Anda di halaman 1dari 10

Judul : 

 NANOLEC : POTENSI  NANOKAPSUL KITOSAN LECTIN BIJI


OKRA (Abelmoschus esculentus) SEBAGAI MODALITAS TERAPI
MUTAKHIR DALAM TATA LAKSANA PENYAKIT KANKER PAYUDARA
TRIPLE-NEGATIF BERBASIS AKTIVITAS PENGIKATAN KARBOHIDRAT
PERMUKAAN SEL

Karya : Nilna Jauharotul Kamelia

Pendahuluan

Menurut World Cancer Research Fund International [1], 1,7 juta kasus kanker
payudara didiagnosis pada tahun 2012. Hampir dari seperempat (24%) kasus
kanker payudara yang didiagnosis adalah terdapat di kawasan Asia-Pasifik
(sekitar 404.000 kasus dengan laju 30 per 100.000), jumlah terbesar terjadi di
Cina yaitu sekitar 46%, Jepang sekitar 14%, dan Indonesia sekitar 12%.

Di Indonesia, pada tahun 2012 kasus kanker payudara mencapai angka


kejadian 48.998 kasus dan angka kematian sebesar 19.750. Angka kejadian
dan kematian tersebut menempati peringkat pertama di antara negara-negara
kawasan Asia Tenggara [2]. Sekitar 20 sampai 25 persen kanker payudara
yang ditemukan adalah berjenis triple-negatif. Kanker Payudara tipe Triple
Negatif (TNBC) adalah kanker payudara yang tidak mengekspresikan
reseptor estrogen (ER), reseptor progestron (PR) dan human epidermal
growth factor receptor 2 (HER-2) [3].

Transformasi keganasan pada kasus kanker sering dikaitkan dengan


perubahan dalam pola glikosilasi permukaan sel. Perkembangan kanker
melibatkan gangguan regulasi siklus sel, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan perubahan dalam ekspresi karbohidrat permukaan sel [4].

Terapi kanker payudara biasanya melibatkan obat-obatan hormonal,


pembedahan/operasi (lumpectomy atau mastectomy), dilanjutkan dengan
radiotherapy, dan ditambah dengan kemotherapy. Saat ini pengobatan
dengan kemoterapi merupakan pilihan terapi untuk kanker payudara tipe triple
negatif. Pengobatan dengan kemoterapi dapat menimbulkan efek samping
yang cukup besar pada pasien.  Efek samping kemoterapi timbul karena obat-
obat kemoterapi tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker tetapi juga
menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat [5].
Dalam suatu penelitian didapatkan persentase pasien yang mengalami efek
samping dari kemoterapi yang dijalaninya yaitu kerontokan rambut sebanyak
89%, mual 87%, lelah 86%, muntah 54%, gangguan tidur 46%, peningkatan
berat badan 45%, sariawan 44%, kesemutan 42%, gangguan pada mata
38%, diare 37%, konstipasi 19 %, kemerahan pada kulit 18% dan penurunan
berat badan 13%[6]. Efek samping kemoterapi bervariasi tergantung regimen
kemoterapi yang diberikan. Salah satu efek samping yang sering ditemukan
akibat kemoterapi adalah alopesia. Didapatkan lebih dari 80% wanita yang
menjalani kemoterapi mengatakan bahwa alopesia merupakan aspek paling
traumatik dari kemoterapi yang dijalaninya dan 8% pasien bahkan berhenti
dari kemoterapi karena ketakutannya akan mengalami alopesia [7]. Efek
samping mulai muncul pada waktu yang berbeda-beda dan dapat
menimbulkan keluhan subyektif yang dirasakan pasien. Berdasarkan literatur
di atas, tampak bahwa cukup banyak efek samping yang dapat ditimbulkan
oleh kemoterapi. Oleh karena itu, saat ini peneliti sedang mengembangkan
pengobatan yang lebih efektif dan memiliki lebih sedikit efek samping
dibandingkan dengan pengobatan kanker pendahulunya. Terapi obat-obatan
hormonal kanker payudara pada umumnya yang memiliki target terapi pada
salah satu reseptor (PR +, ER+, HER-2 +)  sehingga tidak dapat dilakukan
untuk pengobatan TNBC, dimana pada kondisi TNBC ketiga reseptor yaitu
PR, ER, dan HER-2 menunjukkan hasil negatif.  Ketika ketiga reseptor
negatif, ini menunjukkan bahwa kanker bukan disebabkan oleh reseptor
estrogen, reseptor progesterone ataupun reseptor HER-2. Hingga kini
mekanisme dari TNBC masih menjadi fokus studi onkologi,
karena TNBC memiliki mekanisme yang beragam  . Penggunaan nanokapsul
[3]

kitosan menggunakan lectin dari okra, potensial untuk dikembangkan sebagai


terapi pada TNBC, dimana target terapinya berdasarkan abnormalitas dari
ikatan karbohidrat permukaan sel yang umum terjadi pada sel kanker
payudara.  Penggunaan kitosan sebagai polimer bertujuan untuk
menghasilkan waktu kontak lebih panjang antara obat dan permukaan
adsorptif sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat.

Isi

Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.
Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase [8].

Kanker Payudara Triple Negatif


Kanker Payudara tipe Triple Negatif adalah kanker payudara yang tidak
mengekspresikan reseptor estrogen (ER), reseptor progestron (PR) dan
human epidermal growth factor receptor 2 (HER-2) [3] .

Okra (Abelmoschus esculentus)

Okra (Abelmoschus esculentus) adalah tanaman sayuran yang  tumbuh di


daerah tropis dan sub-tropis. Okra termasuk tanaman genus Hibiscus dari
famili Malvaceae (kapas-kapasan). Tanaman ini memiliki julukan Lady’s
Finger karena bentuk buahnya yang panjang dan meruncing di bagian
ujungnya. Okra memiliki kandungan senyawa yaitu kadar air, polyphenol,
protein, lemak, kalium, fosfor, karobohidrat, dan yang paling banyak
yaitu lectin, pectin, tanin, lechitin, galaktosa, rhamnosa, asam galactouronic,
asam amino dan saponin [9]. Pada biji okra diketahui juga terkandung asam
linoleat yang tinggi (sampai 47,4%), asam lemak tak jenuh, lisin dan asam
amino triptofan  [10].

Lectin

Lectin adalah glikoprotein, yang mengikat secara reversibel monosakarida


atau oligosakarida tertentu [11]. Lectin dapat mengikat gugus karbohidrat pada
permukaan eritrosit dan menggumpalkan eritrosit, tanpa mengubah sifat-sifat
karbohidrat. Lectin di dalam okra mampu membunuh sel kanker payudara
hingga 72%. Lectin pada okra mampu memperlambat pertumbuhan kanker
payudara hingga 63%. Aktivitas lectin yang mampu mengenali dan secara
reversibel mengikat mono, oligo-sakarida, atau glikokonjugat pada ekspersi
karbohidrat permukaan sel, membuatnya dapat secara spesifik mengenali
perubahan pola glikosilasi protein pada permukaan sel yang sering kali
dikaitkan dengan aktivitas tumor, sehingga dapat berpotensi menjadi agen
kanker yang spesifik [12].

Teknologi nanokapsul saat ini telah menjadi tren baru dalam pengembangan
sistem penghantaran obat. Teknologi tersebut mampu melepaskan obat
dengan konsentrasi yang relatif lebih tinggi daripada sistem lainnya dan juga
dapat meningkatkan stabilitas zat aktif. Kelebihan lain dari teknologi tersebut
adalah keterbukaannya untuk dikombinasikan dengan teknologi lain, sehingga
membuka peluang untuk dihasilkan sistem penghantaran yang lebih
sempurna. Teknologi nano mampu untuk dikonjugasikan dengan berbagai
molekul pendukung tambahan, sehingga menghasilkan sebuah sistem baru
dengan spesifikasi yang lebih lengkap. Nanokapsul merupakan sistem
dimana obat berada dalam rongga yang dikelilingi oleh membrane polimer
yang unik. Sistem nanopartikel cukup menjanjikan karena kemampuannya
untuk melepaskan obat lebih besar. Ukuran subselular yang memungkinkan
penyerapan intraseluler relatif lebih tinggi daripada sistem partikulat lainnya.
Sistem ini juga dapat meningkatkan stabilitas zat aktif [14].

Nanolec merupakan salah-satu modifikasi sediaan farmasi solid berupa


sediaan nanokapsul dengan pembawa kitosan. Kitosan merupakan polimer
natural yang didapat dari deasetilasi kitin dan merupakan polisakarida
kationik. Kitosan dianggap sebagai sistem pembawa yang aman karena
kitosan merupakan polimer alam yang memiliki sifat biokompatibel,
biodegradabel, non toksik, dan non irritan. Kitosan terdegradasi oleh lisozim di
dalam tubuh menjadi N-asetil glukosamin, yang selanjutnya dikeluarkan
melalui jalur sintetik glikoprotein [15]. Kitosan lebih efisien dalam meningkatkan
uptake obat ketika diformulasi dalam bentuk nanopartikulat dibandingkan
sebagai larutan. Kitosan menghasilkan waktu kontak lebih panjang antara
obat dan permukaan adsorptif, sehingga meningkatkan absorpsinya [16].
Struktur kitosan memungkinkan untuk dilakukan modifikasi kimia yang
beragam, ditambah adanya faktor rentang bobot molekul dan derajat asetilasi
yang lebar, sehingga memungkinkan modifikasi sediaan dilakukan
pengembangan formulasi agar tercipta suatu formulasi obat yang efektif untuk
penghantaran zat aktif menuju sel kanker triple negatif.

Seperti yang telah kita ketahui, Transformasi keganasan pada kasus kanker
sering dikaitkan dengan perubahan dalam pola glikosilasi permukaan sel.
Perkembangan kanker melibatkan gangguan regulasi siklus sel, yang pada
gilirannya dapat menyebabkan perubahan dalam ekspresi karbohidrat
permukaan sel [4].

Gambar 2. Peran Glikosilasi dalam Progesifitas


dan Perkembangan Sel Kanker [17]
Glikosilasi merupakan modifikasi pasca translasi yang terjadi di dalam sistem
ekspresi sel eukariotik dengan penambahan gugus gula (glikosil) pada
untaian polipeptida. Modifikasi ini memiliki peran penting karena sebagian
besar protein pada organisme eukariotik mengalami glikosilasi. Di antaranya,
glikosilasi berperan dalam mempengaruhi konformasi protein (protein folding),
meningkatkan stabilitas protein, mempengaruhi interaksi dengan reseptor,
serta menentukan tingkat immunogenesitas dari protein tersebut. Perubahan
pola glikosilasi protein pada permukaan sel dikaitkan dengan perkembangan
tumor [17].

Dalam formulasi sediaan ini digunakan lectin dari Abelmoschus


esculentus sebagai zat aktif. Lectin mampu mengenali dan secara reversibel
mengikat mono-, oligo-sakarida, atau glikokonjugat [18].  Lectin juga diduga
memodulasi berbagai jalur selular, seperti apoptosis.  Selain itu, lectin diduga
memiliki kemampuan untuk menghambat siklus sel pada G1 dan fase G2 / M,
serta berperan dalam aktivasi dari caspase cascade yang dapat memicu
kematian sel [19]. Aktivitas lectin yang mampu mengenali dan secara reversibel
mengikat mono-, oligo-sakarida, atau glikokonjugat pada ekspersi karbohidrat
permukaan sel, membuatnya dapat secara spesifik mengenali perubahan
pola glikosilasi protein pada permukaan sel yang sering kali dikaitkan dengan
aktivitas tumor. Adanya ikatan dengan ekspresi karbohidrat berlebih pada sel
kanker membuat ATP yang mulanya berlebihan karena gangguan glikosilasi
menjadi normal, sehingga  proliferasinya dapat dihambat.  Selain itu
gangguan glikosilasi akan menginduksi mutasi sel. Adanya ikatan dengan
ekspresi karbohidrat berlebih pada sel kanker membuat glikosilasi menjadi
normal, sehigga dapat menurunkan mutasi sel.
Gambar 3. Mekanisme Apoptosis dan Autofagi

pada Sel Kanker dengan Induksi Lectin [22]


Gambar 3. Mekanisme Apoptosis dan Autofagi pada Sel Kanker dengan Induksi Lectin [22]
Kombinasi antara teknologi nanokapsul, kitosan dan lectin diharapkan dapat
menjadikan suatu bentuk sediaan obat kanker tertarget melalui target ikatan
karbohidrat permukaan sel. Selain itu penggunaan nano teknologi membuat
ukuran partikel menjadi sangat kecil sehingga memungkinkan obat dapat
lebih cepat masuk pada target sel kanker yang permeabilitasnya tinggi. 
Kondisi tersebut akan memungkinkan obat dihantarkan secara terfokus pada
sel target dan dapat meminimalisir efek samping yang dapat timbul pada sel
normal karena paparannya yang rendah. Penggunaan pembawa kitosan juga
memberikan nilai tambah dalam formulasi ini, dimana kitosan menghasilkan
waktu kontak lebih panjang antara obat dan permukaan adsorptif, sehingga
dapat meningkatkan absorpsi obat.

Untuk dapat memadukan bahan aktif obat pada nanokapsul kitosan maka
harus dilakukan formulasi sediaan terlebih dahulu. Adapun digunakan
metode Multiple Emulsion dalam pembuatan nanokapsul kitosan dengan zat
aktif lectin. Bahan yang digunakan adalah  kitosan dengan BM sekitar
227.000 sebagai polimer, lectin sebagaii zat aktif,  asam asetat dan etanol
97% sebagai pelarut dan span dan tween 80 sebagai surfaktan. Tahap
preparasinya yaitu mula-mula disiapkan fase air dan fase minya. Untuk fase
air, solusi kitosan 3%  dicampurkan dengan asam asetat 2% dan tween 80 b/v
hingga 5%. Untuk fase minyak, dicampurkan 1% lectin pada etanol 97%.
Selanjutnya kedua fase dihomogenkan pada 21.000 rpm selama 5 menit
sehingga terbentuk emulsi o/w . Kemudian emulsi o/w dicampurkan dengan
minyak mineral + 5% span 80 yang telah dihomogenkan pada 24.000 rpm
selama 10 menit, dengan perbandingan 1:9.  Campuran tersebut akan
membentuk emulsi o/w/o kemudian ditambahkan
dengan triopolyphosphate dan dihomogenkan kembali pada 21.000 rpm
selama 5 menit, sehingga akan terbentuk emulsi nanokapsul karena ikatan
silang antara kitosan dengan triopolyphosphate pada suhu ruang. Langkah
selanjutnya dapat dilakukan evaporasi larutan pada suhu 50 derajat celcius
selama 30 menit, sehingga terbentuk suspensi nanokapsul pada minyak
mineral. Suspensi tersebut kemudian disentrifugasi pada 14.000 rpm selama
1 jam sehingga nanokapsul yang terbentuk bisa tersegregrasi dari minyak
mineral. Selanjutnya dilakukan pencucian dan redispersi nanokapsul dengan
petroleum eter sebanyak tiga kali, sehingga minyak mineral dapat terbebas
dari nanokapsul. Nanokapsul yang telah terbebas dari minyak mineral
dilakukan proses freezedrying sehingga terbentuk nanokapsul kitosan dengan
zat aktif lectin [20]. Nanokapsul lectin tersebut siap digunakan untuk terapi
kanker masa depan, tentu saja setelah melewati uji karakterisasi, uji preklinis
pada hewan coba dan uji klinis.

Gambar 5. Prosedur Pembuatan Nanokapsul


dengan Metode Multiple Emulsion [13]

Penutup
Apabila teknologi formulasi sediaan ini setelah diujikan secara in-vitro dan in-
vivo pada sel kanker payudara triple negatif terbukti dapat selektif memilih sel
abnormal dan menekan aktivitas dari sel kanker, maka akan dapat dihasilkan
output berupa terapi selektif pengobatan kanker payudara triple
negatif berdasarkan mekanisme pengikatan karbohidrat permukaan sel.
Dapat kita ketahui jika kanker payudara triple negatif masih tergolong sulit
dalam pengobatannya, sehingga diharapkan dapat memberikan inovasi baru
dalam dunia medis atau pengobatan kanker payudara triple negatif.
 

Daftar Pustaka

[1] World Cancer Research Fund International. 2015. Breast Cancer


Statistic. http://www.wcrf.org/int/cancer-facts-figures/data-specific-cancers/ 
breast-cancer-statistics. London. Diakses 24 April 2016.

[2] Youlden, Danny R, Et al. 2014. Incidence and mortality of female breast
cancer in the Asia-Pacific region. Cancer Biol Med 2014;11:101-115.
doi:10.7497/j.issn.2095-3941. 2014.02.005

[3] Cornelia Liedtke,.et. al. Response to Neoadjuvant Therapy and Long-Term


Survival in Patients With Triple-Negative Breast Cancer. Journal of Clinical
Oncology. 2008.  26:1275-1281.

[4] Elmore S. Apoptosis: a review of programmed cell death. Toxicol


Pathol. 2007. 35:495–516.

[5] Noorwati, S., 2007. Kemoterapi, manfaat dan efek samping. Dharmais


Cancer Hospital. Jakarta.

[6] Love, R.L., Leventhal, H., Easterling, D.V., Nerenz. D.R. Side Effects and
Emotional Distress During Cancer Chemotherapy. Wisconsin Clinical Cancer
Center. 1989. 63:604-12.

[7]  Botchkarev, V.A. Molecular Mechanism of Chemotherapy-Induced Hair


Loss. Journal of Investigative Dermatology. 2003. 8:72-5.

[8] Friedenreich CM. Physical activity and breast cancer: review of the
epidemiologic evidence and biologic mechanisms. Recent Results Cancer
Res. 2011. 188:125–139

[9] Yudo, K., 1991. Bertanaman Okra. Penerbit Kasinius, Yogyakarta.

[10] Gemede HF, Ratta N, Haki GD, Woldegiorgis AZ, Beyene F Nutritional
Quality and Health Benefits of Okra (Abelmoschus esculentus): A Review. J
Food Process Technol. 2015. 6: 458. doi:10.4172/2157-7110.1000458

[11] Van Damme EJ, Balzarini J, Smeets K, Van Leuven F, Peumans WJ. The
monomeric and dimeric mannose-binding proteins from the Orchidaceae
species Listera ovata and Epipactis helleborine: sequence homologies and
differences in biological activities. Glycoconj J. 1994. 11(4):321–332.
[12] Soares GSF, Assreuy AMS, Gadelha CAA, Gomes VM, Delatorre P,
Simo˜es RS, Cavada BS, Leite JF, Nagano CS, Pinto NV, Pessoa HLF, Santi-
Gadelha T. Purification and biological activities of Abelmoschus esculentus
seed lectin. Protein J. 2012. 31:674–680.

[13] C.E. Mora-Huertasa,b, H. Fessi a,b,∗, A. Elaissari. Polymer-based


nanocapsules for drug delivery. Pharmaceutical Nanotechnology International
Journal of Pharmaceutics. 2010. 385 113–142

[14] Cruz, L., Schaffazick, S.R., Dalla Costa, T., Soares, L.U., Mezzalira, G.,
da Silveira, N.P., Shapoval, E.S., Pohlmann, A.R. and Guterres SS. J.
Nanosci. Nanotechnol., 2006. 6:3154–62.

[15] Prusty, A.K dan Sahu, S.K., Biodegradable Nanoparticles- A Novel


Approach for Oral Administration of Biological Products, International Journal
of Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology. 2002. (2) : 503-508.

[16] Bowman K, dan Leong ,K.W., Chitosan Nanoparticles for Oral Drug and
Gene Delivery, Int J Nanomed, 2006, 1, 117-128.

[17] Salomé S, Pinho  & Celso A. Reis, Glycosylation in cancer: mechanisms


and clinical implications, Nature Reviews Cancer .2015. 15, 540–555 .

[18] Pinto LS, Nagano CS, Oliveira TM, Moura TR, Sampaio AH, Debray H,
Pinto VP, Dellagostin OA, Cavada BS. Purification and molecular cloning of a
new galactosespecific lectin from Bauhinia variegata seeds. J Biosci.2008.
33:355–363

[19] Damodaran D, Jeyakani J, Chauhan A, Kumar N, Chandra NR, Surolia


A . Cancer LectinDB: a database of lectins relevant to cancer. Glycoconj J.
2008.  25:191–198.

[20] Sowasod, Nataporn., Tawatatchai Charinpanitkul., and Wiwut


Tanthapanichakoon. Nanoencapsulation of Curcumin in Biodegradable
Chitosan Via Multiple Emulsion/Solvent Evaporation. Center of Excellence in
Particle Technology. 2013. 37 : 56-70.

[21]  Leonardo G. Monte., Tatiane Santi-Gadelha., Larissa B. Reis., Elizandra


Braganhol.,  Rafael F. Prietsch.,  Odir A. Dellagostin., Rodrigo Rodrigues e
Lacerda., Carlos A. A. Gadelha., Fabricio R. Conceic¸a˜o., Luciano S. Pinto.
Lectin of Abelmoschus esculentus (okra) promotes selective antitumor effects
in human breast cancer cells. Biotechnol Lett (2014) 36:461–469.
[22] Yau Tammy, Xiuli Dan , Charlene Cheuk Wing Ng  and Tzi Bun Ng .
Lectins with Potential for Anti-Cancer Therapy. Molecules . 2015, 20, 3791-
3810.

Anda mungkin juga menyukai