LANDASAN TEORITIS
I. Definisi
Leukemia adalah suatu proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen tulang normal (Brunner & Suddarth, 2002).
Leukemia limfositik akut adalah suatu proliferasi ganas dari limfoblast yang
diakibatkan oleh kerusakan sel inti limfoid tunggal (Price, Sylvia, 2006).
LLA terutama terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak disbanding
perempuan. Sekitar 60% anak mencapai ketahan hidup sampai umur 5 tahun.
II. Etiologi
Etiologi pasti dari leukemia ini belum diketahui, namun ada bebarapa faktor resiko
dari leukemia ini, antara lain:
a. Radiasi yang tinggi
b. Terkena bahan-bahan kimia tertentu
c. Kemoterapi
Pasien kanker yang diterapi dengan obat antikaker kadang-kadang berkembang
menjadi leukemia
d. Faktor keturunan
e. Down Syndrome dan beberapa penyakit genetic lainnya.
III. Patifisiologi
Leukemia limfositik akut ini merupakan leukemia yang disebabkan karena
rusaknya sel inti limfoid. Kerusakan sel inti limfoid ini bisa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan terjadinya mutasi somatic
pada DNA sehingga mengaktifkan sel-sel kanker maka sel-sel normal menjadi
terganggu. Aktivasi regulasi sel, differensiasi atau divisi sel menjadi terganggu juga.
Oleh sebab itu sel inti limfoid tunggal juga menjadi rusak. Ketika sel inti limfoid
tunggal rusak dihasilkan limfoblas yang abnormal. Limfoblas yang abnormal ini juga
mengalami proliferasi.
Sel limfoblas yang abnormal ini berinfiltrasi ke sum-sum tulang sehingga sel-
sel darahmengalami penurunan. Jika eritrosit meurun akan terjadi anemia dan hal ini
bisa mempengaruhi kerja jantung dan gangguan keseimbangan cairan. Jika kadar
leukosit yang mengalami penurunan maka daya tahan tubuh juga akan menurun
sehingga mudah terserang infeksi. Jika trombosit mengalami penurunan maka
pembekuan darah treganggu sehingga mudah menjadi perdarahan.
Sel limfoblas yang abnormal ini juga akan menyusup ke bagian ekstra
medular, meyusup ke limfa, liver, nodus limfe dan tulang sehingga organ-organ yang
diserang tersebut akan merasa nyeri. Tulang juga akan mengecil dan lemah.
Apabila sel limfoblas yang abnormal menyusup ke sistem syaraf pusat bisa
mengganggu penglihatan bisa menjadi kabur/perih. Selain itu akan mengakibatkan
peningkatan tekanan intracranial sehingga penderita merasa pusing, mual, muntah
dan tidak sadarkan diri.
V. Komplikasi
a. Infeksi
b. Limfadenopati
c. Hepatosplenomegali
d. Gangguan penglihatan
e. Artralgia
a. Kemoterapi Induksi
Dengan remisi, sel – sel leukemik tidak lagi ditemukan pada sampel sumsum
tulang. Pada dewasa ALL, rencana standar induksi mencakup obat prednisone,
vincristine, dan anthracyclin; rencana obat lain mungkin mencakup L-
asparaginase atau cyclophosphamide. Untuk anak – anak dengan ALL resiko
rendah, terapi standar biasanya terdiri dari 3 obat (prednisone, L-asparaginase,
dan vincristine) untuk bulan pertama pengobatan. Anak – anak dengan resiko
tinggi mungkin mendapatkan obat – obat tersebuta ditambah anthracycline seperti
daunorubicin.
b. Terapi Konsolidasi (1-3 bulan pada dewasa, 4-8 bulan pada anak – anak)
Untuk mengeliminasi sel – sel leukemia yang masih bersembunyi di dalam tubuh.
Kombinasi obat kemoterapeutik digunakan untuk menjaga sel – sel leukemia dari
perkembangan. Pasien dengan resiko ALL rendah-sedang menerima terapi
dengan obat antimetabolik seperti methotrexate dan 6-mercaptopurine. Pasien
resiko tinggi menerima dosis obat yang lebih besar ditambah pengobatan dengan
agen kemoterapeutik ekstra.
3. Kemoterapi IT.
Hanya anak – anak dengan leukemia T-cell, jumlah leukosit yang tinggi, atau
terdapat sel leukemia pada LCS yang memerlukan irradiasi kranial dan terapi IT.
d. Pengobatan maintanance
Dengan obat kemoterapeutik (prednison + vancristine + cyclophosphamide +
doxorubicin; methotrexate + 6-MP) untuk mencegah penyakit kembali lagi
setelah remisi didapatkan. Terapi maintanance biasanya dilakukan dengan dosis
yang lebih rendah dibandingkan dengan yang digunakan untuk fase induksi. Pada
anak – anak, program intensif 6 bulan diperlukan setelah induksi, diikuti dengan 2
tahun kemoterapi maintanance.
e. Terapi Follow-up
PROTOKOL MESNA
Caranya:
1. Lima belas menit sebelum pemberian CPA, diberikan mesna dengan dosis CPA
20% dari dosis CPA. Contoh: dosis CPA 100 mg, maka dosis mesna 20 mg.
2. Mesna dicampur dengan dextrose 5 %, 30 cc di dripkan selama 30 menit.
3. Setelah mesna pertama diberikan vincristin sesuai dosis (1.5 mg/m 2 IV) dicampur
dengan NaCl 0.9 % 10 cc (drip dalam 15 menit).
4. Setelah itu baru diberikan CPA (dosis 200 mg/m2) dalam NaCl 0.9 % 500 cc
(atau sesuai dengan maintenance 12 jam) di drip selama 12 jam.
5. Selanjutnya diberikan mesna setiap 4 jam setelah pemberian CPA selesai, dan
dilanjutkan sampai 24 jam (6 kali pemberian)
Catatan:
1. Sebelum pemberian CPA, harus dilakukan pemberian Hb, dan anak harus
dilakukan hidrasi dulu dengan Ka En 1 B.
2. Pasien dianjurkan banyak minum
PENATALAKSANAAN HIPERLEUKOSITOSIS
Defenisi: kelainan darah tepi dari leukemia berupa peningkatan jumlah leukosit >
100.000 /mm3. merupakan kegawatan onkologi.
Tatalakasana:
1. Hidrasi: diberikan infuse D 5%: NaCl 0.9 % : 4:1, 3000 cc/m 2/hari atau 2 x
kebutuhan maintenance sehari. Jika leukosit > 500.000/ml dapat diberikan infuse
Ka En 1 B.
2. Alkalinisasi: diberikan Bic-Nat Meq/m2/hari atau 25 Meq/Kolf dicampurkan ke
dalam cairan infus di atas.
3. Alopurinol: diberikan 300 – 600 mg/m2/hari/3 dosis selama 3 hari/10
mg/kgBB/hari/3 dosis.
4. kortikosteroid dosis rendah (LLA) untuk mencegah perdarahan otak dan paru: 2
mg/m2/hari/3 dosis 12 jam setelah 3 langkah di atas.
5. sitostatika bertahap supaya tidak bahaya untuk tumor lisis sindrom.
6. untuk mencegah perdarahan intrakranial: radiasi intrakranial.
7. jika trombosit < 20.000 /ml diberikan transfusi trombosit (tidak meningkatkan
viskositas darah).
Menganjurkan banyak makan buah dan sayur – sayuran, banyak minum air
putih
2. Intranatal :
Selama persalinan terajadi aspirasi mekonium, persalinan yang lama, ketuban
pecah dini. BBLR, Sindroma Gawat Nafas dan hiperbilirubinemia.
3. Postnatal :
Setelah persalinan, anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
b. Pemeriksaan fisik
A. Aktivitas
· Malaise
· Lemah
· Peningkatan kebutuhan tidur
B. Sirkulasi
· Palpitasi
· Takikardia
· Membran mukosa pucat
C. Makanan/Cairan
· Anoreksi
· Mual
· Muntah
· Penurunan berat badan
· Disfagia
· Hipertrofi gusi
· Distensi abdomen
· Bunyi usus menurun
· Stomatitis
D. Neurosensori
· Pusing
· Kesemutan
· Disorientasi
· Kejang
E. Nyeri/Kenyamanan
· Nyeri abdomen
· Nyeri tekan sternal
· Sakit kepala
· Nyeri tulang/sendi
F. Pernapasan
· Dyspnea
· Napas pendek
· Takipnea
· Ronki
· Penurunan bunyi napas
G. Keamanan
· Gangguan penglihatan
· Infeksi
· Perdarahan
· Pembesaran hati, limpa, nodus limfe
H. Integritas Ego
· Depresi, Menarik diri
· Ansietas
· Perasaan tak berdaya
c Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSTIK
· Diperkuat dengan aspirasi atau biopsi sumsum tulang
· Sama dengan AML tetapi yang ditemukan limfoblast, Auer’s Rod (-),
peroksidase (-), sudan black (-), PAS (+)
· Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan sel blast dominan
· LABORATORIUM
· Pemeriksaan darah tepi ada leukositosis
· Jumlah leukeosit nuetrofil seringkali rendah
· Kadar hemoglobin dan trombosit rendah
2. Analisa Data
4. DS : Leukemiainfiltrasi Gangguan
- Anak mengeluh ekstramedularpembesaran kenyamanan
nyeri pada limpa,liver, nodus limfe, tulangnyeri : nyeri
sendi dan tulang dan persendian
pegal-pegal
LeukemiaKemoterapiagen kimia,
- Anak
kecemasan nyeri
mengatakan
perutnya sakit
DO :
- Posisi anak
meringkuk
- Anak tampak
gelisah,
merintih,
menangis dan
mengeluh
- Anak fokus
pada dirinya
sendiri
- Anak kurang
interaksi
dengan
lingkungan
- Anak
menggosok-
gosok perutnya
yang sakit
- Dari mimik
wajah, bisa
dikategorikan
skala nyerinya
adalah 5 dari 5
tk nyeri
- Takikardi
- Takipneu
3. DS : Leukeamia medical terapi : Gangguan
5. - Ibu kemoterapi merusak pigmen kulit citra diri
mengatakan perubahan sekunder terhadap kulit
rambut bercak bercak hitam pada kulit
anaknya rontok
- Ibu Leukemia medical terapi:
mengatakan kemoterapi mengenai sel sel normal
kulit anak nya volikel pada rambut rambut
ada bercak rontokalopesia
bercak hitam
DO :
- Rambut anak
rontok
- Terdapat
bercak hitam di
kulit
4. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi b/d imunosupresif akibat efek kemoterapi (Gale & Charette,
2000)
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual, muntah,
dan diare karena kemoterapi (Gale & Charette, 2000)
5. Gangguan citra diri b/d alopesia, perubahan kulit sekunder akibat kemoterapi
(Gale & Charette, 2000)
No DIAGNOSA PERENCANAAN IMPLEMEN EVALUASI
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TASI
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan
laboratorium, mis;
Penurunan jumlah SDP
Hitung darah lengkap,
normal/matur dapat
perhatikan apakah
SDP turun atau tiba – diakibatkan oleh proses
tiba terjadi perubahan penyakit atau
pada neutrofil; kemoterapi, melibatkan
respon imun dan
peningkatan resiko
Kultur infeksi
gram/sensitivitas
Meyakinkan adanya
infeksi; mengidentifikasi
organisme spesifik dan
Kaji ulang seri foto
terapi tepat
dada
Indikator terjadinya/
penyembuhan
Berikan obat sesuai
komplikasi paru
indikasi, contoh
antibiotik Dapat diberikan secara
Hindari profilaktik atau
antipiretik yang mengobati infeksi khusus
mengandung aspirin
Aspirin dapat
menyebabkan
pendarahan gaster dan
penurunan jumlah
trombosit lanjut
Digunakan untuk
Berikan selimut
mengurangi demam
pendingin.
umumnya lebih besar
dari 39,5-40oC pada
waktu terjadi kerusakan /
gangguan pada otak.
Kolaborasi.
Membantu
Tinjau ulang
mengidentifikasi derajat
pemeriksaan lab sesuai
ketidakseimbangan
indikasi mis; jml biokimia / malnutrisi dan
limfosit total, transferin mempengaruhi pilihan
serum, dan albumin. intervensi diet.
Berikan obat-obatan
sesuai indikasi.
5 Gangguan citra diri b/d Meningkatkan citra Kaji rencana agen pengkelat,
alopesia, perubahan diri klien pengobatan kemoterapi antimetabolik,
kulit sekunder pasien terhadap obat terutama adriamycin
KH :
obat yang mungkin dan antibiotic
1. Pasien dapat menybabkan antitumor dapat
mengungkap alopesia menyebabkan alopesia
kan Kaji dampak alopesia memberikan informasi
pengertian pada gaya hidup pasien untuk
terhadap memformulasikan
kemoterapi, asuhan
menyebab menberikan cara
alopesia, dan Bantu pasien untuk pengungkapan emosi
atau mendiskusikan perasaan
perubahan tentang perubahan citra
pada kulit tubuh
2. Pasien anjurkan pasien untuk Meminimalkan syok
mendiskusik mencukur rambut yang terhadap kerontokan
an tindakan panjang rambut total
tindakan Dorong klien untuk Kulit beresiko tehadap
untuk menggunakan metode trauma akibat efek
meminimalis pelindung kulit seperti kemoterapi
ir dampak menggunakan lotion
rambut dan banyak minum air
rontok dan putih
perubahan
kulit atas
gaya hidup