Anda di halaman 1dari 8

ETALICA (EGFR-TARGETED LIPOSOME-ENCAPSULATED

CURCUMIN WITH NANO PARTICLE TECHNOLOGY) OPTIMALISASI


TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SOLID DENGAN PEMBAWA
LIPOSOM TERKONJUGASI LIGAND ANTI-EGFR SEBAGAI
ALTERNATIF TERAPI PADA KANKER PAYUDARA TRIPLE-NEGATIF

NILNA JAUHAROTUL KAMELIA – UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Latar Belakang

Menurut World Cancer Research Fund International (2015), 1,7 juta kasus
kanker payudara didiagnosis pada tahun 2012. Hampir dari seperempat (24%)
kasus kanker payudara yang didiagnosis adalah terdapat di kawasan Asia-Pasifik
(sekitar 404.000 kasus dengan laju 30 per 100.000), jumlah terbesar terjadi di
Cina yaitu sekitar 46%, Jepang sekitar 14%, dan Indonesia sekitar 12%.

Di Indonesia, pada tahun 2012 kasus kanker payudara mencapai angka


kejadian 48.998 kasus dan angka kematian sebesar 19.750. Angka kejadian dan
kematian tersebut menempati peringkat pertama di antara negara-negara kawasan
Asia Tenggara (Youlden et al., 2014). Sekitar 20 sampai 25 persen kanker
payudara yang ditemukan adalah berjenis triple-negatif. Kanker Payudara tipe
Triple Negatif adalah kanker payudara yang tidak mengekspresikan reseptor
estrogen (ER), reseptor progestron (PR) dan human epidermal growth factor
receptor 2 (HER-2) (Cornelia Liedtke,. et. al. 2008).

Terapi kanker payudara dengan keadaan triple negatif biasanya melibatkan


pembedahan/operasi (lumpectomy atau mastectomy), dilanjutkan dengan
radiotherapy kalau lumpectomy yang dikerjakan, dan ditambah dengan
kemotherapy. Saat ini pengobatan dengan kemoterapi merupakan pilihan yang
dirasa cocok untuk kanker payudara tipe triple negatif, namun tentunya
pengobatan dengan kemoterapi akan menimbulkan efek samping yang cukup
besar pada pasien. Efek samping kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi
tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker tetapi juga menyerang sel-sel sehat,
terutama sel-sel yang membelah dengan cepat (Noorwati, 2007). Dalam suatu

1
penelitian yang dilakukan oleh Love et al. (1989) didapatkan persentase pasien
yang mengalami efek samping dari kemoterapi yang dijalaninya yaitu kerontokan
rambut sebanyak 89%, mual 87%, lelah 86%, muntah 54%, gangguan tidur 46%,
peningkatan berat badan 45%, sariawan 44%, kesemutan 42%, gangguan pada
mata 38%, diare 37%, konstipasi 19 %, kemerahan pada kulit 18% dan penurunan
berat badan 13%. Efek samping kemoterapi bervariasi tergantung regimen
kemoterapi yang diberikan. Salah satu efek samping yang sering ditemukan akibat
kemoterapi adalah alopesia. Didapatkan lebih dari 80% wanita yang menjalani
kemoterapi mengatakan bahwa alopesia merupakan aspek paling traumatik dari
kemoterapi yang dijalaninya dan 8% pasien bahkan berhenti dari kemoterapi
karena ketakutannya akan mengalami alopesia (Botchkarev, 2003). Efek samping
mulai muncul pada waktu yang berbeda-beda dan dapat menimbulkan keluhan
subyektif yang dirasakan pasien. Berdasarkan literatur di atas, tampak bahwa
cukup banyak efek samping yang dapat ditimbulkan oleh kemoterapi. Oleh karena
itu, saat ini peneliti sedang mengembangkan pengobatan yang memiliki lebih
sedikit efek samping dibandingkan dengan pengobatan kanker pendahulunya.
Beberapa usaha pengobatan kanker telah dilakukan secara intensif namun sampai
saat ini obat kanker yang benar-benar efektif belum ditemukan. Hal ini karena
rendahnya selektifitas obat-obat kanker yang digunakan maupun karena belum
diketahuinya dengan jelas proses karsinogenesis itu sendiri.

Kurkumin merupakan bagian terbesar pigmen kuning yang terdapat dalam


rimpang kunyit (Curcuma longa L.) yang memiliki berbagai aktivitas biologis
seperti antioksidan, antiinflamasi, dan antineoplastik (Meiyanto, 1999). Selama
dua dekade belakangan ini penelitian tentang kurkumin sebagai bahan aktif untuk
beberapa penyakit telah banyak dilakukan. Di antara penelitian-penelitian tersebut
antara lain melaporkan tentang efek kurkumin sebagai antioksidan (Rao, 1997),
antiinflamasi (Van der Goot, 1997; Sardjiman, 1997), antikolesterol (Bourne et al.,
1999), antiinfeksi (Sajithlal et al., 1998), antikanker (Singletary et al., 1998;
Huang et al., 1998), dan anti HIV (Mazumder et al., 1997; Barthelemy et al.,
1998). Menurut penelitian Nurrocmad (2004) Kurkumin dapat memacu proses

2
apoptosis melalui beberapa cara, misalnya dengan menekan ekspresi Bcl2 melalui
penghambatan prostaglandin. Adanya hambatan ekspresi Bcl2 membuat kurkumin
potensial untuk dikembangakan menjadi alternatif terapi pada kanker payudara
triple negatif karena mekanismenya yang sesuai dengan patogenesis kanker
payudara triple negatif yang salah satu penyebabnya dikarenakan over ekspresi
dari ligan EGFR yang setipe dengan Bcl2. Untuk lebih mengoptimasikan kinerja
dari kurkumin maka dapat dilakukan modifikasi teknologi sediaan farmasi solid
dengan pembawa liposom terkonjugasi, untuk meningkatkan target lokasi ekspresi
kurkumin agar sesuai dan tidak membahayakan sel normal lainnya.

Kurkumin

Curcumin (1,7-bis (4′ hidroksi-3 metoksifenil) -1,6 heptadien, 3,5-dion


merupakan komponen penting dari Curcuma longa Linn. yang memberikan warna
kuning yang khas (Jaruga et al., 1998 dan Pan et al., 1999). Curcumin termasuk
golongan senyawa polifenol dengan struktur kimia mirip asam ferulat yang
banyak digunakan sebagai penguat rasa pada industri makanan. Serbuk kering
rhizome (turmerik) mengandung 3-5% Curcumin dan dua senyawa derivatnya
dalam jumlah yang kecil yaitu desmetoksi kurkumin dan bisdesmetoksikurkumin,
yang ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid (Tonessen, 1995).

Aktivitas antikanker Curcumin telah banyak diteliti menggunakan


berbagai pendekatan pada berbagai jenis kanker baik secara in vitro maupun in
vivo. Curcumin dapat dikembangkan sebagai obat antikanker yang poten.
Aktivitas antikanker Curcumin dikaitkan dengan kemampuannya sebagai
penghambat COX maupun pada jalur signaling sel, baik melalui pemacuan
apoptosis maupun cell cycle arrest dengan mempengaruhi produk gen penekan
tumor maupun onkogen (Meiyanto, 1999). Selain itu, dikaitkan juga dengan
kemampuannya sebagai antioksidan, penghambatan karsinogenesis,
penghambatan proliferasi sel, antiestrogen, dan antiangiogenesis.

Kurkumin dapat memacu proses apoptosis melalui beberapa cara,


misalnya dengan menekan ekspresi Bcl2 melalui penghambatan prostaglandin

3
(Nurrocmad, 2004). Selain itu kurkumin dilaporkan juga mampu meningkatkan
level kaspase 3 dan mengaktifkannya. Pengaktifan kaspase 3 yang berakibat
terjadinya apoptosis, disebabkan karena kurkumin dapat memacu cyt c dengan
cara memacu terjadinya oksigen reaktif dan hilangnya potensial membran pada
mitokondria (Bhaumik et al., 1999). Pada penelitian lain menunjukkan bahwa
kurkumin dapat meningkatkan ekspresi gen p53 dan Bax, menurunkan bcl2 serta
lokalisasi p21 dan Gadd45 pada nukleus (Chen and Huang., 1998).

ETALICA (EGFR-Targeted Liposome-Encapsulated Curcumin Technology)

Banyaknya penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara


pengaruh ekspresi dari kurkumin dengan penghambatan aktivitas kanker membuat
kita harus menciptakan inovasi untuk meningkatkan targeting dari ekspresi
kurkumin agar tepat sasaran. Salah satunya adalah dengan cara membuat sediaan
farmasi solid dalam bentuk kapsul dengan pembawa liposom berbasis nano
partikel teknologi PEG terkonjugasi.

Berdasarkan penelitian Ngo (2015) teknologi EGFR-targeted liposome-


encapsulated curcumin dapat membunuh sel kanker pankreas manusia BxPC-3
secara in vitro lebih efektif daripada yang non-target. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa formulasi tersebut tidak hanya meningkatkan efektivitas
pengobatan tetapi juga mengurangi toksisitas terapi. Pemilihan teknologi EGFR-
targeted liposome-encapsulated curcumin berhubungan dengan aktivitas sistem
penghantara obat menuju sel target. Konsep targeting obat dan penghantaran obat
secara terkendali telah digunakan untuk memperbaiki index terapeutik obat
dengan meningkatkan lokalisasinya terhadap organ yang spesifik, sel-sel jaringan
dan dengan menurunkan potensinya untuk menyebabkan toksisitas atau efek
samping pada lokasi normal yang sensitif. Pembawa liposom dipilih karena
sifatnya yang lipofil dan sesuai dengan karakteristik sel dalam payudara, dimana
sel dalam payudara bersifat lipofil dengan cukup banyak lapisan lemak. Apabila
sistem penghantaran obat memiliki karakteristik yang sejenis dengan lokasi target,
maka akan membuat obat tersebut dihantarkan secara spesifik menuju sel target

4
dengan karakteristik yang sama. Selain itu pemilihan liposom didasarkan kepada
sifat dari sel kanker yang memiliki permeabilitas sel yang jauh lebih besar
daripada sel normal. Apabila kita memodifikasi sediaan obat dengan liposom
dengan ukuran partikel yang tidak telalu kecil seperti pada nano teknologi, yakni
berukuran sekitar 100 nm. Ukuran partikel yang tidak terlalu kecil seperti pada
nano tenologi memungkinkan untuk obat dengan penghantar liposom dapat lebih
cepat masuk pada target sel kanker yang permeabilitasnya tinggi, dan akan lebih
sedikit kemungkinannya untuk masuk kedalam sel normal karena
permeabilitasnya yang rapat. Kondisi tersebut akan memungkinkan obat
dihantarkan secara terfokus pada sel target dan dapat meminimalisir efek samping
yang dapat timbul pada sel normal karena paparannya yang rendah.

Untuk dapat memadukan bahan aktif obat dengan pembawa liposom maka
harus dilakukan formulasi sediaan terlebih dahulu. Formulasi ETALICA pada
dasarnya sama dengan Formulasi EGF-LP-Cur yang dilakukan pada penelitian
kanker pankreas. Pada dasarnya formulasi melibatkan tiga langkah utama.
Pertama, maleimide-pegylated liposome-encapsulated curcumin (Cur) disusun
dengan menggunakan metode Film hidrasi tipis, kemudian dengan sonikasi dan
ekstrusi untuk menginduksi ukuran partikel. Kedua, rekombinan EGF murine
menggunakan reagen Traut, dan kemudian baru disiapkan thiolated EGF dan
diinkubasi dengan LP-Cur semalam di lingkungan dengan gas nitrogen. EGF yang
akan terkonjugasi ke permukaan liposom melalui Reaksi compoupling maleimide-
thiol untuk membentuk EGF-LP-Cur. Akhirnya, murni EGF-LP-Cur diperoleh
menggunakan permeasi gel kromatografi (Ngo,2015). Berdasarkan penelitian
tersebut dapat diketahui jika formulasi sudah efektif untuk targeting sel kanker
pada pankreas.

Untuk itu diharapkan, formulasi tersebut juga dapat digunakan untuk


targeting sel kanker yang berbeda, yakni targeting sel kanker payudara untuk
menekan ekspresi EGFR dengan mengunakan ETALICA (EGFR-Targeted
Liposome-Encapsulated Curcumin Technology). ETALICA memungkinkan untuk
diterapkan di sel kanker payudara karena sifat dari liposom adalah lipofil, hal

5
tersebut sesuai dengan sifat sel didalam kanker payudara. Selain itu aktivitas
kurkumin yang terbukti dapat menekan ekspresi dari Bcl2 menimbulkan hipotesis
baru, bahwa teknologi formulasi ini juga dapat diterapkan untuk menekan
ekspresi EGFR, dimana profil dari EGFR memiliki kemiripan dengan Bcl2.

Apabila teknologi formulasi sediaan ini setelah diujikan secara in-vitro


dan in-vivo pada sel kanker payudara tripel negatif terbukti dapat menekan
ekspresi EGFR dan menekan aktivitas dari sel kanker, maka akan dapat
dihalsilkan output berupa alternatif terapi pengobatan dalam tripel negatif yang
potensial untuk dilakukan, dimana dapat kita ketahui bersama jika kanker tripel
negatif tersebut masih tergolong sulit dalam pengobatannya, sehingga diharapkan
dapat memberikan inovasi baru dalam dunia medis atau pengobatan kanker.

Daftar Pustaka

Barthelemy, S., L. Vergnes, M. Moynier, D. Guyot, Labidalle, and E. Bahraoui.


1998. Curcumin and curcumin derivatives inhibit Tat-mediated
transactivation of type 1 human immunodeficiency virus long
terminal repeat. Research in Virology 149: 43-52.
Bhaumik, S., R. Anjum, N. Rangaraj, B.V. Padhasari, and A. Khar. 1999.
Curcumin mediated apoptosis in AK-5 tumor cells involves the
production of reactive oxygen intermediates. FEBS Letters 6(2):311-
314.
Botchkarev, V.A. Molecular Mechanism of Chemotherapy-Induced Hair Loss.
Journal of Investigative Dermatology. 2003. 8:72-5.
Bourne, K.Z., N. Bourne, S.F. Reising, and L.R.Stanberry. 1999. Plant product as
topical icrobicide candidates: assesment of in vitro and in vivo
activityagainst herpes virus type-2. Antiviral Research 42 (3): 219-
226.
Cornelia Liedtke,.et. al. 2008. Response to Neoadjuvant Therapy and Long-Term
Survival in Patients With Triple-Negative Breast Cancer. Journal of
Clinical Oncology 26:1275-1281.

6
Chen, T.A., and H.C. Huang. 1998. Effect of curcumin on cell cycle progression
and apoptosis in vascular smooth muscle cells. British Journal of
Pharmacology 24 (6): 1029-1040.
Huang, M.T., Y.R. Lou, J.G. Xie, W. Ma, P.L. Yao, Y. Patricia, T.Z. Bao, H.
Newmark, and T.H. Chi. 1998. Effect of dietary curcumin and
dibenzoilmethane on formation of 7,2-dimethilbenz (a)anthracene-
induce mammary tumours and lymphomas/leukemias in Sencar mice.
Carcinogenesis 19 (9): 1697-1700.
Jaruga et al, (1998) dan Pan et al., (1999). Kunyit (Curcuma longa Linn.).
Diperoleh tanggal 20 April 2016 dari
http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com.
Love, R.L., Leventhal, H., Easterling, D.V., Nerenz. D.R. Side Effects and
Emotional Distress During Cancer Chemotherapy. Wisconsin
Clinical Cancer Center. 1989. 63:604-12.
Mazumder, A., N. Neamati, S. Sunder, J. Schultz, H. Pertz, E. Eich, and Y.
Pommier. 1997. Curcumin analogs with altered potencies against
HIV-1 integrase as probes for biochemical mechanisms of drug
action. Journal of Medicinal Chemistry 40: 3057-3063.
Meiyanto, E. 1999. Kurkumin Sebagai Obat Antikanker : Menelusuri Mekanisme
Aksinya. Majalah Farmasi Indonesia. 10 (4) : 224—236
Ngo, U. M., Le, D., T. Nguyen., Q. Nguyen, J. Ton, and G. Pillai. 2012.
Formulation of EGFR-Targeted Liposome-Encapsulated Curcumin
for Cancer Treatment. Sullivan University College of Pharmacy. US.
Noorwati, S., 2007. Kemoterapi, manfaat dan efek samping. Dharmais Cancer
Hospital. Jakarta.
Nurrochmad, Arief. 2004. REVIEW: The new paradigm of curcumin and its
anticancer activity. Jurusan Biologi FMIPA UNS: Surakarta.
Rao M.N.A. 1997. Antioxidant properties of curcumin, In: Pramono, S., U.A.
Jenie, S.S. Retno, and G. Didik (eds.). Proceedings of the
International Symposium on Curcumin Pharmacochemistry (ISCP),
39-47. Yogyakarta: Faculty of Pharmacy Gadjah Mada University.

7
Sajithlal, G.B., P. Chithra, and G. Chandrakasan. 1998. Effect of curcumin on the
advanced glication and gross-linking of collagen in diabetic rats.
Biochemical Pharmacology 15:56 (12): 1607-1614.
Sardjiman., M.R. Samhoedi, L. Hakim, H. van der Goot,H. Timmerman. 1997.
1,5-Diphenyl-1-4-pentadiene- 3-ones and cyclic analogues as
antioxidative agents. Synthesis and structure-activity relationships.
In: Pramono, S., U.A. Jenie, S.S. Retno, and G. Didik (eds.).
Proceedings of the International Symposium on Curcumin
Pharmacochemistry (ISCP), 175-185.Yogyakarta: Faculty of
Pharmacy Gadjah Mada University.
Singletary, K, C. MacDonald, Iovinelli, C. Fisher, and M. Wallig. 1998. Effect of
the β-diketones diferuloylmethane (curcumin) and dibenzoylmethane
on rat mammary DNA adducts and tumors induced by 7,12-
dimethylbenz[a]anthracene. Carcinogenesis 19 (16): 1039-1043.
Tonnesen HH, Karlsen J (1995) Recent Development in The Use of Curcumin as
a potential Drug. Dalam: Pramono S et. al. Recent Developments in
Kurkumin Pharmacochemistry. Aditya Media, Yogyakarta.
Van der Goot H. 1997. The chemistry and qualitative structure-activity
relationshipof curcumin. In: Pramono, S., U.A. Jenie, S.S. Retno,
and G. Didik (eds.). Proceedings of the International Symposium on
Curcumin Pharmacochemistry (ISCP), 13-27. Yogyakarta: Faculty
of Pharmacy Gadjah Mada University.
World Cancer Research Fund International. 2015. Breast Cancer Statistic.
http://www.wcrf.org/int/cancer-facts-figures/data-specific-
cancers/breast-cancer-statistics. London. Diakses 24 April 2016
Youlden, Danny R, Et al. 2014. Incidence and mortality of female breast cancer in
the Asia-Pacific region. Cancer Biol Med 2014;11:101-115.
doi:10.7497/j.issn.2095-3941. 2014.02.005

Anda mungkin juga menyukai