Anda di halaman 1dari 8

Nama : Kusdyanto baihaqi

NIM : 20191660046
Prodi : S-1 Keperawatan / 5A
Topik : Post test Keperawatan Anak

Soal
1. Pengertian Kemoterapi

2. Indikator pasien yang mendapat kemoterapi

3. Efek samping kemoterapi

4. Ringkasan prosedur pemberian kemoterapi

Jawaban

1. Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang


bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker
dan merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat /obat
yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker. Kemoterapi bermanfaat
untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi, merusak semua sel-sel
kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa macam kanker
darah.

Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak seperti
radiasi dan operasi yang bersifat local, kemoterapi merupakan terapi sistemik
yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker
yang telah menyebar jauh atau metastaseke tempat lain (Rasjidi, 2007).

Aziz Farid (2006) mengatakan bahwa berbeda dengan terapi radiasi dan
pembedahan, kemoterapi atau disebut juga dengan istilah “kemo” adalah
pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormone yang
bersifat sitotoksik dalam terapi kanker yang dapat menghambat proliferasi sel
kanker.
Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam
penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada
obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kaker (dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemoterapi, 2014).

2. INDIKASI PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI

Tidak semua kanker memerlukan obat sitostatika. Pemberian sitostatika harus


dengan hati- hati dan atas indikasi.

Menurut Brule, (WHO,1973), ada 7 indikasi pemberian kemoterapi, yaitu:

1. Untuk menyembuhkan kanker

2. Memperpanjang hidup dan remisi

3. Memperpanjang interval bebas kanker

4. Menghentikan progesi sel kanker

5. Paliasi symptom

6. Mengecilkan volume kanker

7. Menghilangkan gejala para neoplasma

Katsung, B.G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Ed. ke-6 ECG. Jakarta
2001

3. EFEK SAMPING KEMOTERAPI


Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal
yang membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada
traktus gastro intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi
sum-sum tulang yang memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro
intestinal bisa terjadi mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna.
Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan kerontokan rambut.
Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sumsum tulang,
folikel rambut, mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek obat
sitostatika. Untungnya sel kanker menjalani siklus lebih lama dari sel normal,
sehingga dapat lebih lama dipengaruhi oleh sitostatika dan sel normal lebih
cepat pulih dari pada sel kanker.
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap
jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa
kronik fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi
dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan
neurologi juga merupakan salah satu efek samping pemberian kemoterapi.
Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi
tambah sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas
permukaan tubuh (m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan
(kg). Selain itu faktor yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik
penderita. Untuk menentukan keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah
keadaan umum (kurus sekali, tampak kesakitan, lemah sadar baik, koma,
asites, sesak, dll), status penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status
gizi, status hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain
sebagainya.
Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif
tinggi, pada poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ
penting) maka dosis obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek
samping terhadap organ tersebut lebih minimal. Intensitas efek samping
tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis
kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda
walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga
mempunyai pengaruh bermakna. Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :
1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ
tubuh tertentu.
2. Dosis.
3. Jadwal pemberian.
4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas
pada organ tertentu.
Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24
jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan
stomatitis.
3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,
neuropati.
4. Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul
dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat,
dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel
sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping
kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah
dengan cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan
pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang
paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis
dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah
pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel
darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah
(anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat
terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera,
penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari
ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar
laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian
penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu
kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian
naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam.
Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat
mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi
pada traktus gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada
kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah
kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan
hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal,
dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi,
sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru
umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian
sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam
hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil
dan lebih mudah diatasi.
Kemoterapi dapat mempengaruhi sel normal di lambung, sel lambung ini
kemudian mengirim sinyal ke ” pusat muntah” di otak, karena sinyal ini
direspon berbeda sehingga memicu mual dan muntah. Ada kala kemoterapi
akan langsung bekerja di “pusat muntah” di otak. Mekanisme ini juga akan
memicu mual dan muntah

4. RINGKASAN PROSEDUR KEMOTERAPI


Prosedur Tindakan Kemoterapi Pada Pasien
1. Persiapan Pasien Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
a. Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
b. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
c. Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila
serum creatinin meningkat.
d. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
2. Syarat pasien yang layak mendapat tindakan kemoterapi :
Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang
apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum
memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sebagai berikut:
a. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG)
yaitu status penampilan <= 2. Status Penampilan Penderita Ca
(Performance Status) ini mengambil indikator kemampuan pasien,
dimana penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi
penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor
yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai
status penampilannya. Skala status penampilan menurut ECOG
( Eastern Cooperative Oncology Group) adalah sebagai berikut:
1) Grade 0: masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk
mengerjakan tugas kerja dan pekerjaan sehari-hari.
2) Grade 1: hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu
bekerja kantor ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
3) Grade 2: hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya
untuk tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri,
tidak dapat melakukan pekerjaan lain.
4) Grade 3: Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih
dari 50% waktunya untuk tiduran.
5) Grade 4: Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-
betul hanya di kursi atau tiduran terus
b. Jumlah lekosit >=3000/ml
c. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
d. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10 gram %
e. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) (Tes Faal
Ginjal)
f. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal
Hepar ).
g. Elektrolit dalam batas normal.
h. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan
pada usia diatas 70 tahun.
i. Keadaan umum cukup baik.
j. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi,
informed concent.
k. Faal ginjal dan hati baik.
l. Diagnosis patologik
m. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
n. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
3. Prosedur Pemberian Kemoterapi
a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara
pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung
tangan dan sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah
tusukan infuse
e. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik
(primperan, zofran, kitril secara intra vena)
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe
pump) sesuai program
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik
dan diikat serta diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen.
Bila disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat
dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah
jam dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.

Anda mungkin juga menyukai