Anda di halaman 1dari 8

PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

PADA PASIEN DENGAN ALAT BANTU

Pokok Bahasan 1.
Konsep Personal Hygiene

A. Definisi
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani personal yang artinya perorangan dan
hygiene berarti sehat. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2004), kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahtaraan fisik dan psikis. Personal hygiene merupakan perawatan
diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun
psikologis (Aziz Alimul H, 2006). Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa personal hygiene merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh
anggota tubuh yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.
Higiene adalah ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
Higiene personal adalah perawatan diri dengan cara melakukan beberapa fungsi seperti
mandi, toileting, higiene tubuh umum, dan berhias. Higiene adalah persoalan yang sangat
pribadi dan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk nilai-nilai dan praktik individual.
Higiene meliputi perawatan kulit, rambut, kuku, gigi, rongga mulut dan hidung, mata,
telinga, dan area perineum-genital.

B. Tujuan Personal Hygiene


Tujuan dari personal hygiene adalah:
a. Menurunkan resiko infeksi VAP dan resiko faktor penyebab Infeksi VAP
b. Meningkatkan kenyamanan pasien
c. Memelihara kebersihan diri
d. Memperbaiki personal hygiene
e. Pencegahan penyakit

Pemeliharaan higiene perseorangan diperlukan mencegah resiko terjadinya infeksi VAP


dan perkembangan mikroorganisme flora normal di rongga mulut. Meningkatkan
kenyamanan, keamanan, dan kesehatan individu. Seperti pada orang sehat mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik
memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin. Selain itu,
beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik higiene klien. Perawat
menentukan kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dan memberikan
perawatan hygiene menrut kebutuhan dan pilihan klien. Di lingkungan rumah, perawat
membantu klien dan anggota keluarga beradaptasi teknik dan pendekatan hygiene. Ketika
memberikan perawatan kesehatan rutin, perawat mengkaji status fisik dan emosional
klien, dan mengimplementasi proses perawatan bagi kesehatan total klien. Misalnya,
pengkajian lengkap tentang integumen dapat dilakukan selama klien mandi dan perawat
mengkaji tingkat psikososial klien juga.

3. Dampak yang Timbul pada Masalah Personal Hygiene


Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Tarwoto & Wartonah, 2004)
meliputi:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpelihara
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

Pokok Bahasan 2

1. Oral Hygiene

Mulut merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila tidak
dibersihkan dengan sempurna, sisa makanan yang terselip bersama bakteri akan tetap
melekat pada gigi kita dan akan bertambah banyak dan membentuk koloni yang disebut
plak, yaitu lapisan film tipis, lengket dan tidak berwarna. Plak merupakan tempat
pertumbuhan ideal bagi bakteri yang dapat memproduksi asam. Jika tidak disingkirkan
dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut akhirnya akan menghancurkan email
gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang.
Pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut, sebagai
akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak.
Masalah ini dapat meningkat akibat penyakit atau medikasi yang digunakan pasien.
Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan mulut
pasien. Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan
kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut
membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok
membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan
mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk
adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. Hygiene mulut yang baik
memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan.

Selain itu plak ini juga berpengaruh terhadap kesehatan jaringan pendukung gigi seperti
gusi dan tulang pendukungnya. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang menempel pada plak
di atas permukaan gigi dan di atas garis gusi. Kuman-kuman pada plak menghasilkan
racun yang merangsang gusi sehingga terjadi radang gusi, dan gusi menjadi mudah
berdarah.
Bila dibiarkan, keadaan ini dapat menjadi lebih buruk dengan bergeraknya gusi dari
perlekatannya dengan gigi, sehingga mempengaruhi tulang pendukung dan ligamen
(jaringan pengikat) sekitarnya dan menyebabkan tanggalnya gigi.
engkajian perawat tentang bibir, gigi, mukosa buccal, gusi, langit-langit dan lidah klien.
Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna,hidrasi,tekstur,dan
lukannya. Klien yang tidak mengikuti praktik hygiene mulut yang teratur akan mengalami
penurunan jaringan gusi,gusiyang meradang,gigi yang hitam (khususnya sepanjang
margin gusi),karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis. Rasa sakit yang dilokalisasi adalah
gejala umum dari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan
organisme seperti treponeme pallidum, neisseria gonorrhoeae, dan hominis virus herpes.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi atau
kemoterapi,sangat penting mungumpulkan data dasr mengenai keadaan rongga mult
klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk perwatan preventif bagi klien saat mereka
melewati pengobatan ( Greifzu Radjeski, Winnick, 1990).
Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan aktual atau potensial dalam
integritas struktur mulut. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dapat merefleksikan
masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga
menunjukkan kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena defisit perawatan-
diri. Identifikai diagnosa yang akurat memerlukan seleksi faktor yang berhubungan yang
menyebabkan masalah klien. Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi,
misalnya, akan memerlukan intervensi berbeda dari pada kerusakan mukosa akibat
penempatan selang andotrakea.
Oral hygiene sangat penting untuk keberlangsungan untuk mencegah dari pneumonia
pada saat pasien di ruang perawatan. Oral Hygiene sangat efektif untuk mencegah
colonisasi kuman pathogen yang mana sangat berperan terjadinya infeksi pneumonia
sekunder. Flora normal dalam pasien kritis berbeda dengan orang yang sehat secara
individu baik dari isi organisme dan juga kemungkinan penyebab pneumonia. Dalam
waktu 48 jam setelah dirawat, komposisi dari flora normal di pharyngeal pasien kritis
berubah menjadi gram positive streptococcus dan pathogen dental menjaddi predominan
dari gram negative organisme, merupakan penyebab terjadinya Ventilator Acquired
Pneumonia (VAP). Saliva juga merupakan lingkungan yang berbeda pasa saat pasien di
rawat ruangan kritis. Produksi dari saliva adalah esensi untuk menjaga kebersihan mulut
dan kelembapan.

2. Tujuan Oral hygiene


Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut
utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan
melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan
daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu
melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.

Jenis-jenis perawatan pasien intensif

Perawatan mata, hidung, dan telinga


Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien
mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena
secara terus – menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah
masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan
pembersihan. Namun, pasien dengan serumen yang terlalu banyak telinganya perlu
dibersihlkan baik mandiri pasien atau dilakukan oeh perawat dan keluarga. Hygiene
telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul
pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi
sebagai indera penciuman, memantau temperature dan kelembapan udara yang dihirup,
serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan. Pasien yang
memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga
untuk melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga. Tujuan perawatan mata, hidung,
dan telinga adalah pasien akan memiliki organ sensorik yang berfungsi normal, mata,
hidung, dan telinga pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan
perawatan mata, hidung, dan telinga sehari – hari.

Perawatan rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan
mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut seharisehari. Menyikat,
menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola
rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress
emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat
mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki
fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan
diri dapat diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat
memelihara perawatan rambut sehari – hari. Pasien immobilisasi rambutnya cenderung
terlihat kusut. Menyikat, menyisir, dan bersampo merupakan dasar higyene rambut untuk
semua pasien. Pasien juga harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. Pasien
yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara perawatan
rambut sehari – hari. Sedangkan pada pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi
memerlukan bantuan perawat atau keluarga pasien dalam melakukan higyene rambut.
Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit kepala yang
bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat
berpartisifasi dalam melakukan praktik perawatan rambut.

Perawatan kaki dan kuku


kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan
cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku
sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh
melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.
Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan
perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang
lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan
metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.

Perawatan genitalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang paling butuh
perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi.
Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya
sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia, terutama
pada pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika memiliki perawat yang
sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada saat memberikan perawatan
genitalia. Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi,
mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta
mempertahankan personal higiene.

Pokok Bahasan 3
3.1 Prosedur Oral Hygiene pada pasien dengan terpasang ventilator
1. Persiapan Alat
- Larutan antiseptic
- Spatula lidah dengan bantalan
- Handuk wajah
- Brus gigi
- Baskom
- Gelas air dengan air dingin
- Spuit
- Kateter hisap
- Sarung tangan

2. Persiapan pasien dan pelaksanaan Oral Hygiene pada pasien dengan terpasang
Ventilator

No. Kegaiatan
1 Melakukan set persiapan alat
2 Posisikan kepala pasien sisi tempat tidur dan dalam posisi semi-fowler
3 Mendukung endotrakealtube dan tubing sesuai kebutuhan
4 Dengan menggunakan tongue spatel untuk menginspeksi mulut pasien
5 Sediakan suksion sesuai kebutuhan, untuk pasien dengan intubasi untuk mengeluarkan
secret dari orofaringeal dan pindahkan kebawah tube dan set untuk top dari cuff
6 Sikat gigi menggunakan sikat gigi dan air seperlunya dan antiseptic yang diperlukan
7 Sikat denga benar untuk membersihkan gigi
8 Menggerakkan oral tube ke sisi yang lain dari mulut
9 Menggunakan suksion untuk menyeka dan kebersihan gigi dan rongganya jika terjadi
ketidaknyamanan dan perdarahan
10 Letakkan penyikat tegak lurus untuk gusi belakang, lakukan dengan baik dan dilakukan
kurang lebih 1 sampai 2 menit
11 Memutar kapas dengan rotasi untuk menghilangkan mucus dalam rongga mulut
Patikan kembali tempat endotrakealtube
12 Berikan moisturizer di sekitar mulut dan lipgloss pada bibir pasien jika diperlukan
13 Mengembalikan posisi nyaman pasien

1.2 Prosedur kebersihan Perineum


Tujuan prosedur tindakan :
- Menjaga kebersihan
- Mencegah infeksi
- Memberikan rasa nyaman

Prosedur pelaksanaan
Persiapan alat :
- Kapas desinfektan/kapas sublimate ditempatnya
- pinset
- Sarung tangan
- Pengelas
- Kapas cebok berisi air atau larutan sublimat sesuai dengan kebutuhan
- Sampiran
- Nierbekken
Pelaksanaan :
1. Bawa alat ke dekat pasien
2. Tutup jendela dan pasang sampiran
3. Cuci tangan
4. Pakaian bawah dikeataskan atau dibuka
5. Alas dan pasu najis dipasang dibawah bokong pasien
6. Tangan kiri membuka vulva dengan kapas desinfektan atau sarung tangan, tangan
kanan menyiram menyiram dengan air atau larutan sublimat
7. Kapas desinfektan diambil dengan pinset lalu bersihkan vulva dari atas kebawah,
kapas kotor dibuang kedalam bengkok lakukan sampai bersih
8. Pasu najis diangkat
9. Setelah selesai, pasien dirapikan dan alat-alat dibereskan
10. Cuci tangan
DAFTAR PUSTAKA

 Morton PG. et all. (2005). Critical Care Nursing a Holistic Approach. 8th ed.
Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.

 Kementerian Kesehatan, (2010) Standar Pelayanan Keperawatan ICU. Direktorat


Bina Pelayanan Keperawatan Dirjend Bina Pelayanan Medik Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

 Munro CL, Grap MJ. Oral Health and care in the intensive care unit.: state oh
science. Am journal of crirtical care 2004 Ja : 13 (1): 25-33

 Marino Paul (2007) The ICU Book Lippicot Williams & Wilkins

 Perry, potter. 2006. Fundamental keprawatan: konsep,proses, dan


praktik. Jakarta: EGC.

 Kozier, Erb. 2009. Buku ajar praktik keprawatan klinis: ed 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai