Anda di halaman 1dari 38

PEMBERIAN KEMOTERAPI PADA ANAK

Oleh:

Kelompok 1

LEONIE YUNITA ROMADANI (NIM 23322146)


NI PUTU ENIK PRIANTARI DEWI (NIM 233221465)
NI KADEK SILADEWI (NIM 233221466)
NI LUH ANIK CAHYANI (NIM 233221467)

NI WAYAN SEPTI LESTARI (NIM 233221468)

KETUT DEWI PURNIATI (NIM 233221469)


NI WAYAN UTTISTHA PURWA WIHANTARI (NIM 233221470)

NI WAYAN SRI DAMAYANTI (NIM 233221471)

GUSTI AYU MEILENTARI (NIM 233221472)

STIKES WIRA MEDIKA BALI


DENPASAR
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengenalan terhadap obat kemoterapi dimulai awal tahun 1900 dimana Gas Mustard
yang dipakai pada Perang Dunia I dan II diketahui dapat mensupresi sumsum tulang dan
system limfoid. Pada tahun 1940 zat tersebut mulai digunakan untuk terapi Limfoma.
Kemudian pada tahun 1950 mulai diperkenalkan secara luas penemuan ini dan mulai
berkembang tahun 1970. Sejak saat itu makin banyak ditemukan obat yang dapat dipakai
untuk mengobati kanker. Pada awal abad ke 20 kemoterapi pertama kali dipergunakan oleh
Ehrlich yang berasal dari agen anti parasit (alkyllating agent). Saat ini dikenal lebih dari 40
jenis obat anti-kanker yang dipakai secara aktif di seluruh dunia. Awalnya kemoterapi
memberi kesan kuat pada masyarakat awam maupun sebagian dokter bahwa pemberian
kemoterapi anti kanker merupakan pemakaian sia- sia serta membawa dampak toksisitas
yang parah. Namun dengan kemajuan ilmu di bidang disiplin onkologi anggapan yang tak
beralasan tersebut dapat dihilangkan.
Hambatan utama bagi efikasi klinis kemoterapi adalah tokisitas terhadap jaringan
normal tubuh dan terjadinya resistensi obat seluler. Perkembangan dan aplikasi teknik
molekuler untuk menganalisa ekspresi gen sel normal dan maligna pada level DNA, RNA,
dan protein telah membantu untuk mengidentifikasi beberapa mekanisme penting yang
melaluinya kemoterapi dapat dioptimalkan efek antitumornya dan mengaktivasi kematian
sel terprogram. Perkembangan teknologi molekuler juga memberikan pengertian mengenai
kejadian molekuler dan genetik di dalam sel kanker yang dapat mengubah kemosensitivitas
selama pengobatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kemoterapi?
2. Apa komplikasi kemoterapi?
3. Bagaimana metode pemberian kemoterapi?

C. Tujuan
Adapun tujuannya, untuk mengetahui
1. Definisi dari kemoterapi
2. Komplikasi kemoterapi
3. Metode pemberian kemoterapi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat anti kanker yang bertujuan untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi adalah suatu pengobatan medis yang menggunakan obat-obatan yang khusus
untuk merawat suatu penyakit kanker. Kemoterapi merujuk pada penggunaan obat-obatan
khusus untuk melawan dan memusnahkan sel-sel kanker yang sedang merebak dengan cepat
didalam tubuh penderita. Obat ini akan memasuki sistem aliran darah dan menuju ke seluruh
badan untuk membunuh sel-sel kanker yang tidak dapat dibuang melalui pembedahan ataupun
yang tidak dapat dimusnahkan melalui radioterapi. Bila obat-obatan yang digunakan lebih dari
satu, maka disebut dengan kemoterapi kombinasi.
Kemoterapi adalah pengobatan untuk kanker di dunia medis konvensional. Kemoterapi
bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker supaya hancur dan mati, namun sel-se normal
pun turut dihancurkan (Windy Hartanto, 2015).
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan kanker atau untuk membunuh sel kanker dengan obat-obat anti kanker yang
disebut sitostatika.
Kemoterapi efektif untuk menangani kanker pada anak, khususnya untuk jenis penyakit
tertentu yang tidak efektif bila hanya ditangani dengan pembedahan atau radiasi saja. Pada
kemoterapi, ada protokol atau panduan yang diikuti terkait jenis obat dan jadual pemberian
kemoterapi. Kemoterapi dapat berlangsung selama beberapa bulan di rumah sakit dan untuk
beberapa kasus dilanjutkan dengan rawat jalan. Dengan demikian, klien harus menjalani proses
pengobatan dan perawatan yang panjang baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit
(Hayati, 2016).

B. Etiologi

Etiologi kemoterapi tidak mengacu pada penyebab kanker, tetapi lebih pada

mekanisme kerja dan efek obat-obatan kemoterapi pada sel kanker dan sel normal

dalam tubuh. Kemoterapi bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan dan pe

rkembangan sel-sel yang membelah diri secara cepat, termasuk sel-sel kanker. Ob

at-obatan kemoterapi bekerja dengan cara yang berbeda-beda, tetapi pada umum

nya mereka menargetkan DNA atau RNA dalam sel kanker, menghambat proses re

plikasi dan memperbaiki DNA, atau merusak membran sel. Namun, obat-obatan ke

moterapi juga dapat memengaruhi sel-sel normal dalam tubuh yang sedang memb

elah diri secara cepat, seperti sel-sel di rambut, sumsum tulang belakang, dan salu
ran pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan efek samping seperti kerontokan ram

but, mual dan muntah, penurunan jumlah sel darah putih, dan diare.

Dalam beberapa kasus, kemoterapi dapat digunakan bersamaan dengan ra

dioterapi atau operasi untuk mengobati kanker secara lebih efektif. Terdapat banyak
jenis obat kemoterapi yang tersedia, dan penggunaannya tergantung pada jenis kanker, stadium
kanker, dan kondisi kesehatan pasien.

C. Patofisiologis
Kemoterapi adalah metode pengobatan kanker yang melibatkan penggunaan obat-
obatan yang menargetkan sel-sel kanker. Namun, selain mempengaruhi sel kanker, kemoterapi
juga dapat mempengaruhi sel-sel sehat dalam tubuh, seperti sel darah merah, sel darah putih,
dan sel pembentuk tulang.
Patofisiologi kemoterapi terkait dengan efek samping yang dialami oleh pasien selama
dan setelah pengobatan. Beberapa efek samping yang umum terjadi selama kemoterapi antara
lain mual dan muntah, kelelahan, penurunan nafsu makan, kerontokan rambut, dan sakit kepala.
Efek samping ini terjadi karena kemoterapi merusak sel-sel normal dalam tubuh yang membelah
secara cepat, seperti sel-sel di saluran pencernaan dan sel-sel di folikel rambut. Selain itu,
kemoterapi juga dapat merusak sistem kekebalan tubuh, yang dapat meningkatkan risiko
infeksi.
Namun, patofisiologi kemoterapi juga terkait dengan cara kerja obat-obatan kemoterapi
itu sendiri. Obat-obatan ini bekerja dengan berbagai cara, seperti mencegah pertumbuhan sel
kanker, merusak DNA sel kanker, atau mencegah sel kanker memperbaiki kerusakan DNA.
Efek samping kemoterapi tergantung pada obat-obatan yang digunakan, dosis yang diberikan,
dan lamanya pengobatan.

D. Komplikasi
Komplikasi kemoterapi dapat bervariasi tergantung pada jenis obat kemoterapi yang di
gunakan, dosisnya, lamanya pengobatan, dan kondisi kesehatan pasien. Beberapa komplikasi u
mum yang dapat terjadi selama atau setelah kemoterapi antara lain:
1. Gangguan pencernaan: Kemoterapi dapat merusak sel-sel di saluran pencernaan dan menye
babkan mual, muntah, diare, sembelit, dan mulut kering.
2. Kehilangan nafsu makan: Beberapa pasien mengalami penurunan nafsu makan selama kem
oterapi, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan kelemahan.
3. Efek samping pada kulit dan rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan rambut, k
ering dan gatal pada kulit, dan kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari.
4. Infeksi: Kemoterapi dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko inf
eksi.
5. Anemia: Kemoterapi dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah dalam darah,
yang dapat menyebabkan anemia dan kelelahan.
6. Neuropati: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan saraf perifer dan meny
ebabkan kesemutan, mati rasa, dan kelemahan pada tangan dan kaki.
7. Masalah jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada jantung da
n menyebabkan gangguan irama jantung, penurunan fungsi jantung, dan bahkan gagal jantu
ng.
8. Efek samping pada ginjal: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada g
injal dan menyebabkan peningkatan kadar kreatinin dalam darah.

E. Pemeriksaan
Pasien yang menjalani kemoterapi perlu mendapatkan pemeriksaan secara teratur untuk
memantau efek samping dan efektivitas pengobatan. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakuka
n pada pasien kemoterapi antara lain:
1. Tes darah: Tes darah dilakukan secara teratur untuk memantau jumlah sel darah putih, sel
darah merah, dan trombosit. Hal ini penting karena kemoterapi dapat menyebabkan
penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit, yang dapat meningkatkan risiko infeksi
dan perdarahan.
2. Tes fungsi hati: Kemoterapi dapat mempengaruhi fungsi hati, sehingga tes fungsi hati
dilakukan secara teratur untuk memantau kerja hati.
3. Tes fungsi ginjal: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal,
sehingga tes fungsi ginjal juga dilakukan secara teratur.
4. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik dilakukan secara teratur untuk memantau kemajuan
pengobatan dan memeriksa adanya efek samping seperti kelemahan, sakit kepala, dan
kesemutan pada tangan dan kaki.
5. Pemeriksaan radiologi: Pemeriksaan radiologi seperti X-ray, CT scan, dan MRI dilakukan
secara teratur untuk memantau perkembangan kanker dan memeriksa apakah kanker telah
menyebar ke bagian lain dari tubuh.
6. Pemeriksaan jantung: Beberapa obat kemoterapi dapat mempengaruhi kesehatan jantung,
sehingga pemeriksaan jantung dapat dilakukan untuk memantau kerja jantung.
7. Pemeriksaan mata: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada mata,
sehingga pemeriksaan mata dilakukan secara teratur.
8. Pemeriksaan psikologis: Pasien kemoterapi dapat mengalami stres dan kecemasan,
sehingga pemeriksaan psikologis dapat membantu pasien mengatasi masalah tersebut.
F. Syarat Kemoterapi
Berikut adalah beberapa syarat umum untuk dilakukan kemoterapi menurut sumber ahli:
1. Diagnosis kanker: Kemoterapi biasanya diberikan kepada pasien yang telah didiagnosis
dengan kanker.
2. Kondisi kesehatan pasien: Pasien harus dalam kondisi yang memungkinkan untuk
menjalani kemoterapi, yaitu memiliki sistem kekebalan tubuh yang sehat dan tidak
memiliki kondisi medis lain yang menghalangi prosedur tersebut.
3. Tahap kanker: Tahap kanker juga menjadi faktor penting dalam mempertimbangkan
kemoterapi. Beberapa jenis kanker hanya memerlukan pengobatan lokal seperti operasi atau
radioterapi pada tahap awal, sedangkan jenis kanker yang lebih lanjut dan telah menyebar
memerlukan kemoterapi.
4. Tipe kanker: Tipe kanker juga mempengaruhi keputusan untuk melakukan kemoterapi.
Beberapa jenis kanker lebih responsif terhadap kemoterapi daripada yang lainnya.
5. Umur: Kemoterapi dapat diberikan pada pasien kanker dewasa dan anak-anak. Namun,
dosis dan jenis obat kemoterapi yang digunakan mungkin berbeda tergantung pada usia
pasien.
6. Ketersediaan obat kemoterapi: Tidak semua jenis obat kemoterapi tersedia di semua rumah
sakit atau klinik.
Selain itu syarat lain pasien dilakukan kemoterapi adalah sebagai berikut:
a. Keadaan umum cukup baik.
b. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent.
c. Faal ginjal dan hati baik.
d. Diagnosis patologik
e. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000
/mm³, trombosit > 150 000/mm³.

G. Metode Pemberian Kemoterapi


a) Metode pemberian kemoterapi, sebagai berikut:
1. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh
pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah
seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan. Kemoterapi
Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau radiasi,
tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase
kecil yang ada (micro metastasis).
2. Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada kanker yang
bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya
bedah atau radiasi.
3. Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti pembedahan atau
penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk
mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil
guna.

b). Pemberian kemoterapi dapat bermacam-macam:


1. Intravena
Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui jantung dan hati
baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang paling banyak digunakan untuk
khemoterapi. Dalam pemberian intravena usahakan jangan ada ekstravasasi obat.
2. Intra arteri
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah ke daerah
tumor dengan cara Infusi Intra Arteri menggunakan catheter dan pompa arteri. Infus intra
arteri itu untuk memberikan obat selama beberapa jam atau hari. Setelah melalui tumor obat
keluar melalui vena ke sirkulasi umum. Pemberian intra arteri dapat:
a. Menaikkan dosis obat langsung ke dalam tumor.
b. Menaikkan efek obat yang kurang stabil karena secara cepat dan langsung masuk ke
dalam tumor.
c. Mengurangi toksisitas.
3. Perfusi regional
Perfusi regional adalah cara untuk memberikan obat dengan dosis tinggi langsung ke daerah
tumor tanpa menimbulkan toksisitas pada sirkulasi umum dengan cara sirkulasi ekstra
korporal menggunakan mesin jantung-paru.
4. Intra tumoral
Obat langsung disuntikkan ke dalam tumor. Cara ini tidak dianjurkan karena dapat
melepaskan sel kanker dan tumor induknya dan ada cara lain yang lebih efektif, yaitu
operasi (eksisi, debulking, elektrokoagulasi), atau radioterapi.
5. Intra cavitair
Obat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura, peritoneum,
pericardial, vesikal atau tekal. Contoh: instalasi bleomycin, fluorouracil, chlormetine,
terramycin, dsb. intra pleura untuk efusi maligna.
6. Topikal
Pemberian salep Fluorouracil pada kanker kulit.

c). Prosedur Pelaksanaan Kemoterapi


Persiapan
a. Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas badan,
darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin lengkap, EKG, foto thorax
AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
b. Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat
sebelumnya.
c. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
d. Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga.
e. Siapkan obat sitostatika.
f. Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit.
g. Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya.
h. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu.
i. Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc.
j. Infus set dan vena kateter kecil.
k. Alkohol 70 % dengan kapas steril.
l. Bak spuit besar.
m. Label obat.
n. Plastik tempat pembuangan bekas.
o. Kardex (catatan khusus).
d). Cara Kerja Pencampuran obat
Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi memakai alat
“biosafety laminary airflow” kemudian dikirim ke bangsal perawatan dalam tempat khusus
tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam
pencampuran.
Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka, pencampuran dilakukan
diruangan khusus yang tertutup dengan cara :
a. Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain.
b. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.
c. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%,
D5% atau intralit
d. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa
steril diujung jarum spuit.
e. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan volume
cairan yang telah ditentukan.
f. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam
flabot atau botol infus.
g. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian
atau dengan syringe pump.
h. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.
i. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas
dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.

e). Cara Pemberian kemoterapi

a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian,
waktu pemberian dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan
sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic.
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse.
e. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril
secara intra vena).
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %.
g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai
program.
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta
diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible
masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke
incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi
adanya tanda-tanda ekstravasasi

H. Efek Samping Pemberian Kemoterapi


1. Efek samping kemoterapi
a. Terhadap sumsum tulang: leukopeni , anemi, trombositopenia.
b. Terhadap saluran cerna: mual, muntah, stomatitis, gastritis, diare,ileus.
c. Terhadap kardiovaskuler: kardiomiopati, hipertensi, dekompensasio cordis
d. Terhadap paru: fibrosis
e. Terhadap hepar: fibrosis.
f. Terhadap ginjal : nekrosis tubulus
g. Terhadap kulit: hiperpigmentasi, alopesia.
h. Terhadap syaraf: parestesi, neuropati, , tuli.
i. Terhadap pankreas: pankreatitis.
j. Terhadap uterus: perdarahan.
k. Terhadap kandung kemih: sistitis.
Sehingga pada pasien yang diberikan kemoterapi perlu dilakukan monitoring ketat
fungsi hati, fungsi ginjal, sumsum tulang, EKG, dan efek lokal.
2. Mekanisme terjadinya resistensi:
a. Konsentrasi obat terbatas oleh karena vaskularisasi yang tidak adekuat.
b. Kegagalan sel untuk mengubah obat kedalam bentuk aktif
c. Impermeabelitas dinding sel terhadap sitostatika.
d. Perubahan spesifitas enzim dalam sel.
e. Katabolisme yang berlebihan oleh sel tumor.
f. Cara mencegah resistensi:
g. Pemakaian dosis intermiten
h. Terapi kombinasi atau disertai imunoterapi
i. Pemakaian obat berbeda dengan siklus berurutan
j. Jika timbul resistensi diganti dengan obat yang bermekanisme kerja berbeda.
k. Pemakaian obat harus segera dihentikan sesudah ada remisi.
3. Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi:
Dalam pemberian terapi kombinasi dari zat kemoterapi maka harus diperhatikan prinsip
sebagai berikut:
a. Hanya obat - obatan yang diketahui memiliki efektifitas partial terhadap tumor tertentu
jika ia diberikan secara tunggal yang dipilih untuk diberikan secara kombinasi.
b. Jika terdapat beberapa obat dalam kelas yang sama dengan efektifitas yang sama, maka
obat tersebut harus dipilih berdasarkan toksisitas dari masing - masing obat yang tidak
akan menimbulkan overlapping toksisitas dengan jenis obat yang lain yang akan
dikombinasikan bersama dengan golongan obat itu.
c. Masing - masing obat harus diberikan dalam dosis dan jadual yang optimal.
d. Kombinasi ini harus diberikan dengan interval yang konstan.
I. Pemantuan Kemoterapi
Obat anti kanker sangat toksis, karena itu pada pemberian khemoterapi perlu dikerjakan
pemantauan toksisitasnya. Sebelum memberikan khemoterapi terlebih dulu harus diketahui
dengan baik bagaimana status penderita sebagai data dasar. Hal yang harus diketahui
mencakup :
1. Fisik penderita, terutama keadaan umum dan berat badan .
2. Radiologi, terutama keadaan paru.
3. Laboratorium, terutama hemoglobin, leukosit dan thrombosit.
Toksisitas khemoterapi perlu dipantau untuk menghindari komplikasi yang fatal. Kalau
timbul toksisitas maka dosis obat yang diberikan perlu disesuaikan dan kalau perlu dihentikan
untuk sementara sampai toksisitas dapat diatasi. Sebelum memberikan khemoterapi perlu
diperiksa darah, fungsi hati, fungsi ginjal, dsb. Untuk darah pemberian dosis protokol sebaiknya
diberikan bila hemoglobin >10 mg%, leukosit > 4.000 per mm 3 dan thrombosit > 100.000 per
mm3 .

J. Hasil Kemoterapi
Hasil atau respon kemoterapi dapat berupa:
1. Subyektif
Mengukur hasil subyektif atas hasil terapi kanker cukup sukar, tetapi sebagai pegangan
dapat dipakai paramater: Berat badan dan status penampilan.
2. Obyektif
Hasil obyektif dapat diukur serta dapat diperiksa secara klinik ,radiologi, biokimia, atau
pemeriksaan stadium klinik patologi. Hasil obyektif ini dapat berupa :
a. Respon komplit: semua tumor menghilang dalam jangka waktu sedikitnya 4 minggu
b. Respon Partial: semua tumor akan mengecil sedikitnya 50 % dan tidak ada tumor
baru yang timbul untuk jangka waktu sedikitnya 4 minggu.
c. Tidak berubah.: tumor mengecil kurang dari 50 % atau membesar kurang dari 25 %.
d. Penyakit progresif: tumor membesar 25 % atau lebih atau timbul tumor baru yang
dulu tidak diketahui adanya.

K. Dampak Kemoterapi Pada Anak


Mekanisme kerja obat kemoterapi yang sangat kuat untuk membunuh sel kanker
juga bepengaruh pada sel-sel sehat. Sehingga obat kemoterapi akan menimbulkan beberapa
efek samping. Dampak fisik kemoterapi pada anak diantaranya adalah pada sistem
pencernaan (mukositis, stomatitis), kurangnya kemampuan untuk mengecap rasa, mual dan
muntah, anoreksia/ kehilangan berat badan, diare, konstipasi, gangguan hematologi
(anemia,trombositopenia, neutropenia), rambut rontok, nephrotoxic, fatigue, gangguan
pendengaran, masalah pada jantung, saraf, dan pernapasan (Ridha Ranailla dkk, 2016).
1. Pada aspek fisik
Rambut rontok merupakan dampak kemoterapi yang dianggap paling berat pada anak
oleh orang tua. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keparahan/ beratnya
kerontokan rambut diantaranya adalah obat, dosis, dan jadwal pemberian obat. Reaksi
pasien terhadap kerontokan yang terjadi akibat efek samping kemoterapi berbeda-beda,
pada penelitian sebelumnya melalui pendekatan antropologi yang dilakukan oleh
Hensen dinyatakan bahwa pasien kanker terutama wanita merasa kerontokan rambut
membuat mereka kehilangan kepribadian dan daya tarik serta dikaitkan dengan status
atau peran dalam kehidupan bersosial. (Ridha Ranailla dkk, 2016).
2. Pada Sistem Pencernaan Dan Perkemihan
Kehilangan nafsu makan dapat terjadi karena penyakit kanker yang dialami anak atau k
arena berbagai efek samping pengobatan kemoterapi seperti mual dan muntah, mukositi
s, penurunan kemampuan pengecapan, konstipasi atau diare, nyeri, dan fatigue/kelelaha
n. (Ridha Ranailla dkk, 2016).
3. Pada Aspek Psikologis
Perubahan psikologis anak merupakan salah satu dampak kemoterapi, suasana hati beru
bah-ubah dan mudah marah atau merasa tidak bahagia adalah salah satu karakteristik da
ri gangguan perilaku pada aspek eksternal (perilaku yang terekspresikan). Hal ini mung
kin terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah faktor biologis yaitu kelelahan ya
ng dialami oleh anak karena menjalani pengobatan secara terus menerus maka anak aka
n mengalami kelelahan sehingga anak harus mengurangi aktivitas. Faktor durasi
penyakit dan lamanya proses pengobatan (Ridha Ranailla dkk, 2016).
L. Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan kemoterapi
1. Nyeri Akut [D.0077]:
DS:
 Mengeluh nyeri
DO:
 Tampak meringis
 Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
2. Keletihan [D.0057]
DS:
 Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
 Merasa kurang tenaga
 Mengeluh lelah
DO:
 Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
 Tampak lesu
3. Ansietas [D.0080]
DS.
 Merasa bingung.
 Merasa khawatir dengan akibat.
 Sulit berkonsenstrasi.
DO
 Tampak gelisah.
 Tampak tegang.
 Sulit tidur
4. Risiko Infeksi [D.0142]
Faktor risiko untuk masalah risiko infeksi adalah:
1. Penyakit kronis (mis: diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (gangguan peristaltik; kerusakan integritas
kulit; perubahan sekresi pH; penurunan kerja siliaris; ketuban pecah lama; ketuban
pecah sebelum waktunya; merokok; statis cairan tubuh)
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin; imunosupresi;
leukopenia; supresi respon inflamasi; vaksinasi tidak adekuat)

M. Intervensi
Dx. Kep Luaran (SLKI) Intervensi (SDKI)
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
[D.0077]: intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam,  Identifikasi lokasi,
maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun, dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
menurun  Idenfitikasi respon nyeri
2. Meringis non verbal
menurun  Identifikasi faktor yang
3. Sikap protektif memperberat dan
menurun memperingan nyeri
4. Gelisah  Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang nyeri
5. Kesulitan tidur  Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
6. Frekuensi nadi nyeri
membaik  Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Keletihan Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)


[D.0057] intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam,  Identifikasi gangguan
maka tingkat keletihan fungsi tubuh yang
menurun, dengan mengakibatkan kelelahan
kriteria hasil:  Monitor kelelahan fisik dan
1. Verbalisasi emosional
kepulihan energi  Monitor pola dan jam tidur
meningkat  Monitor lokasi dan
2. Tenaga ketidaknyamanan selama
meningkat melakukan aktivitas
3. Kemampuan Terapeutik
melakukan  Sediakan lingkungan
aktivitas rutin nyaman dan rendah
meningkat stimulus (mis: cahaya,
4. Verbalisasi suara, kunjungan)
Lelah menurun  Lakukan latihan rentang
5. Lesu menurun gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)


[D.0080] intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam,  Identifikasi saat tingkat
maka tingkat ansietas ansietas berubah (mis:
menurun, dengan kondisi, waktu, stresor)
kriteria hasil:  Identifikasi kemampuan
1. Verbalisasi mengambil keputusan
kebingungan  Monitor tanda-tanda
menurun ansietas (verbal dan
2. Perilaku gelisah nonverbal)
menurun Terapeutik
3. Perilaku tegang  Ciptakan suasana terapeutik
menurun untuk menumbuhkan
4. Konsentrasi kepercayaan
membaik  Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
 Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk
tetap Bersama pasien, jika
perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)


[D.0142] intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam,  Monitor tanda dan gejala
maka tingkat infeksi infeksi lokal dan sistemik
menurun, dengan Terapeutik
kriteria hasil:  Batasi jumlah pengunjung
1. Demam  Berikan perawatan kulit
menurun pada area edema
2. Kemerahan  Cuci tangan sebelum dan
menurun sesudah kontak dengan
3. Nyeri menurun pasien dan lingkungan
4. Bengkak pasien
menurun  Pertahankan teknik aseptic
5. Kadar sel darah pada pasien berisiko tinggi
putih membaik Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

N. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana


keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana
tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering
impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa
adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal
ini sangat membahayakan pasien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi
aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan pasien
sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan pasien
dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon pasien
(Keliat, 2018,)

O. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang
dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang dilihat dan
perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian
yang sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakahmasih tetap atau
masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Z. 2017. Faktor Genetik dalam Karsinogenesis yang Diinduksi oleh Radiasi Pengion.
Depok: Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan III.
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M., 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC) 6th Edition.USA: Elsevier Mosby.
Brunner dan Suddarth. 2022. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta: EGC .
Doengoes, M. E. 2020. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Shierly E. O. 2019. Oncology Nursing (4 th ed). St. Louis: Mosby Company.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2018. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 2022. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC
Ranailla, Ridha dkk. 2016. Gambaran Dampak Kemoterapi Pada Anak Menurut Orang
Tua Di Rumah Cinta Bandung. 12(2): 143-158
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Pasien adalah seorang gadis berusia 10 tahun bernama "N". Dia adalah seorang Muslim

dan bahasa yang biasa digunakan adalah bahasa Indonesia. Pasien adalah anak ketiga

dari Tn. M berusia 48 tahun dan Ny. A. berusia 45 tahun. Pasien berdomisili di

Denpasar. Orang tua pasien beragama Islam, ayahnya seorang buruh pabrik, dan ibunya

seorang ibu rumah tangga.

1.1 Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan anaknya merasa capek dan lemah dan nyeri pada perut.

1.2 Riwayat Penyakit Sekarang

An.N menderita penyakit leukemia limfositik akut sejak 20 Juli 2018. Ibu pasien

menceritakan awal mula An.N terkena penyakit LLA sebelum dibawa RSUP Sanglah,

beliau melihat anaknya ada ruam berwarna biru pada bagian kaki tangan dan wajah,

ibu pasien mengatakan perut anaknya membesar seperti anak busung lapar,setelah

dilakukan pemeriksaan lab didapatkan anaknya menderita penyakit LLA, kemudian

dirujuk ke RSUP Sanglah untuk transfusi darah tetapi pas di rumah sakit RSUP Sanglah

pasien pernah koma 1 minggu. Setelah masa koma di rumah sakit baru pasien transfusi

darah. Klien datang ke Puskesmas untuk mengambil rujukan untuk kemoterapi , pada

saat pemeriksaan terdapat klien mengatakan anaknya mengeluh nyeri pada perut, merasa

capek dan lemas .rencana untuk kemoterapi lanjut, ibu klien mengatakan anak nya sulit

tidur dimalam hari, jarang tidur siang , klien terlihat mengantuk di pagi hari , pola tidur

malam hanya 4-5 jam mulai dari jam 22.00 WITA, terbangun jam 02.00 WITA karena

anak merasa kakinya nyeri karena capek, terlihat lingkaran hitam dibawah mata.

1.3 Riwayat Kehamilan dan Persalinan

A. Prenatal Care : Ibu pasien mengatakan saat hamil tidak merasa rasa mual pada
trimester pertama ,tidak terjadi pendarahan. pada setiap bulan melakukan kontrol di

bidan dekat rumah. Ibu pasien rutin makan sayur, buah, ayam, tahu, tempe dan

susu.

B. Natal Care :

Ibu pasien mengatakan anaknya lahir pada usia kehamilan 39 minggu, lahir secara

normal di bantu oleh bidan dengan BB : 2,2 gr, PB: 45 cm . ibunya pasien mengatakan

bayi menangis spontan.

C. Post Natal Care :

Ibu pasien mengatakan anak diberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, kemudian

dibantu dengan susu formula hingga sekarang.

1.4 Riwayat Penyakit Dahulu

1. Penyakit-Penyakit Waktu Kecil :

An. N sudah lama menderita penyakit leukemia LLA Sejak usia 5 tahun .

2. Pernah Dirawat Di Rumah Sakit :

An.N pernah di rawat di rumah sakit saat usia 5 tahun karena leukimia dan masih sering

di rawat di rmh sakit.

3. Penggunaan Obat-Obatan :

An.N Mengkonsumsi Obat MTX, DEXA, 6 MP, VCR 1,14 mg, EMP 40 mg, VCR 1,14 mg

dan mendapatkan kemoterapi transfusi darah

4. Tindakan (Operasi Atau Tindakan Lain) :

Ibu anak mengatakan tidak melakukan tindakan operasi apapun.

5. Alergi :

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien memiliki alergi makanan telur puyuh, pasien

tidak memiliki alergi obat-obatan.

6. Kecelakaan :

Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami kecelakaan apapun.

7. Imunisasi :
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

a. 1 bulan BCG ,Polio 1

b. 2 bulan DPT-HB-Hib 1 Polio 2

c. 3 bulan DPT-HB-Hib 2 Polio 3

d. 4 bulan DPT-HB-Hib 3 Polio 4

e. 9 bulan Campak

1.5 Pengkajian Keluarga

1. Genogram (sesuai dengan penyakit)

Genogram

Genogram 3.1 genogram Keluarga An. N usia 10 tahun

Keterangan : Laki- laki


Perempuan

Meninggal dunia

Klien

------------ Satu keluarga

2. Psikososial keluarga :

Keluarga mengatakan anaknya tinggal bersama kedua orang tuanya dan kakaknya.

Pasien sangat disayang oleh orang tuanya , klien mengatakan hubungan dengan

keluarga yang lain harmonis dan rukun terus.


1.6 RIWAYAT SOSIAL

1. Yang Mengasuh Anak :

An.N diasuh oleh ayah dan ibunya .

2. Hubungan Dengan Anggota Keluarga :

An.N sangat di sayang oleh semua anggota keluarga karena An merupakan anak

terakhir.

3. Hubungan Dengan Teman Sebaya :

Ibu An.N menyatakan hubungan An.N dengan teman sebayanya baik. An.N mempunyai

beberapa teman akrab. An.N mampu berinteraksi baik dengan teman sebayannya, An.N

termasuk anak yang sangat aktif.

4. Pembawaan Secara Umum :

An.N terlihat lemah dan tidur- tidur di tempat tidur. An.N tidak ada kecacatan dari

segi fisik, dan klien dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang lain.

1.7 KEBUTUHAN DASAR

1. Pola Nutrisi

1) Nutrisi

Sebelum sakit :

Ibu mengatakan anak N makan 1-2x sehari dengan jenis makanan seperti nasi, lauk

pauk, sayur porsi makannyan dihabiskan. Ibu mengatakan tidak ada pantangan dan

alergi makanan anak N menyukai sayur, Untuk minuman ibu mengatakan anak N

minum susu, air putih.

2) Saat sakit :

Ibu mengatakan sejak sakit anak tidak nafsu makan hanya makan setengah porsi.

2. Pola Tidur

1) Sebelum sakit : Ibu mengatakan anak N selama di rumah tidur siang ± 2 jam dari jam

12.00 – 14.00 dan tidur malam ± 8 jam dari jam 21.30 – 05.00.
2) Saat sakit : anak N sakit jarang tidur siang dan tidur malam ± 5 jam malam hari pukul

22.00 dan terbangun jam 02.00 karna anak mengeluh anak merasa kakinya nyeri karena

capek.

3. Pola Aktivitas/Bermain

1) Sebelum sakit : Ibu An.N mengatakan anak aktif bermain dengan taman – taman

sebanyanya .

2) Saat sakit : An.N sering bermain game di handphone ibunya

4. Pola Eliminasi

1) Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak ada masalah saat BAB

lancar biasa 1-2 x/hari ibu klien mengatakan tidak ada masalah anaknya dapat BAK

dengan mudah dan dapat melakukanya sendiri di wc.

2) Saat sakit : ibu pasien mengatakan BAB anaknya tidak ada masalah, anak N BAB

pada pagi hari, ibu pasien mengatakan tidak ada Masalah dengan BAK anaknya.

4. Pola Kognitif Perseptual :

An.N dapat berkomunikasi dengan baik dan sangat dekat dengan orang tua dan saudara-
saudaranya

1.8 KEADAAN UMUM (PENAMPILAN UMUM)

a. Cara Masuk :

Ibu dan anak datang ke RS pada tanggal 28 Maret 2024 jam 10.00 WIB dengan keluhan

anaknya merasa capek dan lemah, mempunyai riwayat leukemia limfositik akut sejak

tahun 2018.

b. Keadaan Umum :

Keadaan umum klien baik, pasien tampak lemah.

1.9 TANDA-TANDA VITAL

1. Tensi : 95/54 mmHg

2. Suhu : 36oC

3. nadi : 90x/ menit

4. RR : 30x/ menit
5. TB/BB : 138 cm / 33 kg

1.10 PEMERIKSAAN FISIK

 Pemeriksaan Kepala Dan Rambut


pemeriksaan kepala dan rambut, rambut pasien berwarna hitam, tidak berminyak. Pada
pemeriksaan kulit kepala tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe, kulit kepala bersih.
Pada pemeriksaan wajah: ditemukan wajah berbentuk oval.
 Mata
pemeriksaan mata ditemukan kantung mata hitam, alis tebal, kelopak mata tidak ada lesi,
konjungtiva anemis, sklera putih, pupil normal, reflek berkedip baik.
 Hidung
pemeriksaan hidung penciuman baik, tidak ada sinusitis, tidak ada penyumbatan jalan napas,
hidung tidak pembengkakan, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada nyeri tekan.
 Telinga
pemeriksaan telinga tampak simetris telinga kanan dan kiri, pendengaran baik, keadaan
bersih/tidak ada serumen.
 Mulut Dan Tenggorokan
pemeriksaan mulut dan tenggorokan, kemampuan menelan baik. Untuk tenggorokan tidak
bengkak, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan .
 Pemeriksaan Thorax/Dada
1. Paru : Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sama, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
lesi ataupun benjolan perkusi sonor, terdengar bunyi vesikuler, pernapasan 20x/menit
2. Jantung : inspeksi CRT < 2 detik ,tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan,
perkusi jantung terdapat bunyi pekak/datar, auskultasi jantung terdapat bunyi S1 S2
tunggal
 Punggung
pemeriksaan punggung, tidak ada bengkak, tidak ada memar, tidak ada luka, tidak ada bekas
jahitan.
 Pemeriksaan Abdomen
Ibu klien mengatakan anaknya mengeluh nyeri pada perut, nyeri tekan bagian perutnya dengan
skala 4, nyeri hilang timbul. tidak ada luka operasi . Auskultasi dan bising usus normal, tidak ada
asites tidak ada benjolan.
 Pemeriksaan Kelamin Dan Daerah Sekitarnya (Genetalia Dan Anus)
Pada pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya, pasien berjenis kelamin perempuan
berumur 10 tahun, alat kelamin terlihat bersih dan tidak ada lendir
 Pemeriksaan Muskuloskeletal
Pada pemeriksaan muskuloskeletal, pasien mampu menggerakkan lengan, dan kakinya tetapi
pasien masih terlihat sedikit lemah.
 Pemeriksaan Neurologi
Pada pemeriksaan neurologi, saraf pada tubuh pasien normal, dapat dilihat apabila pasien terkena
benda dingin pasien langsung memindahkan anggota tubuhnya.
 Pemeriksaan Integumen
Pada pemeriksaan integumen, kulit pasien berwarna sawo matang, suhu tubuh pasien 36oC,
permukaan kulit halus tidak ikterik, tidak ada bekas luka

1.11 TINGKAT PERKEMBANGAN


 Adaptasi sosial
mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, pasien sudah mengenal nama
teman-temannya.
 Bahasa
Pasien dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia
 Motorik halus
Anak mampu menulis,menggambar atau melukis,mampu membuat kerajinan dari tanah
liat,membuat kerajinan dari kertas
 Motorik kasar
Anak mampu bersih- bersih diri sendiri, bermain sepeda , senam
 Kesimpulan Dari Pemeriksaan Perkembangan :
An.N tidak mengalami tidak mengalami keterlambatan tumbuh kembang anak seusianya.
1.12 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan darah : 31 - 01 – 2024

2) Rontgen : Tidak ada

3) Terapy : Tidak ada


ANALISA DATA

Ruangan / kamar :-

No. Register : 12 43 xx xx

No Data Penyebab Masalah

1. Ds : Agen pencedera Nyeri akut


Ibu An.N mengatakan anak sering fisiologis (mis. (SDKI, Hlm
mengeluh nyeri dibagian perutnya . inflamasi, 172) D.0077
P = nyeri saat di bagian perutnya iskemia,
Q = seperti di ditusuk” neoplasma)
R = nyeri dirasakan di bagian perut S
= 4 dari 1-10
T= hilang timbul

Do :
Pasien tampak meringis, pasien tampak
sering memegang daerah perut yang
nyeri.
TD : 95/54
mmHg Nadi : 90x/
menit

2. Ds : Kurang kontrol Gangguan


1. Ibu mengatakan pola tidur tidur Pola Tidur
anak berubah saat sebelum (SDKI,Hal.
sakit dan saat sakit 126)
2. Ibu mengatakan anak tidur malam D.0055
± 5 jam/ hari Ibu mengatakan anak
tidur pada pukul 22.00 dan Sering
terbangun pada pukul 02.00 .
3. Ibu mengatakan anak
mengeluh kakinya sakit karena
capek
Do :
- kantung mata An. N terlihat hitam
3. Ds :
An.N mengeluh lelah, merasa tidak Kondisi Keletihan
bugar walaupun sudah tidur merasa fisiologis (mis. (SDKI,Hal.
kurang tenaga. penyakit kronis, 130)
penyakit
Do : D.0057
terminal,
Pasien tampak lesu, tidak bisa anemia.
beraktivitas berlebih, kebutuhan malnutrisi,
istirahat meningkat kehamilan)

PRIORITAS MASALAH

NAMA KLIEN : An. N Ruangan / kamar : -


UMUR : 10 tahun No. Register : 12 43 xx xx

Diagnosa TANGGAL
No Nama perawat
keperawatan Ditemukan Teratasi

1. Nyeri akut b.d


Agen pencedera 28 Maret 2024 masalah Ns
fisiologis (SDKI, teratasi
Hlm 172) sebagian
2. Gangguan pola
tidur b.d Kurang 28 Maret 2024 29 Maret 2023 Ns
kontrol tidur
(SDKI, Hlm 126)
3. Keletihan b.d
Kondisi fisiologis 28 Maret 2024 28 Maret 2023
(SDKI,Hal. 130) Ns
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. N

No Rekam Medis : 12 43 xx xx

No Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana Intervensi Rasional

1. Nyeri akut b.d Agen pencedera Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk mengetahui
fisiologis intervensi selama 2 x 24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, perkembangan nyeri
(SDKI, Hlm 172) jam maka tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pada pasien
menurun. Dengan kriteria 2. Identifikasi skala 2. Untuk mengetahui
hasil : nyeri Terapeutik perubahan skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Berikan teknik non farmakologis untuk pada pasien setiap
(skala nyeri menjadi 2) mengurangi rasa nyeri menitnya
2. Meringis menurun Edukasi 3. Untuk memperingan
3. Sikap protektif 4. Anjurkan memonitor nyeri secara nyeri yang
menurun mandiri dirasakan pasien
4. Frekuensi nadi (SIKI, 201–202) 4. Untuk mengurangi
membaik rasa nyeri pada pasien
5. Tekan darah

membaik (SLKI,

Hlm 145)
2. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi 1. Untuk mengetahui pola
kurang kontrol tidur (SDKI, keperawatan selama 2 x 24 1. Identifikasi pola aktivitas dan aktivitas dan tidur pasien
Hlm 126) jam maka pola tidur tidur Terapeutik di setiap jamnya
2. Tetapkan jadwal tidur rutin
membaik dengan kriteria 2. Agar tidur menjadi
3. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
hasil : kenyamanan (mis. pijat, pengaturan teratur
1. Jumlah jam tidur dalam posisi,terapi akupresur) 3. Untuk meningkatkan
batas normal 9–11 jam Edukasi kenyamanan tidur pada
per hari 4. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama pasien
2. Pola tidur , sakit 4. Agar pasien mengerti
kualitas tidur 5. Anjurkan menepati kebiasaan waktu pentingnya tidur
dalam batas tidur
cukup selama sakit.
normal
5. menganjurkan tidur
3. Perasaan segar setelah
tidur atau istirahat, lebih teratur
tidak mengantuk di pagi (SIKI, Hlm 48)
hari, tidak terdapat
lingkaran hitam
dibawah mata
4. Klien mampu
mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan
tidur.

(SLKI, Hlm 96)


3. keletihan b.d Kondisi fisiologis Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk mengetahui
(SDKI,Hal. 130) intervensi keperawatan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang penyebab gangguan
selama 2 x 24 jam maka mengakibatkan kelelahan .
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
tingkat keletihan membaik 2. Untuk mengetahui
Terapeutik
dengan kriteria hasil : 3. Lakukan latihan rentang gerak pasif tingkat kelelahan
1. verbalisasi pemulihan dan/atau aktif 3. Untuk mengetahui
energi meningkat Edukasi perubahan jam tidur
2. Tenaga meningkat 4. Anjurkan tirah baring apakah membaik atau
3. Kemampuan aktivitas 5. Ajarkan strategi koping untuk tidak
mengurangi kelelahan
mungkin meningkat 4. Agar pasien nyaman tidur
4. Mobilisasi lelah 5. Agar pasien tidak mudah
(SIKI, Hlm 176)
menurun lelah.
5. Lesu menurun
6. Selera makan
membaik (SLKI, Hlm
141)
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA KLIEN : An. N Ruangan / kamar :


UMUR : 10 No. Register : 12 43 xx xx
tahun

No Dx Tgl Jam Tindakan TT Perawat Tgl Jam Evaluasi TT Perawat

DX 1 28 Maret 2024 1. Mengidentifikasi lokasi NS 28 MARET 2024 S : Ibu pasien mengatakan perut NS
10 00 nyeri hasil : Ibu klien
anaknya masih sedikit terasa sakit
mengatakan anaknya merasa 14. 00
capek dan lemah dan nyeri P = nyeri saat di bagian perutnya
pada perut
Q = seperti di ditusuk”
10.30 2. Mengidentifikasi skala R = nyeri dirasakan di bagian perut
nyeri : NS S = 4 dari 1-10
P = nyeri saat di bagian
perutnya T= hilang timbul
Q = seperti di ditusuk”
R = nyeri dirasakan di
bagian perut O:
S = 4 dari 1-10
Klien tampak meringis, Klien
T= hilang timbul
tampak sering memegang daerah
3. memberikan teknik non
Perut
10. 45 farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( Tensi : 95/54 mmHg
misalnya pijat) hasil : ibu NS nadi : 90x/ menit
memahai
A : Masalah belum teratasi
10. 45 4. Menganjurkan ibu NS P : Intervensi dilanjutkan 1,2,5
untuk mengompreskan
air hangat di perut
anaknya untuk
mengurangi nyeri perut

11.00 5. Kontrol lingkungan NS


yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan

DX 2 28 maret 2024 1. mengidentifikasi pola NS 28 MARET 2024 S : Ibu mengatakan anak tidur NS
11.15 aktivitas dan tidur hasil
malam ± 5 jam/ hari Ibu
: Ibu mengatakan anak 14. 00
tidur malam ± 5 jam/ hari mengatakan anak tidur pada pukul
Ibu mengatakan anak tidur
22.00 dan Sering terbangun
pada pukul
22.00 dan Sering pada pukul 02.00 .
terbangun pada pukul
02.00

11.25 2. Menganjurkan klien


O:
untuk mengurangi
kebisingan, mengatur NS kantung mata An. N terlihat hitam
cahaya yang redup
dan terlihat tidak bersemangat.
11. 40 3. memberitahukan ibu
tentang jadwal tidur rutin A : Masalah belum teratasi
untuk anak usia sekolah usia P : Intervensi dilanjutkan
6–13 tahun harus beristirahat
sekitar 9–11 jam per hari
hasil : ibu memahami NS

4. memberitahukan ibu
12.00 untuk Melakukan
prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan misalnya
pijat hasil : ibu
memahami
NS
12.00 5. memberitahukan
pentingnya tidur NS
cukup buat anaknya
DX 3 28 maret 2023 1. Memantau Kelelahan NS 28 MARET 2024 S : ibu An.N mengatakan anakanya NS
12.15 Fisik Dan Emosional sudah tidak lelah lagi
14. 00
12.30 2. Melakukan Latihan O:
Rentang Gerak Aktif Pasien tampak lesu, pasien tampak
Seperti Jalan Pagi Di NS melakukan aktifitas.
Waktu Pagi Hari. Hasil
: Ibu Memahai A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

12.40 3. Menganjurkan Tirah


Baring
NS
13.00 4. Mengajarkan Strategi
Koping Untuk
Mengurangi
Kelelahan
NS

DX 1 29 maret 2024 1. Mengidentifikasi lokasi 29 maret 2024 S: ibu pasien mengatakan anaknya NS
11. 00 nyeri hasil : ibu pasien 14.00
masih sedikit nyeri di bagian
mengatakan anaknya
NS
masih sedikit nyeri di perutnya.
bagian perutnya.
P = nyeri saat di bagian
perutnya
11. 25 2. Mengidentifikasi
Q = seperti di ditusuk”
skala nyeri : NS R = nyeri dirasakan di bagian
P = nyeri saat di bagian
perut
perutnya
S = 3 dari 1-10
Q = seperti di ditusuk” T= hilang timbul
R = nyeri dirasakan di
bagian perut
O : An. N masih terlihat meringis
S = 3 dari 1-10 T=
NS
hilang timbul dan lemas .
A : masalah teratasi sebagian
3. Menganjurkan pasien
11. 40 untuk beristirahat untuk P : Intervensi dilanjutkan
mengurangi rasa nyerinya
Hasil : pasien mengerti dan
paham

DX 2 29 Maret 2024 1. mengidentifikasi pola NS 29 Maret 2024 S : Ibu pasien mengatakan anaknya EKA
11.00 aktivitas dan tidur hasil 14.00 sudah tidak terbangun di malam hari
: Ibu mengatakan anak tidur .
malam sudah agak
mendingan sekarang anak O: Kantung mata pasien masih
An. N tidur jam terlihat hitam, Jam tidur An. N pada
21.00 malam 21.00 dan sudah tidak
terbangun jam 02.00.
11.30 2. Menganjurkan ibu
pasien untuk anak nya A : masalah teratasi
tidak banyak tidur NS
P : Intervensi dihentikan
pada siang hari.

12.00 3. Menjelaskan
pentingnya tidur yang
adekuat hasil NS
: ibu klie mengerti
pentingnya tidur yang
adekuat bagi anak nya

Anda mungkin juga menyukai