Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Kanker, salah satu penyakit yang cukup ditakuti semua lapisan masyarakat
karena tidak mengenal status sosial, umur,dan jenis kelamin.Kanker diketahui bisa
diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Penyakit ini sebenarnya timbul akibat
kondisi fisik yang tidak normal, selain itu pola makan dan pola hidup yang tidak
sehat juga dapat menyebabkan kanker
Kanker merupakan keadaan dimana sel mengalami perubahan DNA
(Deoxyribonucleic acid) sehingga sel tersebut dapat keluar dari siklus hidup yang
sudah diatur (Dizon, Krychman dan Disilvestro, 2011). Angka kejadian penyakit
kanker terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kematian penyakit kanker
pada tahun 2005 mencapai 58 juta jiwa. Data WHO memperkirakan kanker akan
menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia pada tahun 2030
(Depkes RI, 2013). Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun
2010, kanker menjadi penyebab kematian nomor 3 di Indonesia dengan kejadian
7,7% dari seluruh penyebab kematian setelah penyakit jantung dan stroke (Depkes
RI, 2013). Kanker paru-paru adalah pembunuh terbanyak, disusul oleh kanker
payudara, dan kanker kolon (WHO, 2008; dalam Susanti, et al, 2013). Dari data
yang ada di Departemen Kesehatan Republik Indonesia dapat diperkirakan bahwa
angka kejadian penyakit kanker di Indonesia adalah 0,1% dari penduduk, dan
lebih dari 50% penderita kanker datang dalam stadium lanjut (Tejawinata, 2012).

Karsinogen secara umum dapat diartikan sebagai penyebab yang dapat


merangsang pembentukan kanker. Beberapa karsinogen yang diduga dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker sebagai berikut.

(a) Senyawa kimia (zat karsinogen), dalam hal ini adalah zat pewarna, zat
pengawet, bahan tambahan pada makanan dan minuman
(b) Faktor fisika, dalam hal ini adalah bom atom dan radioterapi agresif
(radiasi sinar pengion)
(c) Virus, beberapa jenis virus berhubungan erat dengan perubahan sel
normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker
atau virus onkogenik
(d) Hormon, dalam hal ini adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh
yang berfungsi mengatur kegiatan alt-alat tubuh. Pada beberapa penelitian
diketahui bahwa pemberian hormone tertentu secara berlebihan dapat
menimbulkan kanker pada organ tubuh yang dipengaruhinya.
(Delimartha,2003)

Salah satu pengobatan penyakit kanker secara sistemik adalah kemoterapi.


Namun kemoterapi memiliki efek samping karena obat kemoterapi yang
digunakan tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker tetapi juga menyerang sel-
sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan sangat cepat. (Yudissanta, A. Et
al. 2012). Obat kemoterapi ini bisa dimasukkan melalui infuse vena, suntikan,
dalam bentuk pil atau cairan. Mereka dimasukkan ke aliran darah dan mengalir ke
seluruh tubuh, membuat perawatan ini berguna untuk kanker yang sudah
menyebar ke organ yang jauh.
Efek yang muncul pada pasien yang menjalani kemoterapi adalah respon
fisik dan fisiologis. Respon fisik yang dialami diantaranya adalah mual dan
muntah, kerontokan pada rambut (alopecia) dan nyeri (Hawkins dan Grunberg,
2009; Luanpitpong dan Rojanasakul, 2012; Raphael et al, 2010). Nyeri
merupakan keluhan umum pasca pengobatan pada penderita kanker, bahkan
bertahun-tahun setelah pengobatan (Bennet & Puroshotham, 2009). Nyeri pada
pasien kanker sering ditemukan dalam praktek sehari-hari pada pasien yang
pertama kali datang berobat sekitar 30% dan hampir 70% pasien kanker stadium
lanjut yang menjalani pengobatan. Pada 20% penderita yang mendapat pengobatan
merasakan nyeri bukan disebabkan penyakit yang dideritanya, tetapi justru oleh
pengobatan yang telah dijalaninya (Jensen et al, 2010).

1.2 tujuan penulisan


Adapun yang menjadi tujuan dari paper ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami pengertian Kemoterapi
2. Mengetahui penggolongan Obat Kemoterapi
3. Mengetahui mekanisme kerja obat Kemoterapi
4. Mengetahui indikasi obat Kemoterapi
5. Mengetahui kontraindikasi obat Kemoterapi
6. Mengetahui efek samping Kemoterapi
1.3 Manfaat Penulisan
Hasil pembuatan paper ini tentu penulis berharap dapat berguna bagi penulis
sendiri dan pihak-pihak yang membaca agar dapat mengetahui serta memahami
hal-hal seputar Kemoterapi. Semoga paper ini bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang kemoterapi, obat-obat kemoterapi dan cara kerjanya

Bab 2
Tinjauan pustaka
1. pengertian kemoterapi
2. penggolongan Obat Kemoterapi
3. mekanisme kerja obat Kemoterapi
4. indikasi obat Kemoterapi
5. kontraindikasi obat Kemoterapi
6. efek samping Kemoterapi
Bab 2
Tinjauan pustaka
1. Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan zat atau obat yang
berguna untuk membunuh sel kanker. Obat yang diberikan disebut sitostatika yang
berarti penghambat proliferasi sel. Obat ini dapat diberikan secara sistemik
maupun regional. Kemoterapi dapat diberikan sebagai obat tunggal maupun
kombinasi beberapa obat, baik secara intravena atau per oral. Kemoterapi
bertujuan untuk menghambat proliferasi dan menghancurkan sel kanker melalui
berbagai macam mekanisme aksi.

Istilah kemoterapi diperkenalkan oleh Paul Erlich, berasal dari bahasa


Yunani yaitu chymeia atau chymos atau perasan buah dan therapeia atau
pengobatan. Arti kemoterapi secara umum yaitu pemberian senyawa kimia untuk
mencegah dan mengobati suatu penyakit. Kemoterapi secara khusus bermakna
yaitu pemberian zat kimia tertentu pada pasien kanker untuk membunuh atau
menghambat proliferasi sel kanker. Kemoterapi mempunyai karakteristik yaitu
sitostatika. Sitostatika adalah segolongan obat yang dapat menghambat proliferasi
atau membunuh sel kanker. Obat ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal
maupun kombinasi karena dapat lebih meningkatkan potensi sitotoksik terhadap
sel kanker.

Penggunaan sitostatika untuk kemoterapi bertujuan untuk mengurangi


gejala kanker dan meningkatkan kualitas hidup dengan tingkat survival yang lebih
lama. Tujuan pemberian kemoterapi dibagi menjadi tiga, yaitu penyembuhan,
kontrol, dan paliatif. Penyembuhan,bertujuan untuk menyembuhkan kanker.
Pengobatan kemoterapi dengan tujuan ini biasanya jarang tercapai dikarenakan
pasien membutuhkan waktu lama bagi pasien agar sembuh dari penyakit kanker.
Kedua, Kontrol yang bertujuan untuk memperkecil ukuran sel tumor dan atau
menghambat proliferasi dan metastasis sel kanker. Ketiga, Paliatif yang bertujuan
untuk mengurangi gejala klinis yang ditimbulkan oleh kanker. Kemoterapi dengan
tujuan ini digunakan bukan untuk mengobati penyakit kanker itu sendiri, tetapi
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya,


maka pemberian kemoterapi biasanya harus diberi jedah (selang waktu) 2-3
minggu sebelum dimulai lagi pemberian kemoterapi berikutnya (Hendry,dkk
2007)

Tujuan terapi
Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda. yaitu kemoterapi kuratif.
kemoterapi adjuvan, kemoterapi neoadjuvan, kemoterapi paliatif dan kemoterapi
investigatif.

1) Kemoterapi kuratif
Terhadap tumor sensitif yang kurabel. misal leukemia limfositik akut. limfoma
maligna. kanker testes, karsinoma sel kecil paru dll, dapat dilakukan kemoterapi
kuratif. Skipper melalui penelitian atas galur tumor L1210 dari leukemia mencit
menemukan efek obat terhadap sel tumor mengikuti aturan 'kinetika orde
pertama". yaitu dengan dosis tertentu obat antikanker dapat membunuh proporsi
tertentu. bukan nilai konstan tertentu sel kanker. Kemoterapi kuratif harus
memakai formula kemoterapi kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme
kerja berbeda, efek toksik berbeda dan masing-masing efektif bila digunakan
tersendiri. diberikan dengan banyak siklus, untuk setiap obat dalam formula
tersebut diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi tubuh, masa
interval sedapat mungkin diperpendek agar tercapai pembasmian total sel kanker
dalam tubuh. Dewasa ini tidak sedikit kanker yang sudah memiliki beberapa
formula kemoterapi kombinasi "baku" yang terbukti dalam praktek berefek terapi
menonjol. Misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin dengan regimen N4OPP
(mostar nitrogen, vinkristin, prokarbazin. prednison) dan ABVD (adriamisin.
bleomisin. vinblastin, prednison). terapi kanker sel kecil paru dengan regimen PE
(cisplatin, etoposid) dan CAV (siklofosfamid, adriamisin, vinkristin) dll. sedapat
mungkin digunakan secara klinis.

2) Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal.
Pada dasarnya ini adalah bagian dari terapi kuratif. Karena banyak tumor pada
waktu pra-operasi sudah memiliki mikro-metastasis di luar lingkup operasi, maka
setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan
terhadap obat bertambah. Pada umumnya tumor bila volume semakin kecil, ratio
pertumbuhan semakin tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai
diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat. Oleh karena itu,
terapi dini terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan efektivitas meningkat,
kemungkinan resistensi obat berkurang. peluang kesembuhan bertambah. Dewasa
ini kanker mamae dengan lesi primer sekitar > 1 cm, pasca operasi memakai
regimen CAF. Osteosarkoma pasca amputasi memakai regimen T10, T12 dengan
metotreksat dosis tinggi dan terapi resku (HDMTX-CFR). Pasien kanker kolon
dengan metastasis ke kelenjar limfe regional setelah operasi reseksi memakai
regimen fluorourasil dan asam folinat (CF/5-FU) atau regimen FOLFOX dan
lainnya, merupakan contoh keberhasilan kemoterapi adjuvan.

3) Kemoterapi neoadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau
radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit
mencapai ketuntasan, jika terlebih dahulu kemoterapi 2-3 siklus dapat
mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna bagi pelaksanaan
operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada waktu bersamaan dapat diamati respons
tumor terhadap kemoterapi dan secara dini menterapi lesi metastatik subklinis
yang mungkin terdapat. Karena kemoterapi neoadjuvan mungkin menghadapi
risiko jika kemoterapi tidak efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus
memakai regimen kemoterapi dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium
lanjut. Penelitian mutakhir menunjukkan kemoterapi neoadjuvan meningkatkan
peluang operatif untuk kanker kepala leher, kanker sel kecil paru, osteosarkoma,
mengurangi pelaksanaan operasi yang membawa kecacatan pada kanker tertentu
(laring, kandung kemih, kanalis analis), memperbaiki kualitas hidup sebagian
pasien.
4) Kemoterapi paliatif Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel
kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon, dll. hasil kemo-terapi masih
kurang memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi
masih bersifat paliatif, hanya dapat berperan mengurangi gejala, memperpanjang
waktu survival. Dalam hal ini dokter harus mem-pertimbangkan keuntungan dan
kerugian yang dibawa kemoterapi pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang
terlalu kuat hingga kualitas hidup pasien menurun atau memperparah
perkembangan penyakitnya.

5) Kemoterapi investigatif Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan


regimen kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan
obat atau regimen baru dengan efektivitas tinggi toksisitas rendah, penelitian
memang diperlukan. Penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, rancangan
pengujian yang baik. metode observasi dan penilaian yang rinci, dan perlu secara
ketat mengikuti prinsip etika kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku kendali
mutu disebut 'good clinical practic

2.Penggolongan obat
Golongan Pengalkilasi
Agen pengalkilasi merupakan salah satu golongan obat antikanker yang
bekerja dengan membentuk senyawa kationik yang diikuti pemecahan cincin
membentuk io karbonium reaktif, ion ini bereaksi melalui reaksi alkilasi,
membentuk ikatan kovalen dengan gugus pendonor elektron yang terdapat pada
struktur asam amino. Reaksi ini membentuk cross lingking antara dua rangkaian
DNA dan mencegah mitosis. Sehingga proses pembentukan sel terganggu dan
terjadi hambatan pertumbuhan sel kanker (Siswandono, 2008). Terdapat beberapa
toksisitas yang umum terjadi ketika menggunakan obat golongan ini antara lain,
yaitu neurotoksisitas, oral toksisitas, toksisitas pada rambut, toksisitas hematologi,
toksisitas gastrointestinal toksisitas pulmo (Remesh, 2003). Insiden busulfan dapat
menyebabkan pulmotoksisitas yaitu (4 %) (Sweetman, 2009). Pada beberapa
kasus di Amerika, obat ini terkadang dapat menyebabkan terjadinya Acute
Myelogenous Leukemia (AML)dan Myelodysplastic Syndrome (MDS). Kejadian
paling sering yaitu diawali dengan MDS yang kemudian berkembang menjadi
AML. Penelitian telah menunjukkan bahwa leukemia terjadi sekitar 2 tahun
setelah pengobatan menggunakan obat antikanker golongan agen pengalkilasi, dan
risiko semakin meningkat setelah 5 sampai 10 tahun pada pemakaian obat
antikanker golongan agen pengalkilasi. Insiden dari AML periode yaitu sekitar 1%
- 10% (Sweetman, 2009). Pada penelitian ini obat golongan pengalkilasi yang
digunakan antara lain mekloretamin, melphalan, chlorambucil, cyclophosphamide,
ifosfamid,bendamustine, alretamin, thiotepa, busulfan , carmustine, lomustine,
streptozocin, fotemustine, nimustine, cloretazine, cystemustine, procarbazine,
dacarbazine, temozolomide, cysplatin, carboplatin, oxaliplatin, dan nedaplatin
(Missailidis, 2008).

Golongan Antimetabolit
Antimetabolit merupakan obat antikanker yang bekerja menghambat
enzim-enzim yang diperlukan untuk memproduksi basa yang menjadi bahan
penyusun DNA (Cheung-Ong, 2013). Antimetabolit dan juga asam folat dapat
mencegah terjadinya pembelahan pada sel kanker. Obat ini juga memiliki
toksisitas yang hampir sama dengan golongan agen pengalkilasi yaitu
neurotoksisitas, oral toksisitas, toksisitas pada rambut, toksisitas
hematologi,toksisitas gastrointestinal (Remesh, 2003). Methrotrexat merupakan
salah satu dari golongan antimetabolit yang memiliki efek pulmotoksisitas (7 %)
(Sweetman, 2009). Pada penelitian ini obat golongan antimetabolit yang
digunakan antara lain methotrexat, pemetrexed, pemetrexed dinatrium, 5-
fluorouracil, capecitabine, gemcitabine, cytarabine, gemcitabine hcl, azacitidine,
tegafur, floxuridine, doxifluridine, decitabine, sapacitabine, 6-mercaptopurin,
thioguanin, pentostatine, cladribine, fludarabine, nelarabine, cordycepin,
clofarabine, triciribine phospate, pelitrexol, dan dezaguanine (Devoti, 2006).

Golongan Anti Mikrotubular (Produk Bahan Alam)


Terdapat beberapa obat yang berasal dari produk alam yang dapat
mengikat DNA dengan proses interkalasi sehingga dapat menyebabkan kerusakan
pada kromosom sel kanker serta menghambat pembelahan sel kanker (Indrawati,
2009). Pada golongan produk bahan alam terdapat sub golongan penghambat
enzime topoisomerase, yang dapat menyebabkan leukimia, utamanya yaitu Acute
Myelogenous Leukemia (AML). Leukimia berkembang lebih cepat pada
pengobatan dengan menggunakan obat golongan ini apabila dibandingkan dengan
golongan agen pengalkilasi. Kasus leukimia ditemukan setelah pemakaian 2
sampai 3 tahun yang diawali dengan Myelodysplastic Syndrome (MDS) terlebih
dahulu. Insiden dari AML periode yaitu sekitar 1% - 10% (Sweetman, 2009).
Berikut beberapa obat yang dapat menyebabkan leukimia yaitu Etoposide,
Teniposide, Mitoxantron, Doxorubicin, Daunorubicin, Epirubicin, dan Idarubicin
(Travis, 2006). Pada penelitian ini obat golongan produk bahan alam yang
digunakan antaralain vincristine, vincristine sulfat, vinblastine, vinblastine sulfat,
vinorelbine, paclitaxel, docetaxel, docetaxel trihidrat, dactinomycin,daunorubicin,
doxorubicin, doxorubicin hcl, epirubicin, epirubicin hcl, idarubicin, valrubicin,
mitoxantron, bleomycin, bleomycin hcl, mitomycin, dexrazoxan, porfiromycin,
apaziquone, topotecan, irinotecan, irinotecan hcl trihidrat, etoposide, dan
teniposide (Missailidis, 2008).

Golongan Hormon
Penelitian toksisitas akut dan kronik telah menunjukkan bahwa sebagian besar
temuan yang diamati terkait dengan efek hormonal dari obat antikanker golongan
hormon salah satunya toremifen. Toremifen berguna dalam mengobati kanker
payudara, seiring dengan kemajuan di bidang kedokteran, terdapat beberapa
penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan toremifen dalam jangka waktu
lama dapat berpotensi menyebabkan kanker endometrium sekunder pada wanita
serta pada tikus dapat menyebabkan hepatocarcinoma. Oleh karena itu
International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan
toremifen kedalam kelas 3 penyebab karsinogen (Yang, et al., 2013). Pada
penelitian ini obat golongan hormon yang digunakan antara lain tamoxifene,
raloxifene, arzoxifene, fulvestrant, medroxyporgesterone, megestrol, anastrozole,
goserelin, idoxifene, dloroxifene, toramifene, flutamide, leuprorelin , leuprolide
acetate, leuprolide mesylate, exemestane, letrozole, dan megestrol acetate
(Missailidis, 2008).
Golongan Target Molekular
Obat golongan ini bekerja melawan sel kanker dengan menargetkan pada gen atau
protein tertentu. Vemurafenib dan Darafenib adalah obat yang menargetkan
protein BRAF. Orang yang menggunakan obat ini memiliki risiko yang lebih
tinggi terhadap karsinoma sel skuamosa pada kulit (Choi, 2016). Pada penelitian
ini obat golongan target molekular yang digunakan antara lain bexarotene,
tretinoin, alitretinoin, pazopanib, sorafenib, imatinib, imatinib mesylate, geftinib,
erlotinib, sunitinib, sunitinib malate, crizotinib, nilotinib, dan nilotinib hcl
monohidrat, dasatinib, almetuzumab, cetuximab, trastuzumab, rituximab,
bevacizumab, gemtuzumab orgamicin, ibritumumab tiuxetan (Devoti, 2006).

Golongan Lain-lain
Obat golongan ini digunakan dalam pengobatan kanker, mekanisme kerja obat ini
masih belum bisa dijelaskan secara rinci. Akan tetapi obat golongan ini sudah
lama digunakan dan terbukti dapat mengobati kanker selama beberapa dekade ini.
Porfimer sodium merupakan salah satu bagian dari golongan lain-lain. Porfimer
sodium biasanya digunakan untuk terapi Billiary Tract Carcinoma (BTC).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa obat ini aman untuk digunakan, namun
untuk efek karsinogen masih belum ada data penelitian terkait karsinogenisitas
pada pofimer sodium (Pereira, et al., 2012). Pada penelitian ini obat golongan lain-
lain yang digunakan antara lain asparaginase, hydroxyurea, dan porfimer sodium
(Missailidis, 2008).

Golongan Target Molekular


Obat golongan ini bekerja melawan sel kanker dengan menargetkan pada
gen atau protein tertentu. Vemurafenib dan Darafenib adalah obat yang
menargetkan protein BRAF. Orang yang menggunakan obat ini memiliki risiko
yang lebih tinggi terhadap karsinoma sel skuamosa pada kulit (Choi, 2016). Pada
penelitian ini obat golongan target molekular yang digunakan antara lain
bexarotene, tretinoin, alitretinoin, pazopanib, sorafenib, imatinib, imatinib
mesylate, geftinib, erlotinib, sunitinib, sunitinib malate, crizotinib, nilotinib, dan
nilotinib hcl monohidrat, dasatinib, almetuzumab, cetuximab, trastuzumab,
rituximab, bevacizumab, gemtuzumab orgamicin, ibritumumab tiuxetan (Devoti,
2006).
Obat Anti Tumor yang umum digunakan di
klinis.
Jalur Toksisitas
Dosis Toksisitas
Gol Nama adm. pembatas Indikasi Utama C
umumnya Lain
Utama utama
Mostar IV.intra 0.2mg/kg Depresi Mual Nonspesifik siklus Eksta
nitrogen (HN2) Kavun 1x/minggu sumsum muntah, efek kuat, tapi Dapat
Serosa 0.4mg/kg tulang Flebitis kurang selektif menim
1x/3-4 untuk limfoma dan nekro
minggu efusi maligna jaring
kavun torako
abdominal
Siklofosfamid IV.PO 600- Depresi Mual, Spektrum luas Tak u
(CTX), 1200mg/m2 sumsum muntah, nonspesifik siklus pemb
Endoxan 1 x/3/4 tulang alopesis, lebih lembut dari
minggu: Sistitis HN2 untuk
100 mg/m2 Hemoragis limforma mieloma
A
PO SCLC dll
berturut-
L
turut 14
hari / per 4
minggu:
2
K 200 mg/m
PO
I
berturut-
turut 5-7
L
hari / per 3
minggu
A
Ifosfamid IV 1.0-1.5 Depresi Sistitis Nonspesifik siklus, Berik
(IFO) g/m2 sumsum Hemoragis spektrum luas simul
T
berturut- tulang mual, seperti CTX, per ka
turut 5-7 muntah, sarkoma jaringan dari IF
O
hari / per 4 Alopesia lunak (0.4 8
minggu hidras
R
Tio-TEPA IM.IV.SK 0.1-0.2 Depresi Mual, Karsinoma mamae
. mg/kg sumsum Muntah karsinoma ovari,
Intrakavu 1x/hari, 4-5 tulang adenokarsinoma
m serosa x kemudian gastrointestinal.
diganti 2x / Karsinoma
minggu, superfisial vesika
total 20- dapat diberikan
30x atau intravesika
0.6-
Myleran PO 3-4 x 2 Depresi Pigmentasi, Lekemia
mg/hari sumsum amenore, granulositik kronik
tulang fibrosis paru, dan sindrom
Sindrom Hiperplasia
Addisonian sumsum tulang
lain.
Melfalan PO 0.25 Depresi Mual, Seminoma tesies,
(Alkeran) mg/kg.qdx4 sumsum Muntah mieloma multipel
per 4-6 tulang
minggu
atau 2-4
mg/hari

2
Kamustin IV 200 mg/m Depresi Mual, Tumor intrakranial Menem
(BCNU) per 4-6 sumsum Muntah limfoma SCLC sawar d
minggu tulang otak, tok
tertunda, sumsum
terutama tertunda
trombosit 4-6 min
openia Boleh
A kemoter
2
Lomustin PO 100 mg/m Idem atas Muntah Idem atas Idem ata
L
(CCNU) per 4-6
minggu
Me- (CCNU) PO 175 mg/m2 Idem atas Muntah Idem atas Idem ata
K
(obat
tunggal)
I
per 4-6
L minggu
2
Cisplatin IV 20 mg/m Rudapaks Mual, Karsinoma lestes, Pra pem
(DDP) qdx5 atau a tubuli Muntah ovari, kepala dan obat per
A 2
100 mg/m renis dan Depresi leher paru, hidrasi d
per 3-4 sarah Sumsum osterosarkoma untuk re
T
minggu auditorius Tulang netrotok
khususn
O
dosis tin
Karboplatin IV 300-350 Depresi Mual, Spektrum luas Nefroks
R 2
(CBP) mg/m atau sumsum muntah, nonspesifik siklus muntah
AUC5-6 tulang netrotoksisita seperti cisplatin ringan d
sekali per 4 trombosit DDP, ta
minggu open dilusi de
larutan g
Merkaptopurin PO 2.5 Depresi Mual, Lekemia akut
A (6MP) mg/(kg.d), sumsum Muntah
5 hari per tulang stomatitis,
N bulan Rudapaksa
hati dll
T Tioguanin PO 2.5 Depresi Idem atas Lekemia akut
(6TG) mg/(kg.d), sumsum
I 5 hari per tulang
bulan
Fluorourasil IV, IVD, 15 mg/kg, Mukositis Depresi Adenokarsinoma Pemakaian
M (5FU) PO sekali per gastrointe Sumsum gastrointestinal, bersama asam
minggu, stinal tulang, mual, karsionma mamae, folinat (CF)
E 400-500 (stomatiti, muntah, koriokarsinoma, menyebabkan
2
mg/m hari, diare) alopesia, karsinoma kepala efektivitas,
T berturut- pigmentasi, leher, hati, ovari toksisitas
turut 5 hari Sindrom meningkat
A per 3-4 tangan dan
minggu Kaki
B Florafur (FT- PO 800- Neurotoks Toksisitas Idem atas Idem atas
207) 1000mg isitas Sumusm
O tiap hari termasuk tulang ringan,
sefalgia, sedikit mual,
L gelisah, muntah,
halusinasi, nafsu makan
dll turun, kadang
I Kala
Hepatotoksik

T
Urasil tegafur PO Idem atas, Idem atas Idem atas Idem atas Perpaduan FT-
(UFT) 600 207 dan 5FU,
mg/hari lain-lain idem
(dapat Atas
digunakan
bersama
CF)
Xeloda PO Obat Diare, Stomatitis, Karsinoma mamae, Selektivitas
tunggal sindrom fatiq, depresi kolorektal, lebih baik dari
2500 tangan- Sumsum lambung, kepala sediaan FU di
2
mg/m /hari, kaki Tulang dan leher Atas
dibagi dua,
berturut-
turut 14
hari,
istirahat 7
hari
A Onkovin / IV 0.7-1.0 Neuritas Obstipasi Lekemia akut, Estravasasi
N Vinkristin mg/m2 tiap perifer limfoma menyebabkan
T (VCR) minggu nekrosis
I sekali, jaringan
dosis
maksimum
M 2 mg
I Vinblastin IV 4-6 mg/m2, Granulosit Neuritis tepi Penyakit Hodgkin Idem atas
K (VLB) tiap minggu ipeni karsinoma testes
R sekali
O Vindesin IV 3 mg/m2, Depresi Neuritis tepi, Limfoma, Idem atas
T (VDS) tiap minggu sumsum alopesia leukemia akut,
U sekali tulang karsinoma paru,
B karsinoma testes,
U dll
2
L Nevelbin IV 25 mg/m , Depresi Flebitis Karsinoma non sel Idem diatas
A tiap minggu sumsum kecil paru,
R tulang karsinoma mamae
2
Taksol IV 175 mg/m Depresi Reaksi alergi Spektrum luas Sebelum
(Pacitaxel) (monoterap sumsum (kontraindika dapat untuk pemberian obat
i) tulang: si bagi yang karsinoma ovary basanya dipakai
Flutamid PO 250 mg Hepatotok Ginekomastia Karsinoma prostat
H bid-bid sik
Aminogluteti PO 250 mg Nyeri Muka merah, Karsinoma mamae Minu
mid kali, sekali lokal lemah, mual metastasis tulang gluko
O per 2 (korti
minggu mg/d
Lentaron IM 250 mg kali Nyeri Muka merah, Karsinoma mamae
R (Formestan) sekali per 2 lokal lemah, mual pasca menopause
minggu
Letrozol PO 2.5 mg qd Ibu hamil Ruam gatal, Karsinoma mamae Tak p
M (Femara) kontraindiudem, pasca menopause gluko
kasi muntaber,
sefalgia,
O febris
Anastrozol PO 1mg qd Idem atas Idem, Karsinoma mamae Tak p
keringat stadium lanjut gluko
N malam, (pasca menopause)
pusing,
muntaber,
A ruam kulit
Eksemestan PO 25 mg qd Ibu Mual, mulut Karsinoma, mamae Kontr
(Aromasin) menyusui, kering, pasca menopause dipak
L hamil sefalgia estrog
kontrandi konstipasi, kadan
kasi insomnia, leuko
demam
Goserilin SK 3.6 mg tiap Nyeri Demam, Karsinoma prostat Guna
(Zoladex) 28 hari tulang libido turun, lanjut flutam
bertambah ruam, mamae menc
sejenak kencang progr
pende

2
Mabthera IV 375 mg /m Demam, Bronkospasm NHL leukemia Targe
T (rituksimab) sekali per mengigil e, hipotensi, limfositik kronik
minggu sefalgia
A berturut=tu lemah
rut 4
R minggu
Herceptin IV Dosis awal Demam Lemah Karsinoma mamae Targe
G
(transtuzumab) 4 mg kg mengigil, setalgia, (overekspresi
lalu 2 mg kardiotoks hipotensi HER2)
E kg sekali ik
per minggu
T
selama 4
minggu
Iressa PO 250 mg/d Pneumoni Ruam akne NSCLC Targe
M
(gefinitib) minum a form, mual,
terus interstisial diare
O
Erbitux C-225 IV Dosis awal Ruam Lemah, rasa Karsinoma Targe
(setuximab) 400 mg / akneiform tak enak, kolorektat
L
m2 lalu 50 alergi
mg/m2
E
sekali per
K minggu
Terceva OSI- PO 150 mg/d Ruam Pneumonitis, NSCLC lainnya Targe
774 (erlotinib) sekali per diare keluar air (karsinoma (HER
U
hari minum mata mamae, kolon,
L terus ginjal)
Avastin IV 5mg/kg Perdaraha Penyembuha Karsinoma Targe
A (bevacizumab) sekali per 2 n n luka buruk kolorektat
minggu perforasi proteinuri,
R hipertensi alergi
trombosis

3. Mekanisme Kerja
Prinsip kerja pengobatan dengan kemoterapi adalah dengan meracuni atau
membunuh sel-sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan
menghentikan pertumbuhannya agar tidak menyebar, atau untuk mengurangi
gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker. Kemoterapi kadang-kadang
merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker. Kemoterapi bersifat
sistemik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang bersifat setempat,
karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin suddah
menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Penggunaan kemoterapi berbeda-beda untuk setiap pasien, kadang-kadang
sebagai pengobatan utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau setelah
operasi atau radiasi. Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbedabeda
tergantung jenis kankernya.(Iskandar,2007) Dua atau lebih obat sering digunakan
sebagai suatu kombinasi. Alasan dilakukannya terapi kombinasi adalah untuk
menggunakan obat yang bekerja pada bagian yang berbeda dari proses
metabolisme sel, sehingga akan meningkatkan kemungkinan dihancurkannya
jumlah sel-sel kanker.
Selain itu, efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi
jika obat dengan efek beracun yang berbeda digabungkan, masing-masing dalam
dosis yang lebih rendah dari pada dosis yang diperlukan jika obat itu digunakan
tersendiri.
Obat-obat dengan sifat yang berbeda digabungkan, misalnya obat yang
membunuh sel-sel tumor dikombinasikan dengan obat yang merangsang system
kekebalan terhadap kanker.(Iskandar, 2007). Antikanker merupakan obat yang
indeks terapinya sempit. Pada umumnya anti kanker menekan pertumbuhan atau
proliferasi sel dan menimbulkan toksisitas, karena menghambat pembelahan sel
normal yang proliferasinya cepat misalnya sumsum tulang, epitel germinativum,
mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit (Nafrialdi dan Sulistia,
2007).
Kerusakan pada membran mukosa menyebabkan nyeri pada mulut, diare
dan stimulasi zona pemicu kemotaksis yang menimbulkan mual dan muntah.
Semua kemoterapi bersifat teratogenik. Beberapa obat menyebabkan toksisitas
yang spesifik terhadap organ, seperti ginjal (cisplatin) dan saraf (vinkristin).
Perawatan 13 suportif dengan antagonis 5-HT3, 5 Hidroksitriptamin (serotonin)
dan steroid lebih mengatasi rasa mual (Davey, 2006). Penyakit sistemik banyak
yang disertai mual dan muntah. Pada penderita kanker, mual dan muntah
merupakan keluhan yang sering dijumpai, baik itu disebabkan oleh pemberian
kemoterapi, radioterapi, maupun akibat perluasan dari kankernya.
Efek samping
Efek samping kemoterapi terbagi atas 2 yaitu secara fisik dan fisiologis

A.Efek kemoterapi secara fisik.


a.Mual dan muntah
b.Konstipasi
c.Neuropati perifer
d.Toksisitas kulit
e.Kerontokan rambut (alopecia)
f.Penurunan berat badan
g.Kelelahan (fatigue)
h.Penurunan nafsu makan
i.Perubahan rasa dan nyeri.

B.Efek Samping
a.Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah kondisi psikologis yang disebabkan oleh gangguan
motivasi, proses kognisi, dan emosi sebagai hasil pengalaman di luar kontrol organisme.
Ketidakberdayaan pada penderita kanker bisa terjadi karena proses kognitif pada penderita
yang berupa pikiran bahwa usahanya selama ini untuk memperpanjang hidupnya atau
mendapatkan kesembuhan, ternyata menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan
(perasaan mual, rambut rontok, diare kronis, kulit menghitam, pusing, dan kehilangan
energi). Efek samping yang tidak diinginkan ini dapat muncul berupa proses emosi dimana
penderita tersebut merasa bahwa mereka hanya dijadikan sebagai objek uji coba dokter.
Proses kognisi dan emosi inilah seorang penderita melakukan suatu reaksi penolakan sebagai
gangguan dalam hal motivasi. Munculnya ketidak berdayaan ini mampu menimbulkan suatu
bentuk tingkah laku yang dapat dilihat oleh semua orang (overt behavior). Bentuk tingkah
laku ini bisa seperti marah dan seolah mencoba mengontrol lingkungan untuk menerima
keberadaan mereka. Ketidakberdayaan dapat meyebabkan penderita kanker mengalami
dampak psikologis lain yaitu depresi (Wijayanti, 2007).
b.Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan psikologis yang disebabkan oleh adanya rasa khawatir
yang terus-menerus ditimbulkan oleh adanya inner conflict. Dampak kecemasan yang muncul
pada penderita kanker adalah berupa rasa takut bahwa usianya akan singkat (berkaitan
dengan inner conflict). Inner conflictberupa kegiatan untuk menjalani pengobatan agar bisa
sembuh tetapi tidak mau menerima adanya risiko bagi penampilannya. Risiko disini dapat
berupa rambut rontok dan kulit menghitam akibat kemoterapi, atau hilangnya payudara akibat
operasi. Kecemasan dapat digolongkan dalam bentuk covert behavior, karena merupakan
keadaan yang ditimbulkan dari proses inner conflict. Kecemasan dapat pula muncul sebagai
reaksi terhadap diagnosispenyakit parah yang dideritanya. Sebagai seseorangyang awalnya
merasa dirinya sehat, tiba-tiba diberitahu bahwa dirinya mengidap penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, tentu saja muncul penolakan yang berupa ketidakpercayaan terhadap diagnosa.
Penolakan yang penuh kecemasan ini terjadi karena mungkin ia memiliki banyak rencana
akan masa depan, ada harapan pada kemajuan kesehatannya, dan itu seolah terhempas.
c.Rasa malu
Rasa malu merupakan suatu keadaan emosi yang kompleks karena mencakup
perasaan diri yang negatif. Perasaan malu pada penderita kanker muncul karena ada perasaan
dimana ia memiliki mutu kesehatan yang rendah dan kerusakan dalam organ.

d.Harga diri
Sebagai penderita penyakit terminal seperti kanker,disebutkan bahwa pada diri
penderita mengalami perubahan dalamkonsep diri. Harga diri merupakan bagian dari konsep
diri, makabila konsep diri menurun diartikan bahwa harga dirinya jugamenurun. Terjadinya
penurunan harga diri sejalan dengan memburuknya kondisi fisik, yaitu pasien tidak dapat
merawat dirisendiri dan sulit menampilkan diri secara efektif. Ancaman palingberatpada
psikologisnya adalah kehilangan harga diri. Penurunandan kehilangan harga diri ini
merupakan reaksi emosi yang munculpada perasaan penderita kanker.

e.Stres
Stres yang muncul sebagai dampak pada penderita kanker memfokuskan pada reaksi
seseorang terhadap stressor. Stressordalam hal ini adalah penyakit kanker. Stres yang
munculini merupakan bentuk manifestasi perilaku yang tidak munculdalam perilaku yang
nampak (covert behavior). Stres inidipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah
dukungansosial. Dukungan sosial sangat berguna untuk menjaga kesehatanseseorang dalam
keadaan stres.

f.Depresi
Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yangberkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor,konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, dan tidak berdaya, sertagagasan
bunuh diri. Salah satu akibat dari kecemasan yang berupausianya akan singkat, menjadikan
perasaan putus asa dalam diripenderita kanker. Ketidakberdayaan yang menjadidampak
psikologis memicu timbulnya perasaan depresi. Penderitakanker payudara umumnya
mengalami depresi dan hal ini tampaknyata terutama disebabkan karena rasa nyeri yang tidak
teratasidengan gejala sebagai berikut: Penurunan gairahhidup, perasaan menarik
diri,ketidakkemampuan, dan gangguan harga diri.Somatis berupa berat badan menurun
drastis dan insomnia.Rasa lelah dan tidak memiliki daya kekuatan.

g.Amarah
Seseorang yang mengalami reaksi fisiologis, dapat muncul suatuekspresi emosional
tidak sengaja yang disebabkan oleh kejadianyang tidak menyenangkan dan disebut sebagai
amarah. Semuasuasana sensori ini dapat berpadu dalam pikiran orang danmembentuk suatu
reaksi yang disebut marah. Reaksi amarah yangmuncul ini tentu saja dapat terjadi pada
penderita kanker,karena suatu penyakit merupakan suatu hal yang tidakmenyenangkan.
Munculnya reaksi marah pada penderita kankerdapat muncul karena perasaan bahwa banyak
kegiatanhariannya yang diinterupsi oleh penyakit yang membuatnya tidakberdaya. Reaksi
marah yang muncul bisa berupa reaksi motorik(overt behavior) seperti tangan mengepal,
perubahan raut mukaseperti alis mengkerut

Efek Toksik Obat Kemoterapi


Efek toksik kemoterapi terdiri atas efek toksik jangka pendek dan jangka panjang.

Efek toksik jangka pendek


1. Depresi sumsum tulang
Depresi sumsum tulang merupakan hambatan terbesar kemoterapi.
Kebanyakan obat antitumor, kecuali honnon, bleomisin, L-asparaginase,
semuanya menimbulkan leukopenia, trombositopenia dan anemia dengan derajat
bervariasi. Di antaranya obat golongan nitrosourea (BCNU, CCNU dan Me-
CCNU) dan prokarbazin dapat menimbulkan depresi sumsum tulang tertunda
selama 6-8 minggu. Depresi sumsum tulang yang parah dapat menyebabkan
timbulnya infeksi, septikemia dan hemoragik visera. Oleh karena itu, memperkuat
terapi penunjang sistemik, kebersihan lingkungan, higiene oral dan perawatan
yang baik dapat mengurangi timbulnya komplikasi. Penggunaan rasional faktor
stimulasi koloni sel hemopoietik (G-CSF dan GM-CSF) dapat mencegah dan
mengatasi infeksi sekunder akibat granulo-sitopenia karena kemoterapi. Infus
trombosit, TPO dan interleukin-11 (IL-11, Neumegs) dapat digunakan untuk
terapi trombositopenia karena kemoterapi.

2. Reaksi gastrointestinal
Banyak obat antitumor sering menimbulkan mual, muntah dengan derajat
bervariasi. Di antaranya dosis tinggi DDP, DTIC, HN , Ara-C, CTX, BCNU
menimbulkan mual muntah yang hebat. Pemberian penyekat reseptor 5-
hidroksitriptamin 3 (5-HT3), seperti ondansetron, granisetron. tropisetron.
ramosetron, azasetron, dll. dapat mencegah dan mengurangi kejadian mual,
muntah. 5FU, MTX, bleomisin, adriamisin dapat menimbulkan ulserasi mukosa
mulut. seiama kemoterapi harus meningkatkan perawatan higiene oral. Obat
sejenis 5FU dan CPT-11 kadang kala menimbulkan diare serius, gangguan
keseimbangan air dan elektrolit yang terjadi harus dikoreksi segera. Diare tertunda
akibat CPT-11 harus segera diterapi dengan loperamid.
3.Rudapaksa fungsi hati
MTX, 6MP, 5FU, DTIC, VP-16, aspara-ginase dll, dapat menimbulkan
rudapaksa hati. Peninggian bilirubin, ALK mempengaruhi ekskresi obat golongan
antrasiklin (misal, adriamisin) dan golongan vinka alkaloid. Berdasarkan tingkat
keparahan rudapaksa fungsi hati perlu dilakukan penyesuaian dosis obat. Perlu
perhatian khusus, bahwa obat kemoterapi menyebabkan infeksi virus hepatitis
laten memburuk tiba-tiba, menimbulkan nekrosis hati akut atau subakut (hepatitis
berat).

4.Rudapaksa fungsi ginjal


Dosis tinggi siklofosfamid, ifosfamid dapat menimbulkan sistitis
hemoragik, penggunaan bersama merkaptoetan sulfonat (mesna) dapat
menghambat pembentukan metabolit aktifnya, akrilaldehid, mencegah terjadinya
sistitis hemoragik. Dosis tinggi MTX yang diekskresi lewat urin dapat
menyumbat duktuli renalis hingga timbul oliguri, uremia. Untuk menjamin
keamanan harus dilakukan serentak hidrasi, alkalinisasi, pertolongan CF atau
memantau konsentrasi MTX darah. Cisplatinum secara langsung merusak
parenkim ginjal, pemakaian dosis tinggi memerlukan hidrasi dan diuresis. Tumor
masif yang peka kemoterapi seperti leukemia, limfoma, nefroblastoma anak.
neuroblastoma dll. bila menjalani kemoterapi, sel tumor akan lisis mati dalam
jumlah besar, timbul asam urat dalam jumlah besar dalam waktu singkat yang
dapat menimbulkan nefropati asam urat. Oleh karena itu pemberian alopurinol
sebelum melalui kemoterapi dapat membantu mencegah timbulnya nefropati asam
urat. Tumor ganas yang terdestruksi cepat juga dapat menimbulkan rangkaian
gangguan metabolisme seperti hiperurikemia, hiperkalemia dan hiperfosfatemia,
ini disebut sindrom lisis akut tumor. Ini perlu dicermati dan ditangani segera
secara benar.

5.Kardiotoksisitas
Adriamisin, daunorubisin dapat menimbulkan efek kardiotoksik.
terutama efek kardiotoksik kumulatif. Dosis total adriamisin harus dikendalikan
2 2
<550 mg/m bila dipakai tunggal, dan <450 mg/m bila dalam kemoterapi
kombinasi. Pada pasien dengan EKG abnormal atau insufisiensi jantung, perlu
pemantauan jantung seiama terapi. Epirubisin, pirarubisin, mitoksantron memiliki
kardiotoksisitas yang lebih ringan. Obat lain seperti taksol, herseptin juga berefek
kardiotoksik. Penggunaan obat-obat tersebut sedapat mungkin tidak bersamaan
dengan radioterapi daerah prekordial.

6.Pulmotoksisitas
Penggunaan jangka panjang bleomisin, busulfan (Myleran) dapat
menimbulkan fibrosis kronis paru, secara klinis harus mengendalikan dosis
totalnya. Obat baru dengan target molekular Iressa dapat menimbulkan
pneumonitis interstisial sebagian fatal, harus diwaspadai.

7.Neurotoksisitas
Vinkristin, cisplatin, oksaliplatin, taksol, dll, dapat menimbulkan
perineuritis. Dosis tunggal VCR (< 2 mg) dan dosis total oksaliplatin (<800
2
mg/m ) harus ditaati benar. Untuk mengurangi neurotoksisitas oksaliplatin.
sewaktu terapi hindari minum air dingin dan mencuci tangan dengan air dingin.

8.Reaksi alergi
Bleomisin, asparaginase, taksol, takso-tere dll. dapat menimbulkan
menggigil, demam, syok anafilaktik, udem. Untuk mencegah dan mengurangi
reaksi demikian, sebelum memakai bleomisin dapat minum indometasin.
Terhadap asparaginase perlu pengujian reaksi alergi. sebelum memakai taksol
perlu diberikan deksametason, difenhidramin, simetidin (atau ranitidin). Sebelum
dan setelah terapi taksotere diberikan deksa-metason 3-5 hari. Selain itu, VM-26,
Ara-C, gemsitabin juga dapat menimbulkan reaksi serupa, dapat dilakukan
tindakan yang sesuai untuk mencegah dan mengatasinya

9. Efek toksik lokal


Umumnya obat antikanker bersifat iritasi kuat, misal HN 2, ADR, MMC,
NVB. dll. sering menimbulkan tromboflebitis bervariasi. Pada pasien yang
berulang menerima obat sebaiknya melalui kateter yang dipasang ke vena sentral
atau vena dalam. Bila terjadi ekstravasasi obat-obat itu keluar vena dan
menimbulkan nekrosis jaringan lokal. Ekstravasasi mostar nitrogen dapat segera
diatasi dengan infiltrasi lokal M/6 natrium tiosulfat untuk mengurangi efek
toksiknya. Ekstravasasi obat lain harus segera diatasi dengan isolasi lokal
memakai prokain 0,25%.

10. Mukositis
Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut, lidah, tenggorok, usus dan
rektum. Umumnya mukositis terjadi pada hari ke 5-7 setelah kemoterapi.
Mukositis dapat menyebabkan infeksi sekunder, asupan nutrisi yang buruk,
dehidrasi, penambahan lama waktu perawatan dan peningkatan biaya perawatan.
Untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat mukositis maka kebersihan
mulut harus dijaga. Jika telah terjadi infeksi sekunder maka harus diobati dengan
obat yang sesuai.

Efek toksik jangka panjang


1.Karsinogenisitas
Beberapa obat antitumor seperti HN2, prokarbazin, melfalan, dll.
beberapa bulan atau tabun setelah digunakan meningkatkan peluang terjadinya
tumor primer kedua.

2.Infertilitas
Umumnya obat antikanker dapat me-nekan fungsi spermatozoa dan
ovarium hingga timbul penurunan fertilitas. Anak dalam masa pertumbuhan harus
menghindari overterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yudissanta, A. Dkk. 2012. Analisis Pemakaian Kemoterapi pada Kasus Kanker
Payudara dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik Multinomial. Surabaya :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS).

2. Raphael J et al. (2010). Cancer Pain: Part 1: Pathophysiology; Oncological,


Pharmacological, and Psychological Treatmens: APerspective from the British
Pain Society Endorsed by theUK Association of Palliative Medicine and the Royal
College of General Practitioners. Journal of Pain Medicine Wiley Periodicals,11:
742-764
Hockenberry M, Wilson D. Wong’s nursing care of infants and children. Saint
Louis: Mosby Elsevier; 2007. p. 37-45.

3.Allen. TM. Ligand-targeted therapeuties in anti cancer therapy Nat Rey


Cancer, 2002: 2: 750-63.

4. Bakemer RF, Qazi R. Basic concepts of cancer chemotherapy and principles


of medical oncology, 8th ed. London: WB Saunders Co; 2002: 146-59.

5.Casciato DA, Lowitx BB. Cancer chemotherapeutic agent. Manual of clinical


oncology. Ed 4. Philadephia. Lippicott Williams & Wilkins Inc: 48-95.

6. Ciardicello F. Tortora G. A novel approach in the treatment of cancer


targeting the epidermal growth factor receptor. Clin Cancer Res 2001: 7: 2958-
70.

7. Devita VT. Principles of cancer management: chemotherapy. In: Devita VT,


Hellman S, Rosenberg SA (eds): Cancer: Principles and practice of oncologu.
5th ed. Philadephia: Lippincott: 1997: 333-48.

8. Krokoff IH. Systemic treatment of cancet. CA Cancer J. Clin 1996: 46-137.

9. Stewart BW. Kleihues P. Mechanisms of tumor development. World Cancer


Report. Lyon: IARC Press: 2003: 83-125.

10. MuthalibAbdul. Prinsip Dasar Terapi Sistemik Pada Kanker. Dalam : Sehati
S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk, Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Edisi VI. Jakarta Pusat : Interna Publishing : 2014 ; 2882-2889.

11. Desen Wan. Kemoterapi Tumor Ganas. Dalam : Wan Desen,dkk, Editor Buku
Ajar Onkologi Klinis. Edisi II. Jakarta Pusat: Balai Penerbit FKUI:2013;140-161

12. Depkes RI. Enam persen penduduk RI menderita kanker. 2008. Tersedia di :
http://www.depkes.go.id. Diakses 15 Desember 2014.
13. Toscano N, Holtzclaw D, Hargitai IA, Shumaker N, Richardson H, Naylor G,
Marx R. Oral Impications of Cancer Chemotherapy. JIACD Continuing Education
2009;1(5).p.1-19.

14. Jong, W. 2005. Kanker: Pengobatan, harapan hidup, dan dukungan keluarga.
Jakarta: Arcan

15. Susanti, N.L. dkk. 2013. Peran keluarga dalam mendukung anggota keluarga
terserang Kanker.Surabaya: F.Kep.-UKWMS

16. Tejawinata, S. 2012. Surabaya kota paliatif: citra dan pesonanya. Surabaya:
Airlangga University Press

17. Hilarius DL, Kloeg PH, Wall EVD, Heuvel JJG, Gundy CM, Aaronson NK.
Chemotherapy-induced nausea and vomiting in daily clinical practice: a
community hospital-based study. Support Care Cancer. 2012;20.p.107-17.

18. Sukardja IDG. Dasar-dasar kemoterapi kanker. Dalam : Sukardja IDG.


Onkologi klinik. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press; 2008. hal. 239-
55.

19. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtklac6b53d6eefull.pdf
pengertian kemo dan tujuan

20 http://eprints.umm.ac.id/42376/3/jiptummpp-gdl-hanirahman-48346-3-
babii.pdf golongan obat

21.

23.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63316/028%20.pdf?
sequence=1&isAllowed=y efek toksik dan tabel penggolongan obat

24. http://jurnal.unisulla.ac.id/index.php/unc/article/download/2904/2111
pendahulan kanker

25. http://repository.unimus.ac.id/876/3/BAB%20II.pdf efek samping fisik dan


psikologis

26. https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/view/330 karsinogen dan


mekanisme kerja

Anda mungkin juga menyukai