AGAMA
PERMASALAHAN “CATCALLING”DIKALANGAN
MAHASISWI DILINGKUNGAN KAMPUS
DISUSUN OLEH :
NAMA : WENNY ADISTI OCTAVIANA
KELAS : 1PK1
NIM : 962019017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah ini walaupun dalam bentuk yang sederhana. Makalah ini terdiri dari 5 bab yang tersusun
secara sistematis yaitu, Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Kajian Pustaka, Bab 3 Metode Pengumpulan
Data, Bab 4 Pembahasan, dan Bab 5 Penutup. Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
penulis menyadari bahwa jauh dari kesempurnaan dan dalam penyusunan makalah ini penulis
dapat mendapat banyak bantuan baik materi maupun non materi dari pihak yang sangat
bermanfaat untuk itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan hormat dan Terima
Kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Akhir kata kami sebagai penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
Mahasiswa Politeknik Negeri Balikpapan. Khususnya bagi para pembaca pada umumnya. Kami
menyadarai mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….……2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...4
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….5
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………...5
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………….6
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………………………..7
BAB III METODE PENGUMPULAN DATA…………………………………………………...8
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………………………...9
1. Aturan Hukum Terkait Penyelesaian Perkara Perbuatan Catcalling diIndonesia Saat
ini……………………………………………………………………………………..9
2. Dampak dari Catcalling Tersebut Bagi Mahasiswi………………………………….10
3. Perlindungan Hukum Korban Catcalling diIndonesia………………………………11
4. Solusi Atas Catcalling……………………………………………………………….12
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………………13
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..13
B. Saran…………………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………14
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Catcalling adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau bergerombol orang
yang dapat membentuk siulan,sapaan atau bahkan komentar yang bersifa menggoda atau
menurunkan martabat dan harkat perempuan bisa juga disebut pelecehan seksual secara
verbal. (Lystianingati, M.Psi, 2018) Aktivitas Catcalling terdengar awam ditelinga remaja
saat ini, Catcalling atau kata-kata godaan kepada perempuan sering kali diabaikan oleh
kaum perempuan, mereka sangat risih dan terganggu apabila mendapat diri nya sebagai
korban Catcalling, namun para perempuan yang pernah mengalami tindak pelecehan
seksual secara verbal ini tidak bertindak apa-apa karena para korban ini
tidak mengetahui ada undang-undang yang melindungi para perempuan dari tindak
Catcalling atau pelecehan seksual secara verbal. Aktivitas Catcalling dikampus-kampus
kerap terjadi, banyak tindakan Pelecehan seksual secara verbal yang terjadi karena
keisengan belaka, kebanyakan para pelaku melakukan tindak Catcalling ini kepada
perempuan yang berpakaian ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya,akan tetapi tidak
jarang perempuan yang memakai pakaian tertutup pun tidak lepas dari tindak Catcalling.
selain itu pelaku tindak Catcalling juga melakukan nya bukan hanya kepada orang lain,
bahkan kepada teman nya sendiri. para korban Catcalling sering mengabaikan tindakan
seperti ini karena mereka beranggapan tindakan Catcalling ini tindakan yang biasa saja,
pedahal yang harus kaum perempuan ketahui, dampak dari tindak Catcalling ini bisa
menimbulkan trauma, rasa tidak aman, takut untuk bepergian atau keluar rumah, tidak
percaya diri dan timbul ingin berhenti sekolah/kuliah. Kemudian dilingkungan
pendidikan yaitu dikampus-kampus sangat jarang ada iklan layanan masyarakat tentang
pencegahan tindak Catcalling atau pelecehan seksual secara verbal. Dengan demikian
unsur penting dari pelecehan seksual adalah adanya ketidakinginan atau penolakan pada
apapun bentuk-bentuk perhatian yang bersifat seksual. Sehingga bisa jadi perbuatan
seperti siulan, kata-kata, komentar yang menurut budaya atau sopan santun (rasa susila)
setempat adalah wajar. Namun, bila itu tidak dikehendaki oleh si penerima perbuatan
5
tersebut maka perbuatan itu bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual. Jadi, pelecehan
seksual dapat dijerat dengan pasal percabulan (Pasal 289 s.d. Pasal 296 KUHP) dan (310-
315 KUHP) tentang perbuatan tidak menyenangkan. Maka dari itu penting nya para
kaum perempuan tahu bahwa ada undang-undang yang melindungi mereka dari kejahatan
pelecehan seksual secara verbal. Tindakan Catcalling juga bisa berdampak ke berbagai
jenis pelecehan lainnya, seperti; pelecehan verbal fisik, menyentuh korban, memeluk dan
mencium, bahkan sampai melakukan pemerkosaan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2. Tidak menganggap hal spele segala tindak pelecehan seksual secara verbal
(Catcalling).
4. Merubah pola fikir pelaku tentang Catcalling ini adalah suatu bentuk
pelecehan seksual secara verbal
D. MANFAAT PENULISAN
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi para
mahasiswa dan mahasiswi agar tidak menganggap masalah kecil terhadap tindakan
Catcalling dan berani melawan kemudian melaporkan jika menjadi korban Catcalling
karena ada undang-undang yang melindungi kaum perempuan dari tindak Catcalling.
Sehingga membuat pelaku tindak Catcalling jera.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. DEFINISI CATCALLING
Menurut Cambridge Dictionary cat-calling berarti sebuah tindakan meneriaki atau
bersiul secara keras yang mengungkapkan pelecehan, khususnya oleh seorang atau
beberapaorang dalam keramaian. Kebanyakan tindakan cat-calling ini dilakukan oleh
laki-laki yangditujukan kepada perempuan yang bertujuan untuk menggoda
perempuan.Cat-calling juga dipahami sebagai pelecehan di jalanan dalam bentuk
komentar,gerak-gerik, dan tindakan yang tidak diinginkan dengan menyerang orang lain
di tempatumum tanpa kehendak orang yang bersangkutan yang biasanya
merepresentasikan hasratseksual.Dalam budaya lain misalnya di India dan negara-negara
lain di Asia Selatan, cat-calling lebih dikenal degan istilah
“Eve teasing” atau “Godaan Hawa”. Istilah tersebut muncul karena dipautkan dengan
sejarah penciptaan manusia dan hawa berperan sebagai penggoda Adam sehingga
menjerumuskan manusia ke alam dunia. Tidak berbeda jauhdengan definisi cat-calling,
eve teasing juga merepresentasikan kenakalan remaja dalam bentuk agresi seksual seperti
ucapan yang bernada seksual ataupun tindakan meraba-rabakepada lawan jenis khsusnya
laki-laki terhadap perempuan.
B. DEFINISI MAHASISWA
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas,
institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat
disebut sebagai mahasiswa. Dan Mahasiswi adalah Mahasiswa Perempuan.
C. DEFINISI KAMPUS
Kampus, dari bahasa Latin; campus yang berarti "lapangan luas", "tegal". Dalam
pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup yang
merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi.
8
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam pembuatan makalah “
Permasalahan Catcalling diKalangan Mahasiswi diLingkungan Kampus " adalah Penelusuran
Data Online/ Searching Internet
Internet searching merupakan teknik pengumpulan data melalui bantuan teknologi yang
berupa alat / mesin pencari di internet dimana segala informasi dari berbagai era tersedia
didalamnya. Internet searching sangat memudahkan dalam rangka membantu peneliti
menemukan suatu file / data dimana kecepatan, kelengkapan dan ketersediaan data dari
berbagai tahun tersedia. Mencari data di internet bisa dilakukan dengan cara searching,
browsing, surfing ataupun downloading.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
melainkan pujian yang memberikan rasa tidak nyaman mengingat diberikan oleh orang
lain yang tidak dikenal. Contoh catcalling yang sering adalah kata-kata seperti "hai
cewek, hi cantik, kemana sayang?", pada dasarnya bukanlah suatu penghinaan
mengingat penghinaan tidak jauh dari penistaan atau celaan. Penistaan dapat berupa
merendahkan dan celaan dapat berupa kritik, sementara kata-kata dalam catcalling
lebih mengarah kepada pujian maupun hanya sapaan.
Dalam beberapa wawancara yang dilakukan oleh penulis, ditemukan solusi dalam
perspektif pelaku cat-calling (pria). Dalam mengurangi kasus atas cat-calling adalah
dengan pakaian wanita yang harus dibenarkan agar tidak menarik hasrat pria yang
sehingga pelakumelakukan cat-calling kecuali bila wanita itu sendiri yang ingin dijadikan
korban. Pengakuandari beberapa pelaku cat-calling bahwa pada umumnya sifat pria
adalah mudah “terpancing”,entah dalam hal emosional sampai hal ketertarikannya
terhadap wanita mereka akan denganmudah mengeluarkan apa yang mereka rasakan
dalam dirinya. Sehingga dengan wanita menutupi tubuhnya dari hal-hal yang diinginkan
pria, ini menjadi solusi yang setidaknyamengurangi terjadinya kasus
cat-calling
. Beda hal dengan perspektif korban cat-calling (wanita), sebagian dari mereka
sepakat bahwa harus diadakannya pendidikan moral secara formal tentang cat-calling.
Hal itu tidaklain untuk para pelaku cat-calling (pria) agar mengontrol hasrat natural yang
ada dalamdirinya, sehingga untuk melakukan cat-calling dalam bentuk apapun adalah
termasukmelecehkan dan seharusnya itu menjadi pelanggaran hukum moral. Dengan
demikian, atasterjadinya hal itu haruslah ada sanksi yang serius, setidaknya dengan
ancaman seperti iniakan mengurangi kasus cat-calling yang terjadi di masyarakat.Dan
solusi yang diberikan oleh penulis, perlu adanya nilai objektif yang harus dianutoleh
kedua pihak. Misalnya, untuk korban, hindarilah oleh wanita untuk pergi ke jalan-jalan
dengan keadaan sendirian, setidaknya ditemani oleh ayah, saudara laki-laki, ataupun
temanlaki-laki yang dipercaya serta diatur penggunaan pakaiannya. Hal ini akan sangat
menolongwanita agar tidak menjadi korban cat-calling . Sedangkan untuk pelaku, harus
ada nilaiobjektif yang disepakati tentang kesopanan dan kesantunan sehingga pihak lain
tidak merasaterganggu dengan kelakuannya dan diadakannya batasan jelas perilaku apa
yang masuk kedalam kategori cat-calling
13
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bersumber dari kajian diatas, secara garis besar dapat ditarik menjadi 2 kesimpulan,
diantaranya :
a) Catcalling artinya melakukan suatu perbuatan bersifat porno/seksual kepada
orang lain diluar kehendaknya yang memberi rasa tidak nyaman. Perbuatan
pidana catcalling di Indonesia belum memiliki dasar hukum yang pasti.
Penyelesaian perkara tindak pidana catcalling saat ini di Indonesia menggunakan
dasar hukum gabungan pasal pada KUHP dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2008 Tentang Pornografi. Dalam KUHP Pasal 281 dan Pasal 315 serta pada
Undang-Undang Pornografi menggunakan Pasal 8, Pasal 9, Pasal 34 dan Pasal 35.
Walaupun penggunaan pasal tersebut dapat dijadikan dasar hukum perbuatan
catcalling tetapi belum mampu menjamin kepastian hukum secara maksimal.
b) Kita sebagai Mahasiswi yang terkadang sering bertemu dengan kejadian
Catcalling terutama dilingkungan Kampus harus kita lawan jangan takut dengan
mereka para catcallers, karena para korban Catcalling akan dilindungi oleh
hukum yang berlaku.
B. SARAN
1. Kekosongan norma hukum atas catcalling harus segara dibentuk untuk mengurangi
terjadinya perbuatan catcalling dimasyarakat. Pemilihan dasar hukum yang menjadi
dasar hukum perbuatan catcalling juga harus sesuai sehingga pelaku perbuatan
catcalling mendapat hukuman yang setimpal.
2. Perlindungan terhadap korban tindak pidana catcalling harus secara maksimal di
berikan terhadap korban. Perlindungan terhadap korban juga harus menjadi fokus
pemerintah dalan penegakan hukum.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unpas.ac.id/41035/3/BAB%20I.pdf
https://www.academia.edu/35191102/Catcalling
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/47598-1045-102751-1-10-20190322.pdf
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/729/jbptunikompp-gdl-muhammadfa-36446-5-unikom_4-
i.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Kampus
http://pamuncar.blogspot.com/2012/06/definisi-peran-dan-fungsi-mahasiswa.html