Anda di halaman 1dari 9

Leukemia

A. Terapi

Terapi spesifik LLA ialah dengan kemoterapi dan kadang radioterapi. Protokol
pengobatan sangat kompleks. Terdapat beberapa fase dalam pengobatan yang biasanya
memiliki empat komponen. Protokol-protokol ini disesuaikan dengan risiko untuk
mengurangi pengobatan yang diberikan kepada pasien dengan prognosis baik. Faktor yang
menentukan pengobatan mencakup usia, jenis kelamin, dan hitung sel darah putih saat
datang. Respon awal terhadap pengobatan juga penting karena lenyapnya blas dari darah
atau sumsum tulang yang berlangsung secara perlahan satu atau dua minggu setelah terapi
induksi atau menetapnya minimal residual disease (MRD) berkaitan dengan risiko
kekambuh-an yang tinggi. LLA pada bayi (<1 tahun) memiliki prognosis lebih buruk
dengan angka kekambuhan hanya 20-50%.

B. Induksi remisi
Saat datang, pasien dengan leukemia akut memiliki beban tumor yang sangat tinggi
dan berisiko besar mengalami komplikasi kegagalan sumsum tulang da infiltrasi leukemia.
Tujuan induksi remisi ialah dengan cepat mematikan sebagian besar sel tumor dan
membawa pasien ke dalam remisi. Deksametason, vinkristin, dan asparaginase merupakan
obat-obat yang biasanya digunakan dan ketiganya sangat efektif mencapai remisi pada
lebih 90% anak.

C. Intentifikasi (konsolidasi)
Terapi ini menggunakan dosis tinggi beragam obat kemoterapi untuk mengelimi-nasi
penyakit atau mengurangi beban tumor ke tingkat yang sangat rendah. Protokol tipikal
berisi vinkristin, siklofosfamid, sitosin arabinosid, daunorubisin, etoposid, atau
merkaptopurin yang diberikan sebagai blok dalam berbagai kombinasi.

D. Terapi yang ditujukan untuk susunan saraf pusat (SSP)


Beberapa obat yang diberikan secara sistemik mampu mencapai cairan serebro-spinal
(CSS) dan untuk mencegah atau mengobati penyakit di SSP diperlukan terapi spesifik.
Pilihannya ialah metotreksat dosis tinggi yang diberikan secara intravena, metotreksat atau
sitosin arabinosid intratekal, atau iradiasi kranial. Iradiasi kranial kini dihindari sebisa
mungkin pada anak karena efek samping yang substansial.
E. Pemeliharaan
Hal ini diberikan selama 2 tahun pada anak perempuan serta untuk 3 tahun pada anak
laki-laki, dengan merkaptopurin oral perhari dan metotreksat oral seminggu sekali.
Vinkristin intravena disertai pemberian singkat (5 hari) deksametason oral per bulan.

F. Status Gizi pada Anak dengan LLA


Kanker dan pengobatannya dapat memengaruhi asupan energi dan pengguna-annya.
Ketidakseimbangan energi menda sari perkembangan malnutrisi di setiap penyakit,
termasuk kanker. Ketidakseim-bangan ini merupakan hasil dari beberapa kombinasi asupan
yang berkurang, menurunnya tingkat penyerapan (termasuk malabsorpsi), dan peningkatan
kebutuhan. Selain itu, terdapat perubahan dalam metabolisme lemak, karbohidrat, dan
protein. Perubahan ini meliputi peningkatan kerusakan lipid yang mengakibatkan
berkurangnya penyimpanan lipid, dan perubahan dalam metabolisme karbohidrat, sehingga
menyebabkan kehilangan energi. Hasil akhirnya ialah penurunan berat badan dan
hilangnya massa otot yang bermanifestasi sebagai malnutrisi.
Pada penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa anak-anak dengan kanker akan
memiliki tanda dan gejala malnutrisi pada beberapa fase dalam perjalanan penyakitnya
hingga 50-60% kasus, namun, frekuensi ini dapat bervariasi sesuai dengan jenis keganasan
dan berdasarkan penelitian di negara maju atau di negara berkembang, di mana telah
terdapat peningkatan frekuensi perubahan nutrisi. Perlu diketahui studi prevalensi
malnutrisi pada anak-anak dengan kanker ditentukan oleh status gizi pada awal diagnosis,
ini penting karena membangun dampak potensial pada perkembangan pasien sebelum
pengobatan dimulai. Pasien yang menderita kanker dengan obesitas akan mempengaruhi
insidens kanker dan juga pengobatannya. Sebuah studi meta-analisis terhadap 89 literatur
telah mendapatkan hubungan berat badan lebih dan obesitas pada meningkatnya risiko
relatif beberapa keganasan.
Penelitian meta-analisis mendukung gagasan bahwa selama dan setelah pengobatan
pasien di bawah protokol modern yang tidak menggunakan Cranial Radiation Theraphy
(CRT) akan mengalami kenaikan berat badan yang cukup besar. Penggunaan
kortikosteroid jangka panjang telah menunjukkan efek peningkatan asupan energi dan
persentase lemak tubuh pada anak dengan LLA. Anak dengan LLA memiliki risiko
kegemukan atau obesitas di awal pengobatan dan kemungkinan terus meningkat selama
pengobatan sampai seterusnya.
Efek Samping Kemo Terapi

Adapun berbagai efek samping yang paling sering terjadi dari sebuah kemoterapi adalah :

1. Mual dan muntah


Banyak pasien yang menerima pengobatan dengan kemoterapi akan mengalami
mual dan muntah. Para Dokter biasanya akan memberikan antibiotik untuk kasus ini.
Jika antibiotik tidak bekerja, maka pasien harus segera menghubungi dokter.
Beberapa ilmuwan dari Rochester University Medical Center menemukan bahwa
mengonsumsi jahe dapat mengurangi rasa mual tersebut.

2. Kerontokan pada rambut


Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan rambut pasien mengalami
kerontokan, tapi ada juga yang tidak. Ini biasanya terjadi beberapa minggu setelah
pengobatan dimulai. Dan kerontokan rambut ini dapat terjadi di bagian tubuh manapun.
Meski hal ini tidak memiliki pengaruh pada kesehatan fisik pasien, tapi biasanya
akan berdampak pada psikologisnya. Pasien akan merasa malu dengan keadaan
tersebut. Dampak tersebut cenderung lebih besar terjadi pada wanita dibandingkan pria.

3. Kelelahan
Kebanyakan pasien yang menerima kemoterapi akan mengalami kelelahan. Ini
umum terjadi. Para ahli kesehatan menyarankan agar pasien istirahat total dan tidak
melakukan pekerjaan yang berat.
Salah satu alternatif untuk mengurangi kelelahan tersebut adalah dengan berolah
raga ringan.
Namun, jika kelelahan semakin parah, ada baiknya pasien segera menghubungi
dokter, karena hal tersebut bisa saja disebabkan oleh penurunan sel darah merah yang
cukup signifikan.

4. Tunarungu / tuli
Para ilmuwan dari Oregon Health & Science University melaporkan bahwa
ketulian merupakan salah satu efek samping dari kemoterapi.
Menurut peneliti dari Rumah Sakit Penelitian St Jude Children, anak-anak
penderita kanker darah yang mengalami gangguan pendengaran bisa saja mendapatkan
pendengaran mereka kembali melalui terapi farmakologi dan gen.

5. Tubuh menjadi rentan terhadap infeksi


Keadaan ini terjadi karena kekebalan tubuh akan melemah karena menurunnya
jumlah sel darah putih, yang mana sel darah putih merupakan bagian dari sistem
kekebalan tubuh kita yang berguna untuk melawan infeksi. Akibatnya, pasien menjadi
lebih rentan terhadap infeksi.
Dokter biasanya memberikan antibiotik pada beberapa pasien untuk mengurangi
risiko semakin berkembangnya infeksi. Lalu akan dilakukan tindakan pencegahan
untuk mengurangi risiko infeksi.
6. Menurunnya jumlah thrombosit / masalah pembekuan darah
Dampak lain dari kemoterapi adalah dapat menurunkan jumlah trombosit darah
pasien. Trombosit merupakan jenis sel darah yang membantu darah untuk membeku
(mengentalkan). Hal ini bisa mengakibatkan resiko memar lebih mudah, mimisan dan
gusi berdarah.

7. Peradangan selaput lender


Kemoterapi dapat merusak dan bahkan menghancurkan beberapa sel-sel selaput
lendir. Ia juga menyerang bagian lain seperti sel-sel darah, sel-sel sumsum tulang, dan
sel-sel selaput lendir yang melapisi sistem pencernaan termasuk mulut, kerongkongan,
lambung, usus, dan rectum ke anus.

8. Pasien lebih sering mengalami gejala terbakar di mulut mereka.


Setelah 7 sampai 10 hari setelah pengobatan dimulai, biasanya pasien akan
merasakan bagian dalam mulut seperti terbakar sinar matahari, beberapa mengatakan
rasanya seperti tersiram air panas.
Hal ini juga akan menimbulkan Bisul sering pada lapisan mulut, lidah, dan
kadang-kadang di sekitar bibir. Tingkat keparahan gejala berhubungan erat dengan
kekuatan dosis kemoterapi.

9. Kehilangan nafsu makan


Kehilangan nafsu makan adalah efek samping yang umum dari kemoterapi. Ada
kemungkinan bahwa kemoterapi, atau kanker itu sendiri, mempengaruhi metabolisme
tubuh. Jika kehilangan nafsu makan dikarenakan kemoterapi, maka nafsu makan akan
datang kembali ketika pengobatan selesai, meskipun kadang-kadang memakan waktu
beberapa minggu.

10. Kuku dan kulit


Terkadang sebuah kemoterapi dapat menyebabkan kulit kering dan bersisik, kuku
menjadi rapuh, dan kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari.

11. Masalah kognitif


Sekitar seperlima dari pasien yang menjalani kemoterapi melaporkan mengalami
beberapa jenis masalah kognitif, termasuk perhatian, pikiran dan memori. Hal ini
kadang-kadang dapat berdampak pada tugas-tugas sehari-hari.
Pasien yang mengalami gejala ini harus segera menghubungi dokter mereka untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.

12. Masalah libido dan kesuburan


Kemoterapi juga dapat menyebabkan dorongan seks menurun (kurang tertarik
pada kegiatan seks). Namun, ini hanya bersifat sementara dan biasanya kembali setelah
pengobatan selesai.
13. Masalah buang air besar (diare atau sembelit)
Akibat kemoterapi, kadang-kadang sel-sel yang rusak dalam saluran usus dengan
cepat dikeluarkan dari tubuh, dan ini akan berdampak pada terjadinya diare. Namun,
sembelit juga merupakan risiko yang mungkin terjadi pada pasien kemoterapi.

14. Depresi
Kemoterapi juga dapat meningkatkan resiko depresi untuk pasien kanker. Pasien
bisa saja mengalami perasaan tertekan, cemas, sedih, dan juga stres. Untuk itu,
dukungan orang-orang sekitar juga sangat diperlukan untuk membantu mengatasinya.

15. Demam
Kejadian demam yang terjadi selama pemberian kemoterapi dan demam turun
setelah kemoterapi selesai. Demam terjadi dalam waktu 6 jam akibat transfusi darah,
produk darah, atau cairan i.v lain.

Intervensi keperawatan penderita leukemia anak di rumah

1. Aspek kesehatan fisik dan mengatasi manifestasi klinis (physical well-being and symptoms)

a) Memantau respons anak terhadap pengobatan kemoterapi.


Diare.
Berikan cairan per oral. Lakukan perawatan kulit pada bokong dan daerah perineum.
Pantau efektivitas obat antidiare. Hindari makanan dan buah-buahan tinggi-selulose
Beri makan sedikit tapi sering; jika mungkin beri makanan yang disukai anak. Kurangi
atau jangan berikan daging.
Anoreksia.
Observasi adanya tanda-tanda kekurangan cairan (dehidrasi). Beri makan sedikit tapi
sering yang berupa makanan lunak kaya zat gizi dan kalori. Dianjurkan makan makanan
yang disukai atau dapat diterima walaupun tidak lapar. Hindari minum sebelum makan.
Tekankan pada anak bahwa makan adalah bagian penting dalam program pengobatan.
Mulut kering.
Makanan atau minuman diberikan dengan suhu dingin. Bentuk makanan cair. Kunyah
permen karet atau hard candy.
Mual dan muntah.
Beri makanan kering. Hindari makanan yang berbau merangsang. Hindari makanan
lemak tinggi. Makan dan minum perlahan-lahan. Hindari makanan atau minuman terlalu
manis. Batasi cairan pada saat makan. Tidak tiduran setelah makan.
Retensi cairan.
Pantau asupan dan keluaran cairan. Timbang berat badan harian. Bila ada anak sesak
nafas (gawat pernapasan) segera dibawa ke rumah sakit. Ubah posisi tidur anak sesering
mungkin.
Hiperuremia.
Pantau asupan dan keluaran. Anjurkan anak untuk banyak minum. Lakukan perawatan
kulit anak agar rasa gatal berkurang.
Demam dan menggigil.
Catat frekuensi gejala. Berikan rasa nyaman dengan memberinya selimut dan mandi
hangat-hangat kuku (tepid sponge).
Sariawan (stomatitis dan ulkus mulut). Berikan rasa nyaman dengan sering berkumur,
memakai cairan pencuci mulut, dan permen yang keras.
Rambut rontok (alopesia). Persiapkan anak dan keluarga untuk menghadapi
kerontokan rambut. Yakinkan hati anak dan keluarga bahwa kerontokan rambut tersebut
hanya sementara. Siapkan anak dan keluarga tentang tumbuhnya rambut baru yang
berbeda warna dan tekstur dari rambutnya semula. Gunakan syal, topi, atau wig sebelum
rambut mulai rontok sebagai usaha untuk mengalihkan perhatian. Sering keramas untuk
mencegah cradle cap. Cegah penggunaan bahan kimia rambut, seperti larutan
pengkriting rambut yang permanen, ketika rambut tumbuh kembali. Bantu anak memilih
pakaian yang dapat meningkatkan aspek positif penampilan anak.

b) Mencegah infeksi sekunder serta memantau adanya tanda dan gejala infeksi
Waspadai bahwa demam dan batuk adalah tanda yang terpenting dari infeksi. Lebih
banyak pasien yang meninggal karena infeksi daripada karena penyakitnya.
Buatkan kamar protektif yang semi steril mendekati ruangan isolasi di rumah sakit.
Minta anak memakai masker bila keluar rumah atau bersama orang lain terutama bila
sedang menderita neutropenik berat (leukosit kurang dari 1000/mm3).
Cuci tangan dengan alkohol 80%. Gunakan semprotan alkohol untuk cuci tangan
sebelum dan sesudah memegang anak.
Kurangi kontak dengan orang lain. Pada saat agranulositosis (jumlah total neutrofil <>
Perawatan gigi dan mulut harus dikerjakan setiap hari. Setiap habis makan dan terutama
kalau mau tidur harus dilakukan sikat gigi (dengan sikat gigi yang harus), kumur betadin
dan kumur antijamur.
Setiap hari diwajibkan memeriksa kulit secara menyeluruh dari ujung rambut kepala
sampai ujung kaki. Daerah kemaluan juga harus diperhatikan, daerah tersebut sering
terabaikan dan justru di daerah itu pula sering muncul infeksi kulit.
Makanan hygienis.
Jaga kebersihan diri anak termasuk kuku yang bersih.

c) Pantau adanya tanda dan gejala komplikasi


Somnolens radiasi: Dimulai 6 minggu setelah menerima radiasi kraniospinal, anak
menunjukkan keletihan berat dan anoreksia selama kira-kira 1 sampai 3 minggu. Orang
tua sering kali merasa khawatir tentang terjadinya kambuhan pada saat ini dan perlu
untuk diyakinkan.
Gejala SSP: Sakit kepala, penglihatan kabur atau ganda, muntah. Gejala-gejala tersebut
dapat mengindikasikan keterlibatan SSP dalam leukemia.
Gejala pernapasan: Batuk dan sesak nafas. Gejala tersebut mengindikasikan adanya
pneumosistitis atau infeksi pernapasan lainnya.
d)Mencegah cedera yang dapat menyebabkan perdarahan
Pantau adanya tanda dan gejala perdarahan.
Periksa adanya memar dan kemerahan pada kulit.
Periksa adanya mimisan dan gusi berdarah.
Jaga agar kuku tetap pendek.
Hindari penumpuan beban pada alat gerak yang sakit
Hindari kecelakaan dan cedera. Pastikan lingkungan ruangan termasuk barang-barang
yang ada di ruangan agar benar-benar aman dan tidak berisiko mencederai anak.
Anjurkan aktivitas bermain yang tenang.

e) Pemberian nutrisi.
Tujuan diit. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima anak. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara
berlebihan. Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare. Mengupayakan perubahan sikap
dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien dan keluarganya.
Syarat-syarat diet di rumah. Energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32
kkal/kg BB untuk perempuan. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, maka
kebutuhan energi menjadi 40 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 36 kkal/kg BB untuk
perempuan. Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari
kebutuhan energi total. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E. Bila perlu
ditambah dalam bentuk suplemen. Bila imunitas menurun (leukosit <>
Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan,
perubahan indra kecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan, dan akibat
pengobatan.
Hindari makanan atau minuman yang merangsang batuk, misalnya makanan berminyak,
makanan asam, pewarna makanan, MSG.
Sesuai dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat,
makanan cair, atau kombinasi. Untuk makanan padat dapat berbentuk makanan biasa,
makanan lunak, atau makanan lumat.
Apabila terdapat kesulitan mengunyah atau menelan. Minum dengan menggunakan
sedotan. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar atau dingin. Bentuk
makanan disaring atau cair. Hindari makanan terlalu asam atau asin.

f) Mengatasi nyeri dengan teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik.


Beberapa teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik yang dikelompokkan
menurut umur penderita leukemia, adalah :
Toddler (anak di bawah umur tiga tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri
nonfarmakologik pada toddler, antara lain: mainan, buku cerita bergambar, musik,
pernafasan terkontrol meniup air sabun, dan stimulasi kutan: usapan, pemijatan.
Anak usia prasekolah (3-4 tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik pada
anak usia prasekolah, antara lain: mainan, buku cerita bergambar, mencari gambar
tersamar, mendengarkan musik atau dongeng melalui headset, menonton video,
imajinasi emotif-menggunakan super-hero favorit anak untuk melawan nyeri,
pernafasan terkontrol, stimulasi kutan, dan latihan perilaku menjadi akrab dengan
prosedur melalui bermain.
Anak usia sekolah (5-12 tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik pada
anak usia sekolah, antara lain: imajiner, mendengarkan musik atau dongeng melalui
headset, menonton video, bermain play-station atau video-games, pernafasan
terkontrol, stimulasi kutan, dan latihan perilaku.

g) Mencegah dan mengatasi mukositis


Hindari sikat gigi yang berbulu keras.
Hindari makanan keras yang harus dikunyah berlebihan
Hindari makanan yang asam dan pedas.
Hindari makanan yang masih panas h. Berikan cukup istirahat dan tidur

2. Aspek kesehatan psikologis (psychological well-being)

Berikan pendidikan kesehatan mengenai leukemia terutama prognosis penyakit kepada


keluarga untuk mengurangi kecemasan dan depresi.
Berikan pendidikan kesehatan kepada anak bahwa prosedur pengobatan sangat penting
bagi peningkatan kesehatan anak. Hal ini untuk mengurangi stres terhadap prosedur
pengobatan.
Anjurkan anak dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka. Anak dan
keluarganya perlu untuk menyesuaikan hidup dengan berbagai fase penyakit yang
mengancam hidup.
Bantu anak dan keluarga melakukan koping positif. Reaksi anak sebagian besar
bergantung pada usianya, informasi yang diberikan kepada anak, dan dampak fisik
penyakit.
Berikan fasilitas permainan yang menghibur namun aman.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=432031&val=1001&title=Perubahan%20sta
tus%20gizi%20pada%20anak%20dengan%20leukemia%20limfoblastik%20akut%20selama%20
pengobatan

https://faktakanker.com/kanker-darah/pengobatan-kanker-darah-secara-medis

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwiz56
KcqrHXAhXHPY8KHaLPCggQFggwMAE&url=https%3A%2F%2Fmedia.neliti.com%2Fmedi
a%2Fpublications%2F125478-ID-pengaruh-kemoterapi-pada-pasien-
pediatri.pdf&usg=AOvVaw2ereG8Q76Ub2SE2FnEmxHp

Anda mungkin juga menyukai