Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf
Tanggal Paraf Paraf Persepto
NO KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI Pencapa Mahasi Persepto r
ian swa r Klinik Akadem
ik
1. Definisi A. Pengkajian
Pneumonia adalah suatu peradangan dimana 1. Wawancara
terdapat konsolidasi yang disebabkan Hal-hal yang perlu dikaji :
pengisian rongga alveoli oleh eksudat ( Askep - Riwayat penyakit
Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak
Pernafasan). bergairah, riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dilakukan di rumah dan penyakit yang menyertai.
dapat disebabkan oleh bermacam-macam -Tanda fisik
sebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot
asing ( Kapita Selekta Kedokteran edisi pernafasan tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil,
kedua). sakit menelan.
Pneumonia adalah peradangan yang -Faktor perkembangan : umum , tingkat perkembangan,
mengenai parenkim paru, distal dari kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan
bronkiolus terminalis yang mencakup mengerti tindakan yang dilakukan.
bronkiolus respiratorius dan alveoli serta -Pengetahuan pasien/ keluarga : pengalaman terkena
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit
gangguan pertukaran gas setempat. ( Ilmu pernafasan dan tindakan yang dilakukan
Penyakit Dalam, Jilid 2 edisi ketiga)
2. Etiologi
Pada masa sekarang terjadi perubahan pola 2. Pemeriksaan fisik
mikroorganisme penyebab ISNBA (Infeksi 2.1 Inspeksi
Saluran Napas Bawah Akut) akibat adanya
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne,
perubahan keadaan pasien seperti gangguan
sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung,
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan a. Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, ditusuk, konstan
dengan inflamasi parenkim keperawatan selama 2 x Rasional :nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat dalam pneumonia, juga dapat
paru. 24 jam diharapkan nyeri timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
ditandai dengan pasien berkurang b. Pantau tanda vital
mengeluh nyeri dada, tampak KH : Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri
meringis, px. Tanda vital : TTV dalam batas c. Berikan tindakan nyaman, misal : relaksasi, pijatan punggung
nadi meningkat (takikardi). normal Rasional : tindakan non analgesikdiberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
Nyeri berkurang ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesic.
d. Kolaborasi dalam pemberian analgesik
Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.
3 Pola napas tak efektif Setelah dilakukan asuhan a. Kaji frekuensi, kedalaman bernapas
berhubungan dengan sekresi keperawatan selama 3 x Rasional : takipnea, pernapasan dangkal sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan
berlebihan sekunder terhadap 24 jam diharapkan pola dinding dada dan atau cairan paru.
infeksi. napas kembali efektif b. Auskultasi bunyi napas
ditandai dengan pasien KH : Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan menunjukkan
mengeluh sulit bernapas, TTV dalam batas akumulasi cairan/sekresi).
tampak sesak, px. Tanda vital normal c. Pantau tanda vital
: respirasi menurun, px. Fisik :
Rasional :abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
penggunaan otot aksesori,
suara pernafasan bronchial.
d. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
NO KOMPETENSI ELEMEN KOMPETENSI Perseptor Perseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
A. Pengertian A. Pengkajian
PPOK adalah penyakit kronik yang 1. Wawancara
ditandai dengan keterbatasan aliran Riwayat kesehatan dahulu :
udara dalam saluran napas yang tidak - Merokok
sepenuhnya reversibel dan biasanya - Terpapar polusi udara
menimbulkan obstruksi. - Infeksi pernafasan
- Pernah menderita tuberkulosa
B. Etiologi - Status sosial ekonomi
Asap rokok Bakteri, Polusi tempat kerja - Pekerjaan : pabrik, industri, dan tambang
(bahan kimia, zat iritan, gas beracun),
- Nutrisi
Indoor Air Pollution atau polusi di
- Stress
dalam ruangan, Polusi di luar ruangan,
- Pernah menderita jantung
seperti gas buang kendaraan bermotor
Riwayat kesehatan keluarga :
dan debu jalanan, Infeksi saluran nafas
- Adanya riwayat keluarga yang menderita PPOK
berulang, Jenis Kelamin
generasi terdahulu
Riwayat kesehatan sekarang :
C. Manifestasi Klinik :
“gejala PPOK tergantung dari area manayang
Denyut jantung abnormal
mengalami gangguan”
Sesak napas
a. Emfisema :
Henti nafas atau nafas tidak teratur
- Dipsnea saat melakukan aktivitas dengan atau
dalam aktivitas sehari-hari.
tanpa batuk.
Kulit, bibir atau kku menjadi biru.
- Hiperinflasi paru dengan berkurangnya ekspansi
Batuk menahun, atau disebut juga dada saat inspirasi.
'batuk perokok' (smoker cough)
- Berat badan menurun atau tampak kurus.
Batuk berdahak (batuk produktif)
- Warna kulit tampak pucat.
Riwayat merokok atau bekas
b. Bronkitis kronis :
c. Rehabilitasi Medik
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penuruna
ventilasi dan sumbatan mucus
Bersihan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hipersekresi
Intoleransi aktifitas b/d oksigenasi yang tidak adekuat.
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan asuhan Mandiri :
penurunan ventilasi atau keperawatan selama 3 x 1. Bantu Klien ke posisi Fowler tinggi.
sumbatan mukus. 24 jam diharapkan R/ Posisi tegak memungkinkn pengembangan paru penuh dan meningkatkan
gangguan pertukaran gas pertukaran udara.
membaik 2. Monitor secara teratur laju dan pola respirasi klien, oksimetri nadi, hasil AGD, serta
KH : manifestasi hipoksia dan hiperkapnia. Laporkan segera perubahan yang signifikan atau
TTV dalam batas jika klien tidak merespon.
normal R/ Pengenalan yang segera dari fungsi napas yang menurun dapat mengurangi tingkat
Tidak sesak kematian.
Tidak gelisah
Kolaborasi :
Nilai AGD dalam
3. Berikan terapi oksigen aliran rendah (1 – 3 L/menit pada FiO224% hingga 31%) sesuai
batas normal
kebutuhan dengan nasal kanul atau masker venture aliran rendah.
R/ Oksigen memperbaiki adanya hipoksemia.
4. Berikan bronkodilator sesuai perintah. Monitor efek sampingnya.
R/ Bronkodilator akan merelaksasikan otot polos bronkus, membantu aliran udara.
Efek samping yang umum adalah tremor, takikardi dan disritmia jantung lainnya.
5. Berhati-hati ketika memberikan opioid, sedative, dan penenang.
R/ Obat-obatan ini merupakan penekan system pernapasan dan dapat makin
mengganggu pernapasan.
Kolaborasi
6. Berikan bronkodilator
Kolaborasi :
6. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan saat aktivitas.
R/ Suplementasi oksigen mengurangi hipoksemia yang dipicu latihan, sehingga
memperbaiki toleransi aktivitas.
4 Gangguan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan asuhan Mandiri :
kebutuhan tubuh b.d intake keperawatan selama 3 x 24 1. Bantu klien dengan perawatan mulut sebelum makan dan jika diperlukan.
Kolaborasi :
7. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk membuat pilihan makanan yang mengurangi
produksi dari karbon dioksida.
R/ Klien dengan retensi karbon dioksida emndapatkan keuntungan dari makanan yang
tidak memproduksi CO2 berlebihan.
8. Sarankan metode untuk membuat proses penyiapan makan lebih nyaman.
R/ Mengeluarkan pengeluaran energy untuk persiapan makanan akan memaksimalkan
energy yang ada untuk proses makan.
Nama Mahasiswa :
NPM :
Diagnosa Keperawatan
Nurarif & Kusuma dalam NANDA NIC-NOC, (2015) memaparkan bahwa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan asma, adalah sebagai berikut :
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Intervensi
. Keperawatan Tujaun/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Independen
pola nafas keperawatan selama 1x24
berhubungan jam diharapkan pola napas 1) Kaji frekuensi nafas, kedalaman 1. Kecepatan biasanya meningkat, kedalaman
dengan keletihan klien kembali efektif. pernafasan dan ekspansi dada pernafasan bervariasi tergantung derajat asma
otot pernapasan Dengan kriteria hasil : 2) adanya bunyi nafas 2. Ronkhi dan mengi menyertai obstruksi jalan
dan deformitas 3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah nafas
- Klien tidak mengeluh
dinding dada.
sesak posisi 3. Memungkinkan ekspansi paru dan
- RR 16-20 x/menit 4) Kolaborasi pemberian oksigen memudahkan pernafasan
- Wajah rileks tambahan 4. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan
- Tidak ada penggunaan 5) Kolaborasi pemberian obat kerja nafas
otot bantu napas Bronkodilator golongan B2, Nebulizer 5. Pemberian bronkodilator via inhalasi akan
(via inhalasi) dg golongan terbutaline langsung menuju area bronkus yg mengalamin
0,25 mg, fenoterol HBr 0,1% solution,
spasme shg lebih cepat berdilatasi
orciprenaline sulfur 0,75 mg.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji warna, kekentalan, dan jumlah 1. Kecepatan biasanya meningkat, kedalaman
bersihan jalan keperawatan selama 3x24 sputum pernafasan bervariasitergantung derajat asma
napas jam diharaapkan Jalan
2. Atur posisi semi flowler Karakteristik sputum dpt menunjukkan berat
berhubungan napas klien bersih dan
dengan mucus 3. Ajarkan cara batuk efektif ringannya obstruksi.
SUMBER :
Hood Alsagaf & Abdul Mukty. (2010). Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya. Airlangga University pres.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern (2012). Buku saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Nurarif, A. H. & Hardhi K. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa media dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
Jogja.
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Pencapaian Mahasiswa
Perceptor Perceptor
Lahan Institusi
Asuhan keperawatan pada pasien dengan . KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Ca Paru. a.Pengkajian
A. Pengertian Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan
Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis
fisik merupakan kunci untuk diagnosis tepat.
paru-paru, pada umumnya berupa lapisan sel
Keluhan dan gejala klinis permulaan
yang terletak pada saluran udara. Dua tipe
merupakan tanda awal penyakit kanker paru.
utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel
Batuk disertai dahak yang banyak dan
kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel
kadang-kadang bercampur darah, sesak nafas
kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini
dengan suara pernafasan nyaring (wheezing),
didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang
nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan
terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80%
anoreksia merupakan keadaan yang
kanker paru-paru merupakan tipe kanker
mendukung. Beberapa faktor yang perlu
paru-paru non-sel kecil. Tiga sub-tipe utama
diperhatikan pada pasien tersangka kanker
dari kanker paru-paru non-sel kecil adalah
paru adalah faktor usia, jenis kelamin,
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa
keniasaan merokok, dan terpapar zat
dan karsinoma sel besar.
karsinogen yang dapat menyebabkan nodul
soliter paru.
Pemeriksaan Fisik :
k pasien dengan kanker paru akan
didapatkan
1. Inspeksi
2. Palpasi
dari paru-paru
4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan
C. Etiologi dengan cara mendengarkan suara yang
Faktor resiko terjadinya Kanker Paru dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
adalah sebagai berikut : menggunakan alat yang disebut dengan
1. Laki-laki, stetoskop. Hal-hal yang didengarkan
2. Usia lebih dari 40 tahun adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan
3. Perokok bising usus.
4. Tinggal/bekerja di lingkungan yang Suara tidak normal yang dapat
mengandung zat karsinogen atau polusi diauskultasi pada nafas adalah :
5. Paparan industri / lingkungan kerja - Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat
tertentu lengket saat saluran-saluran
6. Perempuan perokok pasif
7. Memiliki anggota keluarga dekat yang halus pernafasan mengembang pada
menderita kanker paru (genetic) inspirasi (rales halus, sedang, kasar).
Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
D. Manifestasi Klinis - Ronchi : nada rendah dan sangat kasar
Tanda dan Gejala
Keluhan utama: terdengar baik saat inspirasi maupun saat
1. Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan
putih, dapat juga purulen) lebih dari 3
minggu hilang bila klien batuk. Misalnya pada
2. Batuk darah edema paru.
3. Sesak napas
4. Suara serak - Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiiik”.
5. Nyeri dada yang persisten bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
6. Sulit/sakit menelan
7. Benjolan di pangkal leher ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut,
asma.
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai
sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
F. Penatalaksanaan
6. Perawatan faliatif
Perawatan faliatif, opiat terutama membantu
mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid
membantu mengurangi gejala non spesifik
dan memperbaiki selera makan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Bersihan jalan setelah dilakukan a. Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi a. Pernapasan bising, ronki dan mengi
nafas tidak efektif intervensi napas dan adanya secret menunjukkan tertahannya sekret atau
berhubungan keperawatan selama b. Observasi karakteristik batuk, (misalnya, obstruksi jalan napas
dengan 3 x 24 jam, klien menetap, efektif, tak efektif), juga jumlah b. Karakteristik batuk dapat berubah tergantung
peningkatan menunjukkan dan karakter sputum pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan.
jumlah / viskositas kepatenan jalan c. Berikan pasien O2 Sputum bila ada mungkin banyak, kental,
sekret/sputum. napas. Dengan d. Berikan pasien posisi semifowler (jika berdarah, dan/ atau purulen yang
kriteria hasil : tidak hemaptoe) atau supinasi (jika memerlukan pengobatan lebih lanjut
hemaptoe) c. Mencegah terjadinya hipoksia
- Klien akan e. Lakukan penghisapan bila batuk lemah d. Memaksimalkan ventilasi
menunjukkan bunyi atau ronki tidak hilang dengan upaya e. Penghisapan meningkatkan resiko hipoksia
napas bersih, bebas batuk. Hindari penghisapan ETT dan dan kerusakan mukosa. Penghisapan trakeal
kering / bunyi OTT yang dalam pada klien secara umum kontraindikasi pada klien
tambahan pneunomektomi bila mungkin pneunomektomi untuk menurunkan resiko
- Klien f. Bantu klien dan intruksikan untuk napas rupture jahitan bronchial
mengeluarkan secret dalam dan batuk efektif dengan posisi f. mendorong klien untuk bergerak, batuk lebih
tanpa kesulitab duduk tinggi dan menekan daerah insisi. efektif, dan napas dalam untuk mencegah
g. Kolaborasi penggunakan oksigen kegagalan pernafasan
- Klien menunjukkan humidifikasi / nebulixer ultrasonic. Posisi duduk memkungkinkan eksansi paru
hilangnya dipsnea Berikan cairan tambahan secara IV sesuai maksimal dan penekanan upaya batuk
indikasi membantu untuk memobilisasi / membuang
- Tanda-tanda vital h. Kolaborasi pemberian bronkodilator, sekret
dalam rentang ekspektoran, atau analgesic sesuai g. memberikan hidrasi maksimal membantu
normal indikasi pengenceran secret
h. menghilangkan spasme bronkus untuk
memperbaiki aliran udara, meningkatkan
upaya pengeluarn secret melalui
pengenceran dan penurunan viskositas serta
3. Gangguan setelah dilakukan a. Catat frekuensi, kedalaman pernapasan, a. pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri
pertukaran gas intervensi kesukaran bernapas. Observasi atau sebagai mekanisme kompensi awal
berhubungan keperawatan selama penggunaan otot bantu pernapasan, napas terhadap kerusakan jaringan paru.
dengan 3×24 jam, klien bibir, perubahan kulit / membrane b. Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau
hipoventilasi menunjukkan mukosa, misalnya pucat, sianosis. tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah
perbaikan pertukaran b. Catat ada atau tidak adanya bunyi bukti peningkatan cairan dalam area jaringan
gas. Dengan kriteria tambahan dan adanya bunyi tambahan, sebagai akibat peningkatan permeabilitas
hasil : misalnya krekels, mengi membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah
c. Selidiki perubahan status mental / tingkat bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan
1) Menunjukkan kesadaran nafas sehubungan dengan mukus/ edema
perbaikan ventilasi d. Pertahankan kepatenan jalan napas serta tumor.
dan oksigenisi dengan posisi, penghisapan, dan c. Menunjukkan peningkatan hipoksia atau
adekuat dengan GDA pemberian oksigen sesuai indikasi komplikasi seperti pergeseran mediastinal
dalam rentang e. Pantau AGD, oksimetri nadi. Catat kadar bila disertai dengan takipnea, takikardia,
normal dan bebas Hb deviasi trakea
gejala distress d. obstruksi jalan napas mempengaruhi
pernafasan. ventilasi dan mengganggu pertukaran gas,
memaksimalkan sediaan oksigen untuk
2) Tidak ada pertukaran
sianosis, dan e. penurunan PO2 tau peningkatan PCO2 dapat
dispneu, mampu menunjukkan kebutuhan untuk dukungan
bernafas dengan ventilasi. Kehilangan darah bermakna dapat
mudah. mengakibatkan Penurunan kapasitas
pembawa oksigen
4. Kurang Setelah dilakukan b. Kaji tingkat pengetahuan klien dankeluarga a. Mengetahui tingkat pengetahuan klien dan
pengetahuan intervensi terkait penyakit yang dialami keluarga
mengenai kondisi, keperawatan selama c. Berikan informasi dalam cara yang jelas/ b. Sembuh dari gangguan gagal paru dapat
3) Klien/keluarga
dapat
mengidentifikasi
dengan benar tanda
dan gejala yang
memerlukan
perhatian medik.
SUMBER :
Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4.Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Pencapaian Mahasiswa
Perceptor Perceptor
Lahan Institusi
Asuhan keperawatan pada pasien dengan G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
TB Paru.
1. Anamnese
a. Biodata
A. Pengertian
Nama, umur, kuman TBC menyerang
Tuberkulosis adalah (TB) adalah suatu
semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
penyakit menular yang paling sering
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status
mengenai parenkim paru, biasanya
ekonomi menengah kebawah dan status
yang disebabkan oleh Mycobacterium
kesehatan yang kurang ditunjang dengan
tuberculosis. TB dapat menyebar
padatnya penduduk dan pernah punya
hampir kesetiap bagian tubuh,
riwayat kontak dengan penderita TB patu
termasuk meningen, ginjal, tulang, dan
yang lain.
nodus limfe. Infeksi awal biasanya
b. Keluhan Utama
terjadi dalam 2 sampai 10 minggu
setelah pajanan.pasien kemudian dapat - Keluhan Respiratorik, meliputi batuk,
membentuk penyakit aktif karena
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d secret kental dan mengandung nanah, Fatigue, kemampuan batuk kurang, edema trachea/faring
b. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.
c. Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler, dan edema
bronchial.
d. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d perasaan mual, batuk produktif.
e. Risiko penyebaran infeksi b/d tidak adekuatnya mekanisme pertahanan diri, kerusakan jaringan, malnutrisi, paparan lingkungan,
kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan kuman pathogen.
f. Risiko gangguan harga diri b/d image negative tentang penyakit, perasaan malu.
g. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b/d kurangnya informasi tentang proses dan penatalaksanaan
perawatan di rumah.
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Pencapaian Kompetensi Elemen Kompetensi Perseptor Perseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan A. Pengkajian
gangguan sistem kardiovaskuler : 1. Wawancara
Dekompensasio Kordis Biodata meliputi: Nama, TTL, Umur,
Jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
Pengertian alamat, nomor register, status
Decompensasi cordis atau gagal jantung adalah perkawinan, agama, tanggal masuk
suatu keadaan ketika jantung tidak mampu Rumah Sakit., suku, sumber informasi,
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi lama bekerja, orang terdekat yang dapat
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan vena dihubungi
normal.
a. Keluhan utama
Klasifikasi Keluhan utama yang paling sering
a. Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya menjadi alasan pasien untuk
1) Gagal jantung kiri meminta pertolongan kesehatan
Kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi meliputi dispnea, kelemahan fisik,
atau mengosongkan dengan benar dan dan edema sistemik
dapat lebih lanjut diklasifikasikan
menjadi disfungsi sitolik dan diastolik
b. Riwayat penyakit sekarang
2) Gagal jantung kanan Pengkajian yang di dapat dengan
Kegagalan ventrikel kanan untuk
adanya gejala-gejala kongestif
memompa darah secara adekuat
vaskular pulmonal adalah dyspnea,
3) Gagal jantung kongestif ortopnea, dyspnea nokturnal
Kegagalan ventrikel kanan dan kiri paroksimal, batuk, dan edema
secara bersamaan pulmonal akut. Pada pengkajian
dyspnea (dikarakteristikkan oleh
pernafasan cepat, dangakal, dan
sensasi sulit dalam mendapatkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter pemberian
digoxin
Rasional : meningkatkan kontraksi
miokardium dan memperlambat frekuensi
jantung dengan menurunkan volume
sirkulasi dan tahanan vaskular sistemik dan
kerja ventrikel
- Dispnea pucat).
Kolaborasi
1. Kolaborasi : Implementasi program rehabilitasi
jantung atau aktivitas konsumsi berlebihan.
Rasional : peningkatan bertahap pada aktivitas
menghindari kerja/konsumsi O2 berlebihan,
penjualan dan perbaikan fungsi jantung dibawa
stess.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter pemberian diuretik
Rasional : menurunkan volume plasma dan
menurunkan rentensi cairan di jaringan
sehingga menurunkan terjadinya edema paru.
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Perseptor Perseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan B. Pengkajian
gangguan sirkulasi : 4. Wawancara
Hipertensi a. Biodata meliputi: Nama, Umur,
Jenis kelamin, alamat, pendidikan,
Pengertian pekerjaan, nomor register, status
perkawinan, agama, tanggal masuk
Hipertensi merupakan peningkatan
Rumah Sakit.
tekanan sistolik lebih besar atau sama b. Keluhan utama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan Pasien merasa sering sakit kepala (
diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg pusing)
(Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dapat c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan kepalanya sakit,
didefinisikan sebagai tekanan darah
badanya lemas.
persisten dimana tekanan sistoliknya di d. Riwayat penyakit dahulu Pasien sudah
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 lama menderita hipertensi, dan sering
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi mengeluh sakit kepala, tetapi belum
sampai di rawat di RS.
didefinisikan sebagai tekanan sistolik
e. Riwayat penyakit keluarga
160 mmHg dan tekanan diastolik 90 Pasien mengatakan tidak mempunyai
mmHg. (Smeltzer, 2001). penyakit menular dan hanya
mempunyai penyakit menurun yaitu
hipertensi, keluarga pasien
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua
cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin
(Hematokrit/Hemoglobin):
untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat
7. Penatalaksanaan
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
KOLABORASI
Kriteria Hasil: § Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
§ Tanda Vital dalam rentang normal § Monitor status kardiovaskuler
(Tekanan darah, Nadi, respirasi)
§ Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
§ Dapat mentoleransi aktivitas, tidak
ada kelelahan § Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
Activity Therapy
§ Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
Analgesic Administration
§ Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
§ Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§ Cek riwayat alergi
§ Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
§ Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
§ Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
§ Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
§ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
§ Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
§ Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Page 87 of 347
Logbook Praktik Profesi KMB | FIK UMJ
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology.
3rd edition. Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Nama Mahasiswa :
Nim :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Pencapaian Mahasiswa
Perceptor Perceptor
Lahan Institusi
Asuhan keperawatan pada pasien dengan
Aritmia. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
I. Pengertian Identitas
Gangguan irama jantung atau aritmia Pengkajian mengenai nama ,umur, dan
merupakan komplikasi yang sering terjadi jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit
pada infark miocardium. Aritmia atau gagal jantung alamat menggambarkan
disritmia adalah perubahan pada frekuensi kondisi lingkungan tempat klien berada,
dan irama jantung yang disebabkan oleh status perkawinan, gangguan emosional
konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. yang timbul dapat terjadi penyakit gagal
Aritmia timbul akibat perubahan jantung
elektrofisiologi sel-sel miokardium. 2. Riwayat keperawatan
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi a. Keluhan utama :
sebagai perubahan bentuk potensial aksi - Dispneu, batuk.
yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas - Mudah lelah.
pada iregularitas denyut jantung tapi juga - Denyut jantung cepat.
termasuk kecepatan denyut dan konduksi.
- Edema.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat serangan gagal jantung,
waktu serangan, riwayat pengobatan
yang di lakukan untuk meringankan
gejala penyakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
1. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas : kelelahan umum
b. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi
atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
Aritmia jantung (heart menurun; kulit warna dan kelembaban
arrhythmia)menyebabkan detak jantung
berubah misal pucat, sianosis,
menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau
tidak teratur. Aritmia jantung umumnya berkeringat; edema; haluaran urin
tidak berbahaya. Kebanyakan orang
menruun bila curah jantung menurun
sesekali mengalami detak jantung yang
tidak beraturan kadang menjadi cepat, berat.
kadang melambat. Namun beberapa jenis
c. Integritas ego : perasaan gugup,
aritmia jantung dapat menyebabkan
gangguan kesehatan atau bahkan sampai perasaan terancam, cemas, takut,
mengancam nyawa. Aritmia dan HR
menolak,marah, gelisah, menangis.
abnormal tidak harus terjadi bersamaan.
Aritmia dpt terjadi dengan HR yang d. Makanan/cairan : hilang nafsu
normal, atau dengan HR yang lambat
makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
(disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per
menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR makanan, mual muntah, peryubahan
yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari
berat badan, perubahan kelembaban
100 per menit).
kulit
J. Etiologi
Kelas I B
- Lignocain untuk aritmia ventrikel
akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
- Mexiletine untuk aritmia entrikel
dan VT.
Kelas I C
- Flecainide untuk ventrikel ektopik
dan takikardi.
c. Anti aritmia kelas 2 (beta adrenergik
Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Aritmia adalah sebagai berikut
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidak seimbangan suplai okigen dengan kebutuhan tubuh
3. Nyeri akut berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan berkurang
4. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan kardiac output
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan Tujaun/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Auskultasi nadi apical; kaji Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat
jantung tindakan keperawatan frekuensi, iram jantung istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
berhubungan selama 1x24 jam
kontraktilitas ventrikel.
dengan ; diharapkan curah
2. Catat bunyi jantung dan S1 dan S2 mungkin lemah karena
Perubahan jantung kembali normal
kontraktilitas dengan kriteria hasil : perubahannya menurunnya kerja pompa. Irama Gallop
miokardial/peruba Klien akan
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
han inotropik, Menunjukkan tanda
Perubahan vital dalam batas yang darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat
frekuensi, irama dapat diterima (disritmia menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
dan konduksi terkontrol atau hilang)
2. intoleransi Setelah dilakukan 1. Periksa tanda vital sebelum dan Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
aktivitas tindakan keperawatan segera setelah aktivitas, khususnya aktivitas karena efek obat (vasodilasi),
berhubungan selama 2x24 jam
bila klien menggunakan perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh
dengan Ketidak diharapkan klien mampu
seimbangan suplai memenuhi aktivitas vasodilator,diuretic dan penyekat fungsi jantung.
okigen dengan secara mandiri dengan beta. Penurunan/ketidakmampuan miokardium
kebutuhan tubuh kriteria hasil : Klien
2. Catat respons kardiopulmonal untuk meningkatkan volume sekuncup
akan Berpartisipasi
pada aktivitas yang terhadap aktivitas, catat takikardi, selama aktivitas dpat menyebabkan
diinginkan, memenuhi diritmia, dispnea berkeringat dan peningkatan segera frekuensi jantung dan
perawatan diri sendiri,
pucat. kebutuhan oksigen juga peningkatan
Mencapai peningkatan
toleransi aktivitas yang kelelahan dan kelemahan.
3. Evaluasi peningkatan intoleran
dapat diukur Dapat menunjukkan peningkatan
aktivitas.
dekompensasi jantung daripada kelebihan
4. Bantu dalam pemenuhan
aktivitas.
kebutuhan sehari-hari klien delama
Mengurangi beban kerja jantung
di rumah sakit
5. Kolaborasi dalam program Peningkatan bertahap pada aktivitas
rehabilitasi jantung/aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen
3. Nyeri akut Setelah di lakukan 1. Kaji kondisi nyeri klien 1. Nyeri adalah pengalaman subjektif yang
berhubungan tindakan keperawatan (karakteristik, lokasi, intensitas, tampil dalam variasi respon verbal,
dengan suplai O2 selama 1x24 jam di nonverbal, yang juga bersifat individual
durasi) catat setia respon verbal atau
ke jaringan harapkan nyeri klien sehingga perlu di gambarkan secara rinci
berkurang dapat berkurang dengan nonverbal, perubahan hemodinamik. untuk menentukan intervensi yang tepat.
criteria hasil 2. Berikan lingkungan yang tenang dan
2. Menurunkan rangsanagan eksternal yang
- Mampu mengontrol tunjukan perhatian yang tulus
dapat memperburuk keadaan nyeri yang
nyeri ( tau penyebab kepada klien. terjadi
nyeri, mampu 3. Berikan informasi tentang nyeri, 3. Meningkatkan koping klien dalam
melakukan guidance mengatasi nyeri.
menggunakan seperti penyebab nyeri, berapa lama
teknik akan berlangsung dan antisipasi
nonfarmakologi ketidaknyamanan 4. Membantu menurunkan persepsi respon
4. Ajarkan penggunaan teknik nyeri dengan manipulasi adaptasi fisiologis
untuk mengurangi
tubuh terhadap nyeri
nyeri nonfarmakologis (nafas
- Melaporkan bahwa dalam/perlahan, disstraksi,
5. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
visualisasi, bimbingan imajinasi).
nyeri berkurang
untuk pemakaiaan miokardia dan juga
dengan 5. Kolaborasi dalam pemberian obat-
mengurangi ketidaknyamanan
menggunakan obatan sesuai dengan instruksi
menejemen nyeri dokter.
- Menyatakan rasa
Sumber :
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Mc Closkey, C.J., et all. (2014). Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Nama Mahasiswa :
Nim :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi Pencapaian Mahasiswa
Perceptor Perceptor
Lahan Institusi
1. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
Leukemia DENGAN LEUKEMIA
2
Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan o Pantau intake dan output, hitung dan catat
keperawatan selama … diharapkan
cairan berhubungan dengan tidak terjadi kekurangan cairan. pengeluaran IWL
kehilangan cairan yang o Ukur BJ urin dan Ph urin
Kriteria hasil :
berlebih - Tidak ada tanda-tanda o Timbang berat badan tiap hari
dehidrasi o Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan CRT
- Tidak terjadi syok
o Kaji mual atau demam
- Tidak ada mual muntah
o Anjurkan pasien untuk intake 2500 cc/hari
o Anjurkan pasien oral hygiene dengan
Kolaborasi
o Berikan ivfd. cvc dan elektrolit sesuai indikasi
o Beri medikasi seperti antiemetic.
o Pantau pemeriksaan laboratorium, Hb, Ht,
Leukosit, Trombosit, APTT
o Berikan transfuse PRC/ Trombosit
4 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Kaji ketidakmampuan paien dalam melakukan
berhubungan dengan selama… diharapkan intoleransi aktifitas kegiatan atau aktifitas sehari-hari
perubahan kimia tubuh efek dapat teratasi o Anjurkan klien untuk membuat jadwal aktifitas
kemoterapi, status penyakit, sehari-hari untuk mengukur tingkat kemampuan
malnutrisi, anemia, stress Kriteria hasil : dalam ADL
- Kegiatan yang terukur o Berikan lingkungan yangn aman dan nyaman
- Berpartisipasi dalam kegiatan dalam istirahat, pastikan untuk istirahat dengan
sehari-hari sesuai kemampuan
baik.
- Menunjukan tanda-tanda
fisiologi intoleran (TTV dalam o Anjurkan istirahat sebelum makan
batas normal) o Berikan implementasi dalam menghemat energy
seperti kegiatan bida dilakukan dengan duduk
lebih baik dari pada berdiri
o Berikan makanan yang cukup gizi dengan
kolaborasi ahli gizi
o Kolaborasi dalam pemberian therapy medikasi
sesuai kondisi
o Beri tambahan oksigen
o Berikan transfuse darah sesuai indikasi
5 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Monitor kemungkinan terjadinya perdarahan pada
berhubungan dengan selama… diharapkan tidak terjadi
trombositopenia perdarahan
pasien
o Catat kadar HB dan Ht setelah pasien mengalami
Abnormalitas genetika
Peningkatan Peningkatan
konsumsi kalori konsumsi kalori Penumpukan di Infiltrasi ke organ-
susmsum tulang organ limfoid
trombosit Eritrosit
Neutrophil C Sel neoplastic
V cepat membelah Nyeri Splenomegali,
tulang hepatomegaly,
Eritropeni
Produksi platelet Neutropenia limfodenopati
BB turun malaise
Nyeri
anemia
Resiko
infeksi kelemahan
Pucat
kelelahan Intoleransi
Page 117 of 347 aktivitas Logbook Praktik Profesi KMB | FIK UMJ
DAFTAR PUSTAKA :
Black, J. M & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 Buku 3 Bahasa
Indonesia. Elsevier.
Tjokroprawiro, A., Setiawan, P.B., Effendi, C., Santoso, D., & Soegiarto, G. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam : Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Universitas Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya : Airlangga University Press (AUP).
Yasmara, D. dkk. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC
PPNI. (2016). Standar intervensi keperawatan Indonesia edisi I. Jakarta : DPP PPNI
Nama Mahasiswa :
Nim :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi perceptor preceptor
pencapaian mahasiswa
lahan institusi
1 Asuhan keperawatan pada A. Pengkajian
pasien dengan gangguan 1. Wawancara
perfusi jaringan : anemia Biodata meliputi: Nama, Umur, Jenis
kelamin, alamat, pendidikan,
Pengertian pekerjaan, nomor register, status
Anemia adalah penurunan perkawinan, agama, tanggal masuk
kadar hemoglobin (Hb), Rumah Sakit.
hematokrit atau hitung a. Riwayat kesehatan sekarang :
eritrosit (red cell count) - Keluhan: pusing,
berakibat pada penurunan penglihatan berkunang-
kapasitas pengangkutan kunang, lesu, aktivitas
oksigen oleh darah. kurang, sering ngantuk,
susah konsentrasi, cepat
Etiologi lelah, ikterus, urin berwarna
Anemia bukanlah suatu kuning tua
kesatuan penyakit yang b. Riwayat kesehatan dahulu :
tersendiri (disease entity), - Pernah menderita penyakit
tetapi merupakan gejala kronik (menahun)
berbagai macam penyakit - Terjadi perdarahan hebat
dasar (underlying disease). sebelum mengalami anemia
Pada dasarnya anemia -
disebabkan oleh karena : 1) - Menjalani persalinan
ANEMIA
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Paraf
Keperawatan
1. Ketidak efektifan Setelah dialkukan tindakan Mandiri
perfusi jaringan perifer keperawatan diharapkan 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
berhubungan dengan ketidakefektifan perfusi panas/dingin/tajam/tumpul
penurunan konsentrasi jaringan dapat teratasi, 2. Monitor adanya parentese
Hb dan oksigen ke paru, dengan krteria hasil: 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau
yang ditandai dengan: - Tekanan sistole dan laserasi
Perubahan diastole dalam 4. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
karakteristik kulit rentang yang
Perubahan tekanan diharapkan
darah pada - Tidak ada ortostatik
ekstremitas hipotensi
Nadi arteri lemah - Tidak ada tanda-tanda
Kulit pucat saat peningkatan tekanan
elevasi, dan tidak intrakranial (tidak
kembali saat lebih dari 15 mmHg)
diturunkan
Diskolorasi kulit
Perubahan suhu kulit
Nadi lemah atau
tidak teraba
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
No. Tanggal Paraf
Kompetensi Elemen Kompetensi Perseptor Perseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1. Asuhan Keperawatan pada pasien A. Pengkajian
dengan gangguan pemenuhan 1. Wawancara
kebutuhan cairan dan elektrolit : Biodata meliputi: Nama, Umur,
DHF (Dengue Hemorragic Jenis kelamin, alamat, pendidikan,
Fever) pekerjaan, nomor register, status
perkawinan, agama, tanggal masuk
Pengertian Rumah Sakit.
DHF (Dengue Hemoragic Fever) a. Keluhan utama
Adalah penyakit infeksi yang Klien mengeluh panas secara
disebabkan oleh virus dengue. terus menerus suhu 40⸰C, sakit
kepala, lemah, mual, dan nafsu
Klasifikasi makan menurun, nyeri ulu hati,
Derajat I : demam disertai ruam kulit, nyeri otot atau nyeri
gejala khas dengan uji sendi, petekie atau uji bendung
torniquet positif. positif.
b. Riwayat penyakit sekarang
Derajat II : Demam dan Riwayat kesehatan menunjukan
perdarahan spontan pada adanya sakit kepala, nyeri otot,
umumnya di kulit atau sakit pada waktu menelan,
perdarahan lain lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
4. Hipertermi b.d infeksi virus dengue Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Mandiri
yang ditandai dengan: klien dengan hipertermi diharapkan dapat 1. Monitor suhu sesering mungkin
Kenaikan suhu tubuh diatas teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor IWL
rentang normal Suhu tubuh dalam rentang normal 3. Monitor warna dan suhu kulit
Serangan atau konvulsi Nadi dan RR dalam rentang normal 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
(kejang) Tidak ada perubahan warna kulit dan 5. Selimuti pasien
Kulit kemerahan tidak ada pusing, merasa nyaman 6. Kompres pasien pada lipat paha dan
Pertambahan RR aksila
Takikardi Kolaborasi
Saat disentuh tangan terasa - Berikan anti piretik
hangat - Berikan pengobatan untuk mengatasi
penyebab demam
- Berikan cairan intravena
5. Nyeri akut b.d agen cedera biologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri
yang ditandai dengan : diharapkan nyeri akut dapat teratasi, dengan 7. Lakukan pengkajian nyeri secara
Perubahan tekanan darah kriteria hasil: komprehensif termasuk lokasi,
Perubahan frekwensi jantung - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Perubahan frekwensi nyeri, mampu menggunakan teknik dan faktor presipitasi
pernapasan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) 8. Observasi reaksi nonverbal dari
Sikap melindungi area nyeri - Melaporkan bahwa nyeri berkurang ketidaknyamanan
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi Perseptor Perseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1. Asuhan Keperawatan pada A. Pengkajian
klien dengan gangguan Wawancara
pemenuhan kebutuhan cairan Biodata meliputi: Nama, Umur,
dan elektrolit : Diabetes Jenis kelamin, alamat,
Melitus pendidikan, pekerjaan, nomor
registrasi, status perkawinan,
Diabetes mellitus merupakan agama,tanggal masuk Rumah
sekumpulan gangguan Sakit.
metabolic yang ditandai Riwayat kesehatan terdahulu :
dengan peningkatan kadar Apa anda pernah
glukosa darah (hiperglikemi) menderita DM ?
akibat kerusakan pada skreksi Pada usia berapa anda
insulin, kerja insulin, atau menderita DM ?
keduanya. Apa Anda pernah
memiliki luka yang sulit
Manifestasi pada DM sembuh ?
Poliuria Apa anda pernah
Polidipsia melahirkan janin dengan
Polifagia berat lebih dari 4 kg ?
Keletihan dan (untuk wanita)
Kelelahan Bagaimana pola makan
Sensasi Kesemutan anda sebelum menderita
atau kebas pada DM ?
ekstremitas Apa anda sering
Lesi atau luka yang berolahraga sebelum
sulit sembuh menderita DM ?
Riwayat penyakit keluarga :
Komplikasi Apakah didalam keluarga
Diabetes mellitus bila tidak anda ada yang menderita
ditangani dengan baik akan DM ?
menyebabkan komplikasi pada Siapa dalam keluarga anda
berbagai organ tubuh seperti yang menderita DM ?
mata,ginjal,jantung,pembuluh
darah kaki,saraf, dan lain-lain. B. Pemeriksaan Diagnostik
Gejala :
1. Glukosa darah : meningkat
Obat Hipoglikemik 100-200 mg/dl atau lebih.
1. Sulfonilurea 2. Aseton plasma : positif
Obat golongan secara menyolok.
sulfonylurea bekerja 3. Asam lemak bebas : kadar
dengan cara : lipid dan kolesterol
1) Menstimulasi meningkat.
penglepasan. 4. Osmolaritas serum :
2) Menurunkan meningkat tetapi biasanya
ambang sekresi kurang dari 330 mosm/l
insulin
3) Meningkatkan
sekresi insulin
sebagai akibat
rangsangan glukosa.
2. Biguanid
Preparat yang ada dan
aman dipakai yaitu
metformin.
Sebagai obat tunggal
dianjurkan pada pasien
gemuk (imt 30) untuk
pasien yang lebih (imt
27-30) dapat juga
dikombinasikan dengan
golongan sulfonylurea.
3. Insulin
Indikasi pengobatan
dengan insulin adalah :
a. Semua penderita
DM dari setiap
umur (baik IDDM
maupun NIDDM).
b. Dm yang tidak
berhasil dikelola
dengan
hipoglikemik oral
dosis maksimal.
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS (DM)
Diabetes Tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi
insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi
yang penting.
Diabetes Tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut
lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat
tinggi).
PATHWAY DIABETES MELITUS
Diagnosa Keperawatan :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin/penurunan intake
oral : anoreksia, abnominal pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone stress, epinefrin,
Perencanaan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi
Tujuan :
Klien akan mengkonsumsi secara tepat jumlah kebutuhan kalori atau nutrisi yang di programkan dengan kriteria :
Intervensi :
1. Timbang BB Klien
3. Berikan Insulin
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.
Tujuan : Klien akan mempertahankan integritas kulit tetap utuh dan terhindar dari inteksi dengan kriteria :
Intervensi :
2. Ajarkan Klien Untuk Mencuci Tangan dengan Baik,untuk mempertahankan kebersihan tangan pada saat
melakukan prosedur.
4. Dorong Klien mengkosumsi diet secara adekuat dan intake cairan 3000 ml/hari
HIPERTIROID
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Perceptor Perceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Lahan
1 Asuhan Keperawatan pada Pengkajian
pasien Hipertiroid
1. Anamnesa
Fungsi Kelenjar tiroid a. Wawancara
pada dewasa adalah Biodata meliputi : Nama,
metabolism, Sekresi TH Umur, Jenis Kelamin, alamat,
dimulai dengan Pendidikan, Pekerjaan, no reg.
pelepasan TSH oleh ,status Perkawinan, agama,
kelenjar hipofisis dan tanggal masuk RS.
bergantung pada Riwayat Penyakit Terdahulu :
pasokan iodium dalam Riwayat Penyakit Jantung
jumlah cukup. Riwayat cedera atau
Kelenjar tiroid juga operasi kepala
mengeluarkan Terapi Kemoterapi
kalsitonin, sebuah Penggunaan obat steroid
hormon yang Riwayat Penyakit Keluarga :
mengurangi kadar Penyakit Jantung dan DM.
kalsium yang berlebihan Riwayat Penyakit Sekarang :
didalam darah dengan Apakah ada pembesaran
memperlambat aktivitas di bagian leher
pelepasan kalsium dari Apakah ada perubahan
sel sel tulang, berfungsi pada tingkat energi
sebagai penanda
terjadinya sepsis dan Adakah perubahan pada
dioercayai sebagai bagian tangan dan kaki
perantara respon ditandai dengan adanya
inflamasi. pemebesaran
Apakah merasa kesulitan
Etiologi menelan.
Hipertiroidisme dapat Apakah ada peningkatan
terjadi akibat disfungsi atau penurunan rasa haus
kelenjar tiroid, hipofisis Apakah ada peningkatan
atau hipotalamus. atau penurunan untuk
Peningkatan TSH akibat berkemih
malfungsi kelenjar tiroid Adakah ada perubahan
akan disertai penurunan pada penglihatan
TSH dan TRF karena Adakah perubahan pada
umpan balik TH terhadap warna atau kondisi kulit
pelepasan keduanya. dan rambut (Warna,
Hipertiroidisme akibat kekeringan, berminyak,
malfungsi hipofisis memar)
memberikan gambaran
Apakah merasa kesulitan
kadar TH dan TSH yang untuk tidur
tinggi. TRF akan rendah
Adakah perubahan emosi
karena umpan balik
yang sedang dialami
negative dari HT dan TSH.
(gekisah, cemas,
Hipertiroidisme akan
paranoid)
malfungsi hipotalamus
Adakah perubahan untuk
akan memperlihatkan HT
mengingat atau
yang tinggi disertai TSH
kehilangan kemampuan
dan TH yang berlebihan.
untuk berkonsentrasi.
Apakah ada perubahan
pola menstruasi pada
wanita.
Adakah perubahan pada
tekstur rambut dan kulit
Apakah sering
mengkonsumsi alcohol,
rokok, dan atau sesekali
menggunakan narkoba.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Kaji Keadaan umum
pasien dan tingkat
kesadaran
2. Cek Tanda tanda Vital :
Tekanan Darah (
Sistolik dan Diastolik
meningkat 10 – 15
mmHg)
Pernapasan dan nadi
meningkat
3. Pemeriksaan Sistem tubuh
lainnya :
Kepala dan Rambut.
Inspeksi : Warna kulit,
terdapat lesi atau tidak,
kebersihan dan warna
rambut, bentuk
kesimetrisan kepala.
Palpasi : Oedem,
kelembapan, suhu, tektur,
ada nyeri tekan
Wajah dan Leher
Inspeksi : Warna kulit,
terdapat oedem, bentuk
wajah, bentuk dan ukuran
pupil, warna konjungtiva,
adanya eksofaltamus
(mata melotot) pada satu
atau kedua mata.
Palpasi : Ukuran dan
konsistensi kelenjar tiroid,
Tiroid dapat membesar
pada pasien dengan
penyakit Graves atau
gondok ( Pembesaran
kelenjar tiroid)
Sirkulasi
Palpitasi, nyeri dada
(angina)
Tanda : Disritmia (
Vibrilasi atrium), irama
gallop,murmur,
peningkatan tekanan
darah. Takhikardi saat
istirahat, sirkulasi kolpas,
syok (Krisis tirotoksitisis)
Pernapasan
Gejala : Merasa
kekurangan oksigen,
batuk dengan atau tanpa
sputum purulent
(Tergantung adanya
infeksi atau tidak)
Tanda : Sesak napas,
batuk dengan atau tanpa
purulent (infeksi),
frekuensi pernapasan
meningkat.
Eliminasi
Perubahan pola berkemih
(Polyuria, nocturia) rasa
nyeri/terbakar, kesulitan
untuk berkemih, infeksi
saluran kemih berulang,
nyeri tekan pada
abdomen, diare, urine
encer, pucat, kuning,
polyuria (dapat
berkembang menjadi
oliguria atau anuria jika
terjadi hypovolemia berat
), urine berkabut, bau
busuk (infeksi), bising
usus lemah dan menurun.
Neurosensori
Gejala : Pusing atau
pening, sakit kepala,
kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot
(parastesia), gangguan
penglihatan (eksoftalmus)
Tanda : Disorientasi,
mengantuk, lethargi,
stupor atau koma (tahap
lanjut), gangguan memori
(baru atau masa lalu),
reflex tendon dalam,
aktivitas kejang
Seksualitas
Rabas wanita ( cenderung
infeksi), pada Pria :
Kesulitan orgasme pada
wanita.
4. Pemeriksaan Penunjang
Sumber :
Bare & Suzzane, 2002.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah . Volume 2 (Edisi 8). Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC
Lemone, Priscillia. 2012, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah; Gangguan Integument, Gangguan Endokrin, Gangguan
Gastrointestinal. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic-Noc
(Edisi Revisi Jilid 2). Jogjakarta Mediaction Jogja
PATHWAY
Kalsitonin Meningkat
Tiroidotironin ( T3) Tiroksin (T4) meningkat
Meningkat
Hambatan
Mobilitas Fisik
Kardiovaskuler Hipertermi
Takikardi & Aritmia Resiko Tinggi Penurunan Curah
TD, Nadi Jantung
Gagal Jantung
Retensi Urine
Kelelahan Kerusakan Integritas Kulit
HIPOTIROIDISME
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Tinjauan Teori Asuhan Kompetensi Perceptor Perceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi
1 Asuhan keperawatan pada pasien A. Pengkajian
dengan hipotiroidisme 1. Wawancara
Biodata meliputi : nama, umur, jenis
Hipotiroidisme adalah keadaan kelamin, alamat, pendidikan,
defisiensi hormone tiroid (TH) yang pekerjaan, nomor register, status
menyebabkan metabolism tubuh perkawinan, agama, tanggal masuk
berjalan lambat, penurunan Rumah Sakit.
produksi panas, dan penurunan
konsumsi oksigen. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pernah memiliki penyakit yang
Manifestasi Klinis: sama sebelumnya? Jika iya,
Kardiovaskuler : penurunan pengobatan yang seperti apa ?
HR, SV, dan CO, penurunan Apakah klien pernah mengalami
kebutuhan oksigen penyakit goiter atau gondok ?
miokardium, peningkatan Apakah klien pernah operasi
resistensi vaskuler perifer, tiroid? Jika iya, tahun berapa
kemungkinan hipertensi, pernah dioperasi?
hyperlipidemia, Apakah klien pernah tinggal
hiperkolesrolemia, suara didaerah yang mengalami
jantung jauh. kekurangan iodine?
Gastrointestinal : penurunan
peristaltis, anoreksia, BB Riwayat Kesehatan Keluarga :
meningkat, konstipasi, Apakah ada anggota keluarga yang
penurunan metabolism protein, menderita penyakit yang sama ?
peningkatan lipid
serum,penurunan absorbs Riwayat Kesehatan Sekarang :
glukosa. Sistem pulmonal : hipoventilasi,
Muskuloskletal : gerakan yang efusi pleura, dispnoe.
lambat Sistem pencernaan: anorexia,
Integument: kering, kasar, konstipasi.
bersisik, rambut yang rontok, Sistem kardiovaskuler : bradikardi,
kuku tebal dan rapuh, muka menurun.
tidak ekspresif, edema Sistem msculoskletas : relaksai otot
periorbital, kulit bengkak tebal lambat,
diarea muka dan pretiia Sistem neurologic : berbicara
intoleranasi dingin. lambat, apatis, somnolen,
Neurologi : penurunan reflek depresi,paranoid, ingatan jangka
tendon, kelemahan kesadaran panjang
somnolen, bicara lambat dan Sistem reproduksi : perubahan
tenang, apatis, depresi, ovulsi, anovulasi dan penurunan
paranoid, ingatan jangka libido, impotensi.
pendek terganggu, letargi. Metabolic : penurunan metabolism
Reproduksi : perempuan basal, oenurunan suhu tubuh.
mengalami menoragia, Sistem integument : kulitnya
anovulasi, menstuasi non kering, kasar bersisik, rambut
regular, penurunan libid. Laki- rontok, kuku tebal dan rapuh,
laki erjadi penurunan libido dan edema periorbial leher membesar.
impotensi.
Lainnya : mixedema. Kebiasaan Hidup sehari-hari :
Pola makan : nafsu makan
meningkat, atau menurun.
Pola tidur : klien menghabiskan
banyak tidur
Pola aktivitas : aktivitas apa yang
klien lakukan ?
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan B1 (Breath) ;
Frekuensi pernafasan menurun,
dispneu.
Kardiovaskular B2 (Blood) :
hipertensi, hyperlipidemia,
hiperkolesterolemia, anemia.
Persyarafan B3 (Brain) : bicaranya
lambat dan tenang, ingatan jangka
pendek terganggu, gangguan status
mental danperiak, seperti :
bingung, disorientasi, gelisah,
apatis, depresi, paranoid.
Perekmihan B4 (Bladder) :
menoragia, libido turun, infertile.
Pencernaan B5 (Bowel) : berat
badan meningkat, anoreksia,
penurunan peristaltis, konstipasi,
penurunan metabolisme protein.
Muskuloskletal B6 (Bone) :
gerakan yang lambat.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan kadar T3 dan T4
serum : emnurun.
Pemeriksaan TSH : pada klien
dengan hipotiroidisme primer akan
terjadi peningkatan TSH serum,
sedangkan pada yang sekunder
TSH dapat menurun atau normal.
Low desity lipoprotein (LDL)
meningkat.
BMR (Basal Metabolisme Rate
menurun)
Trigliseride meningkat
Cretainin kinase meningkat
Total kolesterol meningkat
USG atau CT Scan tiroid
menunjukkan ada atau tidaknya
goiter.
X-foto tengkorak menunjukkan
kerusakan hipotalamus atau
hipofisis anterior dan tiroid
skintigrafi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
HIPOTIROID
Kolaborasi :
6. Berikan terapi sesuai instruksi dokter lipotiroid
Rasional : untuk menormalkan kembali kadar hormone
tiroid.
2. Gangguan eliminasi feses : Tujuan : setelah dilakukan tindakan Mandiri :
kostipasi berhubungan keperawatan seama 3x24 jam 1. Dorong peningkatan asupan cairan dalam batas-batas
dengan penurunan fungsi diharapkan fungsi usus klien retriksi cairan.
gastrointestinal kembali normal. Rasional : meminimalkan kehilangan panas.
2. Berikan makanan yang kaya akan serat.
Kriteria Hasil : Rasional : meningkatkan massa feses dan rekuensi buang
BAB klien lancer 1-3 kali perhari. air besar.
3. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-
batas toleransi latihan.
Rasional : meningkatkan evakuasi feses.
4. Monitor fungsi usus klien.
Rasional : memungkinkan deteksi konstipasi dan
pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
5. Ajarkan klien tentang jenis-jenis makanan yang banyak
mengandung air.
Rasional : untuk memudahkan penyerapan makanan di
usus.
Kolaborasi :
6. Pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.
Rasional : untuk mengencerkan feses.
PATOFISIOLOGI
Defisiensi iodium, Penekanan produksi
disfungsi hipofisis, H. Tiroid
disfungsi RH
(Hipotiridisme)
hipotalamus
Defisiensi
pengetahuan Peningkatan kolesterol
Kel. Tiroid a/m besar dan trigliserida
Oklusi pembuluh
Menekan struktur Peningkatan
darah
leher dan dada arteriosklerosis
Gangguan nutrisi
Ketidakefektifan
kurang dari
pola nafas
kebutuhan tubuh
Perubahan suhu
Penurunan Achlohydria
tubuh hipotermi
produksi panas
Penurunan
Kekurangan vit B12 morulitas usus
dan asam folat
Penurunan fungsi
Pembentukan entrosit GI
tidak optimal
KONSTIPASI
Produksi SDM
menurun
ANEMIA Intoleransi
aktivitas
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Perceptor Perceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi
1. Definisi: A. Pengkajian
Rheumatoid arthritis (RA) atau yang biasa 1. Wawancara
disebut rematik merupakan penyakit Biodata meliputi : nama, umur, jenis
inflamasi non bakterial yang bersifat kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
sistemik, progresif, cenderung kronik dan nomor register, status perkawinan,
mengenai sendi serta jaringan ikat sendi agama, tanggal masuk Rumah Sakit.
secara simetris
Riwayat Kesehatan Sekarang:
Manifestasi Klinis: Adanya keluhan sakit dan kekakuan
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi pada tangan atau tungkai
sehingga disebut poli arthritis rhematoid. Perasaan tidak nyaman dalam
Persendian yang paling sering terkena beberapa periode waktu sebelum
adalah sendi tangan, pergelangan tangan, klien mengatahui dan merasakan
sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, adanya perubahan pada sendi
sendi bahu, serta sendi panggul dan Riwayat Kesehatan Dahulu :
biasanya bersifat bilateral/ simetris. Tetapi Pernah memiliki penyakit yang sama
kadang-kadang hanya terjadi pada satu sebelumnya? Jika iya, pengobatan
sendi disebut arthritis rhematoid mono yang seperti apa ?
artikular. Apakah klien mempunyai penyakit
1. Stadium awal yang diderita dahulu
Pada stadium awal terjadi malaise, Apakah klien pernah dirawat
penurunan BB, rasa capek, sedikit demam sebelumnya?
dan anemia. Gejala lokal yang berupa Apakah klien pernah dilakukan
pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak tindakan operasi sebelumnya
pada sendi metakarpofalangeal. Pada Riwayat Kesehatan Keluarga :
pemeriksaan fisik: tenosinofitas pada Apakah ada anggota keluarga yang
daerah ekstensor pergelangan tangan dan menderita penyakit yang sama atau
fleksor jari-jari. Pada sendi besar seperti penyakit lain
sendi lutut, gejala peradangan lokal berupa Kebiasaan Hidup sehari-hari :
pembengkakan, nyeri serta tanda-tanda Apakah ada perubahan dalam aktifitas
efusi sendi. sehari-hari seperti pola makan, pola
tidur, pola eliminasi dari sebelum
sakit dan sesudah sakit.
2. Stadium lanjut Riwayat Psiko-Sosio-Spirtual
Kerusakan sendi dan deformitas yang Bagaimana hubungan klien dengan
bersifat permanen, selanjutnya timbul keluarga, teman, perawat dan tim
ketidakstabilan sendi akibat ruptur kesehatan yang merawat klien
tendo/ligamen yang menyebabkan Bagaimana perasaan klien terhadap
deformitas rhematoid yang khas berupa penyakitnya
deviasi ulnar jari-jari, deviasi radial/volar Bagaimana kegiatan spiritual klien
pergelangan tangan serta valgus lutut dan selama sakit
kaki.
2. Pemeriksaan Fisik
Untuk menegakkan diagnosa digunakan Inspeksi dan palpasi persendian
kriteria diagnosis ACR 1987 dimana untuk untuk masing-masing sisi (bilateral),
mendiagnosis remathoid arthritis amati warna kulit, ukuran,
diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut, dan lembut/tidak kulit dan adanya
kekempat kriteria tersebut harus diderita pembengkakan.
minimal 6 minggu. Lakukan pengukuran passive ROM
Kriteria Diagnosis ACR 1987: pada sendi-sendi sinovial, apakah ada
Kaku pagi hari deviasi, krepitasi, nyeri saat sendi
Kekakuan pada pagi hari pada digerakkan
persendian dan sekitarnya sekurang- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-
kurangnya selama 1 jam sebelum otot skeletal secara bilateral, apakah
perbaikan maksimal. ada atrofi, tonus yang berkurang dan
Arthritis pada 3 daerah persendian atau ukur kekuatan otot
lebih Kaji tingkat nyeri, derajat dan
Pembengkakan jaringan lunak atau mulainya
persendian atau efusi (bukan
pertumbuhan tulang) pada sekurang- 3. Pemeriksaan Penunjang
kurangnya pada 3 sendi secara Faktor Rhematoid: fiksasi lateks,
bersamaan yang diobservasi oleh reaksi aglutinasi
seorang dokter. Laju Endap Darah: umumnya
Arthritis pada persendian tangan meningkat pesat (80-100 mm/jam)
Sekurang-kurangnya terjadi mungkin kembali normal sewaktu
pembengkakan suatu persendian gejala-gejala meningkat.
tangan seperti tertera diatas. Protein C-reaktif: positif selama
Arthritis simetrik masa eksaserbasi
Keterlibatan sendi yang sama (seperti Sel darah Putih: meningkat pada
kriteria yang tertera pada kedua belah waktu timbul proses inflamasi
sisi. Haemoglobin: umumnya
Nodul remathoid menunjukkan anemia sedang
Nodul subcutan pada penonjolan Ig (IgM dan IgG): peningkatan
tulang atau permukaan ekstensor atau besar menunjukkan proses
daerah juksta artikuler yang diobsevasi autoimun sebagai penyebab
oleh seorang dokter remathoid arthritis.
Faktor remathoid serum positif Sinar X dari sendi yang sakit:
Terdapatnya titer abnormal faktor menunjukkan pembengkakan pada
reumatoid serum yang diperiksa jaringan lunak, erosi sendi, dan
dengan cara yang memeberikan hasil osteoporosis dari tulang yang
positif kurang dari 5% kelompok berdekatan dan berkembang
kontrol yang diperiksa. menjadi formasi kista tulang,
Perubahan gambaran radiologis memperkecil jarak sendi dan
Perubahan gambaran radiologis yang subluksasio. Perubahan
khas bagi arthritis remathoid pada osteoartristik yang terjadi secara
pemeriksaan x ray tangan posterior bersamaan.
atau pergelangan tangan yang harus Scan Radionuklida: identifikasi
menunjukkan adanya erosi atau peradangan sinovium
dekalsifikasi tulang yang berlokasi Artroskopi langsung: aspirasi cairan
pada sendi, atau daerah yang sinovial
berdekatan dengan sendi. Biopsi membran sinovial:
menunjukkan perubahan inflamasi
dan perkembangan panas.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan
perubahan patologis oleh remathoid
arthritis
Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
Observasi reaksi non verbal
dari keridaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapetik
Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan perubahan penampilan
tubuh, sendi bengkok, deformitas.
Diskusikan dengan klien
tentang perubahan yang terjadi
akibat penyakit dan
pembedahan
Membantu klien memelihara
tubuh
Membantu klien untuk
menentukan akibat dari
persepsi penampilan tubuhnya
Menentukan apakah perubahan
citra tubuh berkontribusi
dalam isolasi sosial
Berikan dukungan positif pada
klien
Anjurkan keluarga dan teman
memberikan dukungan positif
pada klien.
3. Resiko cedera berhubungan dengan
hilangnya kekuatan otot, atau rasa
nyeri
Hindari jatuh dan terpeleset di
lantai
Ajarkan klien menggunakan
tongkat
Anjurkan klien menggunakan
alas kaki yang tidak mudah
slip
Ciptakan lingkungan yang
aman bagi pasien
Jauhkan objek yang berbahaya
dari lingkungan sekitar
PATHWAY
RHEUMATOID ARTHRITIS
Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada
kartilago artikdians Kartilago nekrosis
Nama Mahasiswa :
NP NPM :
Nama Mahasiswa :
NP NPM :
Nama Mahasiswa :
NP NPM :
Integrasi DNA virus + RNA virus -> DNA Inti virus masuk kedalam
prot. Pada T4 (provirus) sitoplasma
Prot. virus
Tunas virus
Humoral Seluler
Lawan CD 4+ yang
Tidak mengintensikan Penurunan CD 8, penurunan
terinfeksi
system imun aktivitas rangsangan
pembentukan sel B
CD +
Ketidakefektifan pola
Absorbsi air dan nutrisi
napas
menurun
Risiko ketidakseimbangan
elektrolit
2. Patofisiologi APENDIKS
Kerusakan jaringan Pintu masuk kuman Peristaltik usus Depresi sistem respirasi
Ketidakseimbangan
Cortex cerebri nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Glikogenesis &
Retensi bilirubin Bilirubin direk meningkat
glukoneogenesis
Glukosa dalam
Bilirubin direk meningkat
darah berkurang
Keletihan Risiko ketidakstabilan Peningkatan garam Larut dalam air
kadar glukosa darah empedu dalam darah
Intoleransi aktivitas
Perubahan Pruritus Ekskresi kedalam
kenyamanan kemih
Nama Mahasiswa :
NPM :
Nama Mahasiswa :
NPM :
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Glikogenesis &
Retensi bilirubin Bilirubin direk meningkat
glukoneogenesis
Glukosa dalam
Bilirubin direk meningkat
darah berkurang
Keletihan Risiko ketidakstabilan Peningkatan garam Larut dalam air
kadar glukosa darah empedu dalam darah
Intoleransi aktivitas
Perubahan Pruritus Ekskresi kedalam
kenyamanan kemih
Cairan merembes
dari hati dan masuk Risiko gangguan fungsi Bilirubinuria dan
ke rongga abdomen hati kemih bewarna gelap
NAMA :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Preseptor Preseptor
Pencapaian Mahasiswa
Akademik Akademik
Kolaborasi
a. Pertahankan status puasa, masukan/ pertahankan pengisapan NGT
sesuai indikasi
Rasional: membuang sekret gaster yang merangsang pengeluaran
kolesistokinin dan kontraksi kandung empedu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk makanan rendah lemak pada pasien
kolelitiasis.
c. Kolaborasi dengan ahli bedah untuk rencana kolisistektomi laparaskopik
yaitu penngangkatan kantong empedu yang paling umum
direkomendasikan adalah operasi “lubang kunci” atau kolesistektomi
laparaskopik.
d. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi:
Antikoligernik, contoh atropin dan propantelin (Pro-Banthine)
Rasional: menghilangkan refleks spasme/ kontraksi otot halus dan
membantu dalam menghilangkan nyeri
Obat pereda sakit (analgesik) dan pola makan sehat untuk
mengendalikan gejala. Analgesik/ narkotik (meperidine
hydrochloric/ Demerol).
Antispasme dan anti Colinergik (prophantheline bromide/
probanthine) untuk relaksasi otot polos dan menurunkan tonus dan
spasme saluran empedu.
Terapi asam empedu untuk melarutkan batu empedu yang kecil
(chenodiol). Obat asam ursodeoksilat, obat ini mampu melarutkan
batu empedu.
e. Sedatif, contoh fenobarbital
Rasional: membantu klien untuk istirahat dan merilekskan otot polos
serta mengurangi nyeri.
2. Kelebihan volume Setelah dilakukan Mandiri
cairan berhubungan tindakan keperawatan a. Pertahankan intake dan output, catat adanya kelebihan output. Kaji
dengan perubahan selama 3 x 24 jam, membran mukosa/ kulit, pulsasi/ nadi perifer, dan pengisian kapiler.
tekanan darah diharakan kelebihan Rasional: memberikan informasi tentang status cairan/ volume sirkulasi
volume cairan teratasi. dan kebutuhan penggantian
Dengan kriteria hasil : b. Awasi tanda/ gejala peningkatan/ berlanjutnya muntah/ mual, kram
Tidak ada edema abdomen, kelemahan, kejang, kecepatan jantung tak teratur, parastesia,
CRT <2 detik hipoaktif atau tidak adanya bising usus.
Rasional: muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan
pemasukan oral dapat menimbulkan defisit natrium, klorida, dan
kalsium.
c. Motivasi klien untuk banyak minum
Rasional: Klien kurang motivasi untuk minum karena adanya perasaan
mual muntah
d. Hindari dari lingkungan yang berbau
Rasional: Menurunkan rangsangan pada pusat muntah
e. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut
Rasional: Mnurunkan kekeringan membran mukosa, menurunkan
risiko perdarahan oral.
f. Kaji perdarahan yang tak biasanya, contoh perdarahan terus menerus
pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis,
hemotemesis/melena
Rasional: Protombin darah menurun dan waktu koagulasi memenjang
bila aliran empedu terhambat, dan meningkatkan risiko perdarahan/
hemoragi
g. Monitor dan catat perubahan tanda vita yang signifikan
Rasional: Perubahan volume sirkulasi (nadi), TD menurun
mengindikasikan tanda-tanda kekurangan cairan yang mengarah ke
syok hipovolemik
Kolaborasi
a. Berikan antiemetik, contoh proklorperazin (compazine)
Rasional: menurunkan dan mencegah muntah
b. Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K
Rasional: Mempertahankan volume sirkulasi dan mempertahankan
keseimbangan
c. Observasi ulang pemeriksaan laboratorium, contoh Ht/Hb, elektrolit,
Ph, dan waktu pembekuan
Rasional: Membantu dalam menilai volume dalam penentuan tindakan
selanjutnya
3. Perubahan nutrisi; Setelah dilakukan Mandiri
kurang dari tindakan keperawatan a. Kaji adanya distensi abdomen, sering sendawa, berhati-hati, menolak
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam, bergerak.
berhubungan diharapkan nutrisi Rasional: Tanda non verbal ketidak nyamanan berhubungan dengan
dengan peningkatan kurang dari kebutuhan gangguan pencernaan, nyeri perifer
tekanan intra tubuh dapat teratasi. b. Hitung kebutuhan kalori
abdomen, Dengan kriteria hasil : Rasional: Mnegidentifikasikan kekurangan nutrisi/ kebutuhan
peningkatan asam 1. Nutrisi klien c. Diskusikan bersama klien makanan kesukaan, makanan yang
lambung, anoreksia, adekuat memperberat penyakitnya dan siapkan jadwal makanan
mual/muntah. 2. Mual atau Rasional: Melibatkan klien dalam pemcernaan membantu klien
muntah mengontrol makana yang dimakan dan memotivasi klien untuk makan
berkurang d. Anjurkan klien untuk bergerak sesuai indikasi
Rasional: Membantu mengeluarkan flatus dan menurunkan distensi
abdomen.
e. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Memonitor keefektifan rencana diit
f. Ukur lingkar lengan atas
Rasional: Mengindentifikasi terjadinya perubahan stastu nutrisi
g. Motivasi klien untuk makan
Rasional: Memotivasi klien untuk makan karena adanya anoreksia
h. Ciptakan suasana yang menyenangkan saat klien makan
Rasional: Merangsang klien untuk mau makan
i. Libatkan keluarga dalam asupan nutrisi klien
Rasional: Keluarga dapat memotivasi dan memfasilitasi klien untuk
makan
Kolaborasi
a. Mulai dari diit cair rendah lemak setelah selang NGT terpasang
Rasional: Pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung
empedu dan nyeri sehubungan dengan tidak semua lemak dicerna dan
berguna mencegah kekambunhan
b. Berikan garam empedu, contoh Bliron, Zanchol, Decholin
Rasional: Meningkatkan pencernaan dan absorpsi lemak, vitamin larut
dalam lemak, kolesterol. Berguna pada kolesistitis kronik.
c. Antimuntah untuk mengontrol mual dan muntah.
d. Awasi hasil pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, albumin/ protein
serum, kadar transverin
Rasional: Mmberikan informasi tentang kekurangan nutrisi/ keefektifan
terapi. Albumin merupakan salah satu protein serum (53%) yang
berfungsi untuk mempertahankan volme darah dengan menjaga tekanan
osmotik koloid, pH, dan keseimbangan elektrolit serta transpor ion-ion
logam, asam lemak, steroid, dan obat-obatan (Brobeck, 1979)
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Mandiri
berhubungan tindakan keperawatan a. Tingkatkan tirah baring/ duduk serta berikan lingkungan tenang, dengan
dengan gangguan selama 1 x 24 jam membatasi pengunjung sesuai kebutuhan
metabolisme, nyeri diharapkan intoleransi Rasional: Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi
aktivitas dapat teratasi. yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak
diyakini meurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah surkulasi
optimal ke sel hati
b. Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik
Rasional: Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan
pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan
c. Tingkatkan aktivitas susai toleransi, bantu melakukan latihan rentang
gerak sendi pasif/ aktif
Rasional: Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Dapat
terjadi karena keterbatasan aktivitas yang menggangu istirahat,
d. Dorong pengguanaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,
memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
e. Aktivitas hiburan yang tepat, contoh menonton TV, radio, dan mambaca
Rasional: Menunjukkan kurangnya resolusi/ eksaserbasi penyakit,
memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
f. Catat perubahan tingkah laku/ emosi karena penurunan kemampuan
mobilisasi
Rasional: Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian sering
menimbulkan rasa marah, frustasi dan depresi.
PATHWAY KOLELITIASIS
Masuk ke Konjungtiva
dalam Kulit dan mata ikterik
, an anemis
peredaran urine warna gelap
darah
Defisiensibilirubin dalam
saluran pemcernaan
Feses Mual,
seperti muntah
dempul
FORMAT KONTRAK BELAJAR SISTEM PENCERNAAN
ILEUS OBSTRUKSI
NAMA :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Preseptor Preseptor
Pencapaian Mahasiswa
Akademik Akademik
Kolaborasi
a. Pertahankan status puasa, masukan/ pertahankan pengisapan NGT
sesuai indikasi
Rasional: membuang sekret gaster yang merangsang pengeluaran
kolesistokinin dan kontraksi kandung empedu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk makanan rendah lemak pada pasien
kolelitiasis.
c. Kolaborasi dengan ahli bedah untuk rencana kolisistektomi laparaskopik
yaitu penngangkatan kantong empedu yang paling umum
direkomendasikan adalah operasi “lubang kunci” atau kolesistektomi
laparaskopik.
d. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi:
Antikoligernik, contoh atropin dan propantelin (Pro-Banthine)
Rasional: menghilangkan refleks spasme/ kontraksi otot halus dan
membantu dalam menghilangkan nyeri
Obat pereda sakit (analgesik) dan pola makan sehat untuk
mengendalikan gejala. Analgesik/ narkotik (meperidine
hydrochloric/ Demerol).
Antispasme dan anti Colinergik (prophantheline bromide/
probanthine) untuk relaksasi otot polos dan menurunkan tonus dan
spasme saluran empedu.
Terapi asam empedu untuk melarutkan batu empedu yang kecil
(chenodiol). Obat asam ursodeoksilat, obat ini mampu melarutkan
batu empedu.
e. Sedatif, contoh fenobarbital
Rasional: membantu klien untuk istirahat dan merilekskan otot polos
serta mengurangi nyeri.
2. Kelebihan volume Setelah dilakukan Mandiri
cairan berhubungan tindakan keperawatan a. Pertahankan intake dan output, catat adanya kelebihan output. Kaji
dengan perubahan selama 3 x 24 jam, membran mukosa/ kulit, pulsasi/ nadi perifer, dan pengisian kapiler.
tekanan darah diharakan kelebihan Rasional: memberikan informasi tentang status cairan/ volume sirkulasi
volume cairan teratasi. dan kebutuhan penggantian
Dengan kriteria hasil : b. Awasi tanda/ gejala peningkatan/ berlanjutnya muntah/ mual, kram
Tidak ada edema abdomen, kelemahan, kejang, kecepatan jantung tak teratur, parastesia,
CRT <2 detik hipoaktif atau tidak adanya bising usus.
Rasional: muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan
pemasukan oral dapat menimbulkan defisit natrium, klorida, dan
kalsium.
c. Motivasi klien untuk banyak minum
Rasional: Klien kurang motivasi untuk minum karena adanya perasaan
mual muntah
d. Hindari dari lingkungan yang berbau
Rasional: Menurunkan rangsangan pada pusat muntah
e. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut
Rasional: Mnurunkan kekeringan membran mukosa, menurunkan risiko
perdarahan oral.
f. Kaji perdarahan yang tak biasanya, contoh perdarahan terus menerus
pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis,
hemotemesis/melena
Rasional: Protombin darah menurun dan waktu koagulasi memenjang
bila aliran empedu terhambat, dan meningkatkan risiko perdarahan/
hemoragi
g. Monitor dan catat perubahan tanda vita yang signifikan
Rasional: Perubahan volume sirkulasi (nadi), TD menurun
mengindikasikan tanda-tanda kekurangan cairan yang mengarah ke
syok hipovolemik
Kolaborasi
a. Berikan antiemetik, contoh proklorperazin (compazine)
Rasional: menurunkan dan mencegah muntah
b. Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K
Rasional: Mempertahankan volume sirkulasi dan mempertahankan
keseimbangan
c. Observasi ulang pemeriksaan laboratorium, contoh Ht/Hb, elektrolit,
Ph, dan waktu pembekuan
Rasional: Membantu dalam menilai volume dalam penentuan tindakan
selanjutnya
3. Perubahan nutrisi; Setelah dilakukan Mandiri
kurang dari tindakan keperawatan a. Kaji adanya distensi abdomen, sering sendawa, berhati-hati,
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam, menolak bergerak.
berhubungan diharapkan nutrisi Rasional: Tanda non verbal ketidak nyamanan berhubungan dengan
dengan peningkatan kurang dari kebutuhan gangguan pencernaan, nyeri perifer
tekanan intra tubuh dapat teratasi. j. Hitung kebutuhan kalori
abdomen, Dengan kriteria hasil : Rasional: Mnegidentifikasikan kekurangan nutrisi/ kebutuhan
peningkatan asam 3. Nutrisi klien k. Diskusikan bersama klien makanan kesukaan, makanan yang
lambung, anoreksia, adekuat memperberat penyakitnya dan siapkan jadwal makanan
mual/muntah. 4. Mual atau Rasional: Melibatkan klien dalam pemcernaan membantu klien
muntah mengontrol makana yang dimakan dan memotivasi klien untuk makan
berkurang l. Anjurkan klien untuk bergerak sesuai indikasi
Rasional: Membantu mengeluarkan flatus dan menurunkan distensi
abdomen.
m. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Memonitor keefektifan rencana diit
n. Ukur lingkar lengan atas
Rasional: Mengindentifikasi terjadinya perubahan stastu nutrisi
o. Motivasi klien untuk makan
Rasional: Memotivasi klien untuk makan karena adanya anoreksia
p. Ciptakan suasana yang menyenangkan saat klien makan
Rasional: Merangsang klien untuk mau makan
q. Libatkan keluarga dalam asupan nutrisi klien
Rasional: Keluarga dapat memotivasi dan memfasilitasi klien untuk
makan
Kolaborasi
e. Mulai dari diit cair rendah lemak setelah selang NGT terpasang
Rasional: Pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung
empedu dan nyeri sehubungan dengan tidak semua lemak dicerna dan
berguna mencegah kekambunhan
f. Berikan garam empedu, contoh Bliron, Zanchol, Decholin
Rasional: Meningkatkan pencernaan dan absorpsi lemak, vitamin larut
dalam lemak, kolesterol. Berguna pada kolesistitis kronik.
g. Antimuntah lentik mengontrol mual dan muntah.
h. Awasi hasil pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, albumin/ protein
serum, kadar transverin
Rasional: Mmberikan informasi tentang kekurangan nutrisi/ keefektifan
terapi
i. Albumin merupakan salah satu protein serum (53%) yang berfungsi
untuk mempertahankan volme darah dengan menjaga tekanan osmotik
koloid, pH, dan keseimbangan elektrolit serta transpor ion-ion logam,
asam lemak, steroid, dan obat-obatan (Brobeck, 1979)
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Mandiri
berhubungan tindakan keperawatan g. Tingkatkan tirah baring/ duduk serta berikan lingkungan tenang, dengan
dengan gangguan selama 1 x 24 jam membatasi pengunjung sesuai kebutuhan
metabolisme, nyeri diharapkan intoleransi Rasional: Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi
aktivitas dapat teratasi. yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak
diyakini meurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah surkulasi
optimal ke sel hati
h. Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik
Rasional: Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan
pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan
i. Tingkatkan aktivitas susai toleransi, bantu melakukan latihan rentang
gerak sendi pasif/ aktif
Rasional: Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Dapat
terjadi karena keterbatasan aktivitas yang menggangu istirahat,
j. Dorong pengguanaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,
memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
k. Aktivitas hiburan yang tepat, contoh menonton TV, radio, dan mambaca
Rasional: Menunjukkan kurangnya resolusi/ eksaserbasi penyakit,
memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
l. Catat perubahan tingkah laku/ emosi karena penurunan kemampuan
mobilisasi
Rasional: Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian sering
menimbulkan rasa marah, frustasi dan depresi yang mungkin
dimanifestasikan malas bergerak.
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
SISTEM PENCERNAAN CA COLON
NAMA MAHASISWA :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi Preceptor Preceptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1 Mampu melakukkan asuhan A. Wawancara
keperawatan pada pasien Pengkajian yang dapat dilakukan
dengan gangguan pencernaan menurut wijaya dan putri (2013),
: CA COLON. diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Definisi a. Data Demografi
Kanker kolon adalah suatu
bentuk keganasan dari masa 1) Kanker klorektal sering
abnormal/neoplasma yang ditemukan terjadi pada
muncul dari jaringan usia lebih dari 40 tahun.
epithelial dari colon (Brooker, 2) Pada wanita sering
2001 : 72). ditemukan kanker kolon
Kanker kolon adalah dan kanker rekti lebih
pertumbuhan sel yang bersifat sering terjadi pada laki-
ganas yang tumbuh pada laki.
kolon dan menginvasi 3) Die atau konsumsi diet
jaringan sekitarnya yang tidak baik, tinggi
(Tambayong, 2000 : 143). protein, tinggi lemak dan
rendah serat
Etiologi b. Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat empat etiologi 1) Kemungkinan pernah
utamakan kerkolon (Davey, menderita polip kolon,
2006 : 334) yaitu : radang kronik kolon dan
1. Diet:kebiasaan kolitis ulseratif yang
mengkonsumsi tidak teratasi.
makanan yang rendah 2) Adanya infeksi dan
serat (sayur-sayuran, obstruksi pada usus
buah-buahan), besar.
kebiasaan makan c. Riwayat kesehatan keluarga
makanan berlemak Adanya riwayat kanker pada
tinggi dan sumber keluarga, diidentifikasi kanker
protein hewani. yang menyerang tubuh atau organ
2. Kelainan kolon termasuk kanker kolorektal
Adenoma di kolon : adalah diturunkan sebagai sifat
degenerasi maligna dominan.
menjadi d. Riwayat kesehatan sekarang
adenokarsinoma. 1) Klien mengeluh lemah, nyeri
3. Genetik abdomen dan kembung.
(FKUI, 2001 : 207). 2) Klien mengeluh perubahan
pada defekasi : Buang Air
Besar (BAB) seperti pita, diare
Manifestasi yang bercampur darah dan
Gejala sangat ditentukan oleh lendir dan rasa tidak puas
lokasi kanker, tahap penyakit, setelah buang air besar.
dan fungsi segmen usus 3) Klien megalami anoreksia,
tempat kanker berlokasi. mual, muntah dan penurunn
Gejala paling menonjol berat badan.
adalah perubahan kebiasaan e. Pemeriksaan fisik
defekasi. Pasase darah dalam 1) Mata : konjungtiva
feses gejala paling umum subanemis / anemis.
kedua. Gejala dapat juga 2) Leher : distensi vena
anemia yang tidak diketahui jugularis (JVP).
penyebabnya, anoreksi, atau 3) Mulut : mukosa mulut
penurunan berat badan dan kering dan pucat, lidah
keletihan. Gejala yang sering pecah – pecah dan bau
dihubungkan dengan lesi yang tidak enak.
sebelah kanan adalah nyeri 4) Abdomen : distensi
dangkal abdomen dan melena abdomen, adanya teraba
(feses hitam, seperti ter). massa, penurunn bising
Gejala yang sering usus dan kembung.
dihubungkan dengan lesi 5) Kulit : turgor kulit buruk,
sebelah kiri adalah yang kering (dehidrasi / malnutrisi.
berhubungan dengan f. Pengkajian Fungsional
obstruksi (nyeri abdomen dan Gordon
kram, penipisan feses, 1. Aktifitas/istirahat
konstipasi dan distensi) serta Gejala : kelemahan,
adanya darah merah segar kelelahan, malaise, cepat
dalam feses. Gejala yang lelah, merasa gelisah dan
dihubungakan dengan lesi ansietas, tidak tidur
rektal adalah evakuasi feses semalaman karena diare,
yang tidak lengkap setelah pembatasan aktivitas / kerja
defekasi, konstipasi dan diare sehubungan dengan efek
bergantian, serta feses proses penyakit.
berdarah. 2. Pernafasan : nafas pendek,
dispnea (respon terhadap
Komplikasi nyeri yang dirasakan) yang
ditandai dengan takipnea dan
1. Pertumbuhan tumor dapat frekuensi menurun
menyebabkan obstruksi 3. Sirkulasi
usus parsial atau lengkap. Tanda : Takikardi (respon
2. Metastase ke organ terhadap demam, dehidrasi,
sekitar, melalui proses inflamasi dan nyeri),
hematogen, limfogen dan hopotensi, kulit/membran :
penyebaran langsung. turgor buruk, kering, lidah
3. Pertumbuhan dan ulserasi pecah-pecah,
dapat juga menyerang (dehidrasi/malnutrisi)
pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan 4. Integritas Ego
hemorragi. Gejala : ansietas, ketakutan,
4. Perforasi usus dapat emosi kesal, misal : perasaan
terjadi dan mengakibatkan tak berdaya/tak ada harapan.
pembentukan abses. Faktor stress akut/kronis :
5. Peritonitis dan atau sepsis misal hubungan dengan
dapat menimbulkan syok. keluarga / pekerjaan,
6. Pembentukan abses pengobatan yang mahal.
Tanda : menolak, perhatian
yang menyempit, depresi.
5. Eliminasi
Gejala : tekstur feses
bervariasi dan bentuk lunak
sampai bau. Episode diare
berdarah tak dapat
diperkirakan, hilang timbul,
sering tak dapat dikontrol
(sebanyak 20-30 kali/hari),
perasaan tidak nyaman/tidak
puas, deteksi berdarah/
mukosa dengan atau tanpa
keluar feses.
Tanda : menurunnya bising
usus, tidak ada peristaltik
atau adanya peristaltik yang
dapat dilihat, oliguria.
6. Makan / Cairan
Gejala : anoreksia, mual,
muntah, penurunan berat
badan, tidak toleran terhadap
diit/sensitif (misal : buah
segar/massa otot, kelemahan,
tonus otot dan turgor kulit
buru, membran mukosa
pucat, luka, inflamasi rongga
mulut.
7. Hygine
Tanda : ketidakmampuan
melakukan perawatan diri,
stomatitis, menunjukan
kekurangan vitamin.
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri/nyeri tekan
pada kuadran kiri bawah.
9. Keamanan
Gejala : adanya riwayat
polip, radang kronik viseratif.
10. Muskuloskeletal
penurunan kekuatan otot,
kelemahan dan malaise
(diare, dehidrasi, dan
malnutrisi).
11. Seksualitas
Gejala : tidak bisa melakukan
hubungan seksual/ frekuensi
menurun.
12. Interaksi Sosial
Gejala : masalah hubungan /
peran sehubungan dengan
kondisi ketidakmampuan
aktif dalam sosial.
g. Pemeriksaan penunjang
Menurut Casciato (2004) ada
beberapa macam pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi kanker kolon
yaitu :
1. Biopsi
Konfirmasi adanya
malignansi dengan
pemeriksaan biopsi sangat
penting jika terdapat
sebuah obstruksi sehingga
tidak memungkinkan
dilakukanya biopsi maka
sikat sitologi akan sangat
berguna (Casciato, 2004).
2. Carsinoembrionik Antigen
(CEA) Screening
CEA adalah sebuah
glikopretein yang terdapat
pada permukaan sel yang
masuk ke dalam peredaran
darah, dan digunakan
sebagai marker serologi
untuk memonitor status
kanker kolorektal dan
untuk mendeteksi
rekurensi dini dan
metastase ke hepar.
3. Digital Rectal
Examination
4. Barium Enema
5. Endoskopi
6. Kolonoskopi
h. Penatalaksaan umum
1. Pembedahan
2. Terapi radiasi
3. Kemoterapi
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pain Management:
dengan agen injuri fisik. 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang
dengan kriteria hasil: 1. kaji nyeri secara
1. Vital sign dalam batas normal komprehensif.
2. Mampu mengontrol nyeri 2. observasi non verbal dari
Melaporkan bahwa nyeri berkurang ketidaknyamana
3. ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
4. monitor vital sign
5. anjurkan untuk istiraha
6. kolaborasi medis dalam
pemberian analgetik.
2 Kerusakan integritas jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. anjurkan untuk memakai
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pakaian longgar.
kerusakan lapisan kulit. jaringan dan kulit baik, dengan kriteria 2. jaga kulit agar tetap bersih.
hasil: 3. observasi luka
4. ajarkan kepada keluarga
1. Tidak ada nekrosis
tentang luka dan
2. Perfusi jaringan normal 5. perawatan luka
Menunjukan proses penyembuhan jaringan 6. bantu mobilisasi pasien
3 Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. observasi kondisi luka
dengan penurunan pertahanan 2x24 jam di harapkan tidak ada infeksi, 2. monitor tanda dan gejala
primer dan sekunder. dengan kriteria hasil: infeksi
1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi 3. dorong pasien untuk
2. Jumlah leukosit dalam batas meningkatkan intake
normal nutrisi
Mampu untuk mencegah timbulnya infeksi 4. batasi jumlah pengunjung
5. kolaborasi dengan ahli gizi
untuk diit tinggi kalori
tinggi protein
6. kolaborasi untuk pemberian
antibiotic
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
SISTEM PENCERNAAN THYPOID
NAMA MAHASISWA :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi Preceptor Preceptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1 Mampu melakukkan asuhan A. Pengkajian
keperawatan pada pasien 1. Wawancara
dengan gangguan pencernaan Biodata
: Thypoid. Meliputi nama, umur, jenis kel
amin, alamat, pekerjaan, suku/ban
Definisi gsa, agama, status perkawinan,
Demam thypoid merupakan tanggal masuk rumah sakit, nomor
suatu penyakit infeksi register dan diagnosa medik
sistemik yang disebabkan A. Keluhan Utama
oleh Salmonella thypi yang Keluhan utama demam
masih dijumpai secara luas di thypoid adalah panas atau
berbagai negara berkembang demam yang tidak turun-
yang terutama terletak di turun, nyeri perut, pusing
daerah tropis dan subtropis. kepala, mual, muntah,
(Simanjuntak, 2009) anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran
Etiologi B. Riwayat penyakit sekarang
Etiologi demam thypoid Peningkatan suhu tubuh karena
adalah salmonella thypi masuknya kuman salmonella
(S.thypi) 90 % dan typhi ke dalam tubuh.
salmonella parathypi (S. C. Riwayat penyakit dahulu
Parathypi Adan B serta Apakah sebelumnya pernah
C).Bakteri ini berbentuk sakit demam thypoid.
batang, gram negatif, D. Riwayat penyakit keluarga
mempunyai flagela, dapat Apakah keluarga pernah
hidup dalam air, sampah dan menderita hipertensi,
debu. diabetes melitus.
E. Pola-pola fungsi kesehatan
:
Manifestasi 1. Pola nutrisi dan
Menurut Sjamsuhidayat, metabolisme
(1998) tanda dan gejala Klien akan mengalami
demam typoid antara lain: penurunan nafsu ma
a. Demam dapat kan karena mual dan
berlangsung lebih dari 7 muntah saat makan s
hari ehingga makan hanya
b. bau nafas tidak sedap sedikit bahkan tidak
c. bibir kering pecah-pecah makan sama sekali.
(ragaden) 2. Pola eliminasi
d. lidah ditutpi selaput Klien dapat
putih kotor (coated mengalami konstipasi
tongue, lidah limfoid) oleh karena tirah
ujung dan tepinya baring lama. Sedangkan
kemerahan eliminasi urine tidak
e. konstipasi, kadang diare, mengalami gangguan,
mual muntah, dan jarang hanya warna
kembung. urine menjadi kuning
f. Gangguan kesadaran
g. Relaps (kambung) kecoklatan. Klien den
berulangnya gejala tifus gan demam thypoid
tapi berlangsung ringan terjadi peningkatan suhu
dan lebih singkat. tubuh yang berakibat
keringat banyak keluar
dan merasa haus, seh
ingga dapat meningkat
Komplikasi kan kebutuhan cairan
1. Komplikasi intestinal tubuh.
a. Perdarahan usus 3. Pola aktivitas dan
b. Perporasi usus latihan
c. Ilius paralitik Aktivitas klien akan
2. Komplikasi extra terganggu karena harus
intestinal tirah baring total, agar
b. Komplikasi kardiova tidak terjadi komplikasi
skuler : kegagalan maka segala kebutuhan
klien dibantu.
sirkulasi (renjatan s 4. Pola tidur dan istirahat
epsis), miokarditis, Pola tidur dan istirahat
trombosis, terganggu sehubungan
tromboplebitis. peningkatan suhu tubuh.
c. Komplikasi 5. Pola persepsi dan
darah : anemia hem konsep diri
olitik, trobositopenia, Biasanya terjadi
dan syndroma kecemasan pada orang
uremia hemolitik. tua terhadap keadaan
d. Komplikasi paru : penyakit anaknya.
pneumonia, empiema, 6. Pola sensori dan
dan pleuritis. kognitif
e. Komplikasi pada Pada penciuman,
hepar dan kandung perabaan, perasaan,
empedu : hepatitis, pendengaran dan
kolesistitis. penglihatan umumnya
f. Komplikasi ginjal : tidak mengalami
glomerulus nefritis, kelainan serta tidak
pyelonepritis dan terdapat suatu waham
perinepritis. pada klien.
g. Komplikasi pada
tulang : osteomyolitis, F. Pemeriksaan fisik
osteoporosis, Didapatkan klien tampak lemah,
spondilitis dan suhu tubuh meningkat 38 – 41°C
arthritis. muka kemerahan.Dapat terjadi
h. Komplikasi neuropsi penurunan kesadaran (apatis).
kiatrik : delirium, G. Pemeriksaan diagnostik
meningiusmus, meni Pemeriksaan penunjang pada kl
ngitis, polineuritis ien dengan typhoid adalah pe
perifer, sindroma meriksaan laboratorium, yang
Guillain bare dan terdiri dari :
sidroma katatonia. 1. Pemeriksaan leukosit
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal
itu menandakan demam
typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup
kemungkinan akan terjadi
demam typhoid.
4. Uji widal
Uji widal adalah suatu rea
ksi aglutinasi antara antige
n dan antibodi (aglutinin).
H. Penatalaksanaan
1. Observasi
2. Diet
3. Pengobatan
Obat-obatan yang umumnya
digunakan antara lain:
Anti Biotik (Membunuh
Kuman) :
1. Klorampenicol
2. Amoxicilin
3. Kotrimoxasol
4. Ceftriaxon
5. Cefotaxim
Antipiretik (Menurunkan
panas): Paracetamol
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Pantau suhu tubuh pasien setiap 4 jam
berhubungan tindakan keperawatan Rasional : Mengetahui suhu tubuh klien
dengan penyakit diharapkan suhu tubuh 2. Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai anjuran
atau trauma pasien dapat turun, Rasional : menurunkan demam.
kriteria: 3. Turunkan panas dengan melepaskan selimut atau menanggalkan pakian yang terlalu tebal,
Suhu tubuh stabil 36-37 beri kompres pada aksila dan liatan paha.
C Tanda-tanda vital Rasional : Meningkatkan kenyaman, menurunkan temperatur suhu tubuh
dalam rentang normal 4. Observasi adanya konfusi disorientasi
Rasional : Perubahan tingkat kesadaran dapat merupakan akibat dari hipoksia jaringan
5. Berikan cairan IV sesuai yang dianjurkan.
Rasional : Menghindari kehilangan air natrium klorida dan kalium yang berlebihan.
Nama :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Perseptor Perseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1. Mampu melakukan Asuhan A. Pengkajian
Keperawatan pada pasien Cronic 1. Wawancara
Kidney Disease (CKD) Biodata meliputi: Nama, Umur, Jenis kelamin,
Defisini alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor registrasi,
Cronic Kidney Disease (CKD): status perkawinan, agama, tanggal masuk Rumah
kehilangan fungsi ginjal yang Sakit.
menyebabkan ginjal tidak dapat sisa Riwayat Kesehatan lalu:
metabolic dan mengatur Apakah pernah menderita penyakit kronik
keseimbangan cairan dan elektrolit seperti DM batu ginjal, hipertensi, diabetes
secara adekuat. mellitus, infeksi saluran kemih?
Apakah pernah pemakaian obat-obat
Gagal ginjal kronik atau penyakit nefrotoksik?
renal tahap akhir (ESRD)
Apakah pernah melakukan dialysis ?
merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversible Riwayat Kesehatan Sekarang:
dimana kemampuan tubuh gagal Apakah merasakan nyeri, mual dan mudah lelah?
untuk mempertahankan Apakah obat yang sedang dikonsumsi sekarang?
metabolisme dan keseimbangan
Adakah kenaikan berat badan?
cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah Apakah saat buang air kecil mengeluarkan
nitrogen lain dalam darah) (Brunner darah?
& Suddarth, 2001).
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Etiologi: Kulit (lesi, bersisik, pruritis,)
Hipertensi Edema periorbital
Glomerulonephritis Sekitar mulut adanya uropros
Diabetes Milius Distensi vena jugularis
Plelonefritis Ekstremitas (warna kulit,memar, tanda-
Nefrolitiasis tanda perdarahan, edema)
Rhabdomiolisis Dada anterior dan posterior (frekuensi,
Acute Renal Failure (ARF) irama, kedalaman, dan upaya pernafasan,
deformitas thoraks, bentuk dada,
Manifestasi Klinis : penonjolan iga saat ekspirasi)
Uremia Abdomen (asites)
Mual Perkusi
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Pernafasan
Nadi
Status Neurologis
a. Tingkat Kesadaran
Kualitatif
Composmentis : sadar penuh
Apatis : sadar, perhatian berkurang
Delirium : disorientasi tempat, waktu
dan orang, gaduh, gelisah.
Somnolen : mengantuk, respon pelan
dan lambat.
Soppor/stupor : kantuk yang dalam,
bisa dibangunkan dengan rangsang
nyeri namun segera turun kembali
Sopparocoma : gerakan spontan
miNPMal, umumnya tidak berespon
kecuali dengan rangsangan yang
hebat dan secara terus menerus,
pasien membuka mata sebentar dan
mengeluarkan suara yang tidak ada
artinya.
Koma : tidak berespon
Kuantitatif
Pemeriksaan GCS
b. Tonus Otot (dengan penilaian kekutan otot )
Nilai 5 : mampu melawan gravitasi
dan melawan tahanan
Nilai 4 : mampu melawan gravitasi
dan sedikit tahanan
Nilai 3 : mampu melawan gravitasi
sebentar
Nilai 2 : mampu bergeser
Nilai 1 : ada tonus saat diberi
rangsangan
Nilai 0 : tidak ada respon
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Kadar BUN, kreatinin, natrium, kalium
meningkat.
AGD arteri menunjukan penurunan Ph arteri
dan kadar bikarbonat.
Muncul defek trombositopenia dan
trombosit ringan
Sekresi aldosterone meningkat
Terjadi hiperglikemia dan
hipertrigliseridemia.
Penurunan HDL
AGD menunjukan asidosis metabolic
Pasien mengakami proteinuria, dan pada
urin ditemukan sedimentasi, leukosit, sel
darah merah dan kristal.
b. Radiografi KUB, urografi ekskretorik,
nefrotomografi, scan ginjal, dan arteriografi
ginjal menunjukan penurunan ukuran ginjal.
c. Biopsy ginjal, EEG , USG
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sumber :
Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Diagnosis NANDA-I 2015-2017. Intervensi NIC.
Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Black, Joyce M dan Hawks, Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 3.
Singapore : Elsevier.
Herdman, T.Heather (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi Edisi 10. Jakarta : EGC
LeMone, Priscilla (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Eleminasi vol 3 Edisi 5. Jakarta : EGC
Pathway CKD
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB SISTEM PERKEMIHAN
UROLITHIASIS (BATU GINJAL)
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tgl Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi Proseptor Proseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1 Mampu melakukan asuhan Wawancara
keperawatan pada pasien urolithiasis Riwayat penyakit terdahulu :
– Riwayat dehidrasi, kending batu, infeksi
Urolitiasis adalah pembentukan batu saluran kemih, kandung kemih neurogenik,
pada saluran kemih. mutilasi genital. Pada perempuan, penyakit
usu halus, bedah abdomen,
Etiologi : hiperparatiroidisme.
Satsis urine, karena obstruksi – Kebiasaan minum air yang mengandung
leher kandung kemih mineral dalam kadar tinggi dan
mengakibatkan perubahan mengkonsumsi alkohol.
urin, imobilisasi Riwayat penyakit sekarang :
meningkatkan – Nyeri penggul hebat di bagian yang
berkembangnya kristal urin terkena sumbatan misalnya menjalar
menjadi pemicu pembentukan kebagian suprapubik, lipat paha, dan
batu. genital eksternal (skrotum atau libia)
Supersaturasi urine cristal – Mual dan muntah
terlarut, meningkatnya – Penurunan haluan urine
konsentrasi mengakibatkan – Rasa seperti terbakar dan dorongan untuk
memicu meningkatnya kristal berkemih
seperti kalsium, asam urat, – Demam dan menggigil
dan phosfat yang berkembang Pemeriksaan fisik
membentuk batu dalam Inspeksi :
keadaan urin asam maupun – Inspeksi keadaan umum dan tanda vital
alklis. psien : peningkatan tekanan darah, nadi
dan ansietas
Jenis batu dan faktor resikonya: – Inspeksi tanda dehidrasi : bibir kering,
1. Kalsium fosfat dan atau oksalat kulit kering, dan turgor kulit melambat
70-80% : – Inspeksi warna urine : kuning, coklat
Urine biasa gelap, berdarah.
Hiperkalsiuria : kadar Auskultasi :
kalsium di dalam urin lebih Penurunan atau tidak adanya bising usus
dari 250-300 mg/24 jam. Perkusi : pembesaran ukuran ginjal
Hipertiroidisme : Palpasi :
Peningkatan kadar hormon Nyeri tekan pada area ginjal
tiroksin yang dihasilkan Nyeri tekan pada abdomen
oleh kelenjar tiroid. Terdapat hidronefrosis membesar, massa
Asidosis tubulus ginjal dapat teraba di bagian panggul saat di
Asupan steroid jangka palpasi.
panjang
Hiperkalsemia : Pemeriksaan Penunjang
peningkatan kalsium di Urine (24 jam) : kreatinin asam urat, kalsium,
dalan plasa darah fosfat meningkat
2. Struvit 15-20% : Survey biokimia : peningkatan kadar
ISK khusus nya infeksi magnesium, kalsium, fosfat, dan elektrolit
proteus Hitung darah lengkap : SDP mungkin
3. Asam urat 5-10% : meningkat menunjukkan adanya infeksi
Gout SDM : biasanya normal
Peningkatan asupan purine Hb/Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat
Urine asam atau polisetimia dan anemia
4. Sistin (jarang) : Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila
Kelainan genetik ada masalah di ginjal
Urine asam Foto rongen KUB : menunjukkan adanya
kalkuli
Manisfestasi batu saluran kemih : IVP : memberikan informasi cepat urolitiasis
1. Batu ginjal : seperti penyebab nyeri abdominal atau
Asimtomatik panggul
Nyeri panggul hebat dan Sistoureterokopi : visualisasi langsung
manifestasi ISK kandung kemih menunjukkan adanya batu dan
2. Batu ureter : efek onstruksi
Kolik ginjal Scan CT menggambarkan kalkuli dan masa
lain : ginjal, ureter, dan distensi kandung kenih
Nyeri hebat dibagian yang
Unenhanced helical computed tomoghraphy
terserang
(DT) scan : pemeriksaan foto untuk
Seringkali tersebar
kecurigaan batu
suprapubik, lipat paha dan
GIK (ginjal, ureter, kandung kemih) :
genital eksterna
pemeriksaan uroradiologi yang sangat dasar
3. Batu Kandung kemih :
berguna sebagai skrining atau tes preliminari
Asimtomatik, nyeri
Ultrasonografi dan tidak dapat membedakan
suptapubik saat berolahraga
batu klasifikasi dan batu radiolusen
atau berkemih, hematuria
Pemeriksaan radiografi
makroskopik, manisfestasi
Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi
ISK
Urogram : deteksi batu radiousen sebagai
defek pengisian
Penyuluhan pasien urolitiasis :
Urinalisis : mengkaji adanya hematuria dan ph
Kemungkinan modifikasi makanan
urine berguna untuk mengidentifikasi tipe batu
dan cairan (menurut buku
keperawatan medikal bedah edisi 5
vol.3)
1. Makanan tinggi oksalat :
Asparagus
Bir dan kola
Cokelat dan kakao
Kacang hijau
Teh
Tomat
2. Makanan kaya purin :
Angsa
Jeroan
Sarden
Daging rusa
Dagig anak lembu
Salmon
Babi
3. Makanan yang mengasamkan
Keju
Telur
Anggur
Tomat
Gandum utuh
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Paraf
Keperawatan
Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi :
Narkotik, contohnya : meperidim (demerol), morfin.
Antipasmodik : contohnya falvoksat (uripas), oksibutin.
kortikosteroid
2. Pertahankan patens kateter bila digunakan
Perubahan eliminasi urine Setelah tindakan Mandiri :
2 berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 1. Awasi asupn dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluhan
stimulasi kandung kenih oleh jam diharapkan masalah batu
batu, iritasi ginjal dan ureter, keperawatan teratasi 2. Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang
obstruksi mekanik dan terjadi
peradangan Diharapkan masalah 3. Dorong peningkatan asupan cairan
perubahan eliminasi urine 4. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
dapat teratasi 5. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, Kreatinin)
Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi
Asetazolamid (diamox), Alupurinol (Ziloprim), Hidroklorotiazid
(Esidrix, Hidroiuril), lortalidon (Higroton), Amonium Klorida,
kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika). Agen antigout mis :
alupurinol (ziloprim), Antibiotika, Natrium bikarbonat, asam
askorbat
2. Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral, atau
nefrostomi)
3. Irigasi dnegan larutan asam atau alkali sesuai insikasi
4. Siapkan klien dan bantu prosedur endoskopi
Kolaborasi :
1. Pemberian diet sesuai keadaan klien
2. Berikan obat sesuai program terapi (antiemetik misalnya
Proklorperasin/Campazin)
Sumber :
Lemone, Priscilla., et.al. (2016). Buku ajar keperawatn medikal bedah volume 3. Jakarta : EGC
Lesmana, Leurentius. (2015). Ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta : Internal Publishing
Smeltzer, S. C dan Bare B. G. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah volume 2. (H. Y. Kuncara, dkk penerjemah). Edisi Kedelapan.
Jakarta: EGC
Wijaya, A. S dan Putri Y. M. (2013). KMB I keperawata medikal bedah. Yogyakarta : Nuha Mediika
Kerusakan nefron
PATOFISIOLOGI UROLITHIASIS
Imobilisasi yang lama Statis urin
Dilatasi ginjal
Intake cairan yang kurang
Iklim yang panas/dingin
Aktivitas yang kurang Tekanan pada struktur ginjal Stasis urine
pH urine terlalu
Makanan tinggi kalsium, oksalat Pengendapan urine asam/ basa
dan purin-> kelebihan kalsium
oksalat dan purin Dilatasi tubulus
ginjal
Proses kristalisasi
GGK
Batu kecil
Batu besar (staghorn) Pembedahan
ureter Dx. Nyeri
Dx. Risti perdarahan
Dx. Nyeri Obstruksi saluran kemih Dx. Risti infeksi
Keluar lewat urine Dx. Risti kekurangan volume
cairan
Batu di ginjal Batu di ureter Batu di kandung kemih
Trauma iritasi
Kandung kemih
Leher kandung kemih
hematuri Nyeri mendadak Nyeri berasal dari Nyeri luar biasa
renal dan menyebar menyebar ke
Refluks ke ginjal
genitalia
Retensi urine
Episode kolik renal
hidroureter
hidronefrosis
Bawah Mendekati
kandung testis (pria)
Timbul gejala gastrointestinal
kemih Dilatasi ginjal
Mual, muntah, diare
(wanita)
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB SISTEM PERKEMIHAN
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
Nama Mahasiswa :
MPM :
Paraf Paraf
Tgl Paraf
Preseptor Preseptor
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1. Mampu melakukan Wawancara
asuhan keperawatan pada Riwayat penyakit dahulu
pasien BPH. - DM, Hipertensi, riwayat penyakit saluran kencing
dan pembedahan.
Definisi Riwayat penyakit menurun: Hipertensi, DM.
BPH adalah suatu kondisi Riwayat penyakit sekarang
yang sering terjadi - Kapan mulai merasakan gejala sulit BAK?
sebagai hasil dari - Berapa lama gejala timbul?
pertumbuhan dan - Apakah terjadi peningkatan frekuensi berkemih?
pengendalian hormon - Apakah ada rasa urgensi atau darurat berkemih?
prostat. (Yuliana, 2011) - Apakah ada rasa tidak tuntas setelah berkemih?
- Apakah pancaran urin melemah?
Etiologi - Apakah terdapat tetes-tetes urin?
Bertambahnya usia, akan
terjadi perubahan Pemeriksaan fisik
keseimbangan testosteron Inspeksi
estrogen karena produksi - Lihat abdomen adanya hidronefrosis, pyelonefritis
testosteron menurun dan - Lihat penis dan uretra adanya stenose meatus, stritur
terjadi konversi uretra, batu uretra, karsinoma, fimosis
testosteron menjadi - Lihat skrotum adanya epididimis
estrogen pada jaringan
adiosa diperifer. Proses Perkusi
pembesaran prostat Ada atau tidaknya residual urin
terjadi secara perlahan- Palpasi
lahan, efek perubahan - Massa padat dibawah abdomen (distensi kandung
juga terjadi perlahan- kemih), nyeri tekan kandung kemih
lahan. - Nyeri supra pubis, panggul atau punggumg
- Colok dubur (rectal touch) : konsistensi prostat
Manifestasi klinis kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan
Tanda dan gejala BPH kiri simetris dan tidak didapatkan nodul.
berdasarkan kategori
keparahan, yaitu : Pemeriksaan Penunjang
a. Ringan Laboratorium
Asimtomatik, Urinalisa : Warna kuning, coklat gelap, berdarah,
kecepatan urinary penampilan keruh, pH 7 atau lebih menunjukan infeksi.
puncak <10 mL/s, Kultur urin : menunjukan staphylococcus ureus,
volume urin residual proteus,iclebisiells, pseudomonas atau eschencia coli.
setelah pengosongan Sitologi urin : untuk mengesampingkan kanker kandung
>25-50 mL, kemih
peningkatan BUN BUN/kreatinin meningkat
dan kreatinin serum. Asam fosfat serum / antigen prostatic meningkat karena
b. Sedang pengaruh hormonal pada kaknker prostat.
Semua tanda diatas Leukosit > 11.000 mengindikasikan infeksi.
ditambah obstruktif
penghilangan gejala Diagnostik
dam iritatif USG :Untuk memeriksa konsistensi, volume, besar prostat.
penghilangan gejala IVP : Menunjukan perlambatan pengosongan kandung
(tanda dari detrusor kemih
yang tidak stabil). Pemeriksaan Panendoskop
c. Berat Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli-buli.
Semua yang diatas Internasional Prostate Symtom Score (IPSS) untuk menilai
ditambah satu atau
dua lebih kompikasi gejala BPH dan kualitas hidupnya.
BPH. Hasil IPSS
1) = Ringan (mild)
Derajat rectal toucher 8-19 = Sedang (moderate)
BPH: 20-35 = Berat (severe)
1) Derajat I: Penonjolan Jika <7 = Wacthful waiting (hanya diberi penjelasan)
prostat, atas mudah Uroflowmetry
diraba. Beratnya ± Merupakan pemeriksaan sederhana untuk mencatat aliran
20gr, sisa volume urin, menentukan kecepatan dan kesempurnaan kandung
urin <50 ml. kemih dalam mengosongkan urin dan untuk mengevaluasi
2) Derajat II: : obstruksi. Penurunan kecepatan aliran menunjukkan
Penonjolan prostat adanya hyperplasia prostat.
jelas, batas atas dapat Hasil Uroflometri :
dicapai. Beratnya 1. Flow rate >15 ml/detik = non obstruktif
antara 20-40gr, sisa 2. Flow rate 10-15 = border line
volume urin <50-100 3. Flow rate <10 = Obstruktif
ml. Ultrasonografi (USG) rectal
3) Derajat III: Batas atas Pemeriksaan USG rectal sering dilakukan untuk
prostat tidak dapat menentukan keganasan maupun kelainan lainnya dari
diraba. Beratnya > kelenjar prostat. Caranya adalah dengan memasukkan
40gr, sisa volume langsung probe USG ke dalam rectum dan melihat
urin >100 ml gambaran prostat di layar monitor.
Sistoskopi
Sistoskopi dilakukan untuk melihat keadaan uretra dan
kandung kemih dengan jalan memasukkan alat cystoscope
ke dalam uretra dan kandung kemih. Test ini dapat
menentukan ukuran kelenjar prostat dan dapat
mengidentifikasi lokasi dan tingkat obstruksinya.
Pemeriksaan prostat spesifik antigen (PSA) dan prostat
acid phosphate (PAP). Tes ini dilakukan dengan cara
menentukan kadar PSA dalam darah, dan PAP pada
penderita BPH. Peningkatan kadar PSA menunjukkan
adanya perbesaran kelenjar prostat atau prostatitis dan juga
dapat menentukan perkiraan ukuran prostat. Kadar PSA
normal adalah <4ng/ml.
PSA 4 – 10 ng/ml = perbesaran ringan
PSA 10 – 20 ng/ml = perbesaran sedang
PSA 20 – 35 ng/ml = perbesaran berat
Objektif
- Respon otonom (misal: perubahan
tekanan darah, denyut jantung,
pernapasan, dilatasi pupil)
- Mengekspresikan perilaku (misal:
gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka
terhadap rangsangan, dan menghela
napas panjang)
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perilaku menjaga atau sikap
melindungi
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur atau tidak
menentu, dan menyeringai).
3. Risiko tinggi terhadap kekurangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri
volume cairan berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Pantau keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan.
pasca obstruksi diuresis dari drainase diharapkan masalah 2. Anjurkan peningkatan pemasukan oral.
cepat kandung kemih yang terlalu keperawatan teratasi. 3. Observasi tekanan darah & denyut jantung dengan sering.
distensi secara kronis. 4. Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi
Kebutuhan volume cairan 5. Pantau elektrolit, khususnya natrium.
Batasan karakteristik : terpenuhi
Subjektif : - Kolaborasi
Objektif 1. Pemberian cairan IV sesuai kebutuhan.
- Kurang pengetahuan
- Penyimpangan yang mempengaruhi
akses untuk pemasukan atau
absorpsi cairan (misal, imobilitas
fisik)
- Kehilangan yang berlebihan
melalui rute normal (misal,
berkemih).
- Usia ekstrem
- Berat badan ekstrem
- Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan (misal, status
hipermetabolik)
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Kehilangan cairan melalui rute
yang tidak normal (misal, slang
kateter menetap)
- Obat (misal, diuretik)
1. Post operasi Setelah dilakukan tindakan Mandiri
Nyeri akut berhubungan dengan insisi keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Pantau karakteristik nyeri dengan PQRST.
bedah, spasme kandung kemih, dan diharapkan masalah 2. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
retensi urine keperawatan teratasi. 3. Bantu klien dalam melakukan posisi nyaman dan ajarkan teknik
relaksasi napas dalam.
Batasan karakteristik : Maslah nyeri teratasi Kolaborasi
Subjektif 1. Pemberian obat penghilang rasa nyeri sesuai indikasi.
- Melaporkan nyeri secara verbal
atau dengan isyarat (misal,
menggunakan skala nyeri)
Objektif
- Respon otonom (misal: perubahan
tekanan darah, denyut jantung,
pernapasan, dilatasi pupil)
- Mengekspresikan perilaku (misal:
gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka
terhadap rangsangan, dan menghela
napas panjang)
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perilaku menjaga atau sikap
melindungi
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur atau tidak
menentu, dan menyeringai).
Sumber :
Black, joyce. 2014. Keperawatan Medikal Bedah buku 2. Singapura : Elsevier
Diagnosis keperawatan: diagnosisNANDA-I intervensi NIC, hasil NOC, diahlibahasakan oleh Judith M dkk. 2016. Jakarta: EGC
Lemone, Priscilla., et al. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta : EGC
Lesmana, Laurentius. 2015. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta : Internal Publishing
Yuliana elin, dkk. Iso Farmakoterapi. 2011. Jakarta : EGC
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR
NAMA :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi Preceptor Preceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi
1 Asuhan keperawatan A. Pengertian
pada pasien dengan Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
fraktur. ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (smeltzer& bare 2000).
B. Klasifikasi fraktur
Fraktur tertutup( fraktur simple ), Merupakan fraktur tanpa komplikasi
dengan kulit tetap utuh disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari kulit.
Fraktur terbuka( fraktur kompleks ). Pada tipe ini, terdapat kerusakan kulit
sekitar fraktur, luka tersebut menghubungkan bagian luar kulit. Pada fraktur
terbuka biasanya potensial untuk terjadinya infeksi, luka terbuka ini dibagi
menurut gradenya.
Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm.
Grade II :luka lebih luas disertai luka memar pada kulit dan otot.
Grade III : paling parah dengan perluasan kerusakan jaringan lunak terjadi
pula kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf.
Fraktur komplet. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang
dan biasanya mengalami pergeseran . Pada fraktur ini garis fraktur menonjol
atau melingkari tulang periosteum terganggu sepenuhnya.
Fraktur inkomplet. Fraktur tidak komplet, patahnya hanya terjadi pada sebagian
dari garis tengah tulang. Garis fraktur memanjang ditengah tulang, pada
keadaan ini tulang tidak terganggu sepenuhnya.
C. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang (
fraktur bergeser/tidak bergeser ) :
Greenstick →Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisilainnya
membengkok.
Tranversal →Fraktur yang sepanjang garis tengah tulang.
Oblik→Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang( lebih tidak
stabil disbanding tranversal ).
Spiral → Fraktur memuntir seputar batang tulang.
Kominutif→Fraktur dengan tulang pecah memjadi beberapa fragmen.
Depresi → Fraktur dengan fragmen patah anter dorong kedalam( sering
terjadi pada tengkorak dan tulang wajah ).
Kompresi → Fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada
tulang belakang).
Patologik → Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, metastasis tulang, tumor).
Avulsi→ Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada
perlekatannya.
Epifiseal → Fraktur melalui epifisis.
Impaksi → Fraktur dimana fragmen tulang terdorong kef ragmen tulang
lainnya.
D. Manifestasi Klinis
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba
adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen
satu denga nlainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
Pengkajian:
a. Demografi
Nama, Jenis Kelamin, Usia, Pekerjaan, Pendidikan, Agama, Suku, Alamat.
b. Riwayat
Riwayat kesehatan dahulu: Riwayat kejadian cedera fraktur, seperti kapan
terjadi dan penyebab terjadinya, jenis Fraktur.
Riwayat kesehatan sekarang:
DS : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera
DO: Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, Hipertensi
(sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).
Takikardia (,hipovolemia, hilang gerakan/sensasi, spasme otot. Tanda:
deformitas, krepitasi (bunyi berderit), nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera
(mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang
pada imobilisasi), : laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna,
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
c. PemeriksaanFisik
1. Gambaran umum
Keadaan umum, kesadaran klien, kesakitan, keadaan penyakit
2. Tanda-tanda tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk
3. Secara sistemik, dari kepala sampai kaki harus memperhitungkan keadaan
proksimal serta bagian distal klien terutama mengenai status neurovaskuler.
4. Keadaan local
a. Look (Infeksi)
Sikatrik (jaringan parut) baik yang alami maupun yang buatan seperti
bekas operasi.
Fistula (Koneksi abnormal antara pembuluh darah)
Warna kemerahan atau kebiruan atau hiperfigmentasi.
Benjolan, pembengkakan/cekungan dan hal-hal yang tidak biasa
(abnormal)
Posisi dan bentuk ekstremitas (deformitas)
Posisi jalan (gait, Waktu masuk kekamar periksa)
b. Feel
Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi (ketidaktepatan)
atau edema terutama disekitar persendian.
Nyeritekan (tenderness), krepitasi, letak kelainan (1/3 proksimal, tengah,
atau distal).
Tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang,
c. Move (Pergerakan terutama rentang gerak). Aktif dan fasif.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi.
Memerlukan dua proyeksi yaitu AP dan lateral.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Kalsium dan Fosfor
Alkali fosfatase
Enzim otot seperti kreatinin kinase , laktat dehidrogenase (LDH-5), aspartat
amini transferase (AST), dan aldolase
3. Pemeriksaan lain-lain.
Biopsi tulang dan otot. bila terjadi infeksi
Elektromiografi. Terdapat kerusakan konduksi saraf akibat fraktur.
Artroskopi. Didapatkan jaringan ikat yang rusakatau sobek
Indium Imaging : pada pemeriksaan ini didapatkan infeksi pada tulang.
MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
e. Penatalaksanaan Fraktur
Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah
tulang supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulang tetap
menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu
minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih
lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi (Corwin, 2010).
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing), dan
sirkulasi (circulating), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak
ada masalah lagi , baru lakukan amnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci.
Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama
sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam , bila lebih dari 6 jam, komplikasi
infeksi semakin besar. Lakukan amnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat ,
singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai
dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang
lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto
(Mansjoer, 2000).
Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu sepuluh
tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak
kerugian karena waktu berbaring lebih lama, meski pun merupakan
penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini
banyak dilakukan pada orang dewasa (Mansjoer, 2000).
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat dimobilisasi
dengan salah satu cara dibawah ini:
1. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah
untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk
memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan
beban untuk menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah
jarang digunakan. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam
untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus
ditopang di posterior untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak
dengan fraktur femur harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk
memerlukan beban yang lebih besar.
2. fiksasi interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan piringan
atau batang logampada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna merupakan
pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai
komplikasi (Djuwantoro, 1997).
3. Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistem
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang
mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang
ditempatkan di daerah sekeliling tulang (Anonim , 2010).
4. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan ORIF
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara
keras daerah yang mengalami patah tulang. Pemasangan gips bertujuan untuk
menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat
menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang
patah tersebut (Anonim , 2010).
5. ORIF
ORIF(open reduksi internal fiksasi) merupakan suatu tndakan pembedahan
untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah/fraktur sedapat
mungkin kembali seperti semula seperti letak asalanya. Internal fiksasi biasanya
melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulari (im)
untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang yang solid terjadi.
6. OREF
Oref adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal dimana prinsipnya tulang
ditransfiksasikan diatas dan dibawah fraktur, sekrup atau kawat ditransfiksasi
dibagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan
suatu batang lain. Fiksasi ekternal digunakan untuk mengobati fraktur dengan
kerusakan jaringan lunak.
7. Penyembuhan Fraktur
Tahap I: tahap hematoma atau tahap inflamasi.
Waktu : 1-3 hari Pembentukan hematoma segera pada daerah fraktur.
Jumlah kerusakan tulang dan jaringan lunak sekitarnya serta pembuluh
darah menentukan ukuran hematoma. Darah membeku diantara fragmen
fraktur, memberikan sedikit stabilisasi. Nekrosis tulang terjadi karena
berhubungan dengan hilangnya suplai darah pada area yang menderita
fraktur dan merambat ke area sekitarnya di mana sirkulasi kolateral mulai.
Dilatasi vaskuler terjadi sebagai respon terhadap akumulasi sel mati dan
debris pada daerah fraktur, dan eksudat plasma kaya fibrin memulai
perpindahan sel fagosit ke area yang cedera. Jika suplai vaskular ke daerah
fraktur tidak adekuat, penyembuhan tahap I akan terganggu.
PRE OPERASI
POST OPERASI
1. Meredakan nyeri
2. Mempertahankan neurovaskuler perifer
3. Meingkatkan mobilitas mobilitas
4. Menjaga integritas kulit
5. Mencegah infeksi
POST OPERASI
1. Peredaan nyeri
2. Neurovaskuler perifer dapat dipertahankan
3. Peningkatan mobilitas
4. Integritas kulit terjaga
5. Tidak terjadi infeksi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN
1 Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
dengan Faktor keturunan, selama 1 x 24 jam, klien
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Krisis situasional, Stress, kecemasan teratasi dgn kriteria
perubahan status kesehatan, hasil: 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
ancaman kematian, perubahan Klien mampu
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
konsep diri, kurang mengidentifikasi dan
pengetahuan dan hospitalisasi mengungkapkan gejala 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
cemas 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
menunjukkan tehnik untuk 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
mengontol cemas
Vital sign dalam batas 9. Identifikasi tingkat kecemasan
normal 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
tingkat aktivitas 12. Kelola pemberian obat anti cemas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
2 Nyeri akut b/d spasme otot, Setelah tindakan keperawatan 1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan
gerakan fragmen tulang, selama 3x 24 jam diharapkan atau traksi
edema, cedera jaringan lunak, nyeri berkurang sampai hilang. R/ Mengurangi nyeri dan mencegah melformasi
pemasangan traksi, Dengan criteria hasil : Klien 2. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
stress/ansietas. mengatakan nyeri berkurang R/ Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.
atau hilang dengan 3. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
menunjukkan tindakan santai, R/ Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler
mampu berpartisipasi dalam 4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)
beraktivitas, tidur, istirahat R/ Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan
dengan tepat, menunjukkan otot.
penggunaan keterampilan 5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
relaksasi dan aktivitas trapeutik visual, aktivitas dipersional)
sesuai indikasi untuk situasi R/ Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan control terhadap nyeri
individual
yang mungkin berlangsung lama.
6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
R/ Menurunkan edema & mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik
secara sentral maupun perifer.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-
tanda vital)
R/ Menilai perkembangan masalah klien
3 Risiko disfungsi Setelah tindakan keperawatan 1. Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan jari/sendi distal
neurovaskuler perifer b/d selama 3x 24 jam diharapkan cedera.
penurunan aliran darah perfusi jaringan dapat R/ Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi
(cedera vaskuler, edema, dipertahankan Dengan criteria 2. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu ketat.
pembentukan trombus) hasil :akan menunjukkan fungsi R/ Mencegah statis vena dan sebagai petunjuk perlunya penyesuaian kekuatan
neurovaskuler baik dengan hebat/spalk.
kriteria akral hangat, tidak pucat 3. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada kontraindikasi adanya
dan syanosis, bisa bergerak sindroma kompartemen.
secara aktif R/ Meningkat drainase vena dan menurunkan edema kecuali pada adanya keadaan
hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.
Kolaborasi
4. Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan
R/ Mungkin diberikan sebagai upaya profil aktif untuk menurunkan trobus vena.
5. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan kulit distal
cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.
R/ Mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya intervensi seusai
keadaan klien.
3 Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah tindakan keperawatan 1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan
kerusakan rangka selama 3x 24 jam diharapkan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
neuromuskuler,nyeri, terapi mobilitas fisik meningkat secara R/ Memfokuskan perhatian, meningkatkan rasa control diri/harga diri, membantu
restriktif (imobilisasi) optimal Dengan criteria hasil menurunkan isolasi sosial.
:Klien dapat meningkatkan / 2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang
mempertahankan mobilitas sehat sesuai keadaan klien.
pada tingkat paling tinggi yang R/ Meningkatkan sirkulasi darah musculoskeletal, mempertahankan tonus otot,
mungkin dapatmempertahankan mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah
posisi fungsional meningkatkan reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
kekuatan / fungsi yang sakit dan 3. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi.
mengkompensasi bagian R/ Mempertahankan posisi fungsional ekstremitas.
tubuh menunjukkan tekhnik 4. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
yang memampukan R/ Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi
melakukan aktivitas keterbatasan klien.
5. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
R/ Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernafasan (decubitus, atelectasis,
pneumonia)
6. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
R/ Mempertahankan hidrasi adekuat, mencegah komplikasi urinarius dan
konstipasi
7. Berikan diet TKTP.
R/ Kaloridan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan
mempertahankan fungsi fisiologi stubuh.
Kolaborasi
8.
Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
R/ Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik
secara individual.
9. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
R/ Menilai perkembangan masalah klien
5 Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Berhubungan dengan : keperawatan selama 1 x 24 jam, 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, pasien menunjukkan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
interpretasi terhadap informasi pengetahuan tentang proses
yang salah, kurangnya penyakit dengan kriteria hasil: 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
keinginan untuk mencari 1. Pasien dan keluarga tepat
informasi, tidak mengetahui menyatakan pemahaman 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
sumber-sumber informasi. tentang penyakit, kondisi, 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
prognosis dan program
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur 8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
yang dijelaskan secara benar 9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan
3. Pasien dan keluarga mampu cara yang tepat atau diindikasikan
menjelaskan kembali apa 10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut b/d spasme otot, Setelah tindakan keperawatan 1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau
gerakan fragmen tulang, selama 3x 24 jam diharapkan traksi
edema, cedera jaringan lunak, nyeri berkurang sampai hilang. R/ Mengurangi nyeri dan mencegah melformasi
pemasangan traksi, Dengan criteria hasil : Klien 2. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
stress/ansietas. mengatakan nyeri berkurang R/ Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.
atau hilang dengan 3. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
menunjukkan tindakan santai, R/ Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler
mampu berpartisipasi dalam 4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)
beraktivitas, tidur, istirahat R/ Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan
dengan tepat, menunjukkan otot.
penggunaan keterampilan 5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
relaksasi dan aktivitas trapeutik visual, aktivitas dipersional)
sesuai indikasi untuk situasi R/ Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan control terhadap nyeri
individual
yang mungkin berlangsung lama.
6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
R/ Menurunkan edema & mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik
secara sentral maupun perifer.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-
tanda vital)
R/ Menilai perkembangan masalah klien
2 Risiko disfungsi Setelah tindakan keperawatan 1. Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan jari/sendi distal
neurovaskuler perifer b/d selama 3x 24 jam diharapkan cedera.
penurunan aliran darah perfusi jaringan dapat R/ Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi
(cedera vaskuler, edema, dipertahankan Dengan criteria 2. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu ketat.
pembentukan trombus) hasil :akan menunjukkan fungsi R/ Mencegah statis vena dan sebagai petunjuk perlunya penyesuaian kekuatan
neurovaskuler baik dengan hebat/spalk.
kriteria akral hangat, tidak pucat 3. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada kontraindikasi adanya
dan syanosis, bisa bergerak sindroma kompartemen.
secara aktif R/ Meningkat drainase vena dan menurunkan edema kecuali pada adanya keadaan
hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.
Kolaborasi
4. Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan
R/ Mungkin diberikan sebagai upaya profil aktif untuk menurunkan trobus vena.
5. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan kulit distal
cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.
R/ Mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya intervensi seusai
keadaan klien.
3 Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah tindakan keperawatan 1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan
kerusakan rangka selama 3x 24 jam diharapkan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
neuromuskuler,nyeri, terapi mobilitas fisik meningkat secara R/ Memfokuskan perhatian, meningkatkan rasa control diri/harga diri, membantu
restriktif (imobilisasi) optimal Dengan criteria hasil menurunkan isolasi sosial.
:Klien dapat meningkatkan / 2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang
mempertahankan mobilitas sehat sesuai keadaan klien.
pada tingkat paling tinggi yang R/ Meningkatkan sirkulasi darah musculoskeletal, mempertahankan tonus otot,
mungkin dapatmempertahankan mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah
posisi fungsional meningkatkan reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
kekuatan / fungsi yang sakit dan 3. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi.
mengkompensasi bagian R/ Mempertahankan posisi fungsional ekstremitas.
tubuh menunjukkan tekhnik 4. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
yang memampukan R/ Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi
melakukan aktivitas keterbatasan klien.
5. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
R/ Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernafasan (decubitus, atelectasis,
pneumonia)
6. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
R/ Mempertahankan hidrasi adekuat, mencegah komplikasi urinarius dan
konstipasi
7. Berikan diet TKTP.
R/ Kaloridan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan
mempertahankan fungsi fisiologi stubuh.
Kolaborasi
8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
R/ Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik
secara individual.
9. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
R/ Menilai perkembangan masalah klien
4 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
berhubungan dengan keperawatan selama…..
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
terpasangnya traksi. kerusakan integritas kulit pasien
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
1. Integritas kulit yang baik
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas, 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
temperatur, hidrasi,
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
kulit
8. Monitor status nutrisi pasien
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan pemahaman 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
dalam proses perbaikan
10. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang 11. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,warna cairan,
5. Mampu melindungi kulit
granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan 12. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
perawatan alami
13. Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin
6. Menunjukkan terjadinya
proses penyembuhan luka 14. Cegah kontaminasi feses dan urin
15. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
16. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
5 Resiko infeksi b/d adanya luka Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik aseptif
post operasi keperawatan selama perawatan,
2. Batasi pengunjung bila perlu
pasien tidak mengalami infeksi
dengan kriteria hasil: 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Klien bebas dari tanda dan
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
untuk mencegah timbulnya 6. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas 7. Tingkatkan intake nutrisi
normal 8. Berikan terapi antibiotik:.................................
Menunjukkan perilaku
hidup sehat 9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Status imun, 10. Pertahankan teknik isolasi k/p
gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas 11. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
normal 12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
WOC FRAKTUR
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISLOKASI
NAMA :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi Preceptor Preceptor
Pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi
1 Asuhan keperawatan F. Pengertian
pada pasien dengan Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang
dislokasi. membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu
Bedah, edisi 3,Halaman 1046).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan
yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006,
edisi 6, vol 2, Halaman1368 ).
Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi (Brunner &
Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :
5. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri
akut dan pembengkakan di sekitar sendi.
6. Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya
terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
2. Pembedahan
Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien
yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan
yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi
Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and
Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi
dan indikasinya yang lazim dilakukan :
Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat
kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu
dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi
dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog
maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan,
untuk menstabilisasi atau mengganti tulang
yang berpenyakit.
Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan
artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah
mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau
melalui pembedahan sendi terbuka.
Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan
bahan logam atau sintetis.
Penggantian sendi total: penggantian kedua
permukaan artikuler dalam sendidengan logam
atau sintetis.
NON MEDIS
1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
2. RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
J. Komplikasi Dislokasi Sendi
1. Komplikasi Dini
Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tesebut.
Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
Fraktur Dislokasi
2. Komplikasi Lanjut
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.
Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot
L. PENGKAJIAN
Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri.
Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan
nyeri dirasakan menurun.
Pemeriksaan Fisik
- Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi.
- Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami
dislokasi.
- Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
- Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
POST OPERASI
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera
vaskuler, edema, pembentukan trombus)
3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
4. Kerusakan integritas kulit b/d fraktur tebuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
5. Resiko infeksi b/d adanya luka post operasi
POST OPERASI
1. Meredakan nyeri
2. Mempertahankan neurovaskuler perifer
3. Meingkatkan mobilitas mobilitas
4. Menjaga integritas kulit
5. Mencegah infeksi
5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi Tindakan Keperawatan :
PRE OPERASI
1. Cemas Teratasi
2. Peredaan nyeri
3. Neurovaskuler perifer dapat dipertahankan
4. Peningkatan mobilitas
5. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan meningkat
POST OPERASI
1. Peredaan nyeri
2. Neurovaskuler perifer dapat dipertahankan
3. Peningkatan mobilitas
4. Integritas kulit terjaga
5. Tidak terjadi infeksi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN
1 Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
dengan Faktor keturunan, selama 1 x 24 jam, klien
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Krisis situasional, Stress, kecemasan teratasi dgn kriteria
perubahan status kesehatan, hasil: 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
ancaman kematian, perubahan Klien mampu
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
konsep diri, kurang mengidentifikasi dan
pengetahuan dan hospitalisasi mengungkapkan gejala 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
cemas 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
menunjukkan tehnik untuk 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
mengontol cemas
Vital sign dalam batas 9. Identifikasi tingkat kecemasan
normal 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
tingkat aktivitas 12. Kelola pemberian obat anti cemas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
2 Nyeri akut b/d spasme otot, Setelah tindakan keperawatan 1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan
gerakan fragmen tulang, selama 3x 24 jam diharapkan atau traksi
edema, cedera jaringan lunak, nyeri berkurang sampai hilang. R/ Mengurangi nyeri dan mencegah melformasi
pemasangan traksi, Dengan criteria hasil : Klien 2. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
stress/ansietas. mengatakan nyeri berkurang R/ Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.
atau hilang dengan 3. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
menunjukkan tindakan santai, R/ Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler
mampu berpartisipasi dalam 4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)
beraktivitas, tidur, istirahat R/ Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan
dengan tepat, menunjukkan otot.
penggunaan keterampilan 5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
relaksasi dan aktivitas trapeutik visual, aktivitas dipersional)
sesuai indikasi untuk situasi R/ Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan control terhadap nyeri
individual
yang mungkin berlangsung lama.
6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
R/ Menurunkan edema & mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik
secara sentral maupun perifer.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-
tanda vital)
R/ Menilai perkembangan masalah klien
3 Risiko disfungsi Setelah tindakan keperawatan 1. Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan jari/sendi distal
neurovaskuler perifer b/d selama 3x 24 jam diharapkan cedera.
penurunan aliran darah perfusi jaringan dapat R/ Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi
(cedera vaskuler, edema, dipertahankan Dengan criteria 2. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu ketat.
pembentukan trombus) hasil :akan menunjukkan fungsi R/ Mencegah statis vena dan sebagai petunjuk perlunya penyesuaian kekuatan
neurovaskuler baik dengan hebat/spalk.
kriteria akral hangat, tidak pucat 3. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada kontraindikasi adanya
dan syanosis, bisa bergerak sindroma kompartemen.
secara aktif R/ Meningkat drainase vena dan menurunkan edema kecuali pada adanya keadaan
hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.
Kolaborasi
4. Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan
R/ Mungkin diberikan sebagai upaya profil aktif untuk menurunkan trobus vena.
5. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan kulit distal
cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.
R/ Mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya intervensi seusai
keadaan klien.
3 Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah tindakan keperawatan 1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan
kerusakan rangka selama 3x 24 jam diharapkan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
neuromuskuler,nyeri, terapi mobilitas fisik meningkat secara R/ Memfokuskan perhatian, meningkatkan rasa control diri/harga diri, membantu
restriktif (imobilisasi) optimal Dengan criteria hasil menurunkan isolasi sosial.
:Klien dapat meningkatkan / 2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang
mempertahankan mobilitas sehat sesuai keadaan klien.
pada tingkat paling tinggi yang R/ Meningkatkan sirkulasi darah musculoskeletal, mempertahankan tonus otot,
mungkin dapatmempertahankan mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah
posisi fungsional meningkatkan reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
kekuatan / fungsi yang sakit dan 3. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi.
mengkompensasi bagian R/ Mempertahankan posisi fungsional ekstremitas.
tubuh menunjukkan tekhnik 4. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
yang memampukan R/ Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi
melakukan aktivitas keterbatasan klien.
5. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
R/ Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernafasan (decubitus, atelectasis,
pneumonia)
6. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
R/ Mempertahankan hidrasi adekuat, mencegah komplikasi urinarius dan
konstipasi
7. Berikan diet TKTP.
R/ Kaloridan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan
mempertahankan fungsi fisiologi stubuh.
Kolaborasi
8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
R/ Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik
secara individual.
9. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
R/ Menilai perkembangan masalah klien
5 Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Berhubungan dengan : keperawatan selama 1 x 24 jam, 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, pasien menunjukkan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
interpretasi terhadap informasi pengetahuan tentang proses 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
yang salah, kurangnya penyakit dengan kriteria hasil:
tepat
keinginan untuk mencari 1. Pasien dan keluarga
informasi, tidak mengetahui menyatakan pemahaman 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
sumber-sumber informasi. tentang penyakit, kondisi, 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
prognosis dan program 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
pengobatan 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
2. Pasien dan keluarga mampu 8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
melaksanakan prosedur 9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan
yang dijelaskan secara benar cara yang tepat atau diindikasikan
3. Pasien dan keluarga mampu 10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut b/d spasme otot, Setelah tindakan keperawatan 9. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan
gerakan fragmen tulang, selama 3x 24 jam diharapkan atau traksi
edema, cedera jaringan lunak, nyeri berkurang sampai hilang. R/ Mengurangi nyeri dan mencegah melformasi
pemasangan traksi, Dengan criteria hasil : Klien 10. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
stress/ansietas. mengatakan nyeri berkurang R/ Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.
atau hilang dengan 11. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
menunjukkan tindakan santai, R/ Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler
mampu berpartisipasi dalam 12. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)
beraktivitas, tidur, istirahat R/ Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan
dengan tepat, menunjukkan otot.
penggunaan keterampilan 13. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
relaksasi dan aktivitas trapeutik visual, aktivitas dipersional)
sesuai indikasi untuk situasi R/ Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan control terhadap nyeri
individual
yang mungkin berlangsung lama.
14. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
R/ Menurunkan edema & mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik
secara sentral maupun perifer.
16. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-
tanda vital)
R/ Menilai perkembangan masalah klien
2 Risiko disfungsi Setelah tindakan keperawatan 6. Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan jari/sendi distal
neurovaskuler perifer b/d selama 3x 24 jam diharapkan cedera.
penurunan aliran darah perfusi jaringan dapat R/ Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi
(cedera vaskuler, edema, dipertahankan Dengan criteria 7. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu ketat.
pembentukan trombus) hasil :akan menunjukkan fungsi R/ Mencegah statis vena dan sebagai petunjuk perlunya penyesuaian kekuatan
neurovaskuler baik dengan hebat/spalk.
kriteria akral hangat, tidak pucat 8. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada kontraindikasi adanya
dan syanosis, bisa bergerak sindroma kompartemen.
secara aktif R/ Meningkat drainase vena dan menurunkan edema kecuali pada adanya keadaan
hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.
Kolaborasi
9. Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan
R/ Mungkin diberikan sebagai upaya profil aktif untuk menurunkan trobus vena.
10. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan kulit distal
cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.
R/ Mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya intervensi seusai
keadaan klien.
3 Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah tindakan keperawatan 10. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan
kerusakan rangka selama 3x 24 jam diharapkan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
neuromuskuler,nyeri, terapi mobilitas fisik meningkat secara R/ Memfokuskan perhatian, meningkatkan rasa control diri/harga diri, membantu
restriktif (imobilisasi) optimal Dengan criteria hasil menurunkan isolasi sosial.
:Klien dapat meningkatkan / 11. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang
mempertahankan mobilitas sehat sesuai keadaan klien.
pada tingkat paling tinggi yang R/ Meningkatkan sirkulasi darah musculoskeletal, mempertahankan tonus otot,
mungkin dapatmempertahankan mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah
posisi fungsional meningkatkan reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
kekuatan / fungsi yang sakit dan 12. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi.
mengkompensasi bagian R/ Mempertahankan posisi fungsional ekstremitas.
tubuh menunjukkan tekhnik 13. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
yang memampukan R/ Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi
melakukan aktivitas keterbatasan klien.
14. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
R/ Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernafasan (decubitus, atelectasis,
pneumonia)
15. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
R/ Mempertahankan hidrasi adekuat, mencegah komplikasi urinarius dan
konstipasi
16. Berikan diet TKTP.
R/ Kaloridan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan
mempertahankan fungsi fisiologi stubuh.
Kolaborasi
17. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
R/ Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik
secara individual.
18. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
R/ Menilai perkembangan masalah klien
4 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
berhubungan dengan keperawatan selama…..
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
terpasangnya traksi. kerusakan integritas kulit pasien
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
1. Integritas kulit yang baik
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas, 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
temperatur, hidrasi,
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
kulit
8. Monitor status nutrisi pasien
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan pemahaman 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
dalam proses perbaikan
10. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang 11. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,warna cairan,
5. Mampu melindungi kulit
granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan 12. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
perawatan alami
13. Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin
6. Menunjukkan terjadinya
proses penyembuhan luka 14. Cegah kontaminasi feses dan urin
15. Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
16. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
5 Resiko infeksi b/d adanya luka Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik aseptif
post operasi keperawatan selama perawatan,
2. Batasi pengunjung bila perlu
pasien tidak mengalami infeksi
dengan kriteria hasil: 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Klien bebas dari tanda dan
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
untuk mencegah timbulnya 6. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas 7. Tingkatkan intake nutrisi
normal 8. Berikan terapi antibiotik:.................................
Menunjukkan perilaku
hidup sehat 9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Status imun, 10. Pertahankan teknik isolasi k/p
gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas 11. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
normal 12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA
NAMA :
NPM :
Paraf Paraf
Tgl Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi preseptor perseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik akademik
GLAUKOMA
1 A. Pengertian
Glaukoma adalah suatu penyakit yang
memberikan gambaran klinik berupa tekanan 1). Pengkajian
intra okuler penggaungan pupil saraf optik a) Wawancara.
dengan defek lapang pandangan mata. - Biodata pasien : data
Glaukoma adalah sejumlah kelainan mata demografi : Nama, umur, jenis
yang mempunyai gejala peningkatan tekanan kelamin, agama, alamat,
intra okuler (TIO), dimana dapat pendidikan, pekerjaan, tgl
mengakibatkan penggaungan atau MRS, diagnosa medis, suku
pencekungan papil syaraf optik sehingga bangsa, status perkawinan.
terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam - Keluhan Utama :
pengelihatan (Black and Hawk,2014). Terjadi tekanan intra okuler
yang meningkat mendadak
B. Etiologi sangat tinggi, nyeri hebat di
Penyakit yang ditandai dengan peninggian kepala, mual muntah,
tekanan intraokuler ini disebabkan oleh : penglihatan menurun, mata
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh merah dan bengkak.
badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di - Riwayat kesehatan sekarang :
daerah sudut bilik mata atau di celah Hal ini meliputi keluhan utama
pupil. mulai sebelum ada keluhan
*Primer. sampai terjadi nyeri hebat di
Terdiri dari : kepala, mual muntah,
a. Akut : Dapat disebabkan karena trauma. penglihatan menurun, mata
b. Kronik : Dapat disebabkan karena merah dan bengkak.
keturunan dalam keluarga seperti : Diabetes
mellitus, Arterisklerosis, Pemakaian
kortikosteroid jangka panjang Miopia tinggi
dan progresif. Dari etiologi diatas dapat -Riwayat kesehatan dahulu :
menyebabkan sudut bilik mata yang sempit. adakah riwayat gangguan pada
mata sebelumnya?, riwayat
*Sekunder trauma/, adakah riwayat
Disebabkan penyakit mata lain seperti : pemakaian antihistamin?,
Katarak, Perubahan lensa, Kelainan uvea, riwayar penyakit DM, miopia
Pembedahan. berat, atherosklerosis,
Penyuluhan / Pembelajaran
C.Klasifikasi Riwayat keluarga glaukoma,
1. Glukoma primer DM, gangguan sistem
- Glukoma sudut terbuka. vaskuler. Riwayat stres, alergi,
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( gangguan vasomotor (contoh:
90-95% ) , yang meliputi kedua mata. peningkatan tekanan vena),
Timbulnya kejadian dan kelainan ketidakseimbangan endokrin.
berkembang secara lambat. Disebut sudut Terpajan pada radiasi,
terbuka karena humor aqueousmempunyai steroid/toksisitas fenotiazin.
pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan rabekular, saluran - Riwayat keluarga :
schleem, dan saluran yg berdekatan. adakah riwayat DM,
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Hipertensi, ditemukan dalam
Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan keluarga beberapa anggota
diagnose dengan peningkatan TIO dan keluarga dalam memiliki
sudut ruang anterior normal. Peningkatan penyakit serupa.
tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
mata yang timbul. - Riwayat psikososial :
Adakah ansietas yang ditandai
- Glukoma sudut tertutup(sudut sempit). dengan bicara cepat, sulit
Disebut sudut tertutup karena ruang konsentrasi, sensitif, berduka
anterior secara anatomis menyempit karna kehilangan penglihatan.
sehingga iris terdorong ke depan,
menempel ke jaringan trabekular dan - Pola Aktivitas sehari-hari :
menghambat humor aqueous mengalir ke Aktivitas / Istirahat :
saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan Perubahan aktivitas
dapat karena peningkatan tekanan vitreus, biasanya / hobi
penambahan cairan di ruang posterior atau sehubungan dengan
lensa yang mengeras karena usia tua. gangguan penglihatan.
Makanan / Cairan :
Gejala yang timbul dari penutupan yang Keluhan mual, muntah
tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat (glaukoma akut).
berupa nyeri mata yang berat, penglihatan Pola istirahat tidur :
yang kabur dan terlihat hal. Penempelan akan menurun, gelisah
iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak / sulit tidur karna
segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri/sakit hebat
nyeri yang hebat. sampai menjalar ke
kepala.
2. Glukoma sekunder.
Dapat terjadi dari peradangan mata , -Pemeriksaan fisik : keadaan
perubahan pembuluh darah dan trauma . umum, TTV, tingkat
Dapat mirip dengan sudut terbuka atau kesadaran.
tertutup tergantung pada penyebab. - Neurosensori :
Perubahan lensa - Kelainan uvea - Trauma Gangguan penglihatan
– Bedah. (kabur/tidak jelas),
sinar terang
3. Glukoma kongenital - Primer atau menyebabkan silau
infantil. dengan kehilangan
Menyertai kelainan kongenital lainnya. bertahap penglihatan
perifer, kesulitan
4. Glukoma absolut. memfokuskan kerja
Merupakan stadium akhir glaukoma ( dengan dekat/merasa di
sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi ruang gelap (katarak).
kebutaan total akibat tekanan bola mata Penglihatan
memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada berawan/kabur, tampak
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, lingkaran
bilik mata dangkal, papil atrofi dengan cahaya/pelangi sekitar
eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti sinar, kehilangan
batu dan dengan rasa sakit.sering mata penglihatan perifer,
dengan buta ini mengakibatkan fotofobia(glaukoma
penyumbatan pembuluh darah sehingga akut).
menimbulkan penyulit berupa Perubahan
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini kacamata/pengobatan
memberikan rasa sakit sekali akibat tidak memperbaiki
timbulnya glaukoma hemoragik. penglihatan. Tanda :
Papil menyempit dan
Pengobatan glaukoma absolut dapat merah/mata keras
dengan memberikan sinar beta pada badan dengan kornea
siliar, alkohol retrobulber atau melakukan berawan. Peningkatan
pengangkatan bola mata karena mata telah air mata.
tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan
Berdasarkan lamanya : menggunakan
1. GLAUKOMA AKUT optalmoskop untuk
a. Definisi mengetahui adanya
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang cuping & atropi diskus
disebabkan oleh tekanan intraokuler yang optikus ( lebih luas &
meningkat mendadak sangat tinggi. dalam pada glaukoma
akut primer, karena
b. Etiologi anterior dangkal,
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata aqueos humour keruh
yang memiliki bakat bawaan berupa sudut dan pembuluh darah
bilik mata depan yang sempit pada kedua menjalar keluar dari
mata, atau secara sekunder sebagai akibat iris).
penyakit mata lain. Yang paling banyak Nyeri / Kenyamanan :
dijumpai adalah bentuk primer, menyerang Ketidaknyamanan
pasien usia 40 tahun atau lebih. ringan/mata berair
(glaukoma kronis)
c. Faktor Predisposisi Nyeri tiba-tiba/berat
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya menetap atau tekanan
berupa pemakaian obat-obatan midriatik, pada dan sekitar mata,
berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan sakit kepala (glaukoma
emosional. Bentuk sekunder sering akut).
disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa,
katarak intumesen atau katarak hipermatur,
uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris 2). Pemeriksaan Diagnostik
bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
Kartu mata
Snellen/mesin
d. Manifestasi klinik Telebinokular (tes
1. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini ketajaman penglihatan
mengenai sekitar mata dan daerah dan sentral penglihatan)
belakang kepala . : Mungkin terganggu
2. Akibat rasa sakit yang berat terdapat dengan kerusakan
gejala gastrointestinal berupa mual dan kornea, lensa, aquous
muntah , kadang-kadang dapat atau vitreus humor,
mengaburkan gejala glaukoma akut. kesalahan refraksi, atau
3. Tajam penglihatan sangat menurun. penyakit syaraf atau
4. Terdapat halo atau pelangi di sekitar penglihatan ke retina
lampu yang dilihat. atau jalan optik.
5. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema Lapang penglihatan :
dengan injeksi siliar. Penurunan mungkin
6. Edema kornea berat sehingga kornea disebabkan CSV, massa
terlihat keruh. tumor pada
7. Bilik mata depan sangat dangkal dengan hipofisis/otak, karotis
efek tyndal yang positif, akibat atau patologis arteri
timbulnya reaksi radang uvea. serebral atau glaukoma.
8. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar Pengukuran tonografi :
yang lambat. Mengkaji intraokuler
9. Pemeriksaan funduskopi sukar (TIO) (normal 12-25
dilakukan karena terdapat kekeruhan mmHg).
media penglihatan. Pengukuran gonioskopi
10. Tekanan bola mata sangat tinggi. :Membantu
11. Tekanan bola mata antara dua serangan membedakan sudut
dapat sangat normal. terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
e. Pemeriksaan Penunjang Tes Provokatif
1. Pengukuran dengan tonometri Schiotz :digunakan dalam
menunjukkan peningkatan tekanan. menentukan tipe
2. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi glaukoma jika TIO
dilakukan setelah edema kornea normal atau hanya
menghilang. meningkat ringan. (6)
Pemeriksaan
f. Penatalaksanaan oftalmoskopi:Mengkaji
1. Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk struktur internal okuler,
operasi. mencatat atrofi
2. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan lempeng optik,
keadaan mata. papiledema, perdarahan
3. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan retina, dan
operasi segera. mikroaneurisma.
4. Sebelumnya berikan infus manitol 20% Darah lengkap, LED
300-500 ml, 60 tetes/menit. :Menunjukkan anemia
5. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, sistemik/infeksi.
ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab EKG, kolesterol serum,
gonoskopi setelah pengobatan dan pemeriksaan lipid:
medikamentosa. Memastikan
2. GLAUKOMA KRONIK aterosklerosisi.
a. Definisi Tes Toleransi Glukosa
Glaukoma kronik adalah penyakit mata :menentukan adanya
dengan gejala peningkatan tekanan bola DM.
mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan
fungsi mata yang permanen. 3) Penatalaksanaan bedah:
Iridektomi perifer.
b. Etiologi Digunakan untuk
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, membuat saluran dari
arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid bilik mata belakang dan
jangka panjang, miopia tinggi dan progresif. depan karena telah
terdapat hambatan
c. Manifestasi klinik dalam pengaliran
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan humour aquerus. Hal
tekanan bola mata. Penyakit berkembang ini dapat dilakukan jika
secara lambat namun pasti. Penampilan bola sudut yang tertutup
mata seperti normal dan sebagian tidak senayak 50%.
mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada Trabekulotomi (bedah
stadium lanjut keluhannya berupa pasien drainase).
sering menabrak karena pandangan gelap, Dilakukan jika sudut
lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga yang tertutup lebih dari
kebutaan permanen. 50% atau gagal dengan
tindakan iridektomi.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan
palpasi dan tonometri menunjukkan
peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 4) Farmakoterapi :
mmHg dan dianggap patologik diatas 25 Agen kolinergik
mmHg. Pada funduskopi ditemukan (miotik) : pilocarpin &
cekungan papil menjadi lebih lebar dan carbachol ( merangsang
dalam, dinding cekungan bergaung, warna reseptor kolinergik,
memucat, dan terdapat perdarahan papil. kontraksi iris,
Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan mengecilkan pupil,
lapang pandang menyempit, depresi bagian menurunkan tahanan
nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur. aliran humour aquerus,
kontraksi otot siliari,
e. Penatalaksanaan. meningkatkan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, akomodasi).
dinilai tekanan bola mata dan lapang
pandang. Bila lapang pandang semakin Kolinesterase inhibitor
memburuk,meskipun hasil pengukuran (miotik) :
tekanan bola mata dalam batas normal, terapi physostigmine,
ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan humorsol, florofyl,
minum harus sedikit-sedikit. phospoline iodide (
menghambatan
penghancuran
asetilkolin yang berefek
DAFTAR PUSTAKA sebagai kolinergik).
JANGAN DIGUNKAN
1. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, PADA GLAUKOMA
FKUI, 2000. SUDUT TERTUTUP,
2. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan DAPAT
Keperawatan : Pedoman Untuk MENINGKATKAN
Perencanaan Dan pendokumentasian TAHANAN PUPIL.
perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta,
2000.
3. Brunner & Suddart. Keperawatan Adrenergik betabloker :
Medical Bedah EGC. Jakarta 2002. timoptic, betaoptic,
betagan ( memblok
infus
adrenergik/simpatetik
yang secara normal
menyebabkan
midriasis, menurunkan
IOP).
Agen kolinergik :
ephinepril boratte,
glaucom, divipeprin (
menurunkan produksi
humour aquerus dan
meningkan aliran
aquerus.JANGAN
DIGUNAKAN PADA
GLAUKOMA SUDUT
TERTUTUP.
Carbonic anhidrase
inhibitior : diamox,
cardrase,
daramide,neptazane
(menghambat produksi
humour aquerus).
VERTIGO
Nama :
NPM :
Paraf Paraf
No Kompetensi Tanggal Paraf
Elemen Kompetensi Preseptor Preseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1. Mampu melakukan Asuhan 1. Pengkajian
Keperawatan pada pasien vertigo.
Definisi : 1. Wawancara
Vertigo adalah sensasi gerakan Biodata meliputi data demografi
atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya, dapat a. Riwayat Kesehatan Lalu
disertai gejala lain seperti gejala Riwayat menderita penyakit infeksi?
somatic (nistagmus, unstable), Riwayat trauma kepala?
gejala otonomik (pucat, keringat Riwayat penyakit tumor otak?
dingin, mual, muntah), terutama Riwayat pemakaian obat vestibulotoksik
dari jaringan otonomik akibat misalnya antibiotik, anti konvulsan atau
gangguan alat keseimbangan salisilat
tubuh.
Etiologi b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga yang menderita penyakit
1. Vertigo vestibular. yang sama?
BPPV ( Benign Paroximal Riwayat keluarga yang lain yang bersifat
Positional Vertigo) vertigo keturunan.
posisi paroksimal jinak
Minieres,s disease c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Telinga bagian luar : Bebagai gambaran keluhan saat vertigo terjadi
serumen, benda asing. Apakah vertigo muncul karena perubahan sikap
Telinga bagian tengah : atau posisi atau karena perubahan emosi.
retraksi membrane timpani, Berapa lama vertigo itu terjadi
otitis media purulenta akuta,
otitis media dengan efusi,
labirintitis, kolesteotoma, 2. Pemeriksaan fisik
rudapaksa dengan a. Aktivitas dan istirahat
perdarahan. Letih, lemah, malaise
Telinga bagian dalam : Keterbatasan gerak
Labirintitis akuta toksika, Ketegangan mata, kesulitan membaca
trauma, serangan vaskuler Insomnia, bangun pada pagi hari dengan
alergi, hidrop labintitis disertai nyeri kepala.
Nervus VIII : infeksi, Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur
trauma, tumor tubuh aktivitas (kerja) atau karena perubahan
Inti Vestibularis : infeksi, cuaca.
trauma, perdarahan,
thrombosis arteri serebeli b. Sirkulasi
posterior inferior, tumor, Riwayat hipertensi
sklerosis multipleks. Denyutan vaskuler, missal daerah temporal.
Pucat, wajah tampak kemerahan.
2. vertigo non vestibular
polineuropati c. Integritas ego
mielopati Factor-faktor stress emosional lingkungan
artrosis servikalis tertentu.
trauma leher Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,
presinkop ketidak berdayaan depresi.
hipotensi ortostatik Kekhawatiran, ancietas, peka rangsangan
tension headache selama sakit kepala.
penyakit sistemik Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala
kronik).
Berdasarkan letak lesinya
dikenal 2 jenis vertigo d. Makanan dan cairan
vestibular, yaitu : Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya
1. Vertigo vestibular perifer kafein, coklat, keju.alkohol, bawang, anggur,
Terjadi pada lesi di labirin daging, tomat.
dan nervus vestibular Mual/muntah anoreksia (selama nyeri)
2. Vertigo vestibular sentral Penurunan berat badan.
Timbul pada lesi di nucleus
vestibularis batang otak, e. Neurosensorik
thalamus sampai ke korteks Pening/pusing disorientasi (selama sakit
serebri. kepala).
Riwayat kejang, cedera kepala yang baru
klasifikasi vertigo terjadi, trauma, stroke,
Aura : fasialis, olfaktorius, tinnitus.
1. Vertigo paroksismal Perubahan visual, sensitive terhadap
yaitu vertigo yang cahaya/suara yang keras.
serangannya mendadak, Parastesia, kelemahan progesif/paralysis satu
berlangsung beberapa menit sisi temporer.
atau hari, kemudian Perubahan pada pola bicara/pola fikir.
menghilang sempurna, tetapi Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
suatu ketika serangan Penurunan reflek tendon dalam.
tersebut dapat muncul Papilledema.
kembali.
2. Vertigo kronis f. Nyeri/kenyamanan
yaitu vertigo yang menetap, Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
keluhannya konstan tanpa
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit
serangan akut.
kepala, missal migraine, ketegangan otot,
3. Vertigo akut,
tumor otak, pasca trauma, sinusitis.
yaitu kemudian berangsur-
Fokus menyempit.
angsur mengurang
Focus pada diri sendiri.
Manifestasi klinik : Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti
pusing yang di keluhkan dapat menangis, gelisa.
berupa sakit kepala,rasa Otot-otot daerah leher juga menegang
goyang,pusing berputar, rasa tidak frigiditas vocal.
stabil atau melayang.
1. Bentuk serangan vertigo g. Keamanan
Pusing berputar Riwayat alergi atau reaksi alergi.
Rasa goyang atau Demam (sakit kepala).
melayang Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis.
2. Sifat serangan vertigo Drainase nasal purulent (sakit kepala pada
Periodik gangguan sinus).
Kontinu
Ringan dan berat h. Interaksi sosial
3. Faktor pencetus atau situasi Perubahan dalam tanggung jawab/peran
pencetus interaksi social yang berhubungan penyakit.
Perubahan gerakan kapala
atau posisi g. penyuluhan / pembelajaran
Situasi : karamaian dan Riwayat hipertensi, migraine, stroke, penyakit
emosianal pada keluarga.
Suara Penggunaan alkohol / obat lain termasuk
kafein, kontrasepsi oral / hormone,
4. gejala otonom yang menyertai menopause.
keluhan vertigo
Mual, muntah, keringat 3. Pemeriksaan penunjang
dingin a. Pemeriksaan sistem kardiovaskular yang
Perasaan berputar meliputi pemeriksaan tekanan darah pada saat
Kadang disertai gangguan baring, duduk dan berdiri dengan perbedaab
pendengaran lebih dari 30 mmHg.
Penglihatan ganda b. Pemeriksaan neurologis
Penatalaksanaan: Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo
vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler,
1. Pasien dilakukan latihan namun dapat menurun pada vertigo
vestibular ( vetibulat exercise) vestibuler sentral.
dengan metode Brand daroff Nervus kranialis: pada vertigo vetibularis
yaitu pasien duduk tegak di sentral dapat mengalami gangguan pada
pinggir tempat tidur dengan nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII,
kedua tungkai tergantung, VIII, IX, X, .
kedua mata tertutup baringkan Motorik : kelumpuhan satu sisi
tubuh dengan cepat ke salah (hemiparesis).
satu sisi, pertahankan selama Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi
30 detik. Setelah itu duduk (hemihipestesi).
kembali. Setelah 30 detik, Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-
baringkan dengan cepat ke sisi otologi)
lain, pertahankan selama 30 c. Tes nistagmus:
detik, lalu duduk kembali. Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen
Lakukan latihan ini 3 kali cepat, sedangkan komponen lambat
pada pgi hari, siang dan menunjukkan lokasi lesi : unilateral, perifer,
malam diulang sampai 5 kali bidireksional, sentral.
lakukan selama 2-3 minggu. d. Tes romberg :
2. Penangana neurotis Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh,
Vestibularerapi yaitu kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika
farmokologi dapat berupa pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke
terapi spesifik misalnya satu sisi, kemungkinan kelainan pada system
pemberian anti biotika dan vestibuler atau proprioseptif.
terapi simtomatik.. e. Stepping test
3. Pengobatan Penderita disuruh berjalan ditempat dengan
pengobatan yang di berikan mata tertutup sebanyak 50 langkah. Kedudukan
sesuai dengan keluhan vertigo akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
a. Antihistamin lebih dari satu meter atau badan berputar lebih
(Dimenhidrinat, dari 30 derajat
difenhidramin, meksilin, f. Tes past pointing
siklisin) pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup
Dimenhidramin dosis 25- maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada
50 mg 4X sehari lama kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau
keerja 4-6 jam. hipometri.
Difenhidramin HCL dosis g. Pemeriksaan diagnostik : EMG, EEG,
25-50 mg 4X sehari lama audiometri dan BAEP, CT Scan, MRI.
kerja 4-6 jam h. Pemeriksaan laboratorium ( periksa darah
Analog histamin ( lengkap, elektrolit, kadar gula darah)
senyawa betahistin)
Betahistin mesylate dosis
12 mg 3Xsehari atau
betahystin HCl dosis 8-24
mg 3Xsehari
b. Kalsium antagonis
Cinnarine, berfungsi
menekan fungi vestibular
dan dapat mengurangi
respon terhadap
akselerasi angular dan
liner. Dosis 15-30 mg 3X
sehari.
2. DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN
Sumber :
Burnner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Ed.12.Jakarta:EGC
Black & Hawk.2014.Medical Surgical Nursing.Ed.8 buku 3. Singapore:Elsevier
Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosa & Tata Laksana Penyakit Saraf.Jakarta:EGC
Diagnosis NANDA-I (2015-2017) NIC-NOC. Jakarta : EGC
WOC VERTIGO
ETIOLOGI
Mengenai N. III
Suplai darah ke Atrofi stria vaskularis Gerakan berulang
labririn menurun dirasakan oleh otak
melalui N. Optikus, N.
Peningkatan Vestibularis, N.
Malabsorpsi dalam
Tekanan Intrakranial Iskemik labirin Spinovestibuloserebralis
sakus
endolimfatikus
Sistem keseimbangan
tubuh (Vestibuler)
terganggu
VERTIGO
VERTIGO
B1 B2 B3 B4
Dispnea
MK: Gg. Eliminasi
B5 B6
MK: Pola nafas
tidak efektif
Pusing, sakit kepala Ketidakcocokan informasi yang
disampaikan ke otak oleh saraf aferen
Gelisah, ansietas
Proses pengolahan informasi terganggu
Peristaltik meningkat
Transmisi persepsi ke reseptor
proprioception terganggu
Mual, muntah
STROKE ISKEMIK/HEMORAGIK
Nama :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
NO Kompetensi Elemen Kompetensi Preseptor Preseptor
Pencapaian Mahasiswa
klinik Akademik
1 Mampu Melakukan Asuhan Keperawatan 4. Wawancara
pada pasien stroke iskemik/hemoragic Biodata meliputi data demografi
Kolaborasi
Monitor AGD,LED,Leukosit
Berikan oksigen sesuai indikasi
Pemberian obat dan cairan sesuai kondisi pasien
Kolaborasi
Pemberian antikoagulan atau antiplatelet sesuai indikasi
Pemerikasaan PT/aPTT, darah lengkap perifer
Pemberian oksigen dan cairan sesuai indikasi.
Kolaborasi
Pemberian obat relaksan otot
fisioterapi
4 Nyeri berhubungan dengan oedem serebral Setelah dilakukan perawatan Mandiri
selama ……. nyeri berkurang/ Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas, frekuensi dan waktu.
hilang dan mampu memanajemen Monitor skala nyeri
nyeri Maonitor TTV
Ajarkan terhnik manajen nyeri.
Berikan kompres hangat
Lakukan tindakan masase, mengubah posisi sesuai dengan kondisi
pasien
Kolaborasi.
Pemberian analgetik.
5 Resiko tinggi gangguan integritas kulit Setelah dilakukan perawatan Mandiri
berhubungan dengan tirah baring selama ……. kerusakan integritas Monitor adanya kemerahan pada area kulit yang menonjol.
kulit tidak terjadi Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Ubah posisi tiap 2 jam
Berikan pelembab dan lakukan masase pada daerah yang tertekan.
6 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan Setelah dilakukan perawatan Mandiri
kerusakan neurovaskuler selama ……… pasien memahami Kaji tipe atau derajat disfungsi komunikasi seperti: pasien tidak
alternative komunikasi dengan tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau
orang lain dengan baik. membuat pengertian sendiri.
Identifikasi kerusakan/gangguan komunikasi
Identifikasi kerusakan/gangguan komunikasi untuk mengikuti
perintah sederhana seperti membuka mata, mengangkat tangan,
angkat kaki
Tunjuk objek dan minta pasien menyebutkan namanya.
Berikan metode komunikasi (tulis,gambar,dll) bantu dengan
gerakan tangan.
Bicara perlahan, kalimat jelas dan sederhana, gunakan pertanyaan
tertutup.
Beri kesempatan paa pasien untuk berespon, bicaralah tanpa
tekanan.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan speech terapi
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawk, (2014) Medical Surgical Nursing. Ed 8 buku 3. Singapore: Elseir
Misbach, J. (2011). Stroke. Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Editor Lyna Soertidewi & Jofizal Jannis. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Smeltzer & Suzanne,C. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB SISTEM NEUROVASKULER
TUMOR OTAK
Nama :
NPM :
Paraf
Tanggal Paraf
Paraf Perseptor
No Kompetensi Elemen Kompetensi Pencapaia Perseptor
Mahasiswa Akademi
n Klinik
k
1 Mampu melakukan Asuhan Wawancara
Keperawatan pada pasien tumor A. Data Demografi:
otak.( Brain Tumor) 1. Riwayat pembedahan kepala?
A. Definisi : Riwayat trauma ?
Tumor adalah pertumbuhan Apakah pernah terpapar radiasi yang
sel abnormal dalam jaringan berlebih?
otak, meningen,kelenjar Apakah pernah trauma yang berulang?
hipofisis, atau pembuluh 2. Riwayat penyakit keluarga :
darah. Adakah riwayat keluarga yang menderita
tumor?
B. Etiologi 3. Riwayat penyakit sekarang:
Penyebab tumor otak - Nyeri kepala hebat
sebagian besar tidak - Mual dan muntah
diketahui - Kejang
- Penurunan kesadaran
C. Jenis tumor - Vertigo
1. Glioma, yaitu neoplasma otak - Ketidakmampuan ( parastesia )
yang paling sering - Penurunan lapangan pandang
dijumpai,tidak dapat diangkat
seluruhnya tanpa B. PEMERIKSAAN FISIK
menyebabkankerusakan, 1. Fungsi Kognitif, motorik,respon batang
karena neoplasma ini otak dan tingkat kesadaran.
menyebar dengan Pemeriksaan GCS, 12 saraf kranial dan
kekuatan otot.
No Kompetensi Elemen Kompetensi Tanggal Paraf Paraf Paraf
Pencapaia Mahasiswa Perseptor Perseptor
n Klinik Akademi
k
mengifiltrasi jaringan neural Pemeriksaan reflek cahaya,
disekitarnya. pemeriksaan lapang pandang.
1. Meningioma, adalah tumor
berkapsul bernigna atau 2. Pemeriksaan Sistem Tubuh Lain :
jinak yang sering muncul a. Kepala dan Rambut.
pada sel –sel arakoid - inspeksi : warna kulit, terdapat lesi
dimeningens atau tidak, kebersihan dan warna
2. Neuroma akustik adalah rambut, Bentuk kesimetrisan
tumor pada syaraf kranial kepala.
kedelapan (pendengaran dan - Palpasi : edema, ada nyeri tekan.
keseimbangan ). b. Wajah dan leher
3. Adenoma hipofisis dapat - Inspeksi : warna kulit, terdapat
memunculkan sejumlah edema, bentuk wajah, bentuk dan
gejala akibat tekanan pada ukuran pupil,warna konjunctiva.
struktur didekatnya atau c. Dada
akibat perubahan hormonal, - Inspeksi : klien batuk, peningkatan
seperti hiperfungsi atau produksi sputum, sesak nafas,
hipofungsi hipofisis. penggunaan otot bantu nafas,
4. Angioma adalah massa yang frekuensi Pernafasan.
sebagian besar terdiri atas - Ekspansi dada : dinilai penuh/tidak
pembuluh darah abnormal dan kesimetrisan, refraksi dari otot-
dan ditemukan didalam otak otot iIntercostal, substernal,
atau dipermukaan. pernafasan
d. Abdomen dan respirasi paradox
(retraksi abdomen saat inspirasi).
Pola nafas Paradoksal dapat terjadi
jika otot-otot tidak mampu
d. Manifestasi klinik menggerakkan dinding dada.
Menurut lokasi tumor:
1. Lobus frontalis: gangguan
mental/ gangguan
kepribadian ringan, tingkah
laku aneh, sulit memberi Pemeriksaan Penunjang :
argumentasi/ menilai 1. Arterigrafi atauventriculogram : untuk
benar/tidak, hemiparesis, mendeteksi kondisi patologi pada system
ataksia dan gangguan bicara. ventrikel dan cicterna.
3. Kortek presentalis posterior: 2. CT SCAN dasar dalam menetukan
kelemahan/kelumpuhan pada diagnosa
otot-otot wajah, lidah dan 3. Elektroensefalogram (EEG) : memberi
jari. informasi mengenai perubahan kepekaan
4. Lobus parasentralis: neuron.
kelemahan pada ekstremitas 4. Radiogram : memberikan informasi yang
bawah. sangat berharga mengenai struktur,
5. Lobus oksipitalis: kejang, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar
gangguan penglihatan. pineal yang mengapur dan posisi
6. Lobus temporalis: tinitus, selatursika.
halusinasi pendengaran,afasia 5. MRI : melokalisir tumor dan ukuran pasti
sensorik, kelumpuhan otot
wajah.
7. Lobus parietalis: hilang
fungsi sensorik,kortikal,
gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan.
8. Cerebelum: papil edema,
nyeri kepala, gangguan
motorik, hiperekstremitas
sendi, hipotonia.
Tanda dan gejala umum:
1. Nyeri kepala berat pada pagi
hari, makin tambah bila batuk
dan membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan
TIK: pandangan kabur, mual,
muntah, penurunan fungsi
pendengaran, perubahan
TTV, afasia.
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori dan alam
perasa
Trias Klasik:
1. Nyeri kepala
2. Papil edema
3. Muntah
Penatalaksanaan
Penangan tergantung dari keadaan
tumor tersebut, apakah masih bisa
dioperasi (operable) atau in operable.
1. Tindakan operasi dilakukan
pada keadaan berikut, a.l:
a. Emergensi, misal pasien
dengan penurunan
kesadaran
b. Elektif, misal pada tumor
otak stadium dini.
2. Tindakan operatif dengan
radiasi dan kemoterapi. Misal
kasus Anaplastik
Oligodendroglioma (grade
III)
3. Paliatif: pada kasus yang
tidak mungkin lagi dioperasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan dengan Tujuan : Nyeri yang dirasakan berkurang 1. Kaji keluhan nyeri, intensitas, karakteristik,
peningkatan tekanan intra kranial Atau dapat diadaptasi oleh klien lokasi,lamanya dan faktor yang memperburuk.
Kriteria Hasil : 2. Tindakan kenyamanan dasar
1. Klien mengungkapkan nyeri yg dirasakan 3. Kolaborasi analgesik.
berkurang atau dapat diadaptasi, ditunjukkan
penurunan skala nyeri
2. Klien tidak merasa kesakitan
3. Klien tidak gelisah.
2 Ketidakefektifan perfusi jaringan Tujuan : Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK 1. Monitor secara berkala tnada dan gejala
serebral berhubungan dengan Kriteria Hasil : peningkatan TIK.
penurunan suplai darah ke otak 1. Tekanan perfusi serebral > 50 mmHg, 2. Kaji adanya nyeri kepala,mual, muntah, papila
tekanan intrakranial < 15 mmHg, tekanan edema, diplopia, kejang.
arteri rata-rata 80-100 mmHg 3. Pertahankan posisidengan meninggikan bagian
2. Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK kepala 15-30 derajat.
3. RR 16-20x/ menit 4. Istirahatkan pasien,hindari tindakan keperawatan
4. Suhu kurang dari 38 derajat. yang dapat mengganggutidur pasien.
3 Resiko cedera berhubungan vertigo, Tujuan : Tidak terjadi cedera 1. Kaji tekanan darah pasien saat klien mengadakan
penurunan lapang pandang Kriteria Hasil : perubahan posisi tubuh.
1. Klien dapat mengidentifikasikan kondisi- 2. Diskusikan dengan klien tentang fisiologi
kondisi yang menyebabkan vertigo. hipotensi ortostatistik.
2. Klien dapat menjelaskan metode pencegahan 3. Ajarkan tehnik-tehnik untuk mengurangi
Penurunan aliran darah darah di otak tiba-tiba hipotensi ortostatik.
Berhubungan dengan ortostatik.
Sumber :Dosen keperawatan Medikal Bedah Indonesia. (2016)B, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah. Diagnosis NANDA -1 2015-
2017. Interfensi NIC . Hasil NOC. Jakarta :EGC.
Black, Joyee M dan Hawks, Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medical Bedah Menejemen Klinik Untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku
3.
Singapure : Elsevier.
Bickley, Lynn S, (2017). Bates :Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta : EGC.
Le Mone, Priscilla. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Neurologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. ( 2016). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakatra : EGC.
Idiopatik
Tumor Otak
Kejang Ggn Ggn fungsi otak Ggn. Perfusi Oedema PATHWAY TUMOR OTAK
neurologi Jaringan
fokal
Defisit neurologi Disorientas
↑TIK
i Hidrosefalus
Resti Perubahan
cidera proses pikir
-Aspirasi sekresi
Ancaman kematian
Mual,muntah,
papiloedema, Gangguan
Ggn pertukaran gas Cemas pandangan kabur, kesadaran
penurunan fungsi
pendengaran,
Ggn rasa nyaman nyeri
nyeri kepala
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB SISTEM NEUROVASKULER
MENINGITIS
Nama :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi Preseptor Preseptor
Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1 Mampu melaksanakan 1. Wawancara
asuhan keperawatan pada Data demografi
pasien meningitis Riwayat Kesehatan lalu
1) Apakah pernah menderita penyakit
Definisi yang sama?
Meningitis merupakan 2) Pernahkah menderita penyakit infeksi?
infeksi yang terjadi di
mendulla spinalis yang
disebabkan oleh bakteria Riwayat Kesehatan Keluarga:
atau virus merupakan 1) Adakah riwayat keluarga mengalami
komplikasi dari penyakit sakit yang sama?
infeksi saluran nafas atas,
sinusitis, dan mump
Riwayat Kesehatan Sekarang:
(gondong).
1) Adakah rasa nyeri kepala hebat disertai
demam)
Etiologi :
2) Apakah mengalami disorientasi atau
Bakteri: Neisseria
penurunan kesadaran?
meningiditis,
3) Pernahkah merasa kaku kuduk?
Haemophilus
4) Tanda kernig positif (ketidakmampuan
influenzae,
mengekstensi kaki secara penuh dalam
Streptococcus
posisi baring)
pneumoniae,
5) Tanda brudzinski Positif (pada fleksi
Mycobacterium
saat leher ditekuk ke depan)
tuberculosa
6) Apakah merasa sensitif yang
2. Virus Rabies, berlebihan pada cahaya (fotofobia)?
poliomyelitis, HSV- 7) Pernahkan terjadi kejang?
1/ HSV-2
3. Jamur: Cryptococus 2. Pemeriksaan Fisik
neoformans pada 1) Gangguan penglihatan, papiledema,
HIV dan reflek pupil negatif pada
pemeriksaan oftalmoskopi.
2) Meningismus (tanda meningeal adanya
Manifestasi Klinik: infeksi pada meningens. Kaku kuduk,
Ciri khas: penderita tampak terdapatnya tanda kernig dan
sakit berat, demam akut brudzinski)
tinggi, kesadaran yang 3) Banyak keringat
menurun (lethargi atau 4) Tanda kernig dan brudzinski (timbul
gaduh gelisah), nyeri hanya 50% orang dewasa)
kepala, muntah, dan kaku 5) Penurunan tingkat kesadaran
kuduk. 6) Kelemahan saraf
1. 7) Defisit neurologi fokal (defek lapang
pandang)
8) Peningkatan TIK
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Punctie lumbal dan kultur CSS:
jumlah leukosit meningkat, kadar
glukosa darah menurun, protein
meningkat, asam laktat meningkat,
glukosa serum meningkat, identifikasi
organisme penyebab.
b. Kultur darah:
menunjukkan hasil positif tehadap
bakteri meningens
c. Foto thorak
Menunjukkan pneumonia yang terjadi
bersamaan
d. Teknik pencitraan neurologi (CT Scan
dan MRI)
Dapat mendeteksi komplikasi dan
sumber infeksi para meningen
e. Elektrolit serum meningkat, jika pada
anak-anak terjadi dehidrasi, Na+
meningkat, kadar K+ menurun
Darah: lekosit meningkat,CRP meningkat.
8)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Postulet ke lien
Metabolisme bakteri ↑ kebutuhan energi Hiperaktifitas neuron monroe
Akumulasi ↑komponen Kejang Diensepalon
sekret darah di serebral
Otot berkontraksi
Pembengkakan &
pembesaran diskus Penumpuka
optikus, papil edema Otot pada n sekret di
tengkuk saluran
menegang, kaku nafas
Pembesaran bintik kuduk
Ggn. Persepsi kuning,→ me↓
ketajaman Ketidakefektifan
(visual) Kaku kuduk
penglihatan bersihan jalan nafas
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA
Nama Mahasiswa :
NPM :
Paraf Paraf
Tanggal Paraf
No Kompetensi Elemen Kompetensi Preceptor Preceptor
pencapaian Mahasiswa
Lahan Institusi
1 Asuhan A. Pengkajian
keperawatan pada 1.Wawancara
pasien dengan Riwayat kesehatan :
gangguan - Adanya riwayat hipertensi
neurovaskuler: - Riwayat cedera kepala sebelumnya
Cedera Kepala - Diabetes mellitus
- Penyakit jantung
- Anemia
Cedera kepala - Aspirin
adalah suatu - Vasodilator
trauma yang - Konsumsi alcohol
mengenai daerah
kulit kepala, Riwayat kesehatan keluarga
tulang tengkorak - Adanya generasi terdahulu yang
atau otak yang menderita hipertensi dan diabetes
terjadi akibat mellitus
injury baik secara
langsung maupun Riwayat penyakit sekarang
tidak langsung - Adanya riwayat trauma yang mengenai
pada kepala kepala akibat kecelakaan lalu lintas
(Suriadi & - Jatuh dari ketinggian
Yuliani,2001) - Trauma langsung ke kepala
- Luka di kepala
- Paralise
- Akumulasi secret pada saluran
pernafasan
Menurut Brain - Adanya penurunan atau perubahan pada
Injury Assosiation kesadaran
of Amerika (2001) - Perlu ditanyakan pada klien atau
cedera kepala keluarga yang mengantar klien ( bila
merupakan suatu klien tidak sadar) tentang penggunaan
kerusakan pada obat-obatan adiktif dan penggunaan
kepala, bukan alkohol
bersifat
kongenital 2. Pemeriksaan fisik
ataupun Pada keadaan cedera umumnya mengalami
degenerative, penurunan kesadaran ( cedera kepala ringan,
tetapi disebabkan GCS: 13- 15, cedera kepala sedang GCS: 9-
oleh serangan 12, cedera kepala berat, bila GCS kurang dari
atau benturan 8) dan terjadi perubahan TTV
fisik dari luar
yang dapat B1 (Breathing)
mengurangi atau Perubahan pada sistem pernapasan
mengubah bergantung pada gradiasi dari perubahan
kesadaran yang jaringan serebral akibat trauma kepala. Pada
dapat beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik
menimbulkan akan menghasilkan data
kerusakan Inspeksi di dapatkan klien batuk,
kemampuan peningkatan produksi sputum, sesak napas,
kognitif dan penggunaan otot bantu napas dan frekuensi
fungsi fisik pernapasan.
Ekspansi dada: di nilai penuh/tidak penuh
dan kesimetrisannya, observasi pada
ekspansi dada juga perlu di nilai: retraksi
dari otot-otot intercostal, substernal,
pernapasan abdomen, dan respirasi
paradox (retraksi abdomen saat inspirasi).
Pola napa paradoksal dapat terjadi jika
otot-otot tidak mampu menggerakkan
dinding dada
Pada palpasi, fremitus menurun di
bandingkan dengan sisi yang lain akan di
dapatkan jika melibatkan trauma pada
rongga thorax
Pada perkusi, adanya suara redup sampai
pekak
Pada auskultasi adanya bunyi nafas
tambahan, stridor, ronchi pada klien dan
meningkatkan produksi secret, dan
kemampuan batuk yang menurun yang
sering didapatkan pada klien cedera kepala
dengan disertai penurunan kesadaran
Pada klien cedera kepala berat dan sudah
terjadi disfungsi pusat pernapasan, klien
biasanya terpasanng ETT denga ventilator
dan biasanya klien dirawat diruangan
intensif sampai kondisi menjadi stabil
B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler
didapatkan gejala (syok hipovolemik) yang
terjadi pada klien cedera kepala sedang dan
berat. Hasil pemeriksaan kardiovaskuler klien
cedera kepala pada beberapa dapat diitemukan
tekanan darah normal atau berubah, nadi
bradikardi, takikardi dan aritmia. Frekuensi
nadi cepat dan lemah berhubungan dengan
homeostasis tubuh dalam upaya
menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer,
nadi bradikadi merupakan tanda dari
perubahan perfusi jaringan otak. Kulit
kelihatan pucat menunjukkan adanya
penurunan kadar hemoglobin dalam darah,
hipotensi menandakan adannya perubahan
perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari
syok. Pada beberapa keadaan lain akibat
trauma kepala merangsang pelepasan
antidiuretik hormone yang berdampak pada
kompensasi tubuh untuk melakukan retensi
atau pengeluaran garam dan air oleh tubulus,
mekanisme ini akan meningkatkan konsentrasi
elektrolit sehingga memberikan resiko
terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit pada sistem kardiovaskuler.
B3 (Brain)
Cedera kepala menyebabkan berbagai deficit
neurologis akibat pengaruh peningkatan
tekanan intracranial yang disebabkan adanya
perdarahan baik bersifat hematom
intraserebral, subdural dan epidural.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan
karakteristik urine dan peningkatan retensi
cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi
pada ginjal. Setelah cedera kepala, klien
mungkin mengalami inkontinensia urine karena
konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan sistem perkemihan karena
mengalami kerusakan pada control motorik dan
postural.
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan,
nafsu makan menurun, mual, muntah pada fase
akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan
peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltik usus.
B6 (Bone)
Disfungsi motoric paling umun adalah
kelemahan pada seluruh ekstremitas. Kaji warna
kulit, suhu, kelembaban dan turgor kulit adanya
perubahan warna kulit, warna kebiruan
menunjukkan adanya sianosis (ujung kuku,
ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan membrane
mukosa) pucat pada wajah dan membawa
mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya
hemoglobin atau syok. Pucat dan sianosis pada
klien menggunakan ventilator dapat terjadi
akibat adanya hipoksemia. Warna kemerahan
pada kulit dapat menunjukkan adanya demam
dan infeksi.
3. Pemeriksaan penunjang
- CT-scan dengan atau tanpa kontras
- MRI
- Angiografi serebral
- EEG berkala
- Foto rontgen, mendeteksi perubahan aktifitas
mobilitas otak
- Pemeriksaan CFS, lumbal fungsi dapat
dilakukan jika diduga terjadi perubahan
aktifitas metabolism otak
- Kadar elektrolit, untuk mengoreksi
keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan
tekanan intracranial
- Skrining toksikologi, untuk mendeteksi
pengaruh obat sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran
- Analisa gas darah (AGD) adalah salah satu
tes diagnostic untuk menentukan status
respirasi. Status respirasi yang dapat
digambarkan melalui pemeriksaan AGD ini
adalah status oksigenisasi dan status asam
basa
“CEDERA KEPALA”
Kolaborasi
- Pemberian O2 sesuai indikasi
- Kolaborasi untuk tindakan operatif evakuasi
darah dari dalam intracranial
- Berikan cairan intravena sesuai dengan yang
diindikasikan
- Berikan therapy dieuretik osmotic seperti
manitol, furoscide
- Berikan therapy analgetik narkotik
- Monitor hasil laboratorium sesuai indikasi
seperti prothrombin
Kolaborasi
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Antifibrolitik seperti asam amino kaproid
- Antihipertensi
- Vasodilatasi perifer seperti siklandelat