Anda di halaman 1dari 11

BAB.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran mengalami kesulitan

mempertahankan kondisi mulut yang sehat. Pasien mengalami kesulitan

menelan atau makan, sehingga sering menggunakan nasogastric tube

(NGT). Klien cenderung mendapat terapi oksigen dan bernafas melalui

mulut secara terus-menerus sehingga membran mucosa mulut menjadi

kering. Kekeringan mulut dan asupan makanan yang tidak memadai,

berdampak pada berkurangnya aliran saliva (Widani, 2015).

Saliva adalah cairan yang bersifat antibakteri dan bagian penting dari

sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi di mulut (Creven, 2009). Saliva

mengandung zat antimikrobial spesifik (IgA) dan nonspesifik (lisozim,

laktoferin, dan sialoperoksidase) membantu mengontrol microflora di

mulut. Komponen kekebalan IgA (faktor imun adaptif ) dan laktoferin

(faktor imun bawaan) memberikan kontribusi untuk mengontrol

pertumbuhan mikroorganisme dalam rongga mulut. Saliva berfungsi

mengeluarkan plak secara mekanik dan mikroorganisme yang ada di

dalam rongga mulut (Monro, 2008).

Rongga mulut merupakan pintu gerbang dari saluran pencernaan dan

terdapat mikroorganisme terbanyak dari tubuh manusia. Lebih dari 500

1
jenis mikroorganisme telah diisolasi dari mulut. Saliva mengandung

banyak bakteri. Setiap milliliter saliva dijumpai 10 sampai 200 juta

bakteri. Jumlah maksimum bakteri pada pagi hari atau setelah makan.

Bakteri di rongga mulut antara lain: Streptococcus, Enterococcus,

Diptheroid, Lactobaccili, Peptostreptococci, Actinomices, Veilonella,

Bacteroides melaninogenicus, Fusuform dan Neisseria. Bakteri yang

terdapat dalam plak antara lain: Leptotrichia, Actinomices, Streptococcus,

dan Veillonela (Nobuhiro,2005).

Tindakan potensial dalam mengurangi kumpulan mikroorganisme dalam

mulut adalah melalui pelaksanaan higiene mulut yang baik (Munro, 2004).

Higiene mulut merupakan tindakan yang dapat membantu

mempertahankan status kesehatan mulut, gigi dan gusi (Perry & Potter,

2005). Status kesehatan mulut yang baik pada pasien yang mengalami

penurunan kesadaran dapat mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut seperti

pneumonia. Hal ini terjadi karena saat kondisi sakit, terutama klien

penurunan tingkat kesadaran maka bakteri dari biofilm mulut dapat

teraspirasi masuk ke saluran pernafasan yang dapat menimbulkan infeksi

sistemik. Sopena dan Sabrina (2005) telah membuktikan etiologi dari

Hospital-Acquired Pneumonia (HAP) pada klien dewasa non ICU adalah

jenis bakteri yang juga ditemukan di rongga mulut. Jenis bakteri terbanyak

secara berurutan adalah S.pneumoniae, L.pneumophila, Enterobacteria,

Aspergillus sp, P.aeruginosa, Acinetobacter sp, S.aureu dan H. influenzae.

2
Hospital-aquired pneumonia (HAP) yaitu pneumoni yang didapat di

rumah sakit setelah 48 jam perawatan (CDC,2013). Insiden HAP sebanyak

15–20% (Strausbaugh, 2000) dan menurut Edis (2009) insiden HAP terjadi

3,3/1000 klien. HAP berdampak pada peningkatan morbiditas, mortalitas,

memperpanjang hari rawat (rata-rata 15,2 ± 13,6 hari) dan meningkatkan

biaya perawatan di rumah sakit, $65.292 (Jean, 2008).

Pneumonia yang didapat di rumah sakit seharusnya tidak terjadi dan harus

diupayakan pencegahannya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah

dengan mencegah masuknya mikroorganisme di mulut ke saluran

pernafasan melalui tindakan oral care secara tepat dan teratur. Prosedur

oral care yang tepat meliputi pemilihan produk antiseptik dan teknik yang

digunakan. Oral care pada klien dengan penurunan tingkat kesadaran tidak

boleh diabaikan bahkan mereka membutuhkan oral care lebih sering dari

pada klien sadar (Timby,2009). WHO telah merekomendasikan oral care

sebagai langkah terbaik dalam mencegah Pneumonia dibandingkan

penggunaan antibiotik (Plianbang, 2011 dalam Hillier ,2013).

Hasil penelitian Widani, 2015 tentang penggunaan chlorhexidine 0,2%

dengan povidone iodine 1% disimpulkan bahwa chlorhexidne 0,2% lebih

efektif dalam menurunkan jumlah koloni bakteri di mulut dibandingkan

dengan penggunaan povidone iodine 1%. Hasil penelitian Zhao tahun 2020

tentang perawatan mulut pada pasien yang menggunakan ventilator dengan

chlorhexidine juga menunjukkan adanya penurunan angka kejadian VAP

di ruangan ICU.

3
Berdasarkan hasil penelitian Atashi, dkk (2018) tentang penggunaan aloe

vera - pepermint (veramin) terhadap kesehatan mulut pasien yang dirawat

di ruangan intensif didapatkan bahwa aloe vera - pepermint efektif dalam

memperbaiki mulut yang kering, mencegah pembentukan plak pada gigi

dan dapat meningkatkan status kesehatan mulut. Penelitian ini sejalan

dengan yang dilakukan oleh Stephanie Maxine Ross tahun 2020 yang

menyatakan bahwa penggunaan aloe vera - pepermint gel efektif dalam

memperbaiki kondisi mulut yang kering akibat pemasangan ventilator,

mencegah terbentuknya plak gigi dan juga meningkatkan status kesehatan

mulut.

Hasil penelitian Sener, dkk, 2019 tentang penggunaan chlorhexidine, madu

dan vitamin E dalam perawatan mulut didapatkan bahwa vitamin E lebih

efektif dalam mencegah terjadinya mukositis pada anak yang dirawat di

PICU. Pada urutan kedua didapatkan madu lebih efektif dibandingkan

chlorhexidine dalam pencegahan terjadinya mukositis. Penelitian lain

menunjukkan bahwa penggunaan madu dan curcumin lebih efektif dalam

manajemen perawatan mukositis pada pasien yang menjalankan

kemoterapi dibandingkan povidone iodine dan chlorhexidine ( Ya-Ting

Yu, dkk, 2020).

Unit Perawatan Intensif Anak RSUD Arifin Achmad memiliki lima

kapasitas tempat tidur. Pasien anak yang dirawat di ruangan tersebut rata-

rata mengalami penuruan kesadaran dan tak jarang terpasang ventilator.

4
Data awal dari bulan Maret- awal Mei 2021 terdapat 60 kasus pasien anak

yang mengalami penurunan kesadaran dengan diagnosa yang beragam

seperti kasus cedera kepala berat, gangguan syaraf, gangguan

metabolisme, ganggual elektrolit, dll. Pasien anak tersebut sangat rentan

mengalami kekeringan mukosa mulut akibat penggunaan terapi oksigen,

pemasangan ventilator, dan juga akibat dehidrasi berat.

Pelaksanaan perawatan mulut di Unit Perawatan Intensif Anak RSUD

Arifin Achmad, umumnya dilakukan satu sampai dua kali dalam sehari

yaitu pada pagi dan sore hari setelah memandikan pasien. Perawatan mulut

biasa menggunakan normal saline untuk pasien yang sadar dan

chlorhexidine untuk pasien yang menggunakan ventilator dan mengalami

penurunan kesadaran.

Penelitian beberapa mahasiswa tentang penggunaan madu yang dilakukan

di ruangan Intensif Anak RSUD Arifin Achmad menunjukkan hasil bahwa

madu bisa digunakan untuk melembabkan mukosa bibir. Penelitian

tersebut hanya menggunakan madu dan belum ada yang menggunakan

aloe vera sebagai pembandingnya. Oleh sebab itu, peneliti akan

melakukan perbandingan antara penggunaan madu, aloe vera dan

chlorhexidine terhadap status kesehatan mulut pasien penurunan kesadaran

di Unit Perawatan Intensif Anak RSUD Arifin Achmad.

5
1.2 Rumusan Masalah

Pasien anak yang mengalami penurunan kesadaran tidak mampu menelan

saliva dengan baik sehingga mikroorganisme bisa menumpuk dalam

rongga mulut dan berisiko masuk kedalam saluran pernapasan.

Perawatan mulut merupakan intervensi keperawatan mandiri yang bisa

mengurangi kumpulan mikroorganisme dalam mulut pada pasien yang

mengalami penurunan kesadaran di Unit Perawatan Intensif Anak. Saat

ini perawatan mulut di Unit Perawatan Intensif Anak menggunakan

cairan chlorhexidine 0,2% sementara berbagai hasil penelitian

menyebutkan bahwa madu dan aloe vera juga efektif dalam menjaga

kesehatan mulut. Jadi bahan manakah yang lebih efektif dalam menjaga

kesehatan mulut pasien?

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah

penelitian tentang “perbandingan efektivitas penggunaan madu, aloe

vera dan chlorhexidine terhadap status kesehatan mulut pasien

dengan penurunan kesadaran di Unit Perawatan Intensif Anak

RSUD Arifin Achmad Tahun 2021”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan efektifitas penggunaan madu, aloe vera

dan chlorhexidine terhadap status kesehatan mulut pasien dengan

6
penurunan kesadaran di Unit Perawatan Intensif Anak RSUD

Arifin Achmad tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran status kesehatan mulut pasien penurunan

kesadaran di Unit Perawatan Intensif Anak

2. Mengetahui efektivitas penggunaan chlorhexidine 0,2%

terhadap status kesehatan mulut pasien dengan penurunan

kesadaran di Unit Perawatan Intensif Anak RSUD Arifin

Achmad

3. Mengetahui efektivitas penggunaan madu terhadap status

kesehatan mulut pasien dengan penurunan kesadaran di Unit

Perawatan Intensif Anak RSUD Arifin Achmad.

4. Mengetahui efektivitas penggunaan aloe vera terhadap status

kesehatan mulut pasien dengan penurunan kesadaran di Unit

Perawatan Intensif Anak RSUD Arifin Achmad.

5. Mengetahui perbandingan efektivitas penggunaan chlorhexidine,

madu dan aloe vera terhadap status kesehatan mulut pasien

dengan penurunan kesadaran di Unit Perawatan Intensif Anak

RSUD Arifin Achmad.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1. Perawat Unit Perawatan Intensif Anak

7
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tentang keefektifan

penggunaan madu, aloe vera dan chlorhexidine dalam perawatan mulut

pasien yang mengalami penurunan kesadaran

2. Institusi Pelayanan

Penelitian ini bisa menjadi acuan dalam membuat kebijakan baru

mengenai penggunaan madu, aloe vera dan chlorhexidine dalam

perawatan mulut pasien

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan, dan

informasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai perawatan mulut

dengan chlorhexidine, madu dan aloe vera terhadap angka kejadian

VAP.

8
PROPOSAL RENCANA PENELITIAN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MADU, ALOE VERA

DAN CHLORHEXIDINE TERHADAP STATUS KESEHATAN MULUT

PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN DI UNIT

PERAWATAN INTENSIF ANAK RSUD ARIFIN ACHMAD

2021

DISUSUN OLEH:

NS. DESI ANGGRAINI, S.KEP

RSUD ARIFIN ACHMAD

2021

9
Perihal: Permohonan Penelitian

Kepada

Yth. Bapak Direktur RSUD Arifin Achmad

Di Tempat

Dengan Hormat,

Berdasarkan Nota Dinas Nomor 010/DIKLIT-RSUD/72 tentang penyampaian

usulan proporsal penelitian mandiri tahun 2021, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Ns. Desi Anggraini, S.Kep

NIP : 198612232015032004

Jabatan : Perawat Pelaksana

Unit Kerja : Pediatric Intensive Care Unit (PICU)

Bermaksud mengajukan permohonan proposal penelitian dengan judul

“Perbandingan Efektifitas Penggunaan Madu, Aloe Vera dan Chlorhexidine

terhadap Status Kesehatan Mulut Pasien dengan Penurunan Kesadaran di

Unit Perawatan Intensif Anak RSUD Arifin Achmad”

Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, Mei 2021

Hormat Saya

Ns. Desi Anggraini, S.kep

10
11

Anda mungkin juga menyukai