BAB I
PENDAHULUAN
Utara dan di Amerika Selatan (Chantratita et al., 2008). Kejadian meliodosis juga
tahun 1925 (Currie, 2003). Kasus yang sama juga ditemukan pada beberapa
daerah tropis seperti daerah India, Afrika, Amerika tengah dan Amerika Selatan
(Dance, 1991).
diakibatkan karena penyakit ini dibawa oleh wisatawan dari luar negeri yang
berkunjung ke Indonesia (Beeker et al., 1999). Hal yang sama dilaporkan oleh
terdiagnosis sebagai melioidosis setelah kejadian tsunami atau terendam oleh air
ini di Indonesia.
1
2
pada musim kering tetapi setelah curah hujan yang deras ditemukan dalam
permukaan air dan lumpur serta juga dapat naik di udara (Wuthiekanun et al.,
1996).
berbeda, yang dapat dilihat pada pola lingkungan hidup, patogenisitas dan
pada perbedaan fenotipik antara dua spesies. Fenotip ini meliputi faktor-faktor
penentu virulensi yang dikenal, seperti flagela dan tipe III sistem sekresi protein.
keragaman genetik yang menimbulkan variasi sifat fenotip dan genotip. Adanya
variasi genetik pada salah satu gen dari B. pseudomallei sehingga menimbulkan
perbedaan sifat virulensi yang bisa saja berbeda pada strain yang hidup pada
+ -
(Ara ) dan tidak mampu mengasimilasi L-arabinose (Ara ). Sifat ini berhubungan
3
dengan faktor virulensi kuman (Wuthiekanun et al., 1996). Laporan oleh Smith et
-
al., (1997) menunjukan bahwa Strain Ara atau B. pseudomallei yang tidak
+
mampu mengesimilasi L-arabinosa lebih virulen dari pada strain Ara yang dapat
mengesimilasi L-arabinosa.
keberadaan dari gen Ara ternyata berhubungan erat sifat virulensi dari kuman ini.
+
Burkholderia pseudomallei yang mempunyai gen Ara ternyata bersifat avirulen
-
sedangkan kuman yang mempunyai gen Ara ternyata sangat virulen. Dan
arabinose di daerah endemik Thailand dimana telah berhasil diisolasi 830 isolat B.
pseudomallei pada empat lokasi yang berbeda baik yang diisolasi dari tanah
mengasimilasi arabinose ternyata cukup tinggi dan hal ini berkontribusi terhadap
pada faktor virulensi yang telah dijelaskan di atas, juga berpengaruh pada faktor
fase akut tetapi resistensi terhadap sefalosporin ini telah diamati (Rholl et al.,
2011; Schweizer, 2012). Laporan yang sama dilaporkan oleh Behera et al, (2012)
bentuk modifikasi antibiotik yaitu dengan cara menghilangkan salah satu dari
kini telah terbukti resisten terhadap ceftazidime. Selain itu dalam penelitiannya
berhasil mengisolasi strain yang resisten terhadap ceftazidime yang tidak memiliki
target PBP3 yang berasal dari enam pasien melioidosis di Thai yang telah
beberapa antibiotik β-laktam (Rholl et al., 2011). Point mutasi dari penA
menyebabkan adanya perubahan asam amino pada penA juga dapat menyebabkan
resistensi ceftazidime dengan keberadaan gen penA sebagai salah satu gen yang
morfologi pada media spesifik dan biokimia mempunyai gen 16S rRNA yang
+ -
Yogyakarta mempunyai gen Ara dan gen Ara sebagai faktor virulensi
penyakit melioidosis?
3. Apakah dari beberapa isolat klinis B. pseudomallei yang diisolasi di
resistensi ceftazidime?
6
A. Tujuan umum
gen Ara dan gen reistensi β-lactam (penA) terhadap tingkat resistensi antibiotik
B. Tujuan khusus
biokimia.
+ -
2. Melihat keberadaan gen Ara dan gen Ara terhadap isolat klinis B.
pseudomallei.
deteksi gen Ara sebagai faktor virulensi dan melihat pengaruh resistensi antibiotik
ceftazidime terhadap gen penA sebagai salah satu faktor resistensi pada isolat
antara lain:
7
mengkaji parameter yang sama dengan parameter yang akan dikaji pada
penelitian ini yaitu resistensi antibiotik ceftazidim dan virulensi dari bakteri
cepat dalam mendeteksi bakteri patogen dan tingkat verulensi dari bakteri.
al (2012) mengkaji parameter yang sama dengan parameter yang akan dikaji
dalam penelitian ini yaitu pola resistensi ceftazidim dengan melihat hubungan
pada gen penA yang merupakan salah satu gen penyandi resistensi dari isolat
menganalisis penA dengan cara sequencing dari isolat yang berasal dari dua
menyebabkan subtitusi dari asam amino (C69Y) dan SNP yang satu
yang dilakukan oleh Thepthai et al (2001) mengkaji hal yang sama yang dikaji
dalam penelitian ini yaitu melihat perbedaan antara non-virulen dan virulen B.
+ -
dengan antibodi monoklonal terhadap biotipe Ara atau Ara dengan
+ −
Phylogenetic Analysis of Ara and Ara B. pseudomallei Isolates and
between the Two Biotypes. Pada penelitia yang dilakukan oleh Dharakul et al
(1999) mengkaji hal yang sama dengan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu
PCR. Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Dharakul et al (1999)
1. Manfaat teoritis: sumber data ilmiah yang dapat dijadikan acuan untuk
penelitian selanjutnya atau peneliti lainnya tentang deteksi gen Ara virulen
dan gen penA serta pola resistensi dari bakteri B. pseudomallei penyebab
penyakit Melioidosis.