Oleh:
Kelompok 1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kemoterapi?
2. Apa komplikasi kemoterapi?
3. Bagaimana metode pemberian kemoterapi?
C. Tujuan
Adapun tujuannya, untuk mengetahui
1. Definisi dari kemoterapi
2. Komplikasi kemoterapi
3. Metode pemberian kemoterapi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat anti kanker yang bertujuan untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi adalah suatu pengobatan medis yang menggunakan obat-obatan yang khusus
untuk merawat suatu penyakit kanker. Kemoterapi merujuk pada penggunaan obat-obatan
khusus untuk melawan dan memusnahkan sel-sel kanker yang sedang merebak dengan cepat
didalam tubuh penderita. Obat ini akan memasuki sistem aliran darah dan menuju ke seluruh
badan untuk membunuh sel-sel kanker yang tidak dapat dibuang melalui pembedahan ataupun
yang tidak dapat dimusnahkan melalui radioterapi. Bila obat-obatan yang digunakan lebih dari
satu, maka disebut dengan kemoterapi kombinasi.
Kemoterapi adalah pengobatan untuk kanker di dunia medis konvensional. Kemoterapi
bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker supaya hancur dan mati, namun sel-se normal
pun turut dihancurkan (Windy Hartanto, 2015).
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan kanker atau untuk membunuh sel kanker dengan obat-obat anti kanker yang
disebut sitostatika.
Kemoterapi efektif untuk menangani kanker pada anak, khususnya untuk jenis penyakit
tertentu yang tidak efektif bila hanya ditangani dengan pembedahan atau radiasi saja. Pada
kemoterapi, ada protokol atau panduan yang diikuti terkait jenis obat dan jadual pemberian
kemoterapi. Kemoterapi dapat berlangsung selama beberapa bulan di rumah sakit dan untuk
beberapa kasus dilanjutkan dengan rawat jalan. Dengan demikian, klien harus menjalani proses
pengobatan dan perawatan yang panjang baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit
(Hayati, 2016).
B. Etiologi
Etiologi kemoterapi tidak mengacu pada penyebab kanker, tetapi lebih pada
mekanisme kerja dan efek obat-obatan kemoterapi pada sel kanker dan sel normal
rkembangan sel-sel yang membelah diri secara cepat, termasuk sel-sel kanker. Ob
at-obatan kemoterapi bekerja dengan cara yang berbeda-beda, tetapi pada umum
nya mereka menargetkan DNA atau RNA dalam sel kanker, menghambat proses re
plikasi dan memperbaiki DNA, atau merusak membran sel. Namun, obat-obatan ke
moterapi juga dapat memengaruhi sel-sel normal dalam tubuh yang sedang memb
elah diri secara cepat, seperti sel-sel di rambut, sumsum tulang belakang, dan salu
ran pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan efek samping seperti kerontokan ram
but, mual dan muntah, penurunan jumlah sel darah putih, dan diare.
dioterapi atau operasi untuk mengobati kanker secara lebih efektif. Terdapat banyak
jenis obat kemoterapi yang tersedia, dan penggunaannya tergantung pada jenis kanker, stadium
kanker, dan kondisi kesehatan pasien.
C. Patofisiologis
Kemoterapi adalah metode pengobatan kanker yang melibatkan penggunaan obat-
obatan yang menargetkan sel-sel kanker. Namun, selain mempengaruhi sel kanker, kemoterapi
juga dapat mempengaruhi sel-sel sehat dalam tubuh, seperti sel darah merah, sel darah putih,
dan sel pembentuk tulang.
Patofisiologi kemoterapi terkait dengan efek samping yang dialami oleh pasien selama
dan setelah pengobatan. Beberapa efek samping yang umum terjadi selama kemoterapi antara
lain mual dan muntah, kelelahan, penurunan nafsu makan, kerontokan rambut, dan sakit kepala.
Efek samping ini terjadi karena kemoterapi merusak sel-sel normal dalam tubuh yang membelah
secara cepat, seperti sel-sel di saluran pencernaan dan sel-sel di folikel rambut. Selain itu,
kemoterapi juga dapat merusak sistem kekebalan tubuh, yang dapat meningkatkan risiko
infeksi.
Namun, patofisiologi kemoterapi juga terkait dengan cara kerja obat-obatan kemoterapi
itu sendiri. Obat-obatan ini bekerja dengan berbagai cara, seperti mencegah pertumbuhan sel
kanker, merusak DNA sel kanker, atau mencegah sel kanker memperbaiki kerusakan DNA.
Efek samping kemoterapi tergantung pada obat-obatan yang digunakan, dosis yang diberikan,
dan lamanya pengobatan.
D. Komplikasi
Komplikasi kemoterapi dapat bervariasi tergantung pada jenis obat kemoterapi yang di
gunakan, dosisnya, lamanya pengobatan, dan kondisi kesehatan pasien. Beberapa komplikasi u
mum yang dapat terjadi selama atau setelah kemoterapi antara lain:
1. Gangguan pencernaan: Kemoterapi dapat merusak sel-sel di saluran pencernaan dan menye
babkan mual, muntah, diare, sembelit, dan mulut kering.
2. Kehilangan nafsu makan: Beberapa pasien mengalami penurunan nafsu makan selama kem
oterapi, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan kelemahan.
3. Efek samping pada kulit dan rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan rambut, k
ering dan gatal pada kulit, dan kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari.
4. Infeksi: Kemoterapi dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko inf
eksi.
5. Anemia: Kemoterapi dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah dalam darah,
yang dapat menyebabkan anemia dan kelelahan.
6. Neuropati: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan saraf perifer dan meny
ebabkan kesemutan, mati rasa, dan kelemahan pada tangan dan kaki.
7. Masalah jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada jantung da
n menyebabkan gangguan irama jantung, penurunan fungsi jantung, dan bahkan gagal jantu
ng.
8. Efek samping pada ginjal: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada g
injal dan menyebabkan peningkatan kadar kreatinin dalam darah.
E. Pemeriksaan
Pasien yang menjalani kemoterapi perlu mendapatkan pemeriksaan secara teratur untuk
memantau efek samping dan efektivitas pengobatan. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakuka
n pada pasien kemoterapi antara lain:
1. Tes darah: Tes darah dilakukan secara teratur untuk memantau jumlah sel darah putih, sel
darah merah, dan trombosit. Hal ini penting karena kemoterapi dapat menyebabkan
penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit, yang dapat meningkatkan risiko infeksi
dan perdarahan.
2. Tes fungsi hati: Kemoterapi dapat mempengaruhi fungsi hati, sehingga tes fungsi hati
dilakukan secara teratur untuk memantau kerja hati.
3. Tes fungsi ginjal: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal,
sehingga tes fungsi ginjal juga dilakukan secara teratur.
4. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik dilakukan secara teratur untuk memantau kemajuan
pengobatan dan memeriksa adanya efek samping seperti kelemahan, sakit kepala, dan
kesemutan pada tangan dan kaki.
5. Pemeriksaan radiologi: Pemeriksaan radiologi seperti X-ray, CT scan, dan MRI dilakukan
secara teratur untuk memantau perkembangan kanker dan memeriksa apakah kanker telah
menyebar ke bagian lain dari tubuh.
6. Pemeriksaan jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat mempengaruhi kesehatan jantung,
sehingga pemeriksaan jantung dapat dilakukan untuk memantau kerja jantung.
7. Pemeriksaan mata: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada mata,
sehingga pemeriksaan mata dilakukan secara teratur.
8. Pemeriksaan psikologis: Pasien kemoterapi dapat mengalami stres dan kecemasan,
sehingga pemeriksaan psikologis dapat membantu pasien mengatasi masalah tersebut.
F. Syarat Kemoterapi
Berikut adalah beberapa syarat umum untuk dilakukan kemoterapi menurut sumber ahli:
1. Diagnosis kanker: Kemoterapi biasanya diberikan kepada pasien yang telah didiagnosis
dengan kanker.
2. Kondisi kesehatan pasien: Pasien harus dalam kondisi yang memungkinkan untuk
menjalani kemoterapi, yaitu memiliki sistem kekebalan tubuh yang sehat dan tidak
memiliki kondisi medis lain yang menghalangi prosedur tersebut.
3. Tahap kanker: Tahap kanker juga menjadi faktor penting dalam mempertimbangkan
kemoterapi. Beberapa jenis kanker hanya memerlukan pengobatan lokal seperti operasi atau
radioterapi pada tahap awal, sedangkan jenis kanker yang lebih lanjut dan telah menyebar
memerlukan kemoterapi.
4. Tipe kanker: Tipe kanker juga mempengaruhi keputusan untuk melakukan kemoterapi.
Beberapa jenis kanker lebih responsif terhadap kemoterapi daripada yang lainnya.
5. Umur: Kemoterapi dapat diberikan pada pasien kanker dewasa dan anak-anak. Namun,
dosis dan jenis obat kemoterapi yang digunakan mungkin berbeda tergantung pada usia
pasien.
6. Ketersediaan obat kemoterapi: Tidak semua jenis obat kemoterapi tersedia di semua rumah
sakit atau klinik.
Selain itu syarat lain pasien dilakukan kemoterapi adalah sebagai berikut:
a. Keadaan umum cukup baik.
b. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent.
c. Faal ginjal dan hati baik.
d. Diagnosis patologik
e. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000
/mm³, trombosit > 150 000/mm³.
a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian,
waktu pemberian dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan
sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic.
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse.
e. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril
secara intra vena).
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %.
g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai
program.
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta
diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible
masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke
incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi
adanya tanda-tanda ekstravasasi
J. Hasil Kemoterapi
Hasil atau respon kemoterapi dapat berupa:
1. Subyektif
Mengukur hasil subyektif atas hasil terapi kanker cukup sukar, tetapi sebagai pegangan
dapat dipakai paramater: Berat badan dan status penampilan.
2. Obyektif
Hasil obyektif dapat diukur serta dapat diperiksa secara klinik ,radiologi, biokimia, atau
pemeriksaan stadium klinik patologi. Hasil obyektif ini dapat berupa :
a. Respon komplit: semua tumor menghilang dalam jangka waktu sedikitnya 4 minggu
b. Respon Partial: semua tumor akan mengecil sedikitnya 50 % dan tidak ada tumor
baru yang timbul untuk jangka waktu sedikitnya 4 minggu.
c. Tidak berubah.: tumor mengecil kurang dari 50 % atau membesar kurang dari 25 %.
d. Penyakit progresif: tumor membesar 25 % atau lebih atau timbul tumor baru yang
dulu tidak diketahui adanya.
M. Intervensi
Dx. Kep Luaran (SLKI) Intervensi (SDKI)
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
[D.0077]: intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, Identifikasi lokasi,
maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun, dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri Identifikasi skala nyeri
menurun Idenfitikasi respon nyeri
2. Meringis non verbal
menurun Identifikasi faktor yang
3. Sikap protektif memperberat dan
menurun memperingan nyeri
4. Gelisah Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang nyeri
5. Kesulitan tidur Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
6. Frekuensi nadi nyeri
membaik Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
N. Implementasi
O. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang
dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang dilihat dan
perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian
yang sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakahmasih tetap atau
masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Z. 2017. Faktor Genetik dalam Karsinogenesis yang Diinduksi oleh Radiasi Pengion.
Depok: Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan III.
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M., 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC) 6th Edition.USA: Elsevier Mosby.
Brunner dan Suddarth. 2022. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta: EGC .
Doengoes, M. E. 2020. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Shierly E. O. 2019. Oncology Nursing (4 th ed). St. Louis: Mosby Company.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2018. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 2022. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC
Ranailla, Ridha dkk. 2016. Gambaran Dampak Kemoterapi Pada Anak Menurut Orang
Tua Di Rumah Cinta Bandung. 12(2): 143-158
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Pasien adalah seorang gadis berusia 10 tahun bernama "N". Dia adalah seorang Muslim
dan bahasa yang biasa digunakan adalah bahasa Indonesia. Pasien adalah anak ketiga
dari Tn. M berusia 48 tahun dan Ny. A. berusia 45 tahun. Pasien berdomisili di
Denpasar. Orang tua pasien beragama Islam, ayahnya seorang buruh pabrik, dan ibunya
Ibu klien mengatakan anaknya merasa capek dan lemah dan nyeri pada perut.
An.N menderita penyakit leukemia limfositik akut sejak 20 Juli 2018. Ibu pasien
menceritakan awal mula An.N terkena penyakit LLA sebelum dibawa RSUP Sanglah,
beliau melihat anaknya ada ruam berwarna biru pada bagian kaki tangan dan wajah,
ibu pasien mengatakan perut anaknya membesar seperti anak busung lapar,setelah
dirujuk ke RSUP Sanglah untuk transfusi darah tetapi pas di rumah sakit RSUP Sanglah
pasien pernah koma 1 minggu. Setelah masa koma di rumah sakit baru pasien transfusi
darah. Klien datang ke Puskesmas untuk mengambil rujukan untuk kemoterapi , pada
saat pemeriksaan terdapat klien mengatakan anaknya mengeluh nyeri pada perut, merasa
capek dan lemas .rencana untuk kemoterapi lanjut, ibu klien mengatakan anak nya sulit
tidur dimalam hari, jarang tidur siang , klien terlihat mengantuk di pagi hari , pola tidur
malam hanya 4-5 jam mulai dari jam 22.00 WITA, terbangun jam 02.00 WITA karena
anak merasa kakinya nyeri karena capek, terlihat lingkaran hitam dibawah mata.
A. Prenatal Care : Ibu pasien mengatakan saat hamil tidak merasa rasa mual pada
trimester pertama ,tidak terjadi pendarahan. pada setiap bulan melakukan kontrol di
bidan dekat rumah. Ibu pasien rutin makan sayur, buah, ayam, tahu, tempe dan
susu.
B. Natal Care :
Ibu pasien mengatakan anaknya lahir pada usia kehamilan 39 minggu, lahir secara
normal di bantu oleh bidan dengan BB : 2,2 gr, PB: 45 cm . ibunya pasien mengatakan
Ibu pasien mengatakan anak diberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, kemudian
An. N sudah lama menderita penyakit leukemia LLA Sejak usia 5 tahun .
An.N pernah di rawat di rumah sakit saat usia 5 tahun karena leukimia dan masih sering
3. Penggunaan Obat-Obatan :
An.N Mengkonsumsi Obat MTX, DEXA, 6 MP, VCR 1,14 mg, EMP 40 mg, VCR 1,14 mg
5. Alergi :
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien memiliki alergi makanan telur puyuh, pasien
6. Kecelakaan :
7. Imunisasi :
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
e. 9 bulan Campak
Genogram
Meninggal dunia
Klien
2. Psikososial keluarga :
Keluarga mengatakan anaknya tinggal bersama kedua orang tuanya dan kakaknya.
Pasien sangat disayang oleh orang tuanya , klien mengatakan hubungan dengan
An.N sangat di sayang oleh semua anggota keluarga karena An merupakan anak
terakhir.
Ibu An.N menyatakan hubungan An.N dengan teman sebayanya baik. An.N mempunyai
beberapa teman akrab. An.N mampu berinteraksi baik dengan teman sebayannya, An.N
An.N terlihat lemah dan tidur- tidur di tempat tidur. An.N tidak ada kecacatan dari
segi fisik, dan klien dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang lain.
1. Pola Nutrisi
1) Nutrisi
Sebelum sakit :
Ibu mengatakan anak N makan 1-2x sehari dengan jenis makanan seperti nasi, lauk
pauk, sayur porsi makannyan dihabiskan. Ibu mengatakan tidak ada pantangan dan
alergi makanan anak N menyukai sayur, Untuk minuman ibu mengatakan anak N
2) Saat sakit :
Ibu mengatakan sejak sakit anak tidak nafsu makan hanya makan setengah porsi.
2. Pola Tidur
1) Sebelum sakit : Ibu mengatakan anak N selama di rumah tidur siang ± 2 jam dari jam
12.00 – 14.00 dan tidur malam ± 8 jam dari jam 21.30 – 05.00.
2) Saat sakit : anak N sakit jarang tidur siang dan tidur malam ± 5 jam malam hari pukul
22.00 dan terbangun jam 02.00 karna anak mengeluh anak merasa kakinya nyeri karena
capek.
3. Pola Aktivitas/Bermain
1) Sebelum sakit : Ibu An.N mengatakan anak aktif bermain dengan taman – taman
sebanyanya .
4. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak ada masalah saat BAB
lancar biasa 1-2 x/hari ibu klien mengatakan tidak ada masalah anaknya dapat BAK
2) Saat sakit : ibu pasien mengatakan BAB anaknya tidak ada masalah, anak N BAB
pada pagi hari, ibu pasien mengatakan tidak ada Masalah dengan BAK anaknya.
An.N dapat berkomunikasi dengan baik dan sangat dekat dengan orang tua dan saudara-
saudaranya
a. Cara Masuk :
Ibu dan anak datang ke RS pada tanggal 28 Maret 2024 jam 10.00 WIB dengan keluhan
anaknya merasa capek dan lemah, mempunyai riwayat leukemia limfositik akut sejak
tahun 2018.
b. Keadaan Umum :
2. Suhu : 36oC
4. RR : 30x/ menit
5. TB/BB : 138 cm / 33 kg
Ruangan / kamar :-
No. Register : 12 43 xx xx
Do :
Pasien tampak meringis, pasien tampak
sering memegang daerah perut yang
nyeri.
TD : 95/54
mmHg Nadi : 90x/
menit
PRIORITAS MASALAH
Diagnosa TANGGAL
No Nama perawat
keperawatan Ditemukan Teratasi
No Rekam Medis : 12 43 xx xx
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk mengetahui
fisiologis intervensi selama 2 x 24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, perkembangan nyeri
(SDKI, Hlm 172) jam maka tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pada pasien
menurun. Dengan kriteria 2. Identifikasi skala 2. Untuk mengetahui
hasil : nyeri Terapeutik perubahan skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Berikan teknik non farmakologis untuk pada pasien setiap
(skala nyeri menjadi 2) mengurangi rasa nyeri menitnya
2. Meringis menurun Edukasi 3. Untuk memperingan
3. Sikap protektif 4. Anjurkan memonitor nyeri secara nyeri yang
menurun mandiri dirasakan pasien
4. Frekuensi nadi (SIKI, 201–202) 4. Untuk mengurangi
membaik rasa nyeri pada pasien
5. Tekan darah
membaik (SLKI,
Hlm 145)
2. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi 1. Untuk mengetahui pola
kurang kontrol tidur (SDKI, keperawatan selama 2 x 24 1. Identifikasi pola aktivitas dan aktivitas dan tidur pasien
Hlm 126) jam maka pola tidur tidur Terapeutik di setiap jamnya
2. Tetapkan jadwal tidur rutin
membaik dengan kriteria 2. Agar tidur menjadi
3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
hasil : kenyamanan (mis. pijat, pengaturan teratur
1. Jumlah jam tidur dalam posisi,terapi akupresur) 3. Untuk meningkatkan
batas normal 9–11 jam Edukasi kenyamanan tidur pada
per hari 4. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama pasien
2. Pola tidur , sakit 4. Agar pasien mengerti
kualitas tidur 5. Anjurkan menepati kebiasaan waktu pentingnya tidur
dalam batas tidur
cukup selama sakit.
normal
5. menganjurkan tidur
3. Perasaan segar setelah
tidur atau istirahat, lebih teratur
tidak mengantuk di pagi (SIKI, Hlm 48)
hari, tidak terdapat
lingkaran hitam
dibawah mata
4. Klien mampu
mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan
tidur.
DX 1 28 Maret 2024 1. Mengidentifikasi lokasi NS 28 MARET 2024 S : Ibu pasien mengatakan perut NS
10 00 nyeri hasil : Ibu klien
anaknya masih sedikit terasa sakit
mengatakan anaknya merasa 14. 00
capek dan lemah dan nyeri P = nyeri saat di bagian perutnya
pada perut
Q = seperti di ditusuk”
10.30 2. Mengidentifikasi skala R = nyeri dirasakan di bagian perut
nyeri : NS S = 4 dari 1-10
P = nyeri saat di bagian
perutnya T= hilang timbul
Q = seperti di ditusuk”
R = nyeri dirasakan di
bagian perut O:
S = 4 dari 1-10
Klien tampak meringis, Klien
T= hilang timbul
tampak sering memegang daerah
3. memberikan teknik non
Perut
10. 45 farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( Tensi : 95/54 mmHg
misalnya pijat) hasil : ibu NS nadi : 90x/ menit
memahai
A : Masalah belum teratasi
10. 45 4. Menganjurkan ibu NS P : Intervensi dilanjutkan 1,2,5
untuk mengompreskan
air hangat di perut
anaknya untuk
mengurangi nyeri perut
DX 2 28 maret 2024 1. mengidentifikasi pola NS 28 MARET 2024 S : Ibu mengatakan anak tidur NS
11.15 aktivitas dan tidur hasil
malam ± 5 jam/ hari Ibu
: Ibu mengatakan anak 14. 00
tidur malam ± 5 jam/ hari mengatakan anak tidur pada pukul
Ibu mengatakan anak tidur
22.00 dan Sering terbangun
pada pukul
22.00 dan Sering pada pukul 02.00 .
terbangun pada pukul
02.00
4. memberitahukan ibu
12.00 untuk Melakukan
prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan misalnya
pijat hasil : ibu
memahami
NS
12.00 5. memberitahukan
pentingnya tidur NS
cukup buat anaknya
DX 3 28 maret 2023 1. Memantau Kelelahan NS 28 MARET 2024 S : ibu An.N mengatakan anakanya NS
12.15 Fisik Dan Emosional sudah tidak lelah lagi
14. 00
12.30 2. Melakukan Latihan O:
Rentang Gerak Aktif Pasien tampak lesu, pasien tampak
Seperti Jalan Pagi Di NS melakukan aktifitas.
Waktu Pagi Hari. Hasil
: Ibu Memahai A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DX 1 29 maret 2024 1. Mengidentifikasi lokasi 29 maret 2024 S: ibu pasien mengatakan anaknya NS
11. 00 nyeri hasil : ibu pasien 14.00
masih sedikit nyeri di bagian
mengatakan anaknya
NS
masih sedikit nyeri di perutnya.
bagian perutnya.
P = nyeri saat di bagian
perutnya
11. 25 2. Mengidentifikasi
Q = seperti di ditusuk”
skala nyeri : NS R = nyeri dirasakan di bagian
P = nyeri saat di bagian
perut
perutnya
S = 3 dari 1-10
Q = seperti di ditusuk” T= hilang timbul
R = nyeri dirasakan di
bagian perut
O : An. N masih terlihat meringis
S = 3 dari 1-10 T=
NS
hilang timbul dan lemas .
A : masalah teratasi sebagian
3. Menganjurkan pasien
11. 40 untuk beristirahat untuk P : Intervensi dilanjutkan
mengurangi rasa nyerinya
Hasil : pasien mengerti dan
paham
DX 2 29 Maret 2024 1. mengidentifikasi pola NS 29 Maret 2024 S : Ibu pasien mengatakan anaknya EKA
11.00 aktivitas dan tidur hasil 14.00 sudah tidak terbangun di malam hari
: Ibu mengatakan anak tidur .
malam sudah agak
mendingan sekarang anak O: Kantung mata pasien masih
An. N tidur jam terlihat hitam, Jam tidur An. N pada
21.00 malam 21.00 dan sudah tidak
terbangun jam 02.00.
11.30 2. Menganjurkan ibu
pasien untuk anak nya A : masalah teratasi
tidak banyak tidur NS
P : Intervensi dihentikan
pada siang hari.
12.00 3. Menjelaskan
pentingnya tidur yang
adekuat hasil NS
: ibu klie mengerti
pentingnya tidur yang
adekuat bagi anak nya