Anda di halaman 1dari 34

BAB II

LANDASAN TEORITIS

I. Definisi
Leukemia adalah suatu proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen tulang normal (Brunner & Suddarth, 2002).
Leukemia limfositik akut adalah suatu proliferasi ganas dari limfoblast yang
diakibatkan oleh kerusakan sel inti limfoid tunggal (Price, Sylvia, 2006).
LLA terutama terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak disbanding
perempuan. Sekitar 60% anak mencapai ketahan hidup sampai umur 5 tahun.

II. Etiologi
Etiologi pasti dari leukemia ini belum diketahui, namun ada bebarapa faktor resiko
dari leukemia ini, antara lain:
a. Radiasi yang tinggi
b. Terkena bahan-bahan kimia tertentu
c. Kemoterapi
Pasien kanker yang diterapi dengan obat antikaker kadang-kadang berkembang
menjadi leukemia
d. Faktor keturunan
e. Down Syndrome dan beberapa penyakit genetic lainnya.

III. Patifisiologi
Leukemia limfositik akut ini merupakan leukemia yang disebabkan karena
rusaknya sel inti limfoid. Kerusakan sel inti limfoid ini bisa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan terjadinya mutasi somatic
pada DNA sehingga mengaktifkan sel-sel kanker maka sel-sel normal menjadi
terganggu. Aktivasi regulasi sel, differensiasi atau divisi sel menjadi terganggu juga.
Oleh sebab itu sel inti limfoid tunggal juga menjadi rusak. Ketika sel inti limfoid
tunggal rusak dihasilkan limfoblas yang abnormal. Limfoblas yang abnormal ini juga
mengalami proliferasi.
Sel limfoblas yang abnormal ini berinfiltrasi ke sum-sum tulang sehingga sel-
sel darahmengalami penurunan. Jika eritrosit meurun akan terjadi anemia dan hal ini
bisa mempengaruhi kerja jantung dan gangguan keseimbangan cairan. Jika kadar
leukosit yang mengalami penurunan maka daya tahan tubuh juga akan menurun
sehingga mudah terserang infeksi. Jika trombosit mengalami penurunan maka
pembekuan darah treganggu sehingga mudah menjadi perdarahan.
Sel limfoblas yang abnormal ini juga akan menyusup ke bagian ekstra
medular, meyusup ke limfa, liver, nodus limfe dan tulang sehingga organ-organ yang
diserang tersebut akan merasa nyeri. Tulang juga akan mengecil dan lemah.
Apabila sel limfoblas yang abnormal menyusup ke sistem syaraf pusat bisa
mengganggu penglihatan bisa menjadi kabur/perih. Selain itu akan mengakibatkan
peningkatan tekanan intracranial sehingga penderita merasa pusing, mual, muntah
dan tidak sadarkan diri.

IV. Tanda dan Gejala


 Rasa lelah
 Panas tanpa infeksi
 Purpura
 Nyeri tulang dan sendi
 Anemia
 Macam – macam infeksi
 Penurunan berat badan
 Ada massa abnormal
 Muntah
 Gangguan penglihatan
 Nyeri kepala

V. Komplikasi
a. Infeksi
b. Limfadenopati
c. Hepatosplenomegali
d. Gangguan penglihatan
e. Artralgia

VI. Penatalaksanaan Medis


Secara umum, pengobatan ALL dibagi atas beberapa fase:

a. Kemoterapi Induksi

Dengan remisi, sel – sel leukemik tidak lagi ditemukan pada sampel sumsum
tulang. Pada dewasa ALL, rencana standar induksi mencakup obat prednisone,
vincristine, dan anthracyclin; rencana obat lain mungkin mencakup L-
asparaginase atau cyclophosphamide. Untuk anak – anak dengan ALL resiko
rendah, terapi standar biasanya terdiri dari 3 obat (prednisone, L-asparaginase,
dan vincristine) untuk bulan pertama pengobatan. Anak – anak dengan resiko
tinggi mungkin mendapatkan obat – obat tersebuta ditambah anthracycline seperti
daunorubicin.

b. Terapi Konsolidasi (1-3 bulan pada dewasa, 4-8 bulan pada anak – anak)

Untuk mengeliminasi sel – sel leukemia yang masih bersembunyi di dalam tubuh.
Kombinasi obat kemoterapeutik digunakan untuk menjaga sel – sel leukemia dari
perkembangan. Pasien dengan resiko ALL rendah-sedang menerima terapi
dengan obat antimetabolik seperti methotrexate dan 6-mercaptopurine. Pasien
resiko tinggi menerima dosis obat yang lebih besar ditambah pengobatan dengan
agen kemoterapeutik ekstra.

c. Profilaksis CNS (Terapi Preventif)

Untuk menghentikan penyebaran kanker ke otak dan sistem saraf. Profilaksis


standar mencakup:

1. Irradiasi kranial plus menarik tulang belakang atau intratekal untuk


memasukkan obat methotrexate
2. Methotrexate dosis tinggi melalui sistemik atau IT, tanpa irradiasi kranial

3. Kemoterapi IT.

Hanya anak – anak dengan leukemia T-cell, jumlah leukosit yang tinggi, atau
terdapat sel leukemia pada LCS yang memerlukan irradiasi kranial dan terapi IT.

d. Pengobatan maintanance
Dengan obat kemoterapeutik (prednison + vancristine + cyclophosphamide +
doxorubicin; methotrexate + 6-MP) untuk mencegah penyakit kembali lagi
setelah remisi didapatkan. Terapi maintanance biasanya dilakukan dengan dosis
yang lebih rendah dibandingkan dengan yang digunakan untuk fase induksi. Pada
anak – anak, program intensif 6 bulan diperlukan setelah induksi, diikuti dengan 2
tahun kemoterapi maintanance.

e. Terapi Follow-up

Untuk pasien ALL biasanya terdiri dari:

 Perawatan supportif, seperti pemberian nutrisi intravena dan pengobatan


dengan antibiotik oral (ofloxacin, rifampisin) khususnya pada pasien dengan
perpanjangan granulositopenia yaitu terlalu sedikit granulosit yang matang
(netrofil), bakteri menghancurkan leukosit yang mengandung partikel kecil,
atau bergranul ( kurang dari 100 granulosit/mm³ dalam 2 minggu)
 Transfusi eritrosit dan trombosit

PROTOKOL MESNA

Pemberian mesna dilakukan untuk mencegah efek toksik dari pemberian


siklofosfamid terhadap saluran kencing.

Caranya:

1. Lima belas menit sebelum pemberian CPA, diberikan mesna dengan dosis CPA
20% dari dosis CPA. Contoh: dosis CPA 100 mg, maka dosis mesna 20 mg.
2. Mesna dicampur dengan dextrose 5 %, 30 cc di dripkan selama 30 menit.
3. Setelah mesna pertama diberikan vincristin sesuai dosis (1.5 mg/m 2 IV) dicampur
dengan NaCl 0.9 % 10 cc (drip dalam 15 menit).
4. Setelah itu baru diberikan CPA (dosis 200 mg/m2) dalam NaCl 0.9 % 500 cc
(atau sesuai dengan maintenance 12 jam) di drip selama 12 jam.
5. Selanjutnya diberikan mesna setiap 4 jam setelah pemberian CPA selesai, dan
dilanjutkan sampai 24 jam (6 kali pemberian)
Catatan:

1. Sebelum pemberian CPA, harus dilakukan pemberian Hb, dan anak harus
dilakukan hidrasi dulu dengan Ka En 1 B.
2. Pasien dianjurkan banyak minum

PENATALAKSANAAN HIPERLEUKOSITOSIS

Defenisi: kelainan darah tepi dari leukemia berupa peningkatan jumlah leukosit >
100.000 /mm3. merupakan kegawatan onkologi.

Tatalakasana:

1. Hidrasi: diberikan infuse D 5%: NaCl 0.9 % : 4:1, 3000 cc/m 2/hari atau 2 x
kebutuhan maintenance sehari. Jika leukosit > 500.000/ml dapat diberikan infuse
Ka En 1 B.
2. Alkalinisasi: diberikan Bic-Nat Meq/m2/hari atau 25 Meq/Kolf dicampurkan ke
dalam cairan infus di atas.
3. Alopurinol: diberikan 300 – 600 mg/m2/hari/3 dosis selama 3 hari/10
mg/kgBB/hari/3 dosis.
4. kortikosteroid dosis rendah (LLA) untuk mencegah perdarahan otak dan paru: 2
mg/m2/hari/3 dosis 12 jam setelah 3 langkah di atas.
5. sitostatika bertahap supaya tidak bahaya untuk tumor lisis sindrom.
6. untuk mencegah perdarahan intrakranial: radiasi intrakranial.
7. jika trombosit < 20.000 /ml diberikan transfusi trombosit (tidak meningkatkan
viskositas darah).

OBAT OBAT KEMOTERAPI


1. Siklofosfamid (golongan alkilasi)
Dosis:
Oral: 1.5 mg/kgBB/hari, 50-100 mg/m2/hari sebagai terapi kontinyu atau 400-
1000 mg/m² dalam dosis terbagi selama 4 hari sebagai terapi intermiten.
I.V: Dosis tunggal: 400-1800 mg/m² (30-50 mg/kg) per terapi  (1-5 hari) yang
dapat diulang pada interval 2-4 minggu. Dosis harian lanjutan: 60-120 mg/m² (1-
2.5 mg/kg) per hari.
Pemakaian dan pertimbangan: Siklofosfamid untuk pengobatan leukemia,
penyakit Hodgkin, tumor-tumor padat tertentu. Salah satu obat utama untuk terapi
kombinasi. Cairan harus diberikan sebanyak-banyaknya untuk mencegah sistisis
hemoragis. Pemakaian obat, dapat dipakai tanpa atau bersama makanan.
Kontraindikasi: kehamilan, penyakit hati dan ginjal.
Farmakokinetik: diabsorbsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal, waktu
paruhnya adalah sedang (50%) dan sedang pula pengikatannya pada protein. Obat
ini dimetabolisme oleh hati, dan kurang dari 50% di ekskresikan tanpa mengalami
perubahan dalam urin, 5-20% melalui feses.
Farmakodinamik: siklofosfamid merupakan obat anti kanker yang pertama dan
masih dipakai sampai sekarang sebagai salah satu obat dalam protokol
antikakanker. Mulai kerja obat ini terjadi dalam beberapa jam, tetapi untuk
mencapai efek yang didinginkan diperlukan waktu beberapa hari.
Interaksi obat:
Tiazid dan allopurinol dapat menambah supresi sum-sum tulang, efek digoksin
akan berkurang dan efek insulin akan meningkat sehingga timbul hipoglikemi.
Fenobarbital dan rifampin dapat menambah toksisitas siklofosfamid.
Efek samping: mual, muntah, anoreksia, diare, BB turun, pusing, hematuri,
alopesia, impotensi.
Reaksi yang merugikan: sisitisis hemoragik, hepatotoksisitas, leukopenia,
trombositopenia, kardiotoksisitas (dosis sangat tinggi), neoplasma sekunder.

2. Doksorubisin (golongan obat anti tumor)


Dosis:
Anak-anak: diberikan secara intravena 30-75 mg/m 2 sebagai dosis tunggal, diulang
setiap 21 hari atau 20-30 mg/m² sekali dalam seminggu, atau 60-90 mg/m²
diberikan sebagai infus berkelanjutan selama 96 jam setiap 3-4 minggu.
Dewasa: Dosis lazim atau dosis tipikal : 60-75 mg/m² sebagai dosis
tunggal,diulang setiap 21 hari atau regimen dosis 20 – 30 mg/m²/hari selama 2 – 3
hari,diulang setiap 4 minggu atau 20 mg/m² sekali dalam seminggu.
Farmakokinetik: Doksorubisin diberikan melalui intravena. Doksorubisin
dimetabolisme di dalam hati melalui metabolit aktif dan inaktif. Bermacam-
macam metabolit ini mempengaruhi waktu paruh, dengan tahap mula-mula selama
12 menit, tahap pertengahan selama 3 ½ jam dan tahap akhir 30 jam.
Eliminasi :50% empedu, 5 % urine.
Efek samping : Anorexia, mual,muntah , diare, ruam kulit, impotensi,stomatitis,
meningkatnya BUN dan kreatinin.
Reaksi yang merugikan: Trombositopenia, leucopenia, anemia, hepatotoksisitas,
takikardia dan perdarahan

3. Vinkristin ( golongan obat alkaloid vinka )


Dosis : diberikan melalui intravena.
Untuk dewasa1-2 mg/m2/minggu.
Untuk anak 1,5 – 2 mg/m2/minggu.
Pemakaian dan pertimbangan : untuk mengobati kanker payudara, pau-paru dan
servik, mioloma multiple, sarcoma, limfoma, tumor wilms. Harus diperiksa
kesulitan dalam neurologis dipakai untuk mengobati penyakit Hodgkin dalam
terapi kombinasi.
Reaksi yang merugikan adalah : lekopenia, alopesia, stomatitis, mual-muntah
dan neurotoksisitas (Baal, kesemutan pada jari-jari tangan dan kaki, konstipasi,
ptosis, suara serak dan instabilitas motorik).

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KLIEN DENGAN LLA


Peran perawat saat pasien sebelum dilakukan kemoterapi adalah:

 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien atau keluarga yaitu


menjelaskan tentang kemoterapi (pengertian, tujuan, cara pemberian dan efek
samping)

 Memberi dukungan psikologis pada klien dan keluarga

 Menganjurkan agar makan makanan bergizi tinggi kalori, tinggi protein

 Menganjurkan banyak makan buah dan sayur – sayuran, banyak minum air
putih

 Menjaga kebersihan mulut

Peran perawat pada pasien yang telah dilakukan kemoterapi adalah:


 Dorong klien untuk menjaga gizi yang baik.
 Menganjurkan agar makan dan minum sedikit tetapi sering

 Minum tiap muntah

 Hindari makanan berbau, berminyak, berlemak, pedas, terlalu manis, atau


panas, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dingin dan kering, minum teh
beraroma jahe, memakai pakaian longgar, dan tidak berbaring seusai makan

 Jika rambut rontok anjurkan pasien menggunakan topi atau wig

 Mencuci tangan, dan menganjurkan pasien atau keluarga menyiram dengan


bersih sisa kotoran di kloset setiap setelah buang air besar dan buang air kecil
selama 48 jam.

 Nasehatkan klien untuk tidak mengunjungi orang yang menderita infeksi


saluran pernafasan jenis apapun.
 Beritahu klien untuk membersihkan mulut dengan baik beberapa kali sehari.
Anjurkan untuk menggunakan sikat gigi yang lembut. Jika terjadi stomatitis,
anjurkan untuk berkumur. Obat anti jamur mungkin diperlukan jika mulut
terinfeksi oleh kandida, jangan menggunakan sikat gigi jika jumlah platelet
kurang dari 50 ribu.

VII. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Data Fokus
- Identitas klien
- Hasil wawancara dengan keluarga/ pasien didapatkan data :
@ Ibu mengatakan anaknya pucat, lesu, mudah lelah
@ Ibu mengatakan anaknya demam, mimisan, gusi mudah berdarah
@ Ibu mengatakan anaknya ada bintik-bintik merah pada permukaan kulit
@ Ibu mengatakan anaknya mengeluh nyeri pada sendi-sendi seperti lutut, siku
@ Ibu mengatakan anaknya susah menelan
@ Ibu mengatakan perut anaknya tampak membesar
@ Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun
@ Ibu mengatakan anaknya mual-muntah, pusing dan tidak nyaman pada perut
- Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
· Kemoterapi
· Down Syndrome
· Terpapar oleh elektromagnetik field
· Bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentu (formaldehid, benzene)
· Anemia fanconi
b. Riwayat kesehatan sekarang
· Demam atau berkeringat pada malam hari
· Fatigue, Malaise
· Sakit kepala
· Nyeri pada tulang ataupun sendi
· Hepatosplenomegali
· Pembengkakan pada nodus limfe terutama pada leher dan ketiak
· Penurunan berat badan
· Anemia
· Petekie
· Hipertrofi gusi
· Pegal – pegal
c. Riwayat kesehatan keluarga
· Saudara kandung (kembar monozigot/identik) menderita leukemia

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


1. Prenatal :
Selama hamil, ibu biasa mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, merokok atau
sering terpapar dengan timbal

2. Intranatal :
Selama persalinan terajadi aspirasi mekonium, persalinan yang lama, ketuban
pecah dini. BBLR, Sindroma Gawat Nafas dan hiperbilirubinemia.

3. Postnatal :
Setelah persalinan, anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
b. Pemeriksaan fisik

A. Aktivitas
· Malaise
· Lemah
· Peningkatan kebutuhan tidur
B. Sirkulasi
· Palpitasi
· Takikardia
· Membran mukosa pucat
C. Makanan/Cairan
· Anoreksi
· Mual
· Muntah
· Penurunan berat badan
· Disfagia
· Hipertrofi gusi
· Distensi abdomen
· Bunyi usus menurun
· Stomatitis
D. Neurosensori
· Pusing
· Kesemutan
· Disorientasi
· Kejang
E. Nyeri/Kenyamanan
· Nyeri abdomen
· Nyeri tekan sternal
· Sakit kepala
· Nyeri tulang/sendi
F. Pernapasan
· Dyspnea
· Napas pendek
· Takipnea
· Ronki
· Penurunan bunyi napas
G. Keamanan
· Gangguan penglihatan
· Infeksi
· Perdarahan
· Pembesaran hati, limpa, nodus limfe
H. Integritas Ego
· Depresi, Menarik diri
· Ansietas
· Perasaan tak berdaya
c Pemeriksaan penunjang

 DIAGNOSTIK
· Diperkuat dengan aspirasi atau biopsi sumsum tulang
· Sama dengan AML tetapi yang ditemukan limfoblast, Auer’s Rod (-),
peroksidase (-), sudan black (-), PAS (+)
· Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan sel blast dominan
· LABORATORIUM
· Pemeriksaan darah tepi ada leukositosis
· Jumlah leukeosit nuetrofil seringkali rendah
· Kadar hemoglobin dan trombosit rendah

2. Analisa Data

No Data Patofisiologi Masalah


Keperawatan
1. DS: Leukemiamedikal terapi : Resiko
- Ibu kemoterapiimunosupresandepres infeksi
mengatakan an sumsum tulang hepatopoisis
anaknya panas terganggu leukosit <<<sistem
- Ibu imun lemah
mengatakan
anaknya
berkeringat
DO :
- Granulosit <<
- Suhu >> 37, 5 0
C
- Takikardi
- Leukositosis
2. DS : Leukemiamedikal terapi : Hipertermi
- Anak mengeluh kemoterapiimunosupresanleukosit
badannya << imunitas << flora normal pada
terasa hangat rongga mulut jadi
- Ibu anak patogenstomatitismenghasilkan
mengatakan endogenus pyrogensintesa PGE2 di
bahwa anaknya hipotalamuspusat termoregulator
masih panas pre optik pada
- Ibu hipotalausmeningkatkan suhu
mangatakan
anaknya sejak
badannya
panas, jadi
malas makan
DO :
- Anak sedang di
kompres
dengan air
hangat/suam-
suam kuku
- Anak tampak
lemah, malaise
- Kepala, badan,
akral anak
terasa hangat
- Kulit muka
anak tampak
kemerahan
- Takikardi
- Takipneu
- Suhu >> 37,5 0C

3. DS : Leukemiamedikal terapi : Gangguan


- Anak menolak kemoterapiimunosupresanleukosit nutrisi
untuk makan << imunitas << flora normal pada kurang dari
- Anak mengeluh rongga mulut jadi kebutuhan
sariawan patogenstomatitissusah menelan tubuh
- Anak
mengatakan
perutnya sudah
kenyang
DO :
- Berat badan
anak turun
dalam
beberapa bulan
- Berat badan
anak
berdasarkan
skala NCHS
menunjukkan
gizi yang
kurang
- Lidah anak
terdapat
sariawan
- Porsi makan
yang diberi RS
belum dimakan
anak
- Lila anak << 14
cm

4. DS : Leukemiainfiltrasi Gangguan
- Anak mengeluh ekstramedularpembesaran kenyamanan
nyeri pada limpa,liver, nodus limfe, tulangnyeri : nyeri
sendi dan tulang dan persendian
pegal-pegal
LeukemiaKemoterapiagen kimia,
- Anak
kecemasan nyeri
mengatakan
perutnya sakit
DO :
- Posisi anak
meringkuk
- Anak tampak
gelisah,
merintih,
menangis dan
mengeluh
- Anak fokus
pada dirinya
sendiri
- Anak kurang
interaksi
dengan
lingkungan
- Anak
menggosok-
gosok perutnya
yang sakit
- Dari mimik
wajah, bisa
dikategorikan
skala nyerinya
adalah 5 dari 5
tk nyeri
- Takikardi
- Takipneu
3. DS : Leukeamia medical terapi : Gangguan
5. - Ibu kemoterapi merusak pigmen kulit citra diri
mengatakan perubahan sekunder terhadap kulit
rambut bercak bercak hitam pada kulit
anaknya rontok
- Ibu Leukemia medical terapi:
mengatakan kemoterapi mengenai sel sel normal
kulit anak nya volikel pada rambut rambut
ada bercak rontokalopesia
bercak hitam
DO :
- Rambut anak
rontok
- Terdapat
bercak hitam di
kulit

4. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi b/d imunosupresif akibat efek kemoterapi (Gale & Charette,
2000)

2. Hipertermi b/d infeksi sekunder granulositopenia dari kemoterapi (Gale &


Charette, 2000)

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual, muntah,
dan diare karena kemoterapi (Gale & Charette, 2000)

4. Gangguan kenyamanan : Nyeri (akut) berhubungan dengan agen fisik


(pembesaran limpa, liver nodus limfe, tulang); agen kimia (pengobatan
antileukemia) (Gale & Charette, 2000)

5. Gangguan citra diri b/d alopesia, perubahan kulit sekunder akibat kemoterapi
(Gale & Charette, 2000)
No DIAGNOSA PERENCANAAN IMPLEMEN EVALUASI
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TASI

1 Resiko tinggi terhadap Mencegah infeksi Mandiri


infeksi b.d tak adekuat selama fase
 Tempatkan pada Melindungi dari sumber
pertahanan sekunder: akut/pengobatan
ruangan khusus. Batasi potensial/infeksi. Catatan
gangguan dalam
Kriteria hasil: pengunjung sesuai : supresi umum tulang
kematangan SDP
indikasi, hindarkan berat, neutropenia, dan
(granulosit rendah dan  Mengidentifikasi
menggunakan tanaman kemoterapi
jumlah limfosit tindakan untuk
hidup/bunga potong. menempatkan pasien
abnormal), mencegah/menur
Batasi buah segar dan pada resiko besar untuk
peningkatan jumlah unkan resiko
sayuran infeksi
lomfosit imatur infeksi
 Menunjukkan Mencegah kontaminasi
 Berikan protokol untuk
teknik, silang untuk menurunkan
mencuci tangan yang
perubahan pola resiko infeksi
baik untuk semua
hidup untuk
petugas dan pengunjung
meningkatkan
 Awasi suhu. Perhatikan
keamanan Hipernatremia lanjut
hubungan antara
lingkungan, terjadi pada beberapa
peningkatan suhu dan
meningkatkan tipe infeksi, dan demam
penyembuhan pengobatan kemoterapi. (tak berhubungan dengan
Observasi demam obat atau produk darah)
sehubungan dengan terjadi pada kebanyakan
takikardia, hipotensi, pasien leukenia. Catatan:
perubahan mental samar septikemia dapat terjadi,
tanda demam.

 Cegah menggigil: Membantu menurunkan


tingkatkan cairan. demam yang menambah
Berikan mandi kompres ketidakseimbangan
cairan, ketidaknyamanan,
dan komplikasi SSP

Mencegah stasis sekret


 Dorong sering
pernafasan, menurunkan
mengubah posisi, napas
resiko
dalam, batuk
ateletaksis/pneumoni

Intervensi dini penting


 Auskultasi bunyi napas,
untuk mencegah
perhatikan gemericik,
sepsis/septikemia pada
ronki; inspeksi sekresi
terhadap perubahan individu imunosupresi
karakteristik, contoh
peningkatan produksi
sputum atau sputum
kental, urine bau busuk
dengan berkemih tiba-
tiba atau rasa terbakar
 Rawat klien dengan
Mencegah rasa
lembut. Pertahankan
terbakar/eksoriasi kulit
linen kering/tidak kusut
 Dorong peningkatan
masukan makanan tinggi
Meningkatkan
protein dan cairan
pembentukan antibodi
dan mencegah dehidrasi
 Hindari/batasi prosedur
invasif bila mungkin Kulit robek dapat
memberikan jalan masuk
patogenik, potensial
organisme letal.
Penggunaan selang
kateter atau titik
implantasi dapat secara
efektif menurunkan
kebutuhan invasif dan
resiko infeksi. Catatan:
mielosupresi mungkin
terkumpul secara alamiah
khususnya bila diberikan
terapi onat multipel
(termasuk steroid)

Kolaborasi

 Awasi pemeriksaan
laboratorium, mis;
Penurunan jumlah SDP
Hitung darah lengkap,
normal/matur dapat
perhatikan apakah
SDP turun atau tiba – diakibatkan oleh proses
tiba terjadi perubahan penyakit atau
pada neutrofil; kemoterapi, melibatkan
respon imun dan
peningkatan resiko
Kultur infeksi
gram/sensitivitas
Meyakinkan adanya
infeksi; mengidentifikasi
organisme spesifik dan
 Kaji ulang seri foto
terapi tepat
dada
Indikator terjadinya/
penyembuhan
 Berikan obat sesuai
komplikasi paru
indikasi, contoh
antibiotik Dapat diberikan secara
 Hindari profilaktik atau
antipiretik yang mengobati infeksi khusus
mengandung aspirin
Aspirin dapat
menyebabkan
pendarahan gaster dan
penurunan jumlah
trombosit lanjut

2 Hipertermi Suhu turun setelah Mandiri


berhubungan dengan dilakukan
 Pantau suhu pasien Suhu 38,9- 41,1o C
penurunan sistem intervensi
(derjat dan pola); menunjukkan proses
imun, infeksi. keperawatan
perhatikan penyakit infeksius akut.
Kriteria hasil : menggigil/diaphoresis Pola demam dapat
setiap 30 menit membantu dalam
- suhu dalam
diagnosis . Catatan :
batas normal,
peenggunaan antipiretik
bebas dari
mengubah pola demam
kepanasan
dan dapt dibatasi sampai
(suhu 36,7-37
0
diagnosis dibuat atau bila
C)
demam tetap lebih besar
- Tidak
dari 38,9oC.
mengalami
komplikasi.  Pantau suhu lingkungan Suhu ruangan / jumlah
setiap 30 menit, batasi selimut harus diubah
atau tambahkan linen untuk mempertahankan
tempat tidur, sesuai suhu mendekati normal.
indikasi.
Dapat membantu
 Berikan kompres mandi
megurangi demam.
hangat; hindari
Catatan : penggunaan air
penggunaan alkohol.
es atau alkohol mungkin
menyebabkan
kedinginan, peningkatan
suhui secara aktual.
Selain itu, alkohol dapat
Kolaborasi mengeringkan kulit.

 Berikan antipiretik; Digunakan untuk


aspirin, asetaminofen. mengurangi demam
dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus,
meskipun demam
mungkin dapat berguna
dalam membatasi
pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.

Digunakan untuk
 Berikan selimut
mengurangi demam
pendingin.
umumnya lebih besar
dari 39,5-40oC pada
waktu terjadi kerusakan /
gangguan pada otak.

3 Nyeri (akut) b.d agen Menghilangkan Mandiri


fisikal (pembesaran nyeri
 Selidiki keluhan nyeri. Membantu mengkaji
organ, sumsum
Kriteria hasil: Perhatikan perubahan kebutuhan untuk
tulang yang dikemas
pada derajat dan sisi intervensi; dapat
dengan sel  Melaporkan nyeri
(gunakan skala 0-10) mengidentifikasi
leukemik), agen hilang/terkontrol
terjadinya komplikasi
kimia (pengobatan  Menunjukkan
anti leukemik), perilaku  Awasi tanda vital, Dapat membantu
manifestasi penenangan nyeri perhatikan petunjuk mengevaluasi pernyataan
psikologis (ansietas,  Tampak rileks non verbal, mis verbal dan keefektifan
takut) dan mampu tegangan otot, gelisah intervensi
tidur/istirahat Meningkatkan istirahat
dengan tepat  Berikan lingkungan dan meningkatkan
tenang dan kurangi kemampuan koping
rangsangan penuh
Dapat menurunkan
stress
ketidaknyamanan
 Tempatkan pada posisi
tulang/sendi
nyaman dan sokong
sendi, ekstremitas Memperbaiki sirkulasi
dengan bantal/bantalan jaringan dan mobilitas
 Ubah posisi secara sendi
periodik dan
berikan/bantu latihan
rentang gerakan lembut Meminimalkan
 Berikan tindakan kebutuhan atau
kenyamanan meningkatkan efek obat
(mis.,pijatan, kompres
dingin) dan dukungan
psikologis Memudahkan relaksasi,
 Dorong menggunakan terapi farmakologi
tekhnik manajemen tambahan dan
nyeri, contoh latihan meningkatkan
relaksasi/nafas dalam, kemampuan koping
bimbingan imajinasi,
visualisasi; sentuhan
terapeutik Membantu manajemen
 Bantu/berikan aktivitas nyeri dengan perhatian
terapeutik, tekhnik langsung
relaksasi
Kolaborasi
Diberikan untuk nyeri
 Berikan obat sesuai
ringan yang tidak hilang
indikasi;
demgan tindakan
Analgesik, contoh
kenyamanan. Catatan:
asetaminofen;
hindari produk
mengandung aspirin
karena mempunyai
potensi perdarahjan

Digunakan bila nyeri


Narkotik, mis kodein, berat. Penggunaan ADP
meperidin; mungkin menguntungkan
dalam pencegahan
puncak dan pemberian
intermitten

4 Gangguan nutrisi Kebutuhan nutrisi Mandiri


kurang dari kebutuhan dapat dipenuhi
 Pantau masukan Mengidentifikasi
tubuh berhubungan dalam waktu 3 hari
makanan tiap hari. kekuatan / defisiensi
dengan status
Kriteria hasil: nutrisi
hipermetabolik
 Mendemonstrasi  Ukur tinggi, BB dan Membantu dalam
kan BB stabil, ketebalan kulit trisep identifikasi malnutrisi,
penambahan BB (atau pengukuran protein-kalori, khususnya
yang progresif antropometik lain sesuai bila BB dan pengukuran
kearah tujuan indikasi). Pastikan antropometrik kurang
dengan jumlah penurunan BB dari nornal
normalisasi, nilai saat ini, timbang BB
laboratorium dan setiap hari atau sesuai
bebas tanda indikasi.
malnutrisi.  Dorong pasien untuk
Kebutuhan jaringan
 Pengungkapan makan diet tinggi kalori
metabolik ditingkatkan,
pemahaman kaya nutrien, masukan,
begitu juga cairan (untuk
pengaruh cairan adekuat. Dorong menghilangkan produk
individual pada penggunaan suplemen sisa). Suplemen dapat
masukan dan makan sering / memainkan peran
adekuat. lebih sedikit yang pentinng dalam
 Berpartisipasi dibagi-bagi selama mempertahankan
dalam intervensi sehari. masukan kalori dan
spesifik untuk protein adekuat
merangsang
 Nilai diet sebelumnya Keefektifan penilaian
nafsu makan/
dan segera setelah diet sangat individual
peningkatan
pengobatan. dalam penghilangan
masukan diet.
mual pasca terapi. Pasien
harus mencoba untuk
menemukan solusi /
kombinasi terbaik.

 Kontrol faktor Dapat mengurangi


lingkungan (mis, bau respon mual muntah
kuat/ tidak sedap atau
kebisingan). Hindari
terlalu manis, berlemak,
atau makanan pedas. Membuat waktu makan
 Ciptakan suasana lebih menyenangkan,
makan yang yang dapat meningkatkan
menyenangkan, dorong masukan
pasien untuk berbagi
makanan dengan
keluarga/ teman. Dapat mencegah awitan
 Dorong penggunaan atau menurunkan
tekhnik relaksasi, beratnya mual,
visualisasi, bimbingan penurunan anoreksia, dan
imajinasi, latihan memungkinkan pasien
sedang senelum makan. meningkatkan masukan
oral.

 Identifikasi pasien yang Mual / muntah

mengalami mual dan psikogenik terjadi

muntah yang sebelum kemoterapi

diantisipasi. mulai secara umum tidak


berespon terhadap obat
antiemetik. Perubahan
lingkungan pengobatan
atau rutinitas pasien pada
hari pengobatan mungkin
efektif
 Dorong komunikasi
Sering sebagai sumber
terbuka mengenai
distres emosi, khususnya
anoreksia.
iuntuk orang terdekat
yang menginginkan
untuk memberi makan
pasien dengan sering.
Bila pasien menolak,
orang terdekat dapat
merasakan ditolak /
frustasi
 Berikan antiemetik pada
Mual / muntah dapat
jadwal reguler sebelum/
menurunkan kemampuan
selama dan setelah
dan efek samping
pemberian agen
psikologis kemoterapi
antineoplastik dengan
yang menimbulkan stres.
sesuai.
 Evaluasi keefektifan Individu berespon secara
antiemetik. berbeda pada semua
obat-obatan.

 Hemates feses, sekresi Terapi tertentu


lambung (mis.antimetabolik)
menghambat
pembaharuan lapisan sel
sel epitel saluran GI,
yang dapat menyebabkan
perubahan yang
direntang dari eritema
ringan sampai ulserasi
berat dengan perdarahan

Kolaborasi.
Membantu
 Tinjau ulang
mengidentifikasi derajat
pemeriksaan lab sesuai
ketidakseimbangan
indikasi mis; jml biokimia / malnutrisi dan
limfosit total, transferin mempengaruhi pilihan
serum, dan albumin. intervensi diet.

 Berikan obat-obatan
sesuai indikasi.

 Rujuk pada ahli diet/tim Memberikan rencana diet


pendukung nutrisi. khusus untuk memenuhi
kebutuhan individu dan
menurunkan masalah
berkenaan dengan
malnutrisi protein/kalori
dan defisiensi
mikronutrien.

5 Gangguan citra diri b/d Meningkatkan citra  Kaji rencana  agen pengkelat,
alopesia, perubahan diri klien pengobatan kemoterapi antimetabolik,
kulit sekunder pasien terhadap obat terutama adriamycin
KH :
obat yang mungkin dan antibiotic
1. Pasien dapat menybabkan antitumor dapat
mengungkap alopesia menyebabkan alopesia
kan  Kaji dampak alopesia  memberikan informasi
pengertian pada gaya hidup pasien untuk
terhadap memformulasikan
kemoterapi, asuhan
menyebab  menberikan cara
alopesia, dan  Bantu pasien untuk pengungkapan emosi
atau mendiskusikan perasaan
perubahan tentang perubahan citra
pada kulit tubuh
2. Pasien  anjurkan pasien untuk  Meminimalkan syok
mendiskusik mencukur rambut yang terhadap kerontokan
an tindakan panjang rambut total
tindakan  Dorong klien untuk  Kulit beresiko tehadap
untuk menggunakan metode trauma akibat efek
meminimalis pelindung kulit seperti kemoterapi
ir dampak menggunakan lotion
rambut dan banyak minum air
rontok dan putih
perubahan
kulit atas
gaya hidup

Anda mungkin juga menyukai