial. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan gaya percakapan yang

terjadi sehingga dapat menimbulkan suatu kesalahpahaman dan dapat

memengaruhi komunikasi itu sendiri.

Relasi yang terjadi antara Dira dan Ransi pun tak lepas dari adanya

komunikasi Interpersonal yang terjalin antara kedua tokoh tersebut.

Komunikasi Antarpribadi/interpersonal sendiri, berperan penting hingga

kapanpun, dan pada nyatanya komunikasi antarpribadi membuat orang lebih

akrab dari sebelumnya (Mulyana, 2014: 81). Itulah alasan mengapa

Komunikasi antarpribadi akan sangat berpengaruh dalam terjalinnya sebuah

hubungan. Berdasarkan hasil penelitian, Alnira menggambarkan relasi yang

terjadi antara Dira dan Ransi lebih dekat dibandingkan dengan sahabat-

sahabat mereka yang lainnya, dikarenakan adanya rasa terikat karena Dira dan

Ransi saling memahami, serta dibantu dengan adanya rasa tertarik yang
119

dimiliki oleh tokoh Dira dan Ransi.

Jika dilihat melaluit Perangkat Pembingkaian (Framing Devices), maka

dapat ditemukan hal-hal beriku:

a. Metaphors:

Pada elemen ini dijelaskan bahwa, Ransi menunjukkan

perasannya menggunakan kalimat pengandaian, ia mengibaratkan

dirinya sebagai laut dan Dira adalah sungainya. Sehingga, ke mana

pun Dira pergi, pada akhirnya ia akan tetap kembali pada Ransi.

Ketika Dira meminta penjelasan akan perasaan Ransi padanya, Ransi

mengandaikan perasaannya sebagai sebuah kunci, Ransi memberikan

kunci tersebut hanya pada Dira yang artinya ia hanya akan

membiarkan Dira sebagai satu-satunya orang yang memiliki perasaan

cinta Ransi. Pengandaian yang ditunjukkan oleh Ransi,

menggambarkan sikap Ransi yang penuh teka-teki dan misterius. Hal

ini pun menjelaskan bahwa seorang seorang pria menganggap bahwa

dengan sikap/gestur yang ia tunjukkan akan menggambarkan

perasaan yang dimiliki dengan jelas, namun ketika wanita meminta

dengan jelas mengenai penegasan status secara verbal, maka pria

akan dengan gamblang menjelaskan perasaannya melalui verbalnya.

b. Catchphrases:

Elemen ini menjelaskan bahwa jika seorang pria beranni

berkomitmen, maka ia harus berani mempertanggung jawabkan


120

keputusan yang telah ia ambil, dalam hal ini juga dijelaskan ego

seorang pria mengenai masalah finansial dalam sebuah keluarga, di

mana sebagai kepala keluarga pria bertanggung jawab untuk

menanggung seluruh biaya keluarganya, sementara wanita sebagai

istri adalah pihak yang harus dimanjakan oleh seorang pria dan

wanita haruslah diperlakukan dengan nyaman dan pantas.

c. Exemplaars:

Elemen ini menjelaskan bahwa wanita membutuhkan sebuah

kepastian dalam sebuah hubungan, apabila kepastian dalam sebuah

hubungan tersebut tidak didapatkan, maka seorang wanita akan

membuat berbagai opsi untuk mencari kepastian tersebut. Seperti

yang dikatakan oleh Lord Byron (dalam DeVito, 2015: 218) bahwa

bagi seorang wanita cinta dan hubungan adalah keseluruhan

eksistensinya. Wanita digambarkan emosional dan sangat

mengagungkan perasaan cinta, sedangkan laki-laki adalah individu

yang logis dan membedaka antara kehidupan dan percintaan.

d. Depictions:

Pada elemen ini dijelaskan bahwa terdapat sebuah penilaian yang

terbentuk dalam lingkungan yang dikenakan pada kaum pria

mengenai kesiapan untuk bertanggung jawab dan kesiapan memulai

sebuah pernikahan. Seorang pria dengan kondisi finansial tidak stabil

dianggap belum siap untuk memulai rumah tangga dan bertanggung


121

jawab pada keluarganya. Sedangkan wanita seringkali dituntut untuk

mencari pendamping hidup yang sudah mapan dibandingkan

pendamping yang memang dicintai.

1. Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

a. Roots (Analisis Klausal)

Elemen ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam percakapan

antara pria dan wanita akan menimbulkan sebuah kesalahpahaman.

Kesalahpahaman ini selain karena perbedaan latar belakang, juga

disebabkan oleh ego yang dimiliki oleh pria dan wanita, di mana

dalam hubungan baik pria maupun wanita merasa bahwa apa yang

dilakukannya untuk mengekpresikan perasaannya adalah cara yang

benar, tanpa mengetahui bahwa hal tersebut akan memunculkan

asumsi yang tidak dilandasi fakta.

b. Appeal to Principle (Klaim Moral)

Elemen ini menjelaskan bahwa dalam lingkungan sekitar, wanita

akan dinilai berdasarkan masa lalu yang dimilikinya, sedangkan pria

akan dinilai berdasarkan masa depannya. Pandangan ini merupakan

klaim moral yang telah berkembang dalam kehidupan masyarakat

berbudaya. Masa lalu dianggap dapat memengaruhi kualitas seorang

perempuan.

c. Consequences
122

Komunikasi yang dilakukan dalam hubungan antara pria dan

wanita merupakan sebuah hal krusial, apabila komunikasi yang terjalin

tidak berjalan dengan efektif, maka akan menimbulkan

kesalahpahaman, karena adanya perbedaan dalam percakapan yang

dilandasi oleh konstruksi gender yang dimiliki pria dan wanita. Ketika

pria dan wanita memutuskan untuk menurunkan ego masing-masing,

maka hubungan yang terjalin akan beerujung pada sebuah komitmen

yang terjalin dengan baik.

Dari dua tokoh tersebut, dapat dipahami bahwa konstruksi akan gender

diberikan oleh lingkungan kepada seseorang yang akan membentuk

kepribadian orang tersebut, sehingga munculah berbagai perbedaan yang

didasari oleh perbedaan peran oleh pria dan wanita dalam lingkungan, bahkan

konstruksi gender memiliki relasi yang kuat dengan Intimate relationship

yang terjalin antara pria dan wanita. Kuatnya pengaruh gender ini bahkan juga

dibuktikan melalui identifikasi level individu yang berdasarkan pada

wawancara dengan pembaca novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati,

di mana novel ini memiliki kaitan dengan realitas yang ada. Pada

kenyataannya, hal-hal seperti kesalahpahaman dalam pengungkapan perasaan

sering terjadi, lantaran munculnya asumsi-asumsi tanpa penjelasan dari kedua

belah pihak. Wanita seringkali merasa enggan untuk menyatakan perasaannya

terlebih dahulu karena merasa bahwa kodrat seorang wanita adalah untuk

dijekar dan bukan mengejar. Wanita juga menganggap bahwa pengakuan

akan status yang jelas secara verbal merupakan sebuah hal penting dalam
123

berjalannya sebuah hubungan. Sedangkan pria, menganggap bahwa perasaan

yang serius, dapat ditunjukkan melalui tingkah laku dan gestur kepada orang

yang dicintai, bagi pria gestur yang dilakukan kepada wanita yang dicintai

akan sangat menampakkan dengan jelas perasaan yang mereka miliki,

sedangkan wanita menganggap hal tersebut hanya akan memunculkan

spekulasi yang ambigu. Ketika pria dan wanita memutuskan untuk

menurunkan ego masing-masing dan mulai menjelaskan mengenai suatu hal

dari perspektif keduanya, maka permasalahan komunikasi yang dilandasi oleh

peran gender pria dan wanita akan dapat diselesaikan.

Novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati karya Alnira ini, juga

menggambarkan perkembangan intimate relationship yang terjalin antara

kedua tokoh utamanya. Pada awalnya hubungan yang mereka miliki adalah

jenis hubungan liking, yaitu jenis hubungan yang biasa terjadi pada hubungan

pertemanan, Kemudian hubungan tersebut berkembang menjadi hubunga

Romantic Love, yang terjalin ketika mereka menjadi sepasang kekasih Tahap

terakhir adalah Consummate Love, ketika Dira dan Ransi akhirnya menikah.

Fase hubungan yang terjadi antara tokoh Dira dan Ransi, jika dikaji

dengan teori perkembangan hubungan Knapp, maka, tahap inisiasi yang

terbentuk adalah saat reuni, ketika itu terjadi sebuah kontak antara Dira dan

Ransi setelah lama tidak bertemu.

“Aku Akbar” Jawabnya.


“Kamu Ransi, kok Akbar, sih?” Seingatku namanya Ransi, bukan Akbar (Bab 1:
5)
Fase berikutnya adalah Eksperimen, saat itu Dira mulai mencari tahu
124

informasi tentang Ransi, seperti hari ulang tahun Ransi dan Dira membuatkan

kue untuknya, karena hal itu pula Dira menyadari bahwa ia menyukai Ransi,

Aku ingat sekali kapan kali pertama aku menyadari perasaan ini tidak lagi
murni antara sahabat, tapi sudah berkembang menjadi cinta, saat ulang
tahunnya yang ke dua puluh dua. Aku yang memang senang membuat kue, kali
pertama membuat kue tar khusus untuknya. Saat dia mencicipi kue itu aku
melihat binar bahagianya. (Bab 3: 21)

Kemudian tahap Intensifikasi, pada tahap ini terjadi perubahan sikap pada

dua tokoh, seperti saat Ransi rela menjemput Dira yang pulang malam sendiri

meskipun jaraknya jauh, serta bersikap lebih terbuka kepada Dira

dibandingkan orang tuanya.

Akbar Ransi A: Kenapa?


Andira Ramadhani: Aku masih meeting di kantor, mau pulang takut, naik
motor sendirian soalnya
Akbar Ransi A: Ya udah tunggu. Aku Jemput. (Bab 3: 23)

“Kamu nggak coba jelasin sama mama kamu?” tanyaku.


“Aku belum berani ngomong, ini juga ngomongnya baru sama kamu.”
“Kenapa ngomongnya sama aku?”
“Kamu kan sahabat aku, Dir.”
Lagi-lagi kata itu yang keluar dari mulutnya.
“Ya kenapa aku? Kan ada yang lain?”
“Ya karena aku nyamannya cerita sama kamu” ujarnya. (Bab 6: 43)

Kemudian fase berikutnya adalah Integrasi, yaitu ketika Dira

memberanikan untuk menyatakan perasaannya dan meminta kejelasan

perasaan Ransi.

“Itu kunci aku kasih buat kamu. Memang nggak kasatmata, sama kaya
perasaan aku ke kamu. Nggak bisa dipegang tapi bisa kamu rasa. Aku kasih
kunci itu ke kamu, yang artinya kamu adalah satu-satunya wanita yang punya
akses untuk jadi istriku. Dan kunci itu gak ada duplikatnya,” katanya sambil
mencium tanganku yang sedang digenggamnya. (Bab 23: 234)
125

Fase terakhir yaitu Ikatan, di mana fase ini terjadi pada 29 dan Bab

Epilog, Ransi menyatakan keseriusannya dengan Dira dan melamar Dira pada

ibunya, kemudian pada bab Epilog telah dijelaskan bahwa Ransi dan Dira

telah menikah.

“Iya, dulu rencananya memang seperti itu, Bu. Tapi setelah saya pikir ulang
dan berunding dengan keluarga, sepertinya semakin cepat semakin baik. Tapi
saya tidak bisa mengadakan pesta yang mewah. Namun, untuk mahar,
Inshaallah saya bisa memuliakan Dira, Bu.” (Bab 29: 291)

Mereka sudah menikah 7 bulan yang lalu. Pernikahan sederhana yang memang
menjadi impian Dira. (Bab Epilog: 297)
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Novel Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati menggambarkan

sebuah konstruksi realitas sosial yang didasari oleh gender pada

tokoh Ransi dan Dira, di mana karakter kedua tokoh dibentuk

berdasarkan latar belakang, kedudukan dan pendidikan. Ransi

merupakan tokoh yang memiliki sikap pendiam, tertutup,

bertanggung jawab dan disiplin, dikarenakan latar belakangnya yang

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara serta dikarenakan oleh

profesinya sebagai seorang guru di mana latar belakangnya tersebut,

menuntut ia sebagai panutan bagi adik dan murid-muridnya.

Sedangkan tokoh Dira, digambarkan sebagai tokoh yang mandiri dan

berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Hal ini

dikarenakan latar belakangnya yang merupakan anak di luar nikah

dan tidak diharapkan oleh ibu kandungnya. Tokoh Dira bersikap lebih

hati-hati karena tidak ingin apa yang terjadi pada ibunya juga terjadi

kepada dirinya dan anaknya kelak.

2. Konstruksi gender yang digambarkan dalam novel Friendzone:

Lempar Kode Sembunyi Hati, mencoba untuk mematahkan

126
127

3. stigma-stigma di masyarakat yang berkaitan dengan gender, di mana

kesuksesan pria hanya dinilai dari finansialnya, sementara novel ini

menggambarkan konstruksi gender pria melalui tokoh Ransi dengan

menyatakan bahwa finansial bukan merupakan satu-satunya faktor

pendukung untuk mengkategorikan seseorang sebagai pria

bertanggung jawab. Kondisi finansial tetap harus dibarengi oleh sikap

bertanggung jawab pada keputusan yang telah diambil. Sementara

konstruksi gender yang terbentuk pada seorang wanita, adalah adanya

stigma mengenai masa lalu wanita akan memengaruhi masa

depannya, stigma tersebut dipatahkan oleh tokoh Dira yang

digambarkan memiliki masa lalu sebagai anak di luar nikah, namun

masa lalu tersebut dijadikan sebagai pelajaran agar kesalahan yang

sama tidak terulang lagi.

4. Konstruksi gender yang terbentuk pada novel ini, memberikan

pengaruh pada karakter dan sikap tokoh yang juga memengaruhi

tokoh dalam menunjukkan perasaannya. Dalam hal ini, tokoh Ransi

digambarkan menunjukkan perasaannya melalui tindakan yang

mengandung makna intim seperti, mengelus rambut Dira,

memberikan jaketnya untuk menutupi kaki Dira, memberikan akses

gawainya pada Dira agar tak ada rahasia di antara mereka. Sementara

tokoh Dira menunjukkan perasaannya melalui verbal seperti, bertanya

langsung mengenai perasaan Ransi padanya dan meminta penegasan

akan kejelasan hubungan Ransi dengan dirinya.


128

5. Bentuk pengekspresian yang ditunjukkan oleh tokoh Dira dan Ransi

memberikan pengaruh berupa berkembangnya intimate relationship

yang terjalin antara tokoh Dira dan Ransi. Perkembangan hubungan

Dira dan Ransi, setelah dianalisis dengan segitiga cinta Sternberg

dapat diketahui bahwa hubungan Dira dan Ransi berkembang dari

Liking, di mana hubungan ini dikategorikan saat Dira dan Ransi

masih berteman. Romance, ketika Dira menyatakan perasaannya pada

Ransi, dan Ransi menegaskan bahwa hubungan keduanya adalah

sepasang kekasih dan Consummate love, ketika Ransi meminta izin

pada ibu Dira untu menikahi Dira, dan keduanya menikah.

6. Nilai yang bisa duipelajari dari alur cerita novel ini adalah bahwa

dalam sebuah hubungan, komunikasi yang terjalin antara kedua

individu tersebut merupakan hal yang paling penting dalam

kelangsungan hubungan yang terjalin tersebut, pentingnya berterus

terang dengan apa yang dirasakan dapat meminimalisir

kesalahpahaman yang terjadi akibat kesalahan komunikasi.

6.2. Saran
Kepada pembaca novel dan pembaca penelitian ini, maka saran yang diberikan

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mencapai keberhasilan dalam intimate relationship, perlu adanya

komunikasi antara pria dan wanita sehingga masing-masing pihak

mendapatkan pandangan dari perspektif lain untuk menghindari

kesalahpahaman yang terjadi.


129

2. Karena pria dan wanita memiliki egonnya masing-masing, maka dalam

mencapai intimate relationship yang sempurna, diperlukan adanya sikap

pengertian untuk menurunkan ego yang dimiliki, agar tidak terjadi

pertentangan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :
Abrams, M.H. 1999. A Glossary Of Literary Terms 7 th Edition. Boston : Heinle &
Heinle
Alex, Sobur. 2009. Analisis Teks, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Alnira. 2018. Friendzone: Lempar Kode Sembunyi Hati. Jakarta : Grasindo
Babbie, Earl. 1998. The Practice of Social Research 8th Edition. Belmot:
Wodsworth Publishing Company
Berger, Peter L & Thomas Luckmann. 1991. The Social Construction Of Reality.
England : Penguin Books
Connell. R.W. I987. Gender and Power. Cambridge: Polity Press
DeVito, Joseph A. 1997. Human Communication The Basic Course 5th Edition.
Jakarta : Proffesional Books.
DeVito, Joseph A. 2015. Human Communication The Basic Course 13th Edition.
New York : Pearson Education
Eriyanto. 2012. Analisis Framing. Yogyakarta : LKiS
Gray, John. 2003. Men Are From Mars, Women Are From Venus : The Classic
Guide To Understanding The Opposite Sex. New York : HarperCollins
Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi
Interpersonal. Yogyakarta : Penertbit Kanisius
Hoyenga K.B & K.T Hoyenga: 1993. Gender Related Differences. Boston: Allyn
and Bacon
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Edisi keenam. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Knapp, Mark. L dan Anita L. Vangelisti. 2005. Interpersonal Communication and
Human Relation 5th Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Leman, Kevin. 2009. The Birth Order Book: Why You Are The Way You Are.
Grand Rapids: Revell
Littlejohn, Stephen W & Karen A Foss. 2009. Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta :
Salemba Humanika.
Lukacs, Georg. 1988. The Theory Of Novel. London : The Merlin Press
McQuail, Denis. 1983. Mass Communication Theory 2nd Edition. London : Sage
Publications.
McEnery, Tony dan Andrew Hardie. 2012. Corpus Linguistics: Methods, Theory
and Practice. Cambridge: Cambridge University Press
Miller, Rowland S. 2015. Intimate Relationship 7th Edition. New York : McGraw
Hill
Mulyana, Deddy. 2014. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar Cetakan 18.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjahmada
University Press
Rohman, Taufiq. 2019. Psikologi Perkembangan. Jambi : Penerbit Buku
Literasiologi

130
131

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D.


Bandung : Alfabeta
Sternberg, R.J. 1986. Triangular Theory of Love. Psychological Review. 93(2):
119-135. Amerika Serikat: Yale Univrsity
Sumardjo, Jakob. 1993. Novel Populer Indonesia, Yogyakarta: CV. Nur Cahaya
. 1995. Sastra dan Massa. Bandung: Penerbit ITB
Tannen, Deborah. 1990. You Just Don’t Understand : Woman and Men In
Conversation. New York : Ballantine Books
West, Candace and Don H. Zimmerman. 1987. Gender and Society Vol. 1.
Californiaa : Sage Publication

Sumber Jurnal :
Chrisanty, Priscilla. 2012. Konstruksi Realitas Keotoriteran Presiden Soekarno
dalam Novel: Analisis Framing Teks Novel The Years of Living
Dangerously. Jurnal Komunikasi Indonesia. 1(1): 31-36.
Diani, Marlia Rahma. 2015. Intimate Relationship Pada Pasangan Ta’aruf
[Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hasibuan, Ismar Rasoki. 2015. Konstruksi Pemberitaan Miss World 2013 di
Media Massa (Analisis Framing pada Harian Sindo dan Republika)
[Skripsi]. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Khaerunnisa, Andini. 2016. Konstruksi Cantik dalam Novel After Dark Karya
Haruki Murakami (Sebuah Analisis Framing) [Skripsi]. Makassar :
Universitas Hasanuddin.
Muhidin, Iqbal. 2017. Konstruksi Gender dalam Novel Amina [Skripsi].
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Pohan, Muhammad Munawir. 2018. Analisis Framing Nilai Siri pada Sosok
Zainuddin dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Jurnal
Manajemen Pendidikan dan Keislaman. 1(7): 98-110.
Pratamawaty, Bona Benazir dkk. Model Konstruksi Makna Peran dan Posisi
Perempuan Indonesia Pelaku Kawin Campuran. Jurnal ASPIKOM. 3(4):
700-711.
Proboastiningrum, Fitriana Diah. 2016. Studi Kasus Penyesuaian Diri dan Sosial
Remaja Hamil di Luar Nikah. E-Jurnal Bimbingan dan Konseling. 7(5):
98-107
Sulistijani, Endang. 2017. Relasi Gender dalam Ekspresi Cinta Tokoh pada
Cerpen Bertema Cinta Karya Seno Gumira Ajidarma. Jakarta :
Universitas Indraprasta PGRI.
Susanti, Lita Andari. 2018. Aspek Gender dalam Novel Genduk Karya Sundari
Mardjuki : Tinjauan Sastra Feminis dan Implementasinya Sebagai Bahan
Ajar Sastra di SMA [Skripsi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Tunjungsari, Ajeng Novita. 2017. Proses Terbentuknya Intimate Relationship dan
Upaya Mengelola Konflik dalam Hubungan Pacaran [Skripsi]. Semarang:
Universitas Diponegoro
132

Sumber Surat Kabar:


Alkhajar, Eka Nada Shofa. 2012. Novel dan Pendidikan Karakter. Dalam
Joglosemar. 22 Oktober 2012. Solo

Sumber Internet:
Satrio Arismunandar. Arvan Pradiansyah: Penyebab Perceraian adalah Kurangnya
Komitmen [Internet]. Kompasiana Beyond Blogging.
https://www.kompasiana.com/satrioarismunandar/59ec43f5b464260cf137
2be2/arvan-pradiansyah-penyebab-perceraian-adalah-kurangnya-
komitmen?page=all (diakses pada 16 November 2019)
Bambang Trim. Entengnya Bilang Best Seller [Internet]. Manistebu.com
Informasi dan Pengetahuan Segar seputar Dunia Literasi dan Perbukuan.
https://manistebu.com/2011/12/entengnya-bilang-best-seller/(diakses
pada 16 November 2019)
Wattpad. Diary Alnira [Internet]. wattpad.com.
https://www.wattpad.com/story/121089041-diary-alnira (Diakses pada
31 Desember 2019)
Wikipedia. Differences Theory [Internet]. Wikipedia.com.
https://en.wikipedia.org/wiki/Difference_theory (Diakses pada 31
Desember 2019)
Wikipedia. Novel [Internet]. Wikipedia.com. https://id.wikipedia.org/wiki/Novel
(Diakses pada 31 Desember 2019)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai