Anda di halaman 1dari 46

PENGENDALIAN

INFEKSI NOSOKOMIAL
DI RUANG PICU/nICu
A. PENDAHULUAN
Definisi
 Infeksi: deposisi dan multiplikasi bakteria atau Mikro
Organisme (MO) lainnya di dalam jaringan atau di permukaan
tubuh dan menimbulkan efek merugikan.
 Kolonisasi: bila respon Host terhadap MO ringan atau tidak
ada.
 Sepsis: bila MO telah menyebar ke seluruh tubuh dan terdapat
inflamasi.
 Kontaminasi: tercemar oleh bahan berbahaya dan berisiko
menimbulkan infeksi.
 Hospital (Nosocomial) Infection: infeksi yang diperoleh
pasien selama dirawat di RS.
 Infeksi Silang : infeksi yang diperoleh pasien dari staf,
pengunjung atau dari pasien lainnya.
Infeksi Terjadi Bila Terdapat
1. Sumber: tempat dimana MO pathogen tumbuh dan
berkembang kemudian meluas di dalam diri pasien.
2. Reservoir: tempat dimana pathogen dapat hidup di luar
tubuh dan dapat berpindah secara langsung atau tidak
langsung ke pasien.
3. Vehicle: objek yang bergerak yang dapat membawa MO
pathogen ke pasien.
Faktor Kontribusi Infeksi Nosokomial
 Immaturitas sistem imun, khususnya pada Neonatus
Kurang Bulan (NKB).
 Prosedur invasif yang menembus barrier normal,
seperti intubasi, catheterisasi dan pemasangan jalur
intravascular.
 “Over Crowding dan Understaffing” di unit perawatan
neonatal.
 Penggunaan antibiotik yang berlebihan.
 Cuci tangan yang tidak sesuai dengan SOP.
 Wastafel dan kelengkapan cuci tangan tidak tersedia
dengan adekuat.
Mengapa Kontrol Infeksi
Penting??
 Hasil survey Hospital Infection (HI) di banyak Negara
menunjukkan satu dari sepuluh pasien mendapat infeksi di
RS (Meers et al. 1981, Mayon et al. 1988).
 Bila batasan aseptik dan hygiene menurun, frekuensi
kejadian HI meningkat.
 Pasien bertambah sakit.
 Hari rawat bertambah panjang.
 Biaya semakin bertambah sangat tinggi.
Kejadian dan efek HI tergantung pada:

1. MO
2. Host
3. Environment
4. Treatment
1. Mikro Organisme
 Kejadian infeksi nosokomial tergantung
pada:
1. Pathogenicity atau virulensi dan jumlah
kuman.
2. Daya tahan tubuh pasien: kuman yang
komensal dapat menyebabkan penyakit.
2. Host atau Staf RS
 Infeksi dapat terjadi bila:
1. Daya tahan tubuh secara umum sangat kurang,
seperti pada:
 Neonatus, antibodi belum terbentuk sempurna
dan jaringan belum memproduksi antibodi
dengan sempurna.
 Pasien leukemia, luka bakar luas, HIV.
 Pasien yang mendapat terapi immunosuppressive
(contoh : kanker).
2. Aliran darah ke jaringan tertentu tidak lancar,
contoh infeksi lokal.
3. Staf juga berisiko terhadap paparan MO yang
virulent
3. Environment
 Lingkungan dimana pasien dirawat mempunyai
pengaruh penting terhadap terjadinya HI
1. Strain yang virulent terdapat di RS dimana banyak orang
termasuk yang terinfeksi dan sudah kebal terhadap
antibiotik.
2. HI berbeda di setiap area RS, di ruang PICU/NICU
kemungkinan kontaminasi terjadi pada susu, alat suction,
alat resusitasi, dll
3. Sistem pendingin ruangan dan penyediaan air bersih yang
terkolonisasi oleh MO.
4. Humidifier yang juga terkolonisasi oleh kuman.
4. Treatment

 Kontaminasi oleh mikroba terjadi bila:


1. Prosedur tindakan medis dan atau
keperawatan tidak aseptik.
2. Pemberian kemoterapi, obat
immunosuppressive dan steroid.
B. SUMBER DAN RUTE
INFEKSI

1. Endogenous
2. Exogenous
1. Endogenous
 Sumber dan Reservoir
a. Hidung, mulut dan tenggorokan
b. Kulit
c. Intestine
d. Jaringan
e. Lesi infeksi
2. Exogenous

a. Airborne Route
b. Contact Route
c. Percutaneous
a. Airborne route
Sumber, reservoir dan vehicles:
 Cairan Nebulizer dan Humidifier.
 Debu jalanan, debu bangunan, debu
tempat tidur.
 SDM yang terinfeksi/ Carrier.
b. Contact route
Sumber, reservoir dan vehicles:
 Tangan dan pakaian staf.
 Instrument/ alkes yang tercemar.
 Cairan IV, cairan desinfektan.
 Makanan.
c. Percutaneous
Sumber, reservoir dan vehicles:
 Cairan infus
 Jarum suntik
 Dll
C. PRINSIP KONTROL INFEKSI
 Menghilangkan sumber infeksi atau potensial infeksi
mengobati pasien sampai sembuh, sterilisasi
instrument, desinfeksi permukaan/ material yang
terkontaminasi.
 Menghambat rute transfer bakteri dari sumber dan
reservoir ke pasien yang tidak infeksi isolasi, APD,
teknik “No Touch Dressing”, cuci tangan.
 Meningkatkan ketahanan pasien terhadap infeksi
profilaksis, antibiotik sesuai indikasi.
Dari banyak hasil penelitian selama
bertahun-tehun diketahui banyak infeksi
yang dapat dicegah dan menyelamatkan
banyak jiwa dengan melaksanakan
Metode Kontrol Infeksi
D. TIM KONTROL INFEKSI
1. Dokter
2. Microbiologist
3. Perawat
4. Technical Staff
TUGAS PERAWAT
 Mengidentifikasi potensial infeksi pada
pasien, staff dan equipment.
 Menyiapkan ruang isolasi.
 Menginspeksi kontrol infeksi, prosedur
aseptik dilakukan sesuai SOP/ kebijakan RS.
 Partisipasi dalam mengajar, demonstrasi dan
praktek tentang teknik kontrol infeksi.
 Mengumpulkan dan melaporkan hasil
laboratorium.
E. DEKONTAMINASI
1. Lingkungan
2. Equipment
3. Kulit
1. Lingkungan
 Ruang perawatan (nursery) yang bersih perlu
sebagai standard hygiene yang baik dan aseptik
serta mempertahankan kepercayaan pasien
(Maurer, 1985).
 Percikan/ kontaminant di lantai harus segera
dibersihkan sesuai dengan SOP.
 Permukaan dan equipment yang lembab/ basah
mendukung tumbuh dan menyebarnya kuman
pathogen.
 Lantai disapu tiap 8 jam dan dipel 1 - 2 kali
sehari atau bila terkontaminasi .
2. Medical Equipment
 Alat untuk tindakan invasif harus steril.
 Respiratory equipment:
a. Ventilator
Ventilator mempunyai filter sebagai alat
proteksi yang adekuat.
b. Humidifier.
Bila condensat terkontaminasi oleh tangan
perawat, harus didesinfeksi sebelum diisi
ulang. Humidifier dan sirkuit ventilator diganti
tiap 48 jam atau sesuai protokol RS.
Medical Equipment….
c. Nebulizer
Nebulizer yang terkontaminasi dapat
menyebabkan infeksi paru.
d. Oksigen
Masker, selang oksigen dan cath nasal
sebaiknya disposable.
e. Blade Laringoskop
Bersihkan dan keringkan, desinfeksi dengan
alkohol 70%.
Medical Equipment….

f. Peralatan Suction
Botol dicuci dengan detergen, keringkan.
Selang dan cath suction steril.
g. Inkubator
Permukaan dalam dan luar dilap tiap hari
dengan larutan desinfektan.
h. Masker resusitasi: disposable
i. Balon resusitasi: disposable bila mungkin.
3. Kulit Dan Membran Mukosa
Tujuan:
 Mengurangi jumlah MO sebelum
tindakan invasif.
 Memusnahkan dan menghancurkan MO
yang potensial patogenik pada tangan
staff.
 Cuci tangan: lakukan cuci tangan
antiseptik/surgical - hindarkan cuci tangan
sosial.
F. PENCEGAHAN INFEKSI
 Nursery sebaiknya jauh dari jalan raya dan
tidak ada jendela terbuka.
 Hindarkan kamar penuh sesak.
 Pasien infeksi dan non infeksi dirawat
terpisah.
 Tersedia ruang isolasi.
 Di pintu masuk nursery terdapat wastafel
dengan kran siku, dispenser berisi sabun cair
desinfektan, dan tissue towel, untuk
pengunjung cuci tangan dulu sebelum masuk
ke dalam ruangan dan gown.
Pencegahan Infeksi…
 Inkubator dilap tiap hari, linen inkubator dan
tempat tidur pasien diganti tiap hari atau bila
terkontaminasi.
 Inkubator bersih dan tempat tidur pasien bersih
selalu tersedia untuk pasien baru.
 Tersedia wastafel untuk 3 - 4 tempat tidur
dilengkapi dengan sabun cair desinfektan, tissue
cuci tangan dan tempat sampah tertutup untuk
tissue kotor.
G. DESINFEKSI
 Tujuan desinfeksi: untuk mengurangi jumlah
kuman pathogen.
 Neonatus sangat mudah terkena infeksi,
sehingga perlu standar tinggi untuk pemakaian
desinfektan di ruang perinatologi.
 Alkohol 70 % untuk tindakan invasif perifer.
 Chlorhexidin untuk akses sentral.
Desinfeksi Tangan Dan Kulit
Tidak diragukan lagi tangan adalah salah satu alat
pemindah kuman

CUCI TANGAN
CUCI TANGAN
CUCI TANGAN
Fasilitas Untuk Cuci Tangan
 Wastafel dengan kran siku.
 Air mengalir.
 Larutan desinfektan.
 Disposable tissue towel.
 Handscrub.
 Tempat sampah untuk tissue kotor.
INFUS
 Siapkan dengan cara aseptik, lakukan priming
dengan baik, pastikan tidak ada sambungan yang
longgar, karena akan menyebabkan risiko infeksi.
 Cairan dan set infus ganti tiap hari atau tiga hari
sekali (sesuai protap RS).
 Cairan infus yang terkontaminasi kuman dapat
berkembang biak dan menimbulkan infeksi pada
pasien.
 Kecepatan kuman berkembang biak tergantung
pada kandungan nutrisi, oksigen dan suhu cairan
infus.
INTUBASI DAN PENGHISAPAN LENDIR
 Lakukan tindakan dengan cara aseptik.
 Gunakan tube, laringoskope dan cath suction
steril.
 Setiap melakukan penghisapan ingat bahwa
pasien tidak hanya berisiko tinggi infeksi,
tetapi juga merupakan sumber infeksi.
 Bilas selang suction setiap selesai melakukan
penghisapan.
 Ganti cairan dalam botol penampung sekret
minimal tiap 24 jam.
SONDE LAMBUNG
 Gunakan sonde lambung steril.
 Perubahan pH lambung kolonisasi
kuman sumber infeksi.
 Ganti sonde tiap 3 hari atau sesuai
dengan protap RS.
FEEDING
 Utamakan ASI, simpan ASI sesuai protap.
 Susu, alat makan, dan pompa ASI yang
terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi pada
neonatus.
 Dalam kondisi yang optimum dalam waktu 30 menit
E. Coli dapat berkembang dua kali lipat.
 Gunakan air minum yang sudah dimasak untuk
mengencerkan susu formula.
Jika 1 kuman E. Coli
 0,5 jam  Menjadi 2 Kuman E. Coli
 1 jam  Menjadi 4 Kuman E. Coli
 1,5 jam  Menjadi 8 Kuman E. Coli
 2 jam  Menjadi 16 Kuman E. Coli
 6 jam  Menjadi 4.096 Kuman E. Coli
 12 jam  Menjadi 16.777.216 Kuman E. Coli
 18 jam  Menjadi 68.719.476.736 Kuman E. Coli
 24 jam (1 hari)  Menjadi 2.81475E x 10 14 Kuman E. Coli
INKUBATOR
 Bayi yang dirawat dalam inkubator akan terkolonisasi
oleh flora spesifik RS.
 Inkubator yang dihumidifikasi dan terkontaminasi
oleh feses, darah, cairan, dll, akan menjadi media
kuman untuk berkembang biak.
 Selalu ada risiko perpindahan kuman saat di
manipulasi.
 Bersihkan inkubator minimal sekali sehari dengan
larutan desinfektan atau bila perlu.
 Ganti dan bersihkan inkubator secara keseluruhan
bila
- Pasien pulang.
- Inkubator kotor.
THERMOMETER
Walaupun setiap pasien mempunyai
thermometer sendiri, setiap selesai
digunakan perlu didesinfeksi.
STETOSKOP
 Setiap pasien mempunyai stetoskop
sendiri.
 Sebaiknya setiap pasien difasilitasi dengan
satu stetoskop, bila tidak mungkin lakukan
desinfeksi setiap berpindah pasien.
 Waspada pada pasien dengan lesi (infeksi)
pada kulit.
PERAWATAN LUKA
 Ganti pembalut/ verband tiap hari atau bila
perlu.
 Mulai dari luka bersih.
 Lakukan dengan tehnik aseptik/ steril.
 Evaluasi tanda infeksi.
LAIN-LAIN

 Elektrode diganti tiap 3 hari.


 Tetes mata Prophylactic diberikan pada
setiap bayi baru lahir.
 Bayi lahir luar dirawat terpisah dengan
bayi lahir dalam.
KEBIJAKAN PEMILIHAN DESINFEKTAN
UNTUK DESINFEKSI
 Daya Beli (Cost).
 Antibacterial Activity.
 Pengkajian oleh Pharmasist: stability,
toxicity dan daya korosif.
SUMBER DAYA MANUSIA
Jumlah SDM yang cukup,
diperlukan untuk melakukan askep
dan cukup waktu untuk cuci
tangan.
RESUME
Cross Infeksi di PICU/ NICU dapat dikurangi atau
dicegah dengan cara :
1. Cuci tangan dengan tepat dan benar setiap sebelum
dan sesudah menolong pasien.
2. Lakukan handscrub dengan waterless.
3. Jumlah perawat - pasien seimbang.
4. Membatasi jumlah pengunjung/ jumlah yang keluar
masuk PICU/ NICU.
5. Hindarkan menggunakan alat secara bersama
(stetoskop, thermometer, catheter suction).
6. Gunakan alkes “disposable” sekali pakai saja.
Resume…..
7. Rawat pasien GE terpisah dari pasien lainnya.
8. Rawat pasien yang perlu diisolasi di ruang isolasi.
9. Setiap orang yang mengalami infeksi saluran nafas
atas (ISPA) dan GE tidak dianjurkan masuk ke ruang
perinatologi.
10. Meningkatkan pengetahuan SDM tentang infeksi dan
pencegahannya.
11. Lakukan tindakan dengan cara antiseptik dan
aseptik.
12. Perlu kebijakan memilih desinfektan.
13. Lakukan dekontaminasi perprotokol.
“Sekian
dan
Terima Kasih”

Anda mungkin juga menyukai