Refleks pupil
- Reaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri)
- Ukuran pupil (kanan dan kiri; 2-6mm)
- Dilatasi pupil dapat disebabkan oleh : stress/takut, cedera neurologis penggunaan
atropta, adrenalin, dan kokain. Dilatasi pupil pada pasien yang menggunakan respirator
dapat terjadi akibat hipoksia cerebral.
- Kontraksi pupil dapat disebabkan oleh kerusakan batang otak, penggunaan narkotik,
heroin.
4. B 4 : Bladder (Perkemihan – Eliminasi Uri/Genitourinaria)
- Kateter urin
- Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine.
- Normal produksi urine = ½ - 1 CC/ Kg BB / jam
- Gangguan Sistem Perkencingan
Inkontinensia urine (besar)
Retensi urine
Kencing menetes
Kandung kencing penuh
Infeksi
Gagal ginjal akut (ischemik)
Produksi urine menurun
BUN,S. creat meningkat
Gangguan fungsi hormon (AH menurun)
Produksi urine meningkat > 200cc / jam
Berat jenis urine menurun
SKORING
Sistem klasifikasi ASA dikembangkan pada tahun 1941 oleh Meyer Saklad atas permintaan
ASA. Klasifikasi ini digunakan untuk mengukur risiko yang terkait dengan anestesi dan
pembedahan. Sistem klasifikasi ini hanya didasarkan dari riwayat medis pasien. Selain itu
klasifikasi ASA memberikan deskripsi yang mudah yang menunjukkan status fisik pasien
yang berhubungan dengan indikasi apakah tindakan bedah harus dilakukan segera / cito atau
elektif.1,2
ASA I Pasien sehat tanpa penyakit organik, biokimia atau psikiatri
ASA II Pasien dengan penyakit sistemik ringan. Contohnya asma ringan atau
hipertensi yang terkontrol baik. Tidak mengganggu aktivitas sehari – hari.
Mungkin dapat menggangu pada saat anestesi dan pembedahan
ASA III Penyakit sistemik berat atau signifikan yang membatasi aktivitas normal.
Contohnya gagal ginjal yang mendapat terapi dialisis atau penyakit jantung
kongesti. Mengganggu aktivitas secara signifikan dan kemungkinan besar
mengganggu anestesi dan pembedahan
ASA IV Penyakit sistemik berat yang membutuhkan terapi terus menerus atau
membutuhakan terapi intensif. Contohnya infark miokardial akut, gagal
nafas yang membutuhkan ventilasi. Sangat mengganggu aktivitas dan
memiliki dampak besar dalam anestesi dan pembedahan
ASA V Pasien yang hampir mati dalam 24 jam ke depan dengan atau tanpa
pembedahan
ASA VI Donor organ
A. Mallampati
Dalam menghindari kesulitan intubasi, maka penatalaksanaan dan persiapan preoperasi harus
tepat. Identifikasi pasien yang potensial diduga akan terjadi kesulitan dalam melakukan
intubasi harus dilakukan, untuk menentukan tindakan atau teknik anestesi yang tepat harus
dilakukan.2
Salah satu penilaian klinik yang dapat dilakukan untuk menilai kemungkinan terjadinya
kesulitan intubasi adalah tes mallampati. Tes ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk
membuka mulut semaksimal mungkin yang dapat dilakukan disertai dengan lidah yang
dijulurkan, dan pada saat itu kita melihat daerah faring bagian posterior. Tes Mallampati
bertujuan untuk mengukur besarnya lidah di dalam rongga mulut, Apabila saat tes mallampati
ditemukan ukuran lidah yang besar yang menutupi struktur faring atau bagian posterior faring
tidak dapat terlihat, maka kemungkinan nantinya akan terjadi kesulitan intubasi.2,3
Gambar 1, Faring posterior pada tes mallampati (dikutip dari daftar pustaka nomor 4)
Kelas 1 Palatum durum, palatum molle, uvula dan kedua pilar faring terlihat
Kelas 2 Palatum durum, palatum molle, Sebagian uvula dan bagian atas kedua pilar
terlihat
Kelas 3 Hanya palatum durum, palatum molle dan dasar uvula yang terlihat
Kelas 4 Hanya palatum durum yang terlihat
B. Bromage Score
Pengukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur blok motor adalah bromage skor.
Pada Skala ini intensitas blok motorik dinilai dengan kemampuan pasien untuk menggerakan
ekstremitas bawah. Skor ini terdiri dari empat tingkatan, apabila didapatkan skor sama atau
kurang dari dua maka pasien dapat segera dipindahkan dari ruang pemulihan.14
Skala Deskripsi
0 Tungkai dan kaki dapat bergerak bebas
1 Hanya dapat memfleksikan lutut dan kaki dapat bergerak bebas
2 Tidak dapat memfleksikan lutut dan kaki dapat bergerak bebas
3 Tidak dapat menggerakkan tungaki dan kaki
Tabel 7, Bromage Score (dikutip dari daftar pustaka nomor 14)
Gambar 2, Bromage Score (dikutip dari daftar pustaka nomor 15)
C. Stewart Score
Stewart score Merupakan skor yang digunakan dalam penilaian postoperative pasien – pasien
anak dengan general anestesi. Stewart score memiliki tiga variabel antara lain: kesadaran,
respirasi, dan aktivitas motorik. Pasien boleh meninggalkan ruang pemulihan apabila jumlah
skor sama atau lebih dari lima.16
Kriteria Skala
Kesadaran :
- Bangun 2
- Ada respon terhadap rangsang 1
- Tidak ada respon 0
Respirasi :
- Batuk atau menangis 2
- Berusaha bernapas 1
- Perlu bantuan bernapas 0
Aktivitas motorik :
- Gerakan bertujuan 2
- Gerakan tanpa tujuan 1
- Tidak bergerak 0
DIFFICULT AIRWAY
Difficult airway / Kesulitan Jalan Napas: Menurut The American Society of Anesthesiology
adalah adanya faktor-faktor klinis yang menyulitkan baik ventilasi dengan masker atau intubasi
dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dan terampil.
DIFFICULT VENTILATION
Difficult Ventilation / Kesulitan Ventilasi: Menurut The American Society of Anesthesiology
adalah ketidakmampuan dari ahli anestesi yang berpengalaman untuk menjaga SO2 > 90 % saat
ventilasi dengan menggunakan masker wajah, dan O2 inspirasi 100%, dengan ketentuan bahwa
tingkat saturasi oksigen ventilasi pra masih dalam batas normal.
Dua factors positif (+) Kemungkinan tinggi difficult mask ventilation (DMV) (sensitivity, 0.72;
specificity, 0.73)
Magboul Difficult Mask Ventilation (DMV) Prediction Score
Prediksi Score = Mendekati positf 5 (+5) maka kemungkinan adanya Difficult Mask Ventilation
(DMV)
DIFFICULT INTUBATION
Difficult intubation / Kesulitan Intubasi: Menurut The American Society of Anesthesiology
adalah dibutukkannya > 3 kali usaha intubasi atau usaha intubasi yang terakhir > 10 menit.
M = Mallampati
• Class I = Visualisasi soft palate, fauces, uvula, pilar anterior dan posterior.
• Class II = Visualisasi soft palate, fauces and uvula
• Class III = Visualisasi soft palate dan base of the uvula
• Class IV = Semua soft palate tidak terlihat
Skala nyeri ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Skala nyeri ini simple dan mudah
untuk menilai skor nyeri tersebut dalam banyak kasus. Meskipun demikian, metode VRS, VAS
dan NRS, tidak dapat digunakan pada semua pasien karena skala tersebut tidak efektif digunakan
pada pasien yang memiliki gangguan kognitif ataupun motorik, pasien yang tidak responsif
(seperti injuri), anak usia muda, dan pasien dengan umur yang tua.
Satu kekurangan skala nyeri ini bahwa nyeri tidak selalu dapat dijelaskan secara akurat
ataupun diukur berdasarkan tingkat keparahannya saja. Untuk menggambarkan nyeri hanya
dalam hal intensitasnya seperti menggambarkan apa yang dapat kita lihat hanya dari segi cahaya
atau gelap, tanpa mempertimbangkan warna, pola, atau tekstur. Sejumlah penelitian telah
dilakukan untuk menentukan kualitas rasa sakit lebih lanjut.